Modul Ajar Fisika K-XI SEM 2
Modul Ajar Fisika K-XI SEM 2
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu :
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami pengertian Usaha oleh sistem.
Menganalisis usaha tekanan tetap
Menganalisis usaha pada suhu tetap
Menganalisis usaha pada Volume tetap
Menganalisis proses adiabatik
Menganalisis Hukum Pertama Termodinamika
Menganalisis kapasitas kalor
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya mampu memahami pengertian usaha oleh Sistem
2 Saya mampu menjelaskan pengertian usaha pada tekanan tetap
3 Saya mampu menjelaskan pengertian usaha pada suhu tetap
4 Saya mampu menjelaskan pengertian usaha pada volume tetap
5 Saya mampu menganalisis proses adiabatic
6 Saya mampu menganalisis HukumPertama
Termodinamika
7 Saya mampu menganalisis kapasitas kalor
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Setelah mempelajari hukum pertama termodinamika, Anda tidak boleh puas sebelum
mengetahui penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Coba perhatikan gambar berikut !
Termos
Dirumah Anda pasti ada termos atau alat untuk menyimpan air panas. Jika termos diisi air panas
dan tidak dibuka maka air didalam termos akan tetap panas untuk beberapa hari. Jelaskan
konsep ini dengan menggunakan Hukum Pertama Termodinamika .
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
USAHA
Kita sudah mempelajari tentang usaha pada semester lalu. Apabila melakukan usaha pada suatu
sistem, maka kita memindahkan tenaga kita ke sistem. Sekarang kita akan membahas usaha
pada gas.
Perhatikan Gambar (1) sebuah tabung yang terpasang dengan rapat, tutup tabung bisa digeser,
kita asumsikan tidak ada gesekan. Tabung berisi gas. Bila tutup tabung kita gerakkan maka volume
akan berubah, tekanan atau suhu, atau keduanya akan berubah, sesuai dengan persamaan keadaan
gas. Begitu juga dengan gambar tabung di atas. Jika diberi kalor dari bawah maka suhunya
berubah.
Apabila diatur suhunya dengan cara dipanasi, maka tekanan semakin tinggi dan gas akan
mengembang secara perlahan serta memberikan tekanan pada tutup tabung. Gaya yang diberikan
gas pada tutup tabung adalah PA, dengan A adalah luas tutup. Jika tutup bergeser sejauh ds maka
usaha yang dilakukan gas pada tutup yaitu dW adalah:
Dari persamaan gas kita tahu perubahan P akan diikuti V atau T atau keduanya. Demikian juga
perubahan V akan diikuti perubahan T, V atau keduanya. Kita bisa mengatur agar salah satu dari
besaran V, P atau T konstan. Kita bisa mengetahui keadaan gas dengan mengetahui dua besaran.
Misalkan kedua besaran itu adalah P dan V, maka kita dapat menyatakan keadaan gas dengan
diagram P berbanding V. Tiap titik pada diagram menyatakan keadaan tertentu dari gas.
Bila proses terjadi pada tekanan tetap kita bisa mencari usaha yang dilakukan gas
menggunakan Persamaan (1), bila proses terjadi tidak pada tekanan konstan maka usaha adalah
luasan daerah di bawah diagram PV.
Proses Termodinamika
Gas yang berada dalam ruang tertutup dapat diubah keadaanya dengan melalui beberapa proses,
yang disebut proses termodinamika, yaitu :
1. Proses Isobarik
Yaitu proses yang berlangsung pada tekanan tetap (tekanan sama). Grafik tekanan gas (P)
terhadap volume (V) adalah sebagai berikut :
Karena tekanan sama dan suhu berubah dari T1 menjadi T2, maka berlaku hukum Charles:
Karena tekanan sama dan suhu berubah dari T1 menjadi T2, maka berlaku hukum Gay-
Lussac:
3. Proses Isotermik
Yaitu proses yang berlangsung pada suhu tetap (suhu sama). Grafik tekanan gas (P)
terhadap volume (V) adalah sebagai berikut :
Dari grafik di atas pada suhu yang sama (T 1 = T2), volume gas berubah dari V1 menjadi V2 dan
tekananya berubah dari P1 menjadi P2. Usaha yang dilakukan gas pada proses isothermal
adalah :
Dari grafik di atas pada suhu yang sama (T1 = T2), volume gas berubah dari V1 menjadi V2
dan tekananya berubah dari P1 menjadi P2. Usaha yang dilakukan gas pada proses
isothermal adalah :
Karena tekanan sama dan suhu berubah dari T1 menjadi T2, maka berlaku hukum
Poisson :
Pada proses isothermik usaha yang diakukan gas adalah karena suhu konstan
maka energi dalam sistem juga konstan atau ΔU = 0. Hukum termodinamika pertama menjadi:
Pada proses isokhorik,usaha yang dilakukan gas adalah nol, maka Q = ΔU. Dengan demikian
semua kalor yang masuk digunakan untuk menaikkan tenaga dalam sistem.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Isokhorik : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan volume
(volume konstan)
Isothermal : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan suhu (suhu
konstan)
Isobarik : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan volume
(tekanan konstan)
Adiabatik : Suatu proses perubahan keadaan gas tanpa ada tenaga yang masuk atau yang
keluar sistem
Energi : Kemampuan untuk melakukan usaha
Energi dalam : Jumlah energi (energi kinetik translasi, rotasi dan vibrasi serta energi potensial
listrik) yang dimiliki oleh seluruh molekul gas dalam wadah tertentu.
Kapasitas Kalor : Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1 kelvin.
Thermodinamika : cabang ilmu fisika yang mempelajari hukum-hukum dasar dan membahas
konversi energi termal menjadi usaha yang bermanfaat
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Frederick J. Bueche, Ph.D.1999. Physics Handbook, Student Edition, Hartwell Bratt Ltd., Lud:
Sweden.
Hewit.G.P, 1993. Fundamental of Physics Extended, Edisi 5, John Willet and Sons, Inc.
Muis, Abdul,.2006. Perang Siasat Fisika Praktis, Jakarta : Kreasi Wacana. Grolier
International, 2004.
Nordling C. dan Osterman J. 1987. Conceptual Physics, Edisi 7. Harper Collins College
Publisher.
Tipler.P,2006. Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
MODUL AJAR
HUKUM TERMODINAMIKA KEDUA, SIKLUS CARNOT DAN ENTROPI
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu :
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami hokum kedua Termodinamika
Menganalisis siklus Termodinamika
Menganalisis prinsip kerja mesin kalor
Menganalisis prinsip kerja mesin pemanas
Menganalisis prinsip kerja mesin pendingin
Menganalisis siklus mesin Carnot
Menganalisis entropi pada siklus reversible.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya mampu memahami hukum kedua Termodinamika
2 Saya mampu menganalisis siklus Termodinamika
3 Saya mampu menganalisis prinsip kerja mesin kalor
4 Saya mampu menganalisis prinsip kerja mesin pemanas
5 Saya mampu menganalisis prinsip kerja mesin pendingin
6 Saya mampu menganalisis siklus mesin Carnot
7 Saya mampu menganalisis entropi pada siklus reversible
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Anda sudah mempelajari efisiensi. Dalam contoh disebutkan bahwa efisiensi merupakan
perbandingan antara usaha yang dilakukan terhadap panas yang diserap pada tandon panas. Nah,
setelah Anda memahami hal itu, apa yang akan Anda lakukan tentang efisiensi ? Buatlah langkah
kerja yang sesuai dengan pengetahuan ini, yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi yang dapat terjadi dan yang tidak dapat
terjadi. Hukum II termodinamika dapat dinyatakan dalam berbagai cara :
1. Pendapat Kelvin-Plank
Kalor tidak mungkin diubah seluruhnya menjadi usaha.
2. Pendapat Clausius (pernyataan mesin kalor)
Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari
reservoir suhu rendah dan memberikan pada reservoir suhu tinggi tanpa memerlukan usaha
dari luar.
3. Pernyataan aliran kalor
Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak
mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
4. Pernyataan entropi
Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika
proses irreversibel terjadi.
Mesin Kalor
Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik.
Misalnya dalam mobil energi panas hasil pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi gerak
mobil. Kalian tahu ada gas yang dibuang dari knalpot mobil disertai panas. Tidak semua energi
panas dapat diubah menjadi energi mekanik, ada energi yang timbul selain energi mekanik.
Contoh lain adalah mesin pembangkit tenaga listrik tenaga panas bumi yang digunakan untuk
mengubah air menjadi uap. Uap dialirkan melalui sebuah turbin sehingga turbin bergerak dan
memutar generator sehingga timbul tenaga listrik.Secara sistematik usaha mesin kalor adalah
usaha yang dilakukan empat tahap secara siklus
SIKLUS TERMODINAMIKA
Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah proses dimana gas yang melakukan proses dapat dikembalikan ke keadaan
semula (bersifat reversibel) tanpa kehilangan energi, sehingga gas dapat melakukan usaha
kembali.
Mesin Carnot
Tidak ada mesin yang bekerja di antara dua tandon panas yang tersedia yang dapat
lebih efesien daripada mesin reversible yang bekerja di antara kedua tandon tersebut
Siklus carnot disebut siklus ideal yang terdiri dari dua proses, yaitu :
1. proses isotermik, yang terdiri dari proses pemuaian isotermis dan pemampatan isotermik
2. proses adiabatik, yang terdiri dari proses pemuaian adiabatis dan pemampatan adiabatik.
Jika kita lihat siklus carnot terdiri dari 4 proses lengkap sebagai berikut :
1. Proses pemuaian isotermal
Gas yang mula-mula tekanannya P1, volumenya V1 melakukan proses pemuaian isotermal
pada suhu T1 sehingga tekananya menjadi turun menjadi P2 dan volumenya naik menjadi V2.
Pada proses ini sistem menyerap kalor Q1 dari reservoir suhu tinggi T1 dan melakukan usaha
W1.
2. Proses pemuaian adiabatik
Gas yang tekanannya P2 volumenya V2 dan suhunya T1 melakukan proses pemuaian adiabatis
sehingga tekannya turun menjadi P3, volumenya naik menjadi V3 dan suhunya turun menjadi
T2 sambil melakukan usaha W2.
3. Proses pemampatan isotermik
Gas yang tekanannya P3 volumenya V3 melakukan proses pemampatan isotermis pada suhu
T2, sehingga tekanannya naik menjadi P4, volumenya turun menjadi V4. Pada proses ini sistem
menerima usaha W3 dan melepas kalor Q2 ke reservor bersuhu rendah T2.
4. Proses pemampatan adiabatik
Gas yang tekanannya P4 volumenya V4 m dan suhunya T2 mengalami proses pemampatan
adiabatis, sehingga tekanannya kembali menjadi P1, volumenya kembali menjadi V1 dan
suhunya menjadi T1 akibat dari sistem yang menerima usaha W4.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal, yaitu mesin yang efisiensi tertinggi yang
disebut dengan mesin Carnot.
Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot adalah :
Dalam prakteknya dikenal mesin kalor seperti motor bakar, diesel dan mesin uap. Pada siklus
Otto terdiri dari proses adiabatis dan isokhorik, sedangkan pada siklus diesel terdiri dari 3 proses,
yaitu proses adiabatis, isobarik dan isokhorik.
Efisiensi mesin Carnot adalah :
Mesin Pendingin(Referigator)
Refrigerator adalah mesin panas yang kerjanya berlawanan dengan sistem panas .Pada
refrigerator usaha diberikan pada mesin untuk menyerap panas dari tandon dingin dan
memberikan pada tandon panas. Mesin pendingin merupakan perlatan yang bekerja berdasarkan
aliran kalor dari benda dingin ke benda panas dengan melakukan usaha pada sistem.
Contoh mesin pendingin : lemari es (kulkas) dan pendingin ruangan (AC).
Skema kerja mesin pendingin atau refrigertor ditunjukkan pada Gambar berikut . Kita
mengusahakan sebanyak mungkin kalor Qd yang dipindahkan dengan melakukan kerja sekecil
mungkin.
Gambar 4 :Prinsip kerja refrigerator untuk menyerap panas
dari tandon dngin diperlukan usaha dari luar
Mesin pendingin mempunyai koefisien daya guna (koefisien performasi) yang besarnya :
Hukum kedua termodinamika menyatakan adanya proses ireversible atau tidak dapat balik.
Proses reversibel sebenarnya menunjukkan adanya tenaga mekanis yang hilang. Semua proses
reversibel menuju ke ketidakteraturan. Misalkan sebuah kotak berisi gas kemudian kotak
menumbuk dinding secara tidak elastis. Gerak gas dalam kotak menjadi tidak teratur, sehingga
suhu gas naik. Gas menjadi kurang teratur dan kehilangan kemampuan untuk melakukan
usaha.
Besaran yang menunjukkan ukuran ketidakteraturan adalah entropi S. Entropi merupakan suatu
fungsi yang tergantung pada keadan sistem. Entropi suatu sistem berubah dari satu keadaan ke
keadaan yang lain dengan definisi:
dQrev adalah panas yang harus ditambahkan pada sistem dalam suatu proses reversibel untuk
membawa dari keadan awal ke keadaaan akhirnya, dQrev bernilai positif (+) jika panas
ditambahkan pada sistem dan bernilai negatif (-) jika panas diambil dari sistem.
Mari kita melihat entropi sistem pada berbagai keadaan. Mari kita tinjau zat yang dipanaskan
pada tekanan tetap dari temperatur T1 menjadi temperatur T2. Untuk menaikkan suhunya panas
yang diserap adalah dQ. Kaitan antara dQ dengan perubahan suhunya adalah:
Hantaran panas antara dua sistem yang memiliki beda temperatur tertentu bersifat tak dapat balik
atau irreversibel. Entropi merupakan fungsi keadaan jadi tidak tergantung pada proses. Maka
perubahan entropi pada sistem adalah:
Bila T2>T1 maka perubahan entropi positif, dan sebaliknya jika T 2<T1 maka perubahan
entropinya negatif.
Sekarang kita tinjau pemuaian reversibel pada suhu tetap suatu gas yang memiliki suhu T dari
volume V1 sampai V2. Karena suhu tetap maka tenaga internalnya nol dan Q = W. Usaha
dilakukan gas dan panas diserap sistem dari tandon pada temperatur T. Perubahan entropi gas
adalah:
Jika V2 lebih besar daripada V1 maka perubahan entropi gas bernilai positif. Pada proses ini
sejumlah panas Q meninggalkan tandon dan memasuki gas. Jumlah panas ini sama dengan usaha
yang dilakukan oleh gas. Perubahan entropi gas adalah positif, karena Q=W positif, tetapi
perubahan entropi tandon negatif karena Q negatif atau Q keluar dari tandon. Jadi total perubahan
entropi gas dan tandon adalah nol. Sistem gas dan tandon kita katakan sebagai semesta. Semesta
adalah sistem dan lingkungannya. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan
Bagaimana jika prosesnya tidak reversibel? Misalkan saja gas pada suhu T dan gas memuai secara
bebas dari volume V1 menjadi V2. Pada pemuaian bebas tidak ada usaha yang dilakukan dan
tidak ada panas yang dipindah. Jadi kita biarkan gas memuai sendiri. Prosesnya tidak reversibel,
maka kita tidak bisa mengunakan ΔdQ/T untuk mencari perubahan entropi gas. Akan tetapi
karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir pada proses isotermal maka perubahan
entropiuntuk pemuaian bebas sama dengan perubahan entropi pada pemuaian isotermal. Maka
perubahan entropi pada pemuaian bebas:
Nilai V2 lebih besar dari V1 karena terjadi pemuaian bebas, maka perubahan entropi semesta
untuk proses irreversibel bernilai positif, atau entropinya naik, maka kita bisa mengatakan pada
proses irreversibel entropi semesta naik. Bagaimana jika volume akhir lebih kecil dari volume
mula-mula? Bila ini terjadi maka entropi semesta akan turun, akan tetapi hal ini tak mungkin
terjadi karena gas tidak bisa secara bebas menyusut dengan sendirinya menjadi volume yang
lebih kecil. Maka kita sekarang bisa menyatakan hukum termodinamika kedua menjadi untuk
sembarang proses, entropi semesta tak pernah berkurang.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Isokhorik : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan volume
(volume konstan)
Isothermal : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan suhu (suhu
konstan)
Isobarik : Suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada perubahan volume
(tekanan konstan)
Adiabatik : Suatu proses perubahan keadaan gas tanpa ada tenaga yang masuk atau yang
keluar sistem
Energi : Kemampuan untuk melakukan usaha
Energi dalam : Jumlah energi (energi kinetik translasi, rotasi dan vibrasi serta energi potensial
listrik) yang dimiliki oleh seluruh molekul gas dalam wadah tertentu.
Kapasitas Kalor : Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1 kelvin.
Thermodinamika : cabang ilmu fisika yang mempelajari hukum-hukum dasar dan membahas
konversi energi termal menjadi usaha yang bermanfaat
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Frederick J. Bueche, Ph.D.1999. Physics Handbook, Student Edition, Hartwell Bratt Ltd., Lud:
Sweden.
Hewit.G.P, 1993. Fundamental of Physics Extended, Edisi 5, John Willet and Sons, Inc.
Muis, Abdul,.2006. Perang Siasat Fisika Praktis, Jakarta : Kreasi Wacana. Grolier
International, 2004.
Nordling C. dan Osterman J. 1987. Conceptual Physics, Edisi 7. Harper Collins College
Publisher.
Tipler.P,2006. Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
MODUL AJAR
PENGERTIAN GELOMBANG DAN JENIS-JENIS GELOMBANG MEKANIK
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 8 Jam Pelajaran
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami pengertian gelombang;
Menganalisis jenis–jenis gelombang;
Menganalisis karakteristik gelombang mekanik; dan
Menganalisis besaran-besaran pada gelombang mekanik.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya mampu memahami pengertian gelombang
2 Saya mampu menganalisis jenis – jenis gelombang
3 Saya mampu menganalisis karakteristik gelombang mekanik
4 Saya mampu menganalisis besaran-besaran pada gelombang
mekanik
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Perhatikan gambar kaca mata berikut. Ini adalah kacamata yang biasa digunakan oleh orang buta.
Dengan menggunakan konsep gelombang mekanik. Jelaskan prinsip kerja dari kacamata
tersebut sehingga ketika dipakai oleh orang buta dia mampu mendeteksi benda-benda
disekitarnya, sehingga dia mampu menghindari jangan sampai menabrak benda ketika berjalan.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
PENGERTIAN GELOMBANG
Ayo dijawab , bagaimana cara astronot berkomunikasi di luar angkasa? Apakah mereka bisa
bercakap-cakap layaknya orang yang ada di Bumi? Jika mereka bercakap-cakap seperti saat di
Bumi, tentu suara mereka tidak akan terdengar satu sama lain. Hal itu karena di luar angkasa
merupakan ruang hampa udara. Oleh karena itu, para astronot bisa berkomunikasi menggunakan
gelombang radio. Mengapa gelombang bunyi tidak bisa merambat di luar angkasa, sementara
gelombang radio bisa merambat di luar angkasa? Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
gelombang itu bermacam-macam jenis dan karakteristiknya. Ingin tahu selengkapnya
tentang macam-macam gelombang beserta karakteristiknya?
Jadi apa itu gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat.
Jenis-jenis Gelombang
Berdasarkam medium untuk merambatnya gelobang dibedakan menjadi dua yaitu gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang yang memerlukan medium untuk
merambat disebut gelombang mekanik. Contoh : gelombang bunyi, gelombang air. Gelombang
yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang elektromagnetik. Contoh :
gelombang cahaya, sinar X, gelombang radio.
Berdasarkan arah getarannya, gelombang dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. gelombang transversal
2. gelombang longitudinal.
Gelombang Transversal
Yaitu gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah perambatannya. Contoh :
gelombang tali yang diusik.
Arah
Gelombang Longitudinal
Yaitu gelombang yang arah getarannya searah dengan arah rambatnya. Contoh : gelombang
pegas atau slinki.
Arah rambat
Arah getar
Pada gelombang longitudinal, terdiri dari rapat dan renggangan. Satu panjang gelombang
() adalah jarak antara rapatan dengan rapatan yang berurutan, atau jarak antara renggangan
dengan renggangan yang berurutan.
Keterangan:
f = frekuensi gelombang (Hz);
n = jumlah gelombang yang terbentuk; dan
t = waktu tempuh gelombang (s).
4. Periode gelombang (T)
Periode adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk menempuh satu panjang
gelombangnya. Periode juga bisa didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan gelombang untuk
melakukan satu kali putaran. Secara matematis, periode dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
f = frekuensi gelombang (Hz);
T = periode (s);
n = jumlah gelombang yang terbentuk; dan
t = waktu tempuh gelombang (s).
Kedua titik akan memiliki arah simpangan yang berlawanan, walaupun sama besar.
Sedangkan beda fase adalah apabila pada tali terdapat dua buah titik, maka beda fasenya
adalah jarak antara dua titik tersebut. Persamaan beda fase gelombang adalah sebagai berikut.:
sehingga beda sudut fase dinyatakan :
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Frederick J. Bueche, Ph.D.1999. Physics Handbook, Student Edition, Hartwell Bratt Ltd., Lud:
Sweden.
Tipler.P, Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Halliday. D, Resnick.R, Walker. J, 1997. Fundamental of Physics Extended, Edisi 5, John
Willet and Sons, Inc. Hewit.G.P, 1993.
Muis Abdul . 2006. Perang Siasat Fisika Praktis, Jakarta : Kreasi Wacana.
Nordling C. dan Osterman J. 1987. Conceptual Physics, edisi 7. Harper Collins College
Publisher.
MODUL AJAR
SIFAT-SIFAT GELOMBANG MEKANIK
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 8 Jam Pelajaran
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menganalisis sifat-sifat gelombang mekanik;
Menganalisis pemantulan gelombang (refleksi);
Menganalisis pembiasan gelombang (refraksi);
Menganalisis pelenturan gelombang (difraksi); dan
Menganalisis gabungan gelombang (interferensi).
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya mampu menjelaskan penyebab ketidakpastian pengukuran
2 Saya mampu menjelaskan perbedaan ketidakpastian mutlak dan
relatif
3 Saya mampu menentukan ketidakpastian pengukuran tunggal
4 Saya mampu menentukan ketidakpastian pengukuran berulang
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
1. Dalam sebuah eksperimen untuk menentukan kecepatan cahaya di dalam air, seorang
siswa melewatkan seberkas cahaya ke dalam air dengan sudut datang 30°. Kemudian, siswa
mencatat sudut bias yang terjadi di dalam air ternyata besarnya 22°. Jika kecepatan
cahaya di udara dianggap 3 × 108 m/s, tentukan kecepatan cahaya di dalam air!
