Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aileen Regia Thamrin C14230061

Buku “Tragedi Bumi Seribu Pulau” Mengkritisi Perang Sipil Ambon


Halmahera

Judul buku : Tragedi Bumi Seribu Pulau


Penerbit : Gubuk Kajian Mutiara Nasional
Tempat diterbitkan : Jln. Kemuning III No. 20 Utan Kayu
Utara, Jakarta Timur
Warna : Cokelat, Hitam, Merah, Hijau
Edisi : Cetakan Pertama, April 2000
Jumlah halaman : 84 halaman
Ukuran buku : 19 cm x 12 cm
ISBN : 979-95986-0-5

Buku Tragedi Bumi Seribu Pulau adalah buku non-fiksi yang menceritakan
kembali kerusuhan berantai yang pernah terjadi di Ambon dan Halmahera pada Hari
Raya Idulfitri 1419 H. Tragedi yang mungkin belum banyak diketahui orang ini,
berawal dari pertikaian yang berbau SARA, terutama antara agama Islam dan Kristen.
Kerusuhan berantai yang terjadi menelan banyak korban dari kedua belah pihak maupun
pihak yang netral.
Tragedi di kepulauan Ambon dan Maluku terjadi karena banyaknya konflik di
masa lampau yang belum terselesaikan dengan baik. Buku ini mampu menjabarkan latar
belakang kejadian secara runtut dan tertata. Konflik bermula dari masa bangsa Portugis
masuk dan memanfaatkan salah satu pihak untuk kepentingannya. Bermula dari sana
runtutan konflik terus berlanjut hingga masa awal kemerdekaan, orde lama, orde baru,
dan puncaknya pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati.
Kelebihan lain dari buku ini terdapat pada bagaimana penulis mengkritik pihak
yang bersangkutan. Hal ini terbukti pada halaman 32, “Lakukanlah yang harus anda
lakukan saat ini untuk perkuatan integrasi bangsa, Gus dan Mbak! Hingga tak ada kesan
Anda berdua, santai ria di Istana.” Penulis berani menyampaikan kritik-kritik tersebut
karena respon Gus Dur dan Megawati yang sangat buruk dalam mengatasi pertikaian.
Pemerintah yang seharusnya menjadi penengah ketika ada konflik justru menyerahkan
penyelesaian konflik kepada pihak yang bertikai. Alhasil, perang sipil terus berlanjut
dan berujung pada banyaknya korban jiwa.
Buku ini juga memuat solusi-solusi dari pandangan banyak tokoh lain. Tokoh-
tokoh yang memaparkan solusi nya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Beberapa merupakan ahli agama, filosof, anggota partai, hingga Palang Merah
Indonesia. Walau berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, solusi penyelesaian
yang mereka berikan tetap objektif dan mengedepankan nilai kemanusiaan. Garis besar
yang dapat ditarik dari solusi banyak tokoh adalah perang sipil harus dihentikan
bagaimana pun juga. Serta pemerintah perlu mengambil sikap tegas dalam menangani
kasus dengan menetapkan hukum yang jelas dan menjamin rasa aman masyarakat.
Terdapat banyak sekali kelebihan pada buku ini. Baik dari penjelasan kronologi
kejadian, kesalahan pada pihak-pihak yang bersangkutan, beberapa solusi penyelesaian
yang seharusnya bisa di ambil, hingga mengajak pembaca untuk lebih peduli pada
tragedi kemanusiaan tanpa harus berdasarkan data statistik. Penulis juga sangat realistis
dalam memberikan kritik dan solusi penyelesaian.
Kekurangan pada buku ini terletak pada format paragraf dan kalimat yang
sangat panjang serta pada sampul buku. Ada banyak sekali paragraf yang memiliki
jumlah kalimat lebih dari 15. Terdapat banyak kalimat yang panjang dan di pisahkan
dengan beberapa koma. Penulisan yang seperti ini memberikan kesan bacaan yang
sangat panjang dan berpotensi membuat pembaca hilang fokus akan bacaannya.
Penulisan paragraf yang pendek dengan kalimat yang tidak terlalu panjang, dapat
mengurangi rasa jenuh terutama pada orang-orang yang tidak gemar membaca.
Sampul buku ini monoton dan tidak menarik perhatian. Terdapat kesan
tertinggal zaman ketika melihat sampul buku ini. Hal ini dapat di mengerti, melihat
buku ini diterbitkan pada tahun 2000. Mendesain ulang sampul buku sangat diperlukan
agar dapat menarik lebih banyak lagi pembaca. Sebab isi buku ini sangat mendidik dan
mengingatkan kita akan sejarah yang dapat dijadikan pelajaran.
Melalui buku ini saya sadar akan bahayanya konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik. Karena berpotensi memicu konflik lain yang lebih parah. Dari sana, saya
terdorong untuk menjadi figur yang membawa perdamaian. Saya semakin termotivasi
untuk terus menyuarakan perdamaian di tengah aksi-aksi yang melanggar nilai
kemanusiaan. Saya berharap dengan membaca buku ini, banyak remaja lainnya yang
dapat ikut terdorong untuk menyuarakan perdamaian. Agar kita bersama dapat
membangun negara Indonesia lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai