2283 6083 2 PB
2283 6083 2 PB
Oleh
Sitti Hardianti
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Luwuk
Jl. Ahmad Dahlan, Luwuk, Banggai
Surel: diansudarman21@gmail.com
Abstract
Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang (2013) is a novel by Erni
Aladjai that tells the dark events of the Ambon civil war 1999 that
occurred in Ambon (Kei Islands). The problem in this research is
how the author reconstructs the memory and trauma of war that
caused psychic wounds for the survivors, and how this novel
becomes the middle voice. The descriptive analysis method was
used to look at the narrative as well as the text that gave rise to the
construction of traumatic memory. Meanwhile, for the theory,
Cathy Caruth's trauma memory theory is used. The results showed
that all the traumatic events of the Ambon civil war that occurred
in the Kei islands left psychological scars and traumatic memories
for the survivors. This memory is narrated in bombings,
massacres, and so on. The survivors were trauma, and the
traumatic events were present in the symptoms of nightmares and
flashbacks. Meanwhile, this novel can also become a middle voice
to voice the other stories of the survivors in the public space. It
was realizing that in fact the demands for truth and justice for
them have never disappeared buried with the past.
https://doi.org/10.14421/ajbs.2022.06206
https://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/2252
All Publications by Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra are licensed under
a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Memori Trauma Perang Ambon dalam…
Abstrak
Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang (2013) merupakan novel
karya Erni Aladjai yang mengisahkan peristiwa kelam Perang
Saudara Ambon pada tahun 1999 yang terjadi di Ambon,
khususnya di Kepulauan Kei. Adapun masalah dalam penelitian ini
ialah bagaimana penulis merekonstruksikan memori dan trauma
perang yang menyebabkan luka psikis bagi subjek penyintas, serta
bagaimana novel ini menjadi middle voice. Metode deskriptif
analisis digunakan untuk melihat narasi serta teks yang
memunculkan konstruksi memori traumatis. Sementara itu, untuk
teori menggunakan teori memori trauma Cathy Caruth. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa segala peristiwa traumatis Perang
Saudara Ambon yang terjadi di Kepulauan Kei meninggalkan luka
psikis dan memori traumatis bagi para korban penyintas. Memori
ini dinarasikan dalam peristiwa pengeboman, pembantaian, dan
lain sebagainya. Banyaknya peristiwa traumatis yang dialami
mengakibatkan tekanan psikis penyintas, hingga subjek mengalami
trauma berlapis yang hadir dalam simtom mimpi buruk dan kilas
balik (flashback). Sementara itu, novel ini juga mampu menjadi
middle voice (suara antara) untuk menyuarakan the other story dari
korban penyintas ke dalam ruang publik. Hal ini perlu untuk
menyadarkan bahwa sebenarnya tuntutan akan kebenaran dan
keadilan bagi mereka tidak pernah lenyap terkubur bersama masa
lalu.
A. PENDAHULUAN
Novel Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang yang ditulis oleh Erni
Aladjai dan terbit pada tahun 2013 adalah sebuah karya modern yang
menarasikan kembali sejarah konflik Perang Saudara Ambon yang
terjadi pada tahun 1999. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan para
korban penyintas di Kepulauan Kei ketika mengalami peristiwa-
peristiwa traumatis atas konflik perang yang terjadi, bentuk trauma yang
dihasilkan, serta proses upaya rekonsiliasi yang mereka lakukan. Para
korban penyintas harus melawan naluri kematian serta sekaligus
mempertahankan naluri kehidupan mereka.
Dalam dunia akademis, terhitung masih sedikit penelitian yang
menjadikan novel Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang sebagai
objek material. Di antara penelitian demikian adalah “Analisis
Psikologis Tokoh Utama Wanita Novel Kei: Kutemukan Cinta di Tengah
260 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
262 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
264 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
“.... Dia tahu ibunya benci lelaki yang suka menangis, tetapi tangisan tak
bisa dibendung jika keadaan yang dihadapi begitu sulit dan menyedihkan.
Semua orang kehilangan. Dan kali ini giliran orang yang dicintainya.
Ibunya sudah tewas di depan matanya.” (Aladjai 2013, 29)
Sosok tokoh utama Namira, turut mengalami peristiwa ini, dan hal ini
tampak pada kutipan berikut:
266 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
permasalahan yang ada. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kesedihan
serta tekanan trauma yang dirasakannya dapat berkurang. Ia (Namira)
memang berhasil menekan kesedihan dan trauma yang dialaminya. Ini
terbukti dengan mulainya ia bangkit dari kesedihan dan ikut serta
membantu para tenaga kesehatan menangani para pengungsi. Hal ini
tampak pada, misalnya, kutipan berikut: “Saya bawakan ibu air daun
galatoda rebus. Ibu coba minum ini! Kata ibu saya, daun galatoda bisa
melancarkan kelahiran” (Aladjai 2013, 137).
Selain itu, ada tokoh Sala yang juga turut berusaha menekan
kesedihan dan ingatan traumatis yang ada, seperti pada kutipan:
268 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
“Kepala Namira siang itu seperti rol film. Memutar kembali masa silam.
Mengingat kembali percakapan mereka. Mengingat kembali kesedihan
dan keriangan yang telah lewat.” (Aladjai 2013, 5)
(bos mafia di Jakarta). Simtom itu muncul seperti pada kutipan berikut:
“... kali pertama Sala membunuh, dia mengigil melihat percikan darah
Abraham. Darah mengingatkan dia pada kematian ibunya,
mengingatkan pada kerusuhan di Pulau Kei” (Aladjai 2013, 211). Bagi
Sala, percikan darah Abraham telah menjadi sebuah trigger yang
memicu kembali ingatan traumatis mengenai kematian ibunya serta
kerusuhan yang tejadi di Pulau Kei. Terakhir, adanya tokoh Diana yang
turut mengalami simtom trauma kilas balik ini.
“.... Diana adalah salah satu anak perempuan berpostur tinggi kurus.
Rambutnya merah karena terbakar sinar matahari. Dia jarang tersenyum,
kadang-kadang menangis melihat benda-benda tajam. Kepala ayahnya
tertebas di depan matanya. Ibunya yang sedang menanak nasi di dapur
langsung melompat dan mendekapnya. Ibu beranak itu lalu keluar melalui
ambang jendela. Gadis itu adalah pengungsi dari Leftuan-Desa di
sebelah utara Evu.” (Aladjai 2013, 142)
270 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
272 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
274 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti
C. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dalam dua subbab di
atas mengenai narasi Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang, dapat
disimpulkan bahwa novel ini menarasikan peristiwa traumatis, serta
simtom-simtom trauma dari sudut pandang korban penyintas konflik
perang dengan tujuan agar dapat menghadirkan the other story dari sudut
pandang para korban. Lebih lanjut, para tokoh penyintas seperti Namira
dan Sala memiliki trauma berlapis yang berasal dari peristiwa-peristiwa
kejahatan manusia secara kolektif maupun individual, seperti
pembantaian, pembunuhan, pengeboman, serta hilangnya anggota
keluarga tanpa jejak. Peristiwa ini memberikan ingatan memori
traumatis/negatif bagi ruang-ruang publik, khususnya para penyintas.
Lebih jauh, pergumulan para penyintas berjuang mengatasi masalah
dalam ruang lingkup masing-masing pada akhirnya hanya membuat
mereka tetap terjerumus pada ruang-ruang gelap trauma. Bentuk
penolakan yang penyintas lakukan merupakan sistem mekanisme
pemertahanan diri manusia, namun aksi ‘penolakan’ ini menjadi indikasi
kuat hadirnya trauma.
Trauma yang hadir pada tokoh penyintas Namira, Diana, dan Sala
selalu terulang (repetisi kompulsif) melalui simtom-simtom trauma
seperti mimpi buruk (nightmare) dan kilas balik (flashback). Simtom-
simtom ini merupakan proses dari acting out. Perasaan yang didominasi
oleh ketiadaan (abstance) menyebabkan sebuah kesedihan yang tak
berujung dan justru berkubang dalam sebuah naluri kematian. Simtom
trauma ini telah mengisyaratkan bahwa peristiwa konflik Perang Saudara
Ambon yang terjadi di Pulau Kei telah meninggalkan luka psikis bagi
para korban penyintas (masyarakat Kei).
Lebih jauh dari itu, narasi Kei: Kutemukan Cinta di Tengah
Perang dianggap mampu merepresentasikan dan mengkonstruksikan
DAFTAR PUSTAKA
Aladjai, Erni. 2013. Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang. Jakarta
Selatan: Gagas Media.
Basri, Asriko. 2020. “Konflik Sosial dalam Novel Kei Kutemukan Cinta
dalam Perang Karya Erni Aladjai.” Universitas Andalas.
Buchanan, Cate. 2011. Pengelolaan Konflik di Indonesia – Sebuah
Analisis Konflik di Maluku, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue. Edited by
Adam Cooper. Current Asia dan the Centre for Humanitarian
Dialogue. Switzerland: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue.
Caruth, Cathy. 1995. Trauma: Explorations in Memory. London: The
Johns Hopkins University Press.
———. 1996. Unclaimed Experience, Trauma, Narrative, and History.
London: The Johns Hopkins University Press.
Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra (Sebuah Penjelajah Awal). Edited
by Faruk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Freud, Sigmund. 1958. “Remembering, Repeating and Working-through.
Further Recommendations in the Technique of Psycho-Analysis
II.” The Standard Edition of the Complete Works of Sigmund Freud
Volume 12 12 (1914): 145–56.
Hart, Jonathan. 2015. The Poetics of Otherness: War, Trauma, and
Literature. The Poetics of Otherness: War, Trauma, and Literature.
United States: Palgrave Macmillan.
https://doi.org/10.1057/9781137477453.
LaCapra, Dominick. 2014. Writing History, Writing Trauma. Baltimore,
Maryland: Johns Hopkins University Press.
Sakti, Hans Pamungkas. 2020. “Analisis Psikologis Tokoh Utama
Wanita Novel Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang Karya Erni
Aladjai dengan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud.” Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
276 Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VI, No. 2, Juni 2022
Sitti Hardianti