Anda di halaman 1dari 3

Nama: Masruri

NIM:23104160002

Kelas: PJKR-C

Refleksi Pengalaman Belajar Setiap Mata kuliah (LK 2)


Indikator Pertanyaan Identifikasi Diri

Nama mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen II

Review pengalaman 1. Pengalaman belajar apa yang berguna dan menarik?


belajar Pengalaman belajar yang berguna dan menarik dalam
konteks sebagai calon guru olahraga pada mata kuliah
Prinsip Pengajaran dan Asesmen II adalah ketika kita terlibat
langsung dalam asesmen awal untuk memahami karakteristik
peserta didik. Ini seperti melihat peta sebelum perjalanan,
membantu kita mengetahui di mana kita berada dan kemana
kita akan pergi. Dengan memahami kebutuhan dan
kemampuan siswa, kita dapat merancang pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, seperti dalam
pendekatan Teaching At The Right Level. Dengan demikian,
kita dapat menyusun strategi pengajaran yang responsif
terhadap budaya siswa, memastikan bahwa pembelajaran
tidak hanya efektif, tetapi juga relevan dengan latar belakang
dan pengalaman mereka sehari-hari.

2. Pengalaman belajar apa yang berguna tetapi kurang menarik?


Pengalaman belajar yang berguna tapi kurang menarik dalam
konteks sebagai calon guru olahraga pada mata kuliah Prinsip
Pengajaran dan Asesmen II adalah memahami karakteristik
peserta didik melalui asesmen awal. Meskipun penting untuk
merancang pembelajaran berdasarkan pemahaman ini,
prosesnya mungkin terasa kurang menarik karena lebih bersifat
analitis dan administratif. Namun, ini penting karena membantu
kita mengenal siswa secara individu dan menyelaraskan
pendekatan pengajaran kita dengan kebutuhan mereka. Seolah-
olah kita menyusun rencana permainan yang disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan setiap pemain untuk
memastikan setiap orang dapat berkontribusi secara optimal
dalam tim
3. Pengalaman belajar apa yang menarik tapi kurang berguna?
Pengalaman belajar yang menarik tapi kurang berguna dalam
konteks sebagai calon guru olahraga pada mata kuliah Prinsip
Pengajaran dan Asesmen II adalah mempelajari pendekatan
Teaching at The Right Level (TARL) dalam perencanaan
pengajaran dan asesmen. Meskipun konsepnya menarik karena
fokus pada penyesuaian materi pembelajaran sesuai dengan
tingkat pemahaman siswa, namun terkadang sulit untuk
mengimplementasikannya secara efektif di lapangan. Ini bisa
menjadi kurang berguna karena tantangan praktis dalam
menyesuaikan materi untuk setiap siswa

4. Pengalaman belajar apa yang tidak menarik dan tidak berguna


dalam konteks sebagai calon guru?
Pengalaman belajar yang tidak menarik dan tidak berguna
dalam konteks sebagai calon guru olahraga pada mata kuliah
Prinsip Pengajaran dan Asesmen II adalah ketika kita hanya
diberi teori tanpa kesempatan untuk melihat bagaimana konsep-
konsep tersebut diterapkan dalam situasi nyata di lapangan. Ini
seperti membaca tentang bagaimana mengayuh sepeda tanpa
pernah benar-benar mencobanya. Tanpa pengalaman langsung,
kita mungkin kesulitan memahami secara mendalam dan
mengaitkan teori dengan praktik di lapangan.
Refleksi pengalaman 1. Apa yang telah terjadi?
belajar Pada mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen II, saya
mengalami pengalaman belajar yang meliputi pemahaman tentang
karakteristik peserta didik melalui asesmen awal, pendekatan
Teaching At The Right Level (TARL) dalam perencanaan
pengajaran dan asesmen, serta pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) dalam perencanaan pengajaran dan asesmen. Kami
belajar bagaimana mengidentifikasi kebutuhan dan tingkat
pemahaman siswa dari berbagai latar belakang, serta merancang
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya mereka.
Hal ini membuka wawasan baru bagi saya tentang pentingnya
memahami siswa secara individu dan mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang responsif terhadap keberagaman budaya dan
tingkat pemahaman siswa.

2. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?


Hal tersebut dapat terjadi karena pentingnya pendekatan yang
memperhatikan karakteristik individu dan keberagaman siswa
dalam proses pembelajaran. Dengan pemahaman yang mendalam
tentang siswa, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih
efektif dan relevan dengan kebutuhan mereka. Melalui pendekatan
seperti Teaching At The Right Level dan Culturally Responsive
Teaching, kita dapat memastikan bahwa materi pembelajaran
disampaikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa dan mencerminkan latar belakang budaya
Analisis artefak 1. Artefak-artefak pembelajaran mana yang dapat saya jadikan bukti
pembelajaran dukung hasil refleksi pengalaman belajar?
https://youtu.be/If9TZBXn9mI?feature=shared

2. Mengapa artefak ini yang saya pilih?


Artefak ini saya pilih kerana implementasi dari mata kuliah yang
membahas mengenai Culturally Responsive Teaching. Sebagai
guru perlu menerapkan CRT pada mata pelajaran agar guru dapat
mengintegrasikan latar budaya siswa dalam belajar, dapat
memotivasi serta membimbing siswa tanpa membedakan
karakteristiK, gaya belajar dan latar belakang budaya

3. Bagian mana dari artefak ini yang mendukung hasil refleksi saya?
Bagian dari artefak ini yang mendukung hasil refleksi adalah bagian
di mana saya menjelaskan mengenai implementasi pendekatan
CRT dalam mata pelajaran PJOK. Hal ini sangat mendukung
terhadap hasil refleksi karena pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) yang dilakukan sekarang menjadi sebuah
pengalaman berharga bagi saya untuk diterapkan pada
pembelajaran selanjutnya.
Rumusan hasil Apabila saya mengajar atau membahas topik ini, dengan
refleksi berupa mempertimbangkan prinsip pembelajaran bermakna yang berpusat
pembelajaran kepada siswa, perubahan apa yang akan saya lakukan?
bermakna
Dalam konteks ini, rumusan hasil refleksi berupa pembelajaran
bermakna mengacu pada upaya guru olahraga untuk menyusun
pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi setiap siswa mereka. Ini
berarti mereka tidak hanya memahami karakteristik individu peserta
didik melalui asesmen awal, tetapi juga mampu merancang pengajaran
yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan siswa
(Teaching At The Right Level) dan . Selain itu, mereka juga
memperhatikan pendekatan Culturally Responsive Teaching, yang
memungkinkan mereka untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa, tanpa memandang
latar belakang budaya mereka. Dengan menerapkan pendekatan ini,
guru olahraga dapat memastikan bahwa setiap siswa merasa dihargai
dan didukung dalam proses pembelajaran mereka, sehingga
pembelajaran benar-benar bermakna bagi semua.

Anda mungkin juga menyukai