2. Diatas suatu lapisan kaca terdapat lapisan air (n = 1,33). Seberkas cahaya
menembus pada batas permukaan kaca air tersebut ternyata mulai mengalami pemantulan
internal total pada sudut datang 53o. Berapakah besar indeks bias kaca yang dipakai?
3. Seberkas sinar datang dari suatu medium ke udara, jika sudut datang lebih besar dari
45o, sinar terpantul sempurna. Tentukanlah indeks bias medium tersebut !
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
SIFAT-SIFAT GELOMBANG
Ada beberapa sifat gelombang yang berlaku umum, baik gelombang mekanik maupun
gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang tersebut adalah :
a. Pemantulan (refleksi)
b. Pembiasan (refraksi)
c. Pelenturan (difraksi)
d. Perpaduan (interferensi)
e. Dispersi
f. Polarisasi
Setiap gelombang merambat dengan arah tertentu. Arah merambat suatu gelombang disebut
sinar gelombang. Sinar gelombang selalu tegak lurus pada muka gelombang. Muka gelombang
(front gelombang) adalah kedudukan titik yang memiliki fase yang sama pada gelombang. Jarak
antara dua muka gelombang yang berdekatan sama dengan satu panjang gelombang ().
Pemantulan Gelombang
Gelombang yang datang dan mengenai suatu penghalang akan dipantulkan. Gelombang lurus yang
datang pada permukaan bidang datar, akan berlaku hukum pemantulan gelombang, yang
berbunyi :
a. Gelombang datang, gelombang pantul dan garis normal (N) terletak pada satu bidang
datar.
b. Sudut gelombang dating (i) sama dengan sudut gelombang pantul (r.)
Pembiasan Gelombang
Pembiasan adalah peristiwa pembelokan gelombang. Seperti pada peristiwa pemantulan,
gelombang yang datang menuju medium yang berbeda akan dibiaskan, dan berlaku hukum
pembiasan gelombang, yang berbunyi :
1. Gelombang datang, gelombang bias dan garis normal (N) terletak pada satu bidang datar.
2. Gelombang datang dari tempat yang dalam (medium renggang) ke tempat yang dangkal
(medium rapat), maka gelombang akan dibiaskan mendekati garis normal (sudut bias r <
sudut datang i)
3. Gelombang datang dari tempat yang dangkal (medium rapat) ke tempat yang dalam
(medium renggang), maka gelombang akan dibiaskan menjauhi garis normal (sudut bias r
> sudut datang i).
Persamaan umum yang berlaku untuk pembiasan gelombang adalah persamaan Snellius,
yaitu :
Difraksi Gelombang
Difraksi gelombang adalah pembelokan gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang
berupa celah sempit. Celah bertindak sebagai sumber sumber gelombang berupa titik dan
gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk lingkaran dengan celah tersebut sebagai
pusatnya.
Interferensi Gelombang
Interferensi adalah peristiwa perpaduan dua atau lebih gelombang disuatu titik pada medium.
Interferensi dapat terjadi jika dua buah gelombang yang berinterferensi adalah koheren,
artinya memiliki frekuensi dan beda fase yang sama. Dengan menggunakan prinsip
superposisi gelombang, maka interferensi dapat dijelaskan.
1. Interferensi konstruktif, yaitu interferensi yang saling menguatkan, terjadi jika
gelombang yang berinterferensi memiliki fase yang sama.
Polaisasi Gelombang
Polarisasi gelombang adalah penyerapan sebagian arah getar gelombang karena melalui sebuah
celah. Polarisasi gelombang hanya terjadi pada gelombang tranversal saja. Itu artinya polarisasi
tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi. Polarisasi dapat
terjadi karena pemantulan, pembiasan, bias kembar,absorpsi selektif, dan peristiwa bidang getar.
Peristiwa polarisasi dapat divisualisasikan dengan membayangkan gelombang travensal pada seutas
tali..
Seutas tali digetarkan dengan melewati sebuah celah sempit vertikal. Tali terlihat
menyimpang seperti spiral. Setelah gelombang tali melewati celah, hanya arah getar vertikal
saja yang masih tersisa, sedangkan arah getar herizotal diredam atau diserap oleh celah sempit
tersebut. Gelombang yang keluar dari tali disebut gelombang linear.
Dispersi Gelombang
Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika gelombang merambat pada
suatu medium. medium nyata yang gelombangnya merambat dapat disebut sebagai medium non
dispersi. dalam medium non dispersi, gelombang mempertahankan bentuknya. contoh
medium non disperse adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang bunyi.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Frederick J. Bueche, Ph.D.1999. Physics Handbook, Student Edition, Hartwell Bratt Ltd., Lud:
Sweden.
Tipler.P, Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Halliday. D, Resnick.R, Walker. J, 1997. Fundamental of Physics Extended, Edisi 5, John
Willet and Sons, Inc. Hewit.G.P, 1993.
Muis Abdul . 2006. Perang Siasat Fisika Praktis, Jakarta : Kreasi Wacana.
Nordling C. dan Osterman J. 1987. Conceptual Physics, edisi 7. Harper Collins College
Publisher.
MODUL AJAR
GELOMBANG BERJALAN
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 8 JP
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami Gelombang Berjalan
Menerapkan Persamaan simpangan
Menerapkan Persamaan kecepatan
Menerapkan Persamaan percepatan
Menerapkan Sudut fase gelombang
Menerapkan Fase gelombang
Menerapkan Beda fase
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Ananda memahami konsep Gelombang Berjalan ?
2 Apakah Ananda mengetahui dan memahami konsep- konsep
kecepatan dan percepatan gelombang yang merupakan turunan
dari persamaan gelombang berjalan?
3 Apakah Ananda mampu memahami dan menganalisa contoh-contoh
soal dan latihan soal yang diberikan telah diberikan tentang konsep
Gelombang berjalan ?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
1. Persamaan gelombang transversal yang merambat pada suatu tali dinyatakan sebagai berikut.
Jika x dan y dalam meter, serta t dalam sekon, tentukanlah cepat rambat gelombang tersebut.
2. Suatu gelombang yang frekuensinya 500 Hz merambat dengan kecepatan 300 m/s. Berapakah
jarak antara dua titik yang berbeda sudut fase 60o ?
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
1. Gelombang Berjalan
Apakah Anda pernah memperhatikan bentuk dari tali setelah digetarkan? Bagaimana polanya?
Bagaimana bentuk persamaan gelombangnya? Bagaimana menghitung kecepatan
gelombangnya? Bagaimana menentukan percepatan gelombangnya? Mau tahu apa
jawabannya? Mari kita pahami materi gelombang berjalan yang sedang Anda pelajari.
Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitude dan fasenya sama di setiap titik yang
dilalui gelombang. Suatu gelombang dimana setiap titik yang dilalui oleh gelombang
tersebut bergetar harmonis dengan amplitudo yang sama besar. Amplitudo pada tali yang
digetarkan terus menerus akan selalu tetap, oleh karenanya gelombang yang memiliki
amplitudo yang tetap setiap saat disebut gelombang berjalan.
2. Persamaan simpangan
Seutas tali yang cukup panjang digetarkan sehingga pada tali terbentuk gelombang
transversal berjalan. Gelombang merambat dari titik O sebagai pusat koordinat menuju
arah sumbu –x positif. Mari kita perhatikan gambar berikut:
Gambar 9.1, Perambatan Gelombang
Jika titik O telah bergetar secara periodik selama t detik, maka simpangan gelombang di titik O
akan memenuhi simpangan getaran harmonis, yaitu
4. Persamaan percepatan
Seperti halnya kecepatan, Anda dapat mencari persamaan percepatan merupakan turunan
pertama dari kecepatan atau percepatan merupakan turunan kedua dari simpangan. Secara
matematis, Anda dapat mencari persamaan percepatan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Tinggal Anda tentukan beda fase kan? Beda berarti selisih kan? Maka beda fase Anda dapat
artikan selisih fase
Beda fase disimbulkan dengan ∆𝜑 . Jika Anda mau turunkan persamaan beda fase maka Anda
bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini:
Dua buah titik bisa memiliki fase sama dengan syarat sebagai berikut.
θp = 2nπ atau ∆φ = n dengan n = 0,1,2,3, ….
Dua buah titik bisa memiliki fase berlawanan dengan syarat sebagai berikut.
θp = (2n + 1)π atau ∆φ = 2 (2n + 1) dengan n = 0,1,2,3, ….
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lasmi, Ni Ketut. 2015. Seri Pendalaman Materi (SPM) Fisika. Bandung: Penerbit Esis
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 2 (Terjemahan). Bandung: Penerbit Binacipta.
Surya, Yohanes.1996. Olimpiade Fisika SMU Caturwulan Kedua Kelas 2. Jakarta: Penerbit PT
Primatika Cipta Ilmu.
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Kelas XI Jilid 2B, Jakarta: Erlangga
Handayani, Sri dan Ari Damari. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI (BSE). Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kamajaya, Ketut.2016. Aktif dan Kreatif Belajar Fisika Kelas XI. Bandung: Grafindo
Kanginaan, Marten. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI (BSE). Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Pujianto, dkk. 2016. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Pt. Intan Pariwara. Klaten
Saripudin, Aip. 2009. Praktis Belajar Fisika 2. Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Siswanto, Sukaryadi. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
MODUL AJAR
GELOMBANG STASIONER
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 8 JP
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi,
menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori
relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan
radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi
penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan
dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar
pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menganalisis gelombang stasioner ujung bebas.
Menganalisis gelombang stasioner ujung tetap.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Ananda memahami konsep Gelombang stasioner ?
2 Apakah Ananda mengetahui dan memahami konsep- konsep
menentukan letak perut dan simpul ?
3 Apakah Ananda mampu memahami dan menganalisa contoh-contoh
soal dan latihan soal yang diberikan telah diberikan tentang konsep
Gelombang berjalan ?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
1. Pada gelombang stasioner, titik simpul ke-10 berjarak 1,33 m dari ujung bebasnya.
Jika diketahui frekuensi gelombang 50 Hz. Tentukan panjang gelombang dan cepat
rambatnya gelombangnya.
2. Suatu gelombang mempunyai persamaan y = 0,2 cos (4πx) sin (5πt). Jika y dan x dalam
meter, serta t dalam sekon, tentukanlah jarak antara titik perut dan titik simpul yang
berdekatan.
3. Sebuah tali yang panjangnya 95 cm direntangkan. Salah satu ujung tali tersebut digetarkan
harmonik naik-turun dengan amplitudo 8 cm dan frekuensi 1 4 Hz. Sementara itu, ujung
tali lainnya terikat. Jika getaran tersebut merambat dengan kecepatan 3 cm/s, Tentukan
letak simpul ke-5 dan perut ke-2 dari titik asal getaran.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Gelombang stasioner adalah jenis gelombang yang mempunyai amplitudo tidak tetap atau berubah-
ubah. Gelombang stasioner adalah hasil perpaduan dua buah gelombang yang amplitudonya selalu
berubah. Artinya, tidak semua titik yang dilalui gelombang ini memiliki amplitudonya sama. Saat
membahas gelombang stasioner, Anda akan bertemu dengan istilah perut dan simpul. Perut
adalah titik amplitudo maksimum, sedangkan simpul adalah titik amplitudo minimum.
Gelombang stasioner ini dikenal juga dengan nama gelombang berdiri atau gelombang tegak.
Gelombang stasioner ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
a. Gelombang stationer yang diakibatkan oleh pemantulan di ujung terikat
b. Gelombang stasioner dengan ujung bebas
Bagaimana Anda dapat menuliskan persamaan gelombang stasioner ujung bebas? Anda bisa
memperhatikan gambar gelombang di atas.
jadi perpaduan antara gelombang datang dan gelombang pantul pada gelombang stasioner ujung
bebas menghasilkan persamaan berikut:
Anda langsung bisa menyimpulkan bahwa amplitudo gelombang stasioner ujung bebas adalah
Untuk menentukan letak perut dari ujung bebas, Anda bisa menggunakan persamaan berikut.
Dengan n = 0, 1, 2, 3, ….
Untuk menentukan letak simpul dari ujung bebas, Anda bisa menggunakan persamaan berikut.
Dengan n = 0, 1, 2, 3, ….
Anda bisa memulai dengan menuliskan persamaan gelombang datang dan gelombang pantul
Anda dapat menjumlahkan kedua gelombang di atas, maka Anda dapat tulis
ingat tanda – (negatif) di depan A (amplitudo) adalah tanda gelombang tersebut simpangan awalnya
ke bawah, jadi Anda bisa tuliskan hanya dalam bentuk persamaan:
jadi perpaduan antara gelombang datang dan gelombang pantul pada gelombang stasioner ujung
tetap menghasilkan persamaan berikut:
Anda langsung bisa menyimpulkan bahwa amplitudo gelombang stasioner ujung tetap adalah
Keterangan:
Ap = amplitudo gelombang stasioner (m);
Yp = simpangan gelombang stasioner (m);
w = kecepatan sudut gelombang (rad/s);
t = lamanya gelombang beretar (s);
k = bilangan gelombang; dan
x = jarak titik ke sumber getar (m).
Untuk menentukan letak perut dari ujung tetap, Anda bisa menggunakan persamaan berikut.
Dengan n = 0, 1, 2, 3, ….
Untuk menentukan letak simpul dari ujung tetap, Anda bisa menggunakan persamaan berikut.
Dengan n = 0, 1, 2, 3, ….
Belajar konsep dasar sudah, kira-kira belajar apa lagi ya? Bagaimana jika selanjutnya berlatih soal?
Nah, untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang gelombang berjalan dan stasioner, simak
contoh soal berikut ini.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lasmi, Ni Ketut. 2015. Seri Pendalaman Materi (SPM) Fisika. Bandung: Penerbit Esis
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 2 (Terjemahan). Bandung: Penerbit Binacipta.
Surya, Yohanes.1996. Olimpiade Fisika SMU Caturwulan Kedua Kelas 2. Jakarta: Penerbit PT
Primatika Cipta Ilmu.
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Kelas XI Jilid 2B, Jakarta: Erlangga
Handayani, Sri dan Ari Damari. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI (BSE). Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kamajaya, Ketut.2016. Aktif dan Kreatif Belajar Fisika Kelas XI. Bandung: Grafindo
Kanginaan, Marten. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI (BSE). Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Pujianto, dkk. 2016. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Pt. Intan Pariwara. Klaten
Saripudin, Aip. 2009. Praktis Belajar Fisika 2. Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Siswanto, Sukaryadi. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
MODUL AJAR
GELOMBANG BUNYI
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 3 x 4 JP
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik Anda diharapkan mampu menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi
meliputi cepat rambat bunyi, bunyi pada dawai, pipa organa, intensitas, dan efek doppler. Anda
juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mempresentasikan penerapan gelombang bunyi
dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk laporan imiah.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya dapat memahami konsep cepat rambat bunyi pada berbagai
medium
2 Saya dapat menerapkan prinsip bunyi pada dawai
3 Saya dapat menerapkan prinsip bunyi pada pipa organa terbuka dan
pipa organa tertutup
4 Saya dapat memahami tentang intensitas bunti dan taraf intensitas
5 Saya dapat memahami Efek Doppler
6 Saya dapat mempresentasikan penerapan gelombang bunyi dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk laporan ilmiah
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Tabel Pengamatan
Komponen benda
No Nama Benda Prinsip Kerja Gambar/Foto Alasan
penerapan gel bunyi
1
2
3
4
5
dst
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
V=λ.f
Keterangan :
v : cepat rambat bunyi
λ : panjang gelombang bunyi
f : frekuensi bunyi
Cepat rambat bunyi tergantung pada mediumnya:
2. Dawai
Ketika Anda memainkan gitar di bagian depan (dekat leher gitar), pasti bunyinya nyaring.
Itu artinya, semakin pendek jaraknya, frekuensinya semakin tinggi (berbanding
terbalik). Begitu pula dengan massa jenis, dan luas permukaan senarnya. Yang dimaksud
dengan luas permukaan senar di sini penampang dari senar / dawai dan tentu kecil sekali kan
penampangnya?Artinya, semakin kecil luas permukaannya maka frekuensinya besar.
Adapun variabel yang berbanding lurus terhadap frekuensi adalah gaya.
Nada Dasar
Nada Dasar terjadi apabila sepanjang dawai terbentuk 1/2 gelombang seperti pada gambar.
Tali dengan panjang L membentuk ½ λ
Sehingga : L = ½ λ maka λ = 2L
Maka frekuensi nada dasar adalah,
𝒗
��� = �𝑳
Nada Atas ke 1
�𝒗 𝒗
��� = �𝑳 = 𝑳
Nada Atas ke 2
Nada atas ke 2 terjadi apabila sepanjang dawai terbentuk 1 ½ gelombang.
Tali dengan panjang L membentuk 1 ½ λ atau 3/2 λ
L = 3/2 λ maka λ = 2/3 L
Gambar 6. Nada atas ke 1 dawai
�𝒗
��� = �𝑳
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi nada atas ke n
��� � � � ∶ ��� = � ∶ � : 3
3. Pipa Organa
Adapun sumber bunyi yang menggunakan kolom udara sebagai sumber getarnya disebut juga
pipa organa contohnya pada seruling, terompet, atau piano. Pipa organa dibagi menjadi pipa organa
terbuka dan pipa organa tertutup.
Nada dasar
Gambar 8. Nada dasar pipa organa terbuka
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 1/2 gelombang , maka nada yang dihasilkannya disebut
nada dasar
L = ½ λ maka λ = 2L
𝒗
��� = �𝑳
Nada atas ke 1
�𝒗 𝒗
��� = �𝑳 = 𝑳
Nada atas ke 2
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/2 gelombang , maka nada yang
dihasilkannya disebut nada atas ke 2.
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi nada atas ke n pada pipa
organa terbuka dapat ditentukan dengan rumus
Perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber bunyi berupa pipa organa
terbuka dengan frekuensi nada dasarnya merupakan bilangan bulat dengan perbandingan
��� ∶ ��� ∶ ��� = � ∶ � : 3
L = ¼ λ maka λ = 4L
𝒗
��� = �𝑳
Nada atas ke 1
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/4 gelombang , maka nada yang dihasilkannya disebut
nada atas ke 1
L = ¾ λ maka λ = 4/3
Persamaan pipa organa tertutup untuk nada atas ke 1 adalah
�𝒗
𝒇� = �𝑳
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi nada atas ke n pada pipa organa
tertutup dapat ditentukan dengan rumus :
Perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber bunyi berupa pipa organa
tertutup dengan frekuensi nada dasarnya
Contoh Soal
Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi
sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari :
a) Nada atas pertama b) Nada atas kedua
c) Nada atas ketiga
Pembahasan
Perbandingan nada-nada pada pipa organa terbuka memenuhi:
dengan:
fo adalah frekuensi nada dasar
f1 adalah frekuensi nada atas pertama f2 adalah frtekuensi nada atas kedua dan seterusnya.
a) Nada atas pertama (f1)
f1 / fo = 2/1
f1 = 2 × fo = 2× 300 Hz = 600 Hz
a. Intensitas Bunyi
Intensitas adalah besaran untuk mengukur kenyaringan bunyi. Intensitas bunyi yaitu energi
bunyi yang tiap detik (daya bunyi) yang menembus bidang setiap satuan luas permukaan secara
tegak lurus.
Rumus intensitas bunyi di suatu titik oleh beberapa sumber bunyi
�
� = =
�
𝑃
4��2
Keterangan :
I : Intensitas bunyi (W/m2)
P : Energi tiap waktu atau daya (W)
A : Luas (m2)
Dapat diketahui intensitas gelombang bunyi pada suatu titik berbading terbalik dengan
kuadrat jarkanya dari sumber bunyi, maka perbandingan intensitas bunyi di dua tempat yang
berbeda jaraknya terhadap satu sumber bunyi adalah :
𝑰� �� �
=
�
𝑰� ��
Ternyata kuat bunyi yang terdengar oleh telinga tidak berbanding lurus dengan besarnya
intensitas bunyi. Misalnya, jika intensitas awal 10-5 Wm-2 dan dinaikkan menjadi 2 x 10-5
Wm-, ternyata telinga kita tidak mendengar bunyi dua kali lebih kuat, bahkan telinga merasa
mendengar bunyi yang hampir sama kuatnya. Oleh karena jangkauan intesitas bunyi yang dapat
didengar manusia sangat besar maka dibuatlah suatu besaran yang menyatakan intensitas dalam
bilangan yang lebih kecil. Besaran ini dinamakan taraf intensitas bunyi disingkat TI.
Jika terdapat beberapa sumber bunyi yang identik maka taraf intensitasnya menjadi :
Contoh Soal
1. Intensitas gelombang bunyi pada jarak 5 m dari sumber bunyi adalah 2×10-
4 watt/m². Pada jarak 10 m dari sumber bunyi intensitasnya adalah ... Pembahasan :
�1 �2 2
=
2
�2 �12 . 10−4
�2
102
= 52�2 = 0,5 . 10−4
5. Efek Dopler
Perhatikan gambar kereta api di atas. Analogikan kecepatan kereta identik dengan kecepatan
rambat gelombang. Panjang gerbong kereta api sekitar 12,5 meter. Jika kereta bergerak dengan
kecepatan 72 km/jam = 20 m/s maka kita dapat identikkan dengan gelombang sebagai berikut :λ =
12,5 m
v= 20 m/s
Maka frekuensi gelombang adalah
f = v . λ = 20 . 12,5 = 1,6 Hz. Atau periode gelombang adalah
T = 1/f = 0,625 s.
Efek Dopler adalah peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi yang terdengar
penerima bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau menjauh. Contoh efek Dopler dapat
dilihat pada gambar dibawah. Pada saat sumber suara diam, kedua penerima mendengar besar
frekuensi yang sama. Saat sumber suara bergerak, salah satu penerima mendengar frekuensi
yang lebih besar dari sebelumnya dan penerima lain mendengar frekuensi yang lebih kecil dari
sebelumnya. Persamaan Efek Doppler adalah :
�� =
𝑉 ± 𝑉�
𝑉 ± 𝑉�
. ��
Keterangan :
fp = frekuensi pendengar (Hz)
fs = frekuensi sumber bunyi (Hz)
vp = kecepatan pendengar (m/s)
vs = kecepatan sumber bunyi (m/s)
Contoh Soal
Setelah kamu mengetahui rumus efek Doppler di atas, sekarang kita kerjakan contoh soal ini
yuk!
1. Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 72 km/jam mendekati stasiun sambil
membunyikan peluit yang berfrekuensi 940 Hz. Kecepatan bunyi di udara 340 m/s.
Bunyi yang didengar oleh orang yang beada di stasiun berfrekuensi…
Diketahui:
vs = 72 km/jam = 20 m/s (sumber bunyi mendekati pendengar (-))
vp = 0 m/s (pendengar diam)
fs = 940 Hz
v = 340 m/s Ditanya: fp? Jawab:
� = 𝑉 + 𝑉𝑃 �
� 𝑉 − 𝑉𝑆 �
340
�� = 320 940
�� = 988,75
2. Sumber bunyi memancarkan bunyi dengan frekuensi 500 Hz saling mendekat dengan pendengar.
Kecepatan sumber bunyi 40 m/s dan kecepatan pendengar 50 m/s. Jika
kecepatan bunyi di udara adalah 340 m/s, frekuensi bunyi yang didengar oleh
pendengar adalah…
Diketahui:
fs = 500 Hz
vs = 40 m/s (sumber bunyi mendekati pendengar (-)) vp = 50 m/s (pendengar mendekati sumber
bunyi (+)) v = 340 m/s
Ditanya: fP ?
Jawab:
𝑉 + 𝑉𝑃 � = �𝑉 − 𝑉𝑆
390
� �
500 = ��340 − 40
390
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Gelombang mekanik : gelombang yang membutuhkan medium dalam perambatannya
Gelombang longitudinal : gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambtannya
Frekuensi : Banyaknya getaran dalam tiap sekon
Intensitas : energi bunyi yang tiap detik (daya bunyi) yang menembus bidang setiap satuan luas
permukaan secara tegak lurus
Taraf intensitas : logaritma perbandingan antara intensitas bunyi dengan intensitas ambang
pendengaran
Efek Doppler : peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi yang terdengar penerima
bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau menjauh
Gelombang longitudinal : Gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatannya
Refraksi : perubahan arah rambat cahaya ketika berpindah dari satu medium ke medium lain karena
kerapatan optiknya berbeda
Dispersi : peristiwapenguraian cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik melalui
pembiasan atau pembelokan
Difraksi : pembelokan cahaya ketika melewati celah sempit
Celah tunggal : celah yang sangat kecil untuk dilewati cahaya
Kisi : sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah banyak.
Interferensi : paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang baru ketika memiliki beda
fase yang sama
Polarisasi : peristwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang.
Refleksi : atau pemantulan adalah pembalikan arah cahaya karena mengenai sebuah permukaan
benda
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, K dan Purnama, W. 2014. Fisika untuk Kelas XII SMA. Bandung : Grafindo
Kangenan, Marthen. 2016. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Resnick, Halliday and Walker. 2009. Fundamental of physics 6th edition : John Wiley & Son.
Widodo, Tri. 2009. Fisika : Untuk SMA / MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/
https://fisikakontekstual.com/materi-gelombang-cahaya/
MODUL AJAR
PEMANTULAN, PEMBIASAN, DAN DISPERSI CAHAYA
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 3 x 4 JP
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya yang meliputi
pemantulan, pembiasan, dan dispersi cahaya. Peserta didik juga diharapkan mampu
melakukan percobaan pemantulan cahaya secara mandiri
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya dapat memahami konsep pemantulan cahaya
2 Saya dapat memahami konsep pembiasan cahaya
3 Saya dapat memahami konsep dispersi cahaya
4 Saya dapat melakukan percobaan sederhana tentang pemantulan
cahaya
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
1. Pemantulan
Pasti Anda pernah bercermin kan? Bayangan Anda dan bayangan di cermin pasti sama persis,
mulai dari tinggi hingga jaraknya. Bayangan pada cermin tersebut adalah contoh dari peristiwa
pemantulan cahaya. Apa itu peristiwa pemantulan cahaya? Simak, penjelasannya dengan seksama.
Gambar 15. bercermin
Pemantulan cahaya adalah pembalikan arah cahaya karena mengenai sebuah permukaan.
Pemantulan cahaya dapat terjadi pada permukaan yang mengkilap, salah satu contohnya adalah
cermin.
Hukum pemantulan cahaya yang dikemukakan oleh Snellius (1591 - 1626). Bunyi hukum
pemantulan cahaya sebagai berikut:
a. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada suatu bidang datar.
b. Besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul.
Gambar 16. Hukum pemantulan cahaya
Mudahnya, perbedaan pemantulan teratur dan pemantulan baur yaitu saat kamu bercermin di
cermin yang bersih itulah yang disebut pemantulan teratur, sedangkan saat kamu bercermin di
cermin yang kotor itulah yang disebut pemantulan baur.
2. Pembiasan
Coba Anda perhatikan, terkadang Anda melihat genangan air di jalan raya, namun ketika mendekat,
ternyata tidak genangan air apapun. Itulah yang kita kenal dengan istilah fatamorgana. Atau
ketika kolam renang atau sungai yang airnya jernih terlihat seperti dangkal. Padahal kolam
renang atau sungai tersebut sebenarnya dalam.
Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan contoh dari pembiasan cahaya. Apa itu peristiwa
pembiasan cahaya?
Pembiasan cahaya merupakan peristiwa perubahan arah rambat cahaya ketika
berpindah dari satu medium ke medium lain yang kerapatan optiknya berbeda. Penyebab
terjadinya pembiasan cahaya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Ketika sinar datang dari
medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat maka sinar datang akan
dibiaskan mendekati garis normal. Contohnya ketika sinar datang melalui medium udara menuju
air.
2. Ketika sinar datang darimedium yang lebih rapat menuju medium yang
kurang
Gambar 19. Pembiasan Cahayarapat maka sinar datang akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Contohnya ketika sinar datang melalui medium air menuju udara.
keterangan :
n1 = indeks bias medium 1
��1 = sudut datang
n1 = indeks bias medium 2
��1 = sudut bias
3. Dispersi
Anda tentu sering sekali melihat pelangi. Warnanya yang beraneka rupa menjadi salah satu
fenomena yang sangat dinanti ketika hujan usai bahkan biasanya Anda mungkin bermain dengan
benda-benda nbening untuk membuat warna pelangi. Warna pelangi merupakan peristiwa
penguraian cahaya yang dikenal dengan istilah dispersi.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, K dan Purnama, W. 2014. Fisika untuk Kelas XII SMA. Bandung : Grafindo
Kangenan, Marthen. 2016. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Resnick, Halliday and Walker. 2009. Fundamental of physics 6th edition : John Wiley & Son.
Widodo, Tri. 2009. Fisika : Untuk SMA / MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/
https://fisikakontekstual.com/materi-gelombang-cahaya/
MODUL AJAR
DIFRAKSI, INTERFERENSI, DAN POLARISASI CAHAYA
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 3 x 4 JP
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menerapkan sifat gelombang cahaya yang meliputi difraksi, interferensi,
dan polarisasi. Anda juga dapat melakukan percobaan difraksi cahaya sederhana dengan
teliti
Atau mungkin kalian juga sering melihat bangunan rumah atau kantor yang jendelanya
dibuat dengan celah-celah kecil? Atau kenapa kalian sering sekali memakai kacamata hitam
ketika berada di pantai yang panas? Semua penjelasan itu akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar 3 ini yang akan membahas tentang sifat cahaya yang dapat mengalami difraksi,
interferensi, dan polarisasi. Simak baik-baik uraian materi pada kegiatan belajar 3 ini.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya dapat memahami konsep difraksi cahaya
2 Saya dapat memahami konsep interferensi cahaya
3 Saya dapat memahami konsep polarisasi cahaya
4 Saya dapat melakukan percobaan sederhana tentang difraksi cahaya
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
1. Difraksi
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang sangat
berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini dikarenakan diameter
pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika sampai ke
mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu?
Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya
melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya
yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang
jauh, misalnya lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu
yang cukup jauh.
Celah Tunggal
Difraksi merupakan fenomena penyebaran gelombang elektromagnetik yang muncul ketika
gelombang tersebut melewati sebuah celah sempit. Penyebaran ini dapat dijelaskan oleh prinsip
Huygens, yang mengatakan bahwa setiap bagian dari celah dapat dianggap sebagai sumber cahaya
yang dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah yang lain.
Gambar di atas merupakan proses difraksi cahaya ketika melewati celah tunggal. Ketika
cahaya difraksi bergabung, maka ia akan menghasilkan pola terang atau gelap yang dihasilkan
dari interferensi gelombang. Untuk interaksi minimum akan menghasilkan pola gelap dengan
formulasi:
d sin θ = n λ
Dengan m merupakan urutan pita gelap. Jika sudut θ memiliki nilai yang kecilmaka rumus di atas
akan menjadi:
𝒅�
= �𝝀
𝑳
Keterangan :
d = lebar celah
p = jarak antar terang
L = jarak layar n =terang ke
λ = panjang gelombang
Difraksi pada Kisi
Difraksi cahaya juga terjadi jika cahaya melalui banyak celah sempit terpisah sejajar
satu sama lain dengan jarak konstan. Celah semacam ini disebut kisi difraksi atau sering disebut
dengan kisi.
2. Interferensi
Sudah tahukah kalian apakah interferensi itu? Interferensi adalah perpaduan dua gelombang
atau lebih. Interferensi cahaya bisa terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung.
Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar maka interferensinya sulit diamati. Beberapa contoh
terjadinya interferensi cahaya dapat kalian perhatikan pada penjelasan berikut.
Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang
baru. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini.
a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus
memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.
c. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.
𝒅 �𝒊� 𝜽 = �𝝀
Pola minimum atau pola gelap terjadi jika beda lintasan optik merupakan kelipatan
setengah bulat panjang gelombang, pada interferensi celah ganda dirumuskan dalam persamaan :
𝒅 �𝒊� 𝜽 = (� +
�
)𝝀
�
Interferensi lapisan tipis
Persaman interferensi maksimum
��� = (� +
�
)𝝀
�
Keterangan :
t = tebal lapisan tipis m = orde interferensiPersaman interferensi minimum
��� = �𝝀
n = indeks bias lapisan
𝜆 = panjang gelombang
3. Polarisasi
Pernahkah Anda menggunakan kacamata hitam? Dapatkah Anda membedakan intensitas atau
tingkat kecerahan cahaya sebelum dan sesudah menggunakan kacamata? Ketika menggunakan
kacamata, Anda akan mendapatkan cahaya di sekeliling Anda menjadi lebih redup. Kenyataan
tersebut terjadi karena cahaya yang mengenai mata telah terpolarisasi oleh kacamata hitam Anda.
Polarisasi adalah peristwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang.
Berbeda dengan interferensi dan difraksi yang dapat terjadi baik pada gelombang transversal
maupun longitudinal, polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal.
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat
cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi.
Gambar 27. Dua buah polaroidsumbu transmisi membentuk sudut θ. Seberkas cahaya alami
menuju ke polarisator. Di
sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar
sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua
komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang
sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator
menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator)
memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas
menjadi:
I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
Polarisasi karena hamburan
Warna biru langit merupakan contoh penerapan hamburan cahaya yang selalu bisa Anda amati
setiap hari. Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel- partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran
kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.Pada
peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami
hamburan dengan intensitas yang besar.
Gambar 28. Warna biru langitCahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada
cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai
ke mata
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, K dan Purnama, W. 2014. Fisika untuk Kelas XII SMA. Bandung : Grafindo
Kangenan, Marthen. 2016. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Resnick, Halliday and Walker. 2009. Fundamental of physics 6th edition : John Wiley & Son.
Widodo, Tri. 2009. Fisika : Untuk SMA / MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/
https://fisikakontekstual.com/materi-gelombang-cahaya/
MODUL AJAR
MATA, KACAMATA DAN KAMERA
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (3 x pertemuan)
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan peserta didik dapat menganalisis cara kerja
pembentukan bayangan pada mata, kacamata dan kamera serta menerapkan prinsip kerja alat
optik melalui praktik membuat kamera sederhana.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda tahu macam-macam cacat mata dan jenis
kacamatanya?
2 Apakah Anda bisa menentukan besar kekuatan lensa kacamata pada
penderita cacat mata?
3 Apakah Anda tahu pembentukan bayangan pada mata dan kamera
adalah sama?
4 Apakah Anda tahu bagian kamera yang fungsinya sama dengan
mata?
5 Apakah Anda sudah mampu menerapkan prinsip kerja alat optik
melalui praktik membuat kamera sederhana?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Langkah Kerja:
1. Ambilah kardus bekas sepatu, kemudian potong salah satu bagian. Tutup bagian yang
terpotong dengan kertas tipis.
2. Lubangi pada ujung lainnya sebesar diameter paku.
3. Nyalakan lilin dan tempatkan disebelah lubang. Kemudian amati bayangan lilin dari
bagian sisi lainnya.
4. Amatilah bentuk bayangan lilin yang terlihat melalui kertas tipis. Catatlah data
pengamatan kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Alat Optik
Alat optik adalah alat-alat yang menggunakan lensa dan/atau cermin untuk memanfaatkan sifat-sifat
cahaya yaitu dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan, cahaya tersebut digunakan untuk melihat.
Selain dari mata kita, alat-alat optik digunakan bersamaan dengan mata kita, bisa juga untuk
membantu kita melihat ataupun membutuhkan mata kita untuk menggunakannya.
1. MATA
Mata merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dan merupakan suatu karunia Allah
SWT yang amat luar biasa dengan mata kita bisa melihat. Mata berfungsi dengan cara menerima,
memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa mata yang menghasilkan bayangan objek
yang kemudian ditangkap oleh retina mata. Bayangan objek yang ditangkap retina tersebut
kemudian dikirmkan ke otak melalui saraf optik untuk kemudian diolah menjadi gambar yang
mampu kita lihat secara nyata. Mata hampir berbentuk bulat dengan diameter sekitar 2,5 cm dan
dibungkus cangkang (sclera) berwarna putih yang keras sebagai pelindung.
Perhatikan struktur anatomi mata di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Secara umum fungsi bagian-bagian mata dibagi menjadi dua yakni bagian luar mata (kelopak mata,
bulu mata, alis mata dan kelenjar air mata) dan bagian dalam mata. Sudah tahukah Anda bagian
dalam mata? Baiklah perhatikan penjelasan bagian dalam mata beserta fungsinya, berikut ini:
a. Akomodasi
Daya Akomodasi mata atau daya suai mata adalah kemampuan otot siliar untuk menebalkan
atau memipihkan kecembungan lensa mata yang disesuaikan dengan dekat atau jauhnya jarak
benda yang dilihat mata. Sehingga dalam melihat benda- benda pada jarak tertentu perlu
mengubah kelengkungan lensa mata. Untuk mengubah kelengkungan lensa mata, yang berarti
mengubah jarak titik fokus lensa merupakan tugas otot siliar.
Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada
saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan pada
saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor).
Sumber: maurizka.com
Gambar Penampang mata saat mata tidak berakomodasi dan berakomodasi
Sumber: obatmatayangbagus.netlify.app
Gambar Jenis lensa untuk penderita mata
2. Kaca Mata
Kacamata merupakan alat optik yang digunakan untuk membantu melihat pada orang yang
memiliki cacat mata, baik itu rabun jauh, rabun dekat, ataupun mata silindris. Kacamata terdiri
dari lensa (tergantung jenis cacat matanya), frame atau kerangka yang menyangga lensa.
Kacamata berfungsi dengan cara mengatur bayangan agar jatuh tepat di retina, dengan cara
menjauhkan titik jatuh bayangan pada penderita rabun jauh dan mendekatkan titik jatuh
bayangan pada penderita rabun dekat.
Sumber: studiobelajar.com
Gambar Ilustrasi penggunaan lensa pada penderita rabun
Jauh dekatnya bayangan terhadap lensa (kacamata) yang digunakan tergantung pada letak
objek, jarak fokus lensa, dan kekuatan atau daya lensa.
di mana:
P = kekuatan atau daya lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa (meter)
Untuk mencari jarak fokus lensa, kita bisa mendapatkannya dengan menggunakan rumus:
dimana,
s = jarak benda ke lensa (meter)
s’ = jarak bayangan ke lensa (meter)
Oleh karena itulah saat kita memeriksa matanya ke dokter mata, maka kita disuruh membaca
rangkaian huruf-huruf di depan kita dengan jarak yang sudah ditentukan sehingga dokter dapat
menentukan jarak fokus lensa untuk mengetahui besarnya daya lensa yang dibutuhkan.
3. KAMERA
Kamera merupakan alat untuk menghasilkan foto. Ada dua jenis kamera yang umum dikenal,
yaitu kamera digital dan kamera analog. Saat ini yang akan dibahas adalah kamera analog. Cara
kerja kamera hampir sama dengan cara kerja mata, yakni cahaya masuk difokuskan oleh lensa
dan kemudian ditangkap oleh retina yang merupakan film pada kamera. Rumus untuk mencari
titik fokus pada lensa kamera sama seperti yang kita gunakan pada lensa (kacamata) diatas.
Kamera terdiri atas sebuah lensa cembung, diafragma, dan film. Lensa pada kamera dapat
diubah-ubah letaknya sedemikian agar bayangan yang dibentuk lensa selalu terletak tepat pada
film. Sifat bayangan yang dibentuk kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
Sumber: berpendidikan.com
Gambar pembentukan bayangan pada kamera analog
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Alat Optik : alat yang berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan bayangan melalui
pemantulan atau pembiasan cahaya.
Astigmatisma : cacat mata yang disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferis (irisan
bola), melainkan melengkung pada satu bidang dari bidang yang lain (berbentuk silinder).
Hipermetropi : cacat mata yang tidak dapat melihat jelas benda dekat, disebut juga mata
perpenglihatan jauh (terang jauh/mata jauh).
Kamera : alat optik yang memiliki mekanisme mirip dengan mekanisme kerja mata.
Lup : alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung (lensa positif) yang berfungsi untuk dapat
memperbesar benda-benda kecil yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mata : alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia dan hewan
Miopi : cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata
perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat).
Mikroskop : alat optik yang terdiri atas dua lensa cembung (lensa positif), yakni sebagai lensa
objektif dan lensa okuler yang berfungsi untuk melihat benda-benda renik yang tak dapat
dilihat langsung dengan mata telanjang, seperti bakteri, mikroba, virus, serta sel-sel tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Periskop : alat optik untuk mengamati suatu objek dari posisi tersembunyi
Presbiopi : cacat mata yang timbul akibat daya akomodasi mata berkurang
Proyektor : alat optik yang digunakan untuk menampilkan gambar di sebuah layar proyeksi atau
permukaan serupa
Teropong : alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak
lebih dekat dan jelas.
Titik Dekat : jarak terdekat yang masih dapat dilihat jelas oleh mata dengan berakomodasi
maksimum. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik dekat mata/ PP = 25 cm.
Titik Jauh : jarak terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Untuk mata
normal (emetrop), nilai titik jauh mata/PR = ∞ (tak terhingga).
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2012. Fisika Terpadu Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nursyamsuddin. 2008. Panduan Praktikum Terpilih Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern (Terjemahan). Bandung:
Penerbit Binacipta.
Surya, Yohanes. 1996. Olimpiade Fisika SMU Caturwulan Kedua Kelas 2. Jakarta: Penerbit PT
Primatika Cipta Ilmu.
MODUL AJAR
LUP, MIKROSKOP DAN PERISKOP
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (3 x pertemuan)
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan peserta didik dapat menganalisis cara kerja
pembentukan bayangan pada lup, mikroskop dan periskop serta menerapkan prinsip kerja alat
optik melalui praktik membuat periskop sederhana.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda tahu perhitungan perbesaran penggunaan pada lup
secara mata berakomodasi dan tidak berakomodasi?
2 Apakah Anda tahu fungsi dan prinsip kerja mikroskop?
3 Apakah Anda bisa menentukan perbesaran total dan panjang
mikroskop?
4 Apakah kalian bisa menggambarkan proses pembentukkan
bayangan pada mikroskop ?
5 Apakah Anda sudah mampu menerapkan prinsip kerja alat optik
melalui praktik membuat periskop sederhana?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Langkah kerja:
1. Bagi kardus bekas menjadi lima bagian. Dua bagian sama besar dengan ukuran masing-
masing 30 cm x 6 cm. Dua bagian sama besar dengan ukuran 30 cm x 4 cm dan satu
bagian lagi berukuran 30 cm x 2 cm (untuk menyatukan persegi panjang sebagai badan
periskop).
2. Buat 2 lubang berbentuk lingkaran pada bagian depan dan belakang periskop (gambar 2).
Lubang bagian atas depan nantinya sebagai lubang yang melihat langsung ke objek yang
akan dilihat sedangkan lubang bagian belakang bawah adalah sebagai tempat untuk kita
mengamati.
3. Buat 4 lubang berbentuk persegi panjang pada samping kanan dan kiri, atas dan bawah.
Lubang ini nantinya berguna untuk menempatkan 2 buah cermin datar. Kemiringan lubang
ini adalah 45°. Agar pas kemiringannya, gunakan busur untuk mengukur derajat
kemiringannya (gambar 3)
4. Satukan bagian-bagian periskop menggunakan selotip atau lem sehingga membentuk
bangun persegi panjang dengan ukuran 30 cm x 6 cm x 4 cm (lihat gambar).
5. Selipkan cermin datar pada celah bersudut dan rekatkan dengan selotip. Salah satu cermin
menghadap ke atas dan yang lainnya menghadap ke bawah. Perhatikan saat memasang
kedua cermin, yakni harus saling berhadapan agar nantinya dapat memantulkan bayangan
objek sesuai dengan konsep cara kerja periskop.
Pertanyaan:
Sumber: wikipedia.orgSetelah Anda berhasil membuat periskop sederhana, jawablah
pertanyaan berikut!
1. Sifat cahaya apa yang terjadi dalam percobaan ini ?
2. Bagaimana prinsip kerja periskop?
3. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan?
4. Dimana akan Anda jumpai periskop dalam kehidupan sehari-hari?
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
1. Lup
Lup atau kaca pembesar hanya terdiri dari satu lensa positif dan berfungsi untuk memperbesar
ukuran bayangan yang terbentuk di retina. Lup sebenarnya merupakan lensa cembung yang
diletakkan antara mata dengan benda yang akan diamti. Lup banyak digunakan oleh tukang
arloji untuk melihat komponen- komponen arloji yang berukuran kecil. Ada 2 cara dalam
menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak berakomodasi.
