Anda di halaman 1dari 12

Dampak Psikologis Jangka Panjang Kekerasan Seksual Anak

(Komparasi Faktor: Pelaku, Tipe, Cara, Keterbukaan Dan


Dukungan Sosial)
Rini
Universitas Persada Indonesia YAI
Jl. Diponegoro No. 74. Jakarta Pusat 10430
E-mail : roderini15@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan signifikan angka kekerasan seksual pada anak di Indonesia dari tahun 2016
sampai tahun 2019 membutuhkan perhatian dan penanganan yang cukup serius. Efek
negatif yang paling umum dirasakan oleh korban kekerasan seksual adalah kerusakan
psikologis. Kerusakan ini bisa mengakibatkan dampak negatif jangka pendek maupun
jangka panjang. Beberapa faktor yang dapat memperkuat efek jangka panjang kekerasan
seksual tersebut adalah faktor pelaku kekerasan seksual, tipe kekerasan seksual yang
dialami, cara kekerasan seksual dilakukan, keterbukaan korban pasca kekerasan seksual
dan dukungan sosial yang diterima korban. Responden penelitian ini adalah 300 orang
dewasa yang pernah mengalami kekerasan seksual pada masa anak-anak, dengan teknik
accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan google form yang disebar melalui
whatsapp, telegram, facebook dan email. Analisa data menggunakan Independent Sample
T Test dan Oneway Anova. Hasil analisa menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan
dampak psikologis jangka panjang pada korban kekerasan seksual anak ditinjau dari
faktor pelaku kekerasan, jenis kekerasan, cara kekerasan dilakukan, keterbukaan korban
dan dukungan sosial yang diterima korban.
Kata kunci : kekerasan seksual pada anak, pelaku, jenis, cara, keterbukaan, dukungan
sosial

ABSTRACT

The significant increase in the number of child sexual abuse in Indonesia from 2016 to 2019
requires serious attention and handling. The most common negative effect felt by victims of
sexual abuse is psychological damage. This damage can have both short and long term negative
impacts. Several factors that can strengthen the long-term effects of sexual abuse are the factors
of the perpetrator of sexual abuse, the type of sexual abuse experienced, how sexual abuse is
carried out, the openness of the victim after sexual abuse, and the social support the victim
receives. Respondents of this study were 300 adults who had experienced sexual abuse during
childhood, using accidental sampling technique. Data collection uses google form which is
distributed via WhatsApp, Telegram, Facebook, and email. Data analysis used are Independent
Sample T-Test and Oneway Anova. The results of the analysis show that there are significant
differences in the long-term psychological impact of victims of child sexual abuse in terms of the
factors of the perpetrator of the abuse, the type of abuse, the way the abuse was carried out, the
openness of the victim and the social support received by the victim.
Keyword : child sexual abuse, perpetrator, type, way, openness, social support