Sekarang coba Anda perhatikan gambar berikut ini.
Sumber: fisikabc.com
Gambar Pengamatan memakai lup untuk mata berakomodasi
Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada titik dekat
pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang α. Pada gambar (b),
seorang pengamat menggunakan lup dimana benda diletakkan di antara titik O dan F (ruang I)
dan diperoleh bayangan yang terletak pada titik dekat mata pengamat (s’ = sn).
Karena sudut pandang mata menjadi lebih besar, yaitu β, maka mata pengamat berakomodasi
maksimum. Untuk jenis mata normal (emetropi) dan berakomodasi maksimum, bayangan yang
terbentuk berada pada jarak baca normal (sn) yaitu 25 cm. oleh karena itu, perbesaran bayangan
pada lup mata berakomodasi maksimum dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
M = perbesaran bayangan (kali)
f = jarak fokus lup (meter)
sn = jarak baca normal (25 cm)
2. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik untuk melihat benda-benda kecil dengan perbesaran yang
lebih besar dari perbesaran lup (dapat mencapai lebih dari 100 kali lipat dari besar benda).
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Zacharias Janssen dari Belanda pada tahun 1590.
Mikroskop terdiri dari 2 lensa. Lensa pertama dinamakan lensa obyektif yang diletakkan sekat
dengan benda yang akan diamati. Sedangkan lensa kedua yang diletakkan dekat dengan mata
pengamat dinamakan lensa okuler. Lensa okuler bertindak sebagai lup. Ada dua cara dalam
menggunakan mikroskop, yaitu dengan mata berakomodasi maksimum dan dengan mata tak
berakomodasi.
Sumber: fisikabc.com
Gambar Pembentukan bayangan mikroskop untuk mata berakomodasi
Bayangan akhir yang dihasilkan oleh dua lensa dalam mikroskop bersifat maya, diperbesar dan
terbalik terhadap benda semula. Perhatikan gambar permbentukan bayangan pada mikroskop di
atas (untuk mata berakomodasi maksimum). Panjang mikroskop (L) dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut
Keterangan:
L = panjang mikrokop (meter)
s’ob = jarak bayangan lensa objektif sok = jarak benda lensa okuler
L = s’ob + sok
Perbesaran lensa obyektif merupakan perbesaran lensa positif:
Keterangan:
Oleh karena lensa okuler bersifat sebagai lup maka perbesaran lensa okuler mikroskop adalah
sebagai berikut. Untuk mata berakomodasi maksimum.
Keterangan:
sn = jarak titik dekat mata normal
fok = jarak fokus lensa okuler
mikroskop terdiri atas lensa objektif dan lensa okuler. Maka dapat dikatakan bahwa perbesaran
pada mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran oleh lensa objektif (mob) dengan
perbesaran oleh lensa okuler (mok) dan secara matematis dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
M = perbesaran total mikroskop
mob = perbesaran lensa objektif
mok = perbesaran lensa okuler
Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Agar mata pengamat dalam menggunakan
mikroskop tidak berakomodasi, maka lensa okuler harus diatur/digeser sedemikian rupa supaya
bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif tepat jatuh di titik fokus lensa okuler (fok).
Lukisan bayangan untuk mata tak berakomodasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: fisikabc.com
Gambar Pembentukan bayangan mikroskop untuk mata tidak berakomodasi
Perbesaran lensa objektif selalu sama baik digunakan pada saat pengamatan dengan mata
berakomodasi maksimum maupun mata tidak berakomodasi. Hal ini dikarenakan lensa objektif
digunakan untuk membentuk bayangan objek asli dan tidak berhubungan langsung dengan
mata pengamat.
Oleh karena lensa okuler bersifat sebagai lup maka perbesaran lensa okuler untuk pengamatan
dengan mata tidak berakomodasi dirumuskan sebagai berikut.
Sehingga untuk perbesaran total mikrokop untuk pengamatan dengan mata tidak berakomodasi,
sebagai berikut:
Sedangkan panjang mikroskop (jarak tubulus) untuk pengamatan dengan mata tidak
berakomodasi dinyatakan dengan persamaan berikut.
3. Periskop
Periskop adalah alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada
dalam sudut tertentu. Bentuknya sederhana, yaitu berupa tabung yang dilengkapi dengan
cermin/prisma pada ujung-ujungnya. Prisma ini akan memantulkan cahaya yang datar sejajar
padanya, kemudian diatur sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 45 derajat terhadap
sumbu tabung.
Periskop digunakan pada tank dan kapal selam. Para navigator kapal di kapal selam
memanfaatkan periskop untuk mengamati gerak-gerik yang terjadi di permukaan laut. Ketika
kita melihat ujung bawah, cahaya sejajar masuk lewat ujung atas mengenai cermin, oleh cermin
akan dipantulkan membentuk sudut 45 derajat ke cermin bawah yang juga membentuk 45
derajat. Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan dipantulkan kembali ke mata kita yang melihat dari
ujung bawah sehingga kamu dapat melihat benda-benda yang berada di ujung atas.
Prinsip kerja Periskop yaitu cahaya dari benda akan masuk secara horizontal kemudian turun
dan mengarah ke mata pengamat secara horizontal juga. Bagian periskop yang berada diatas
permukaan air haruslah tidak menarik perhatian atau mencolok. Oleh karena itu, pipa periskop
dibuat dengan bentuk panjang menyempit dan kecil.
Sumber: fisikaoptikyeni.blogspot.com
Gambar Periskop sederhana menggunakan cermin dan lensa
Cara kerja periskop sangat sederhana, yaitu diawali dengan masuknya cahaya pada kotak di
bagian depan dan diterima oleh cermin bagian atas. Cermin tersebut kemudian mengirimkan
cahaya yang diterima ke cermin yang disimpan di bagian bawah. Selanjutnya, cermin di bawah
mengirimkan cahaya menuju mata kita, sehingga kita dapat melihat disekeliling kita di dalam
karton atau periskop sederhana.
Sebuah periskop terdiri atas dua buah lensa cembung sebagai lensa objektif dan lensa okuler
serta dua buah prisma siku-siku sama kaki. Ketika seberkas cahaya mengenai lensa objektif,
cahaya tersebut akan diteruskan menuju prisma siku-siku pertama. Prisma siku-siku pertama
akan memantulkan berkas cahaya tersebut menuju ke prisma siku-siku kedua. Berkas cahaya
yang menembus prisma siku-siku kedua akan diteruskan ke lensa okuler.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Alat Optik : alat yang berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan bayangan melalui
pemantulan atau pembiasan cahaya.
Astigmatisma : cacat mata yang disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferis (irisan
bola), melainkan melengkung pada satu bidang dari bidang yang lain (berbentuk silinder).
Hipermetropi : cacat mata yang tidak dapat melihat jelas benda dekat, disebut juga mata
perpenglihatan jauh (terang jauh/mata jauh).
Kamera : alat optik yang memiliki mekanisme mirip dengan mekanisme kerja mata.
Lup : alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung (lensa positif) yang berfungsi untuk dapat
memperbesar benda-benda kecil yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mata : alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia dan hewan
Miopi : cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata
perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat).
Mikroskop : alat optik yang terdiri atas dua lensa cembung (lensa positif), yakni sebagai lensa
objektif dan lensa okuler yang berfungsi untuk melihat benda-benda renik yang tak dapat
dilihat langsung dengan mata telanjang, seperti bakteri, mikroba, virus, serta sel-sel tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Periskop : alat optik untuk mengamati suatu objek dari posisi tersembunyi
Presbiopi : cacat mata yang timbul akibat daya akomodasi mata berkurang
Proyektor : alat optik yang digunakan untuk menampilkan gambar di sebuah layar proyeksi atau
permukaan serupa
Teropong : alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak
lebih dekat dan jelas.
Titik Dekat : jarak terdekat yang masih dapat dilihat jelas oleh mata dengan berakomodasi
maksimum. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik dekat mata/ PP = 25 cm.
Titik Jauh : jarak terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Untuk mata
normal (emetrop), nilai titik jauh mata/PR = ∞ (tak terhingga).
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2012. Fisika Terpadu Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nursyamsuddin. 2008. Panduan Praktikum Terpilih Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern (Terjemahan). Bandung:
Penerbit Binacipta.
Surya, Yohanes. 1996. Olimpiade Fisika SMU Caturwulan Kedua Kelas 2. Jakarta: Penerbit PT
Primatika Cipta Ilmu.
MODUL AJAR
TEROPONG DAN PROYEKTOR
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (3 x pertemuan)
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan peserta didik dapat menganalisis cara kerja
pembentukan bayangan pada teropong dan proyektor serta menerapkan prinsip kerja alat optik
melalui praktik membuat teropong sederhana.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda tahu macam-macam teropong?
2 Apakah Anda bisa menghitung perbesaran dan panjang teropong?
3 Apakah Anda bisa menggambarkan jalannya sinar pada teropong
dan proyektor?
4 Apakah Anda tahu fungsinya proyektor?
5 Apakah Anda sudah mampu menerapkan prinsip kerja alat optik
melalui praktik membuat teropong sederhana?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Langkah Kerja:
1. Potong PVC 1 inci dengan panjang 15 cm. Pasang pada tiap ujungnya masing- masing
lensa positif dengan jarak fokus masing-masing 5 cm. Agar tidak lepas rekat lensa dengan
lem PVC.
2. Potong pipa PVC 1 ¼ inci dengan panjang 30 cm. Kemudian, tempelkan lensa positif
dengan jarak fokus 20 cm pada salah satu ujungnya. Sebelum dipasang lensa, pasang
potongan karet sandal jepit berbentuk lingkaran dengan diameter luar 1 ¼ inci dan
diameter dalam 1 inci pada kedua ujung pipa.
3. Pasang kedua pipa PVC yang dilengkapi lensa, seperti gambar berikut ini.
4. Gunakan teropong sederhana tersebut untuk melihat benda-benda yang sangat jauh
(misalnya burung, daun pohon kelapa)
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
1. TEROPONG
Teropong atau teleskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
sangat jauh sehingga tampak lebih dekat dan lebih jelas. Teropong berfungsi mendekatkan
benda ke mata kita.
Ada dua jenis teropong, yaitu:
1. Teropong bias yang terdiri dari beberapa lensa untuk membiaskan sinar yang datang dari
benda. Beberapa contoh teropong bias yaitu Teropong bintang, teropong bumi, teropong
prisma, teropong panggung.
2. Teropong pantul yang terdiri dari beberapa cermin dan lensa sebagai
pemantul dan pembias sinar datang.
Teropong Bintang
Teropong bintang digunakan untuk mengamati benda-benda langit, seperti bintang, planet dan
asteroid. Teropong bintang menggunakan dua lensa cembung satu sebagai lensa objektif dan
yang lainnya sebagai lensa okler. Jarak fokus lensa objektif lebih panjang daripada jarak fokus
lensa okulernya (fob > fok) dimana kedua titik fokus tersebut saling berimpit. Jika Anda ingin
melihat teropong bintang bisa berkunjung ke Boscha di Lembang Bandung.
Prinsip kerja teropong bintang sama dengan prinsip kerja mikroskop pada saat mata tak
berakomodasi. Bayangan benda langit yang sangat jauh (sob = ~) akan berada di titik fokus
lensa objektif (s’ob = fob). Bayangan dari lensa objektif menjadi benda bag lensa okuler.
Titik fokus lensa okuler berimpit dengan titik fokus lensa objektif, berarti bayangan dari lensa
objektif tadi berada di titik fokus lensa okuler. Oleh lensa okuler, bayangan dari lensa objektif
akan dibiaskan lagi hingga terbentuk bayangan akhir di tak berhingga. Dengan demikian, mata
dapat mengamatinya tanpa berakomodasi.
Sumber: fisikazone.com
Gambar Pembentukan bayangan pada teropong bintang
Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi dapat ditentukan
dengan rumus:
� = ����
����
Panjang teropong bintang adalah jarak antara lensa objektif dan okulernya, dengan rumus:
L = fob + fok
Teropong Bumi
Teropong bumi digunakan untuk melihat benda-benda di permukaan bumi. Teropong bumi
terdiri atas tiga lensa cembung yang masing-masing berperan sebagai lensa objektif, lensa
pembalik, lensa okuler. Lensa pembalik berfungsi membalik bayangan dari lensa objektif agar
teramati seperti keadaan aslinya oleh lensa okuler
Sumber: fisikazone.com
Gambar Pembentukan bayangan pada teropong bumi
Selain keberadaan lensa pembalik, prinsip kerja teropong bumi sama dengan prinsip kerja
teropong bintang. Perbesaran bayangan pada teropong bumi juga dapat ditentukan dengan
rumus:
Namun, rumus perhitungan panjang teropong bumi berbeda dengan rums perhitungan panjang
teropong bintang. Hal ini karena adanya lensa pembalik. Panjang teropong bmi dapat
ditentukan dengan rumus:
2. PROYEKTOR
Proyektor adalah sebuah perangkat optik yang memproyeksikan gambar atau gambar bergerak
pada sebuah permukaan datar, biasanya sebuah layar putih atau dinding putih. Kebanyakan
proyektor membuat gambar dengan cara menyinari objek melalui lensa transparan kecil, namun
proyektor sekarang dapat memproyeksikan gambar secara langsung, dengan menggunakan
laser. Ada beberapa jenis proyektor, yaitu: Slide Projector (Proyektor Slide), Overhead
Projector (OHP) dan Digital Projector (CRT Projector, LCD Projector, DLP Projector, LCoS
Projector dan LED Projector).
Pada kesempatan ini kita akan membahas proyektor manual yaitu proyektor diaskop (diaskop
projector) dan overhead projector (OHP).
a. Proyektor Diaskop (Diaskop Projector)
Proyektor diaskop adalah alat untuk memproyeksikan gambar diapositif sehingga
terbentuk bayangan nyata pada layar. Alat ini terdiri dari sebuah cermin cekung sebagai
reflektor (pemantul) dan dua buah lensa cembung masing-masing sebagai kondensor
(membuat sinar sejajar) dan sebagai proyektor (memperbesar gambar bayangan).
Sumber: fisikazone.com
Pada proyektor diaskop, titik pusat kelengkungan cermin berimpit dengan titik api lensa
kondensor dan di titik itu dipasang lampu yang terang. Sinar yang dipancarkan lampu
diubah oleh lensa kondensor menjadi berkas sinar sejajar yang tepat menerangi benda
diapositif. Benda tersebut merupakan benda untuk lensa proyektor yang menghasilkan
bayangan nyata, terbalik, diperbesar, dan terletak di layar. Perbesaran hanya terjadi oleh
lensa proyektor sehingga terlihat seperti pada gambar berikut:
Sumber: fisikazone.com
Gambar Pembentukan bayangan proyektor OHP
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Alat Optik : alat yang berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan bayangan melalui
pemantulan atau pembiasan cahaya.
Astigmatisma : cacat mata yang disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferis (irisan
bola), melainkan melengkung pada satu bidang dari bidang yang lain (berbentuk silinder).
Hipermetropi : cacat mata yang tidak dapat melihat jelas benda dekat, disebut juga mata
perpenglihatan jauh (terang jauh/mata jauh).
Kamera : alat optik yang memiliki mekanisme mirip dengan mekanisme kerja mata.
Lup : alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung (lensa positif) yang berfungsi untuk dapat
memperbesar benda-benda kecil yang masih dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mata : alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia dan hewan
Miopi : cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata
perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat).
Mikroskop : alat optik yang terdiri atas dua lensa cembung (lensa positif), yakni sebagai lensa
objektif dan lensa okuler yang berfungsi untuk melihat benda-benda renik yang tak dapat
dilihat langsung dengan mata telanjang, seperti bakteri, mikroba, virus, serta sel-sel tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Periskop : alat optik untuk mengamati suatu objek dari posisi tersembunyi
Presbiopi : cacat mata yang timbul akibat daya akomodasi mata berkurang
Proyektor : alat optik yang digunakan untuk menampilkan gambar di sebuah layar proyeksi atau
permukaan serupa
Teropong : alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak
lebih dekat dan jelas.
Titik Dekat : jarak terdekat yang masih dapat dilihat jelas oleh mata dengan berakomodasi
maksimum. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik dekat mata/ PP = 25 cm.
Titik Jauh : jarak terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Untuk mata
normal (emetrop), nilai titik jauh mata/PR = ∞ (tak terhingga).
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2012. Fisika Terpadu Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nursyamsuddin. 2008. Panduan Praktikum Terpilih Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern (Terjemahan). Bandung:
Penerbit Binacipta.
Surya, Yohanes. 1996. Olimpiade Fisika SMU Caturwulan Kedua Kelas 2. Jakarta: Penerbit PT
Primatika Cipta Ilmu.
MODUL AJAR
PEMANASAN GLOBAL
INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) / F
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran (1 x Pertemuan)
Tahun Penyusunan : 20 ... / 20 ...
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam
kinematika dan dinamika gerak, usaha dan energi, fluida, getaran harmonis, gelombang bunyi
dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep
energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta
didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan
kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan
konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta
didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas
khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek
fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika.
Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya
mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan peserta didik dapat menganalisis gejala
pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan, serta mengajukan
ide/gagasan penyelesaian masalah pemanasan global dalam bentuk laporan portofolio.
V. ASESMEN PEMBELAJARAN
a) Penilaian Sikap / Profil Pelajar Pancasila
Selama proses mengajar berlangsung guru mengamati profil pelajar Pancasila pada siswa
dalam pembelajaran yang meliputi Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Kebhinekaan Global, Mandiri, Bernalar Kritis, Gotong Royong dan Kreatif
b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes tertulis
c) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan yang dilakukan pada Capaian Pembelajaran ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin di capai adalah dengan tes unjuk kerja / praktek
Penilaian Diri
Isilah pertanyaan pada tabel di bawah ini sesuai dengan yang kalian ketahui, berilah penilaian
secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan memberi tanda pada kolom Jawaban.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda tahu penyebab pemanasan global?
2 Apakah Anda dapat menjelaskan prinsip efek rumah kaca?
3 Apakah Anda dapat menganalisis gejala-gejala pemanasan global
yang terjadi di lingkungan?
4 Apakah Anda tahu dampak pemanasan global?
5 Apakah Anda dapat memberikan ide/gagasan penyelesaian masalah
pemanasan global bagi kehidupan dan lingkungan?
Catatan:
• Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
• Jika semua jawaban “Ya” maka Anda dapat melanjutkan kegiatan Pembelajaran berikutnya
VI. PENGAYAAN DAN REMEDIAL
Remedial
Peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai target, guru melakukan pengulangan
materi dengan pendekatan yang lebih individual dengan memberikan tugas individu tambahan
untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik yang bersangkutan
Pengayaan
Peserta didik yang daya tangkap dan daya kerjanya lebih dari peserta didik lain, guru
memberikan kegiatan pengayaan yang lebih menantang dan memperkuat daya serapnya
terhadap materi yang telah diajarkan guru.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Salah satu usaha mengendalikan pemanasan global adalah dengan penanaman pohon kembali
(reboisasi) hutan-hutan gundul. Tentu masih ada lagi beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan pemanasan global.
Buatlah Poster atau info grafis untuk mengemukakan ide/gagasan Anda berkaitan dengan
upaya penyelesaian masalah pemanasan global sehubungan dengan gejala dan dampaknya bagi
kehidupan serta lingkungan, kemudian kumpulkan kepada guru dan karya yang terpilih bisa
ditempel pada mading sekolah.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Perubahan akhir akibat terjadinya pemanasan global sudah menjadi kosakata umum dalam
percakapan masyarakat sehari-hari terutama di kalangan ilmuwan. Namun, fenomena ini masih
belum dipahami secara tepat oleh masyarakat sehingga tidak jarang terjadi kesalahpahaman atau
kesulitan dalam membedakan antara perubahan iklim dengan variasi iklim yang kadang-kadang
terjadi dengan gejala yang agak ekstrem. Seperti yang sudah sering kita alami adanya musim
kemarau atau musim penghujan yang sangat panjang.
Menghangatnya isu pemanasan global ini, mengingat timbulnya dampak yang sangat besar terhadap
kehidupan di dunia yang diduga menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim dunia dengan
berbagai akibat yang ditimbulkannya. Pemanasan global suatu fenomena global yang dipicu oleh
kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna
lahan. Kegiatan ini menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di
atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2). Gas CO2 ini yang menjadi biang keladi dari
terjadinya pemanasan global melalui proses yang disebut efek rumah kaca.
Efek rumah kaca merupakan gambaran awal mengenai bagaimana dampak pemanasan global
akan menimpa bumi dan segenap isinya.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Atmosfer : Suatu lapisan udara yang berguna untuk melindungi bumi dan penghuninya dari radiasi
sinar UV matahari dan benda-benda asing di luar angkasa yang jatuh.
Efek rumah kaca : Suatu proses pemanasan permukaan planet atau benda langit yang disebabkan
oleh komposisi serta keadaan atmosfernya.
Gas Rumah Kaca : Beberapa gas yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
Global Warming : Pemanasan global artinya Peningkatan suhu rata-rata seluruh permukaan bumi.
Green House Effect : Efek rumah kaca
Kenaikan air laut : Kenaikan permukaan air laut diseluruh dunia akibat dari mencairnya es di
kutub bumi akibat dari cuaca yang panas di permukaan bumi.
Ozon : Hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari, ozon diudara berfungsi
menahan radiasi sinar ultraviolet yang akan masuk ke bumi dari matahari pada tingkat yang
aman untuk kesehatan kita.
Protokol Kyoto : Sebuah instrumen hukum yang dirancang untuk mengimplementasikan konvensi
perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca agar tidak
mengganggu sistem iklim di bumi.
Sinar UV : Sinar yang di hasilkan oleh matahari yang jika terkena kulit manusia dapat
menyebabkan penyakit kulit.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2011. Isu Lingkungan Global. Diakses pada 30 Agustus 2020, dari
http://repository.ut.ac.id/4658/2/PEKI4312-M1.pdf
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lingkunganhidup.co. (2017. 1 September). Pengertian Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan
Cara Mengatasinya. Diakses pada 30 Agustus 2020, dari
https://lingkunganhidup.co/pengertian-pemanasan-global-penyebab-dampak/