156 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


1. PENDAHULUAN terlihat setelah korban mengalami
kekerasan seksual misalnya depresi,
Indonesia adalah negara dengan kemurungan, gangguan emosional,
jumlah penduduk terbesar keempat di menyendiri, dan kegelisahan (Arnow,
dunia. Per 1 Juli 2019 jumlah penduduk 2004). Sedangkan efek psikologis jangka
Indonesia adalah 268.074.600 orang. panjang dapat terlihat pada gangguan
Badan Pusat Statistik (BPS) disfungsi seksual, penyimpangan seksual,
memproyeksikan proporsi penduduk depresi hebat, kecemasan yang tidak
Indonesia berumur 0-14 tahun pada tahun terkendali, ketakutan, kecurigaan
2020 adalah 26,1% atau 69,9 juta jiwa berlebih, agresivitas, antisosial,
(Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013). melakukan kekerasan seksual karena
Jumlah ini belum ditambah dengan ingin balas dendam dan keinginan bunuh
jumlah proyeksi pertumbuhan penduduk diri (Beitchman et al., 1992., Lanning &
umur 15-18 tahun yang tidak disajikan Massey-Stoke, 2006., Wurtele & Kenny,
secara spesifik oleh BPS. Jika data ini 2010).
diproyeksikan berdasarkan usia anak Beberapa faktor penyebab yang
menurut Undang-Undang RI nomor 23 membuat efek psikologis tersebut
tahun 2002, pasal 1 ayat 1 yaitu berusia menjadi efek jangka pendek atau jangka
0-18 tahun, maka artinya hampir satu dari panjang adalah bergantung kepada
tiga penduduk Indonesia adalah anak- beberapa faktor:
anak. Faktor pertama adalah pelaku.
Ironisnya sekian banyak anak Kekerasan seksual kepada anak dapat
Indonesia yang seharusnya diperhatikan terjadi di mana saja, dan dilakukan oleh
dan dibina dengan baik justru banyak siapa saja, bahkan pelakunya umumnya
yang mengalami kekerasan seksual. Data adalah orang-orang terdekat yang dikenal
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban baik oleh korban, bisa saja keluarga,
(LPSK) angka kekerasan seksual pada seperti paman, bibi, orangtua kandung
anak meningkat secara signifikan setiap atau tiri dan saudara sepupu atau kenalan
tahunnya. Pada tahun 2016 terdapat 25 korban, seperti tetangga dan teman
kasus kekerasan seksual anak, jumlah ini bermain. Semakin dekat hubungan
meningkat pada tahun 2017 menjadi 81 pelaku dengan korban, semakin tinggi
kasus, pada tahun 2018 menjadi 206 pula resiko korban mengalami masalah
kasus dan pada tahun 2019 meningkat psikologis. Identitas pelaku yang paling
menjadi 350 kasus atau 70% meningkat umum adalah ayah biologis (50%),
dari tahun sebelumnya (lokadata.id). Jika saudara kandung (14,4%), ayah tiri
dibandingkan dari tahun 2016 sampai (13,9%), dan pacar orang tua (12%)
dengan 2019, angka kekerasan seksual (Week, 2017).
anak meningkat lebih dari 14 kali lipat Faktor kedua adalah jenis
atau bertambah 1300%. Kenaikan yang kekerasan seksual yang dialami korban.
signifikan ini membutuhkan perhatian Individu yang mengalami kekerasan
dan penanganan yang cukup serius. seksual pada masa anak-anak cenderung
Efek negatif yang paling umum beresiko tinggi mengalami gangguan
dirasakan oleh korban kekerasan seksual psikologis di masa dewasa. Semakin
adalah kerusakan psikologis. Trauma parah kekerasan seksual yang dialami
kekerasan seksual pada masa kanak-kanak korban, semakin besar pula resiko korban
telah terbukti memiliki konsekuensi mengalami masalah psikologis. Hasil
psikologis negatif jangka panjang bagi penelitian membuktikan bahwa
laki-laki dan perempuan korban perempuan yang mengalami kekerasan
kekerasan seksual (Putnam, 2003). Efek seksual intercourse memiliki resiko
psikologis jangka pendek dapat segera hampir 2 kali lebih besar mengalami

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 157


depresi hebat, gangguan kecemasan, keadilan itu hanya akan
gangguan makan, kecanduan alkohol dan mempermalukannya dalam lingkup
kecanduan obat terlarang dibanding sosial. Andalas (2002) menuturkan
dengan kekerasan seksual lainnya yang bahwa sebagian perempuan memilih
lebih ringan (Kendler et al., 2000) untuk mendiamkan kasus kekerasan atau
Faktor ketiga adalah cara kekerasan seksual yang dialaminya
kekerasan seksual tersebut dilakukan. karena ancaman kehilangan harga diri
Kekerasan seksual yang dilakukan dihadapan umum. Selain itu, korban
kepada anak seringkali disertai kekerasan kekerasan seksual cenderung menutupi
lainnya, baik berupa kekerasan fisik dan berusaha melupakan peristiwa yang
maupun kekerasan mental. Korban yang dialaminya dengan dalil mengampuni
mengalami kekerasan seksual pada masa sekaligus melupakan kekerasan seksual
anak-anak dua kali lebih mungkin yang mereka alami (Heggen, 2008.,
mengalami kekerasan fisik secara Sinclair & Gold, 1997).
bersamaan selama masa kanak-kanak Faktor kelima adalah dukungan
(Chu & Dill, 1990). Kekerasan fisik sosial. Semakin tinggi dukungan sosial
dapat berupa pukulan, tamparan, dan yang diterima oleh korban kekerasan
paksaan yang dapat melukai fisik seksual maka akan semakin tinggi
maupun mental korban. Sedangkan psychological well-being korban (Hardjo
kekerasan mental yang diucapkan secara & Novita, 2017), artinya dukungan sosial
verbal dapat berupa ancaman, bentakan, akan mempermudah korban kekerasan
dan hinaan yang bisa membuat anak seksual berdamai dengan dirinya.
menjadi takut, malu, merasa terhina dan Sebaliknya, efek psikologi jangka panjang
marah. Brown & Anderson, (1991) ini juga bisa semakin parah jika
menemukan 79% subjek yang mengalami lingkungan anak bertumbuh justru tidak
kekerasan seksual dan fisik selama masa mendukung pemulihan anak pasca
kanak-kanak memiliki keinginan bunuh mengalami kekerasan seksual. Misalnya
diri atau melakukan percobaan bunuh lingkungan justru menyalahkan anak atas
diri. kejadian yang menimpanya, bersikap
Faktor keempat adalah acuh, mengejek, atau menceritakan
keterbukaan. Banyak korban memilih kejadian yang dialami anak kepada
menyimpan sendiri peristiwa kekerasan banyak orang. Kondisi ini diperparah jika
yang dialaminya. Korban merasa merasa lingkungan sosial pelaku berada pada
bersalah, malu kotor, atau takut sehingga lingkungan sosial korban, misalnya
tidak menginginkan peristiwa kekerasan pelaku kekerasan seksual adalah kenalan
seksual yang dialaminya diketahui oleh korban atau bahkan keluarga korban
beberapa orang. Apalagi jika orang-orang sendiri dimana korban menjadi sering
yang mengetahui peristiwa kekerasan bertemu bahkan berinteraksi dengan
seksual tersebut memakai kejadian itu pelaku. Ketidakadaan dukungan sosial
sebagai bahan ledekan, ancaman, atau mempersulit anak berjuang melawan
peristiwa itu disebarluaskan kepada trauma pasca kekerasan seksual yang
banyak orang. Kondisi ini membuat anak dialaminya.
mengalami tekanan mental yang sangat Berdasarkan paparan tersebut
hebat, di mana pada usia yang masih peneliti ingin meneliti dampak psikologis
sangat dini dan butuh perlindungan jangka panjang kekerasan seksual anak,
orangtua, anak-anak justru menyimpan ditinjau dari faktor pelaku kekerasan
tekanan psikis sendirian, tanpa bantuan seksual, cara kekerasan seksual
orang lain. Korban kekerasan seksual dilakukan, tipe kekerasan seksual yang
bahkan merasa enggan menuntut dialami korban, keterbukaan korban dan
keadilan untuk dirinya sendiri karena

158 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


dukungan sosial yang diterima korban Secara spesifik Fraser (dalam
pasca mengalami kekerasan seksual. Kinnear, 2007) mendefinisikan kekerasan
seksual kepada anak sebagai eksploitasi
anak dengan tujuan untuk kepuasan
2. METODOLOGI seksual orang dewasa.

Metode yang digunakan dalam b. Pelaku Kekerasan Seksual Pada Anak


penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian secara konsisten
Responden berjumlah 300 orang yang menunjukkan bahwa pelaku kekerasan
berdomisili di JABODETABEK (Jakarta, seksual seringkali adalah orang yang
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) memiliki hubungan dengan pelaku.
dengan kriteria: a). berusia di atas 18 Variasi hubungan antara korban dan
tahun; b). pernah mengalami kekerasan pelaku terdiri dari (Berliner & Conte,
seksual; c). kekerasan seksual terjadi saat 1995., Tower, 2014):
responden berusia di bawah 18 tahun. 1) Intrafamilia
Teknik sampling yang digunakan adalah Pelaku merupakan keluarga korban,
accidental sampling. Pengumpulan data seperti ayah, ibu, kakak/adik kandung,
menggunakan google form yang disebar paman, bibi, sepupu, kakek dan
melalui whatsapp, telegram, facebook nenek.
dan email. Instrumen penelitian 2) Esktrafamilia
menggunakan skala likert. Jumlah item Pelaku adalah orang yang dikenal
pertanyaan adalah 21 item, yang korban, namun bukan merupakan
dimodifikasi dari skala Trauma Symptom anggota keluarga keluarga korban,
Checklist 40 (TSC 40) (Briere et al., seperti tetangga, teman, pacar, guru.
1998) dan beberapa penelitian lain 3) Orang Asing
(Sigfusdottir et al., 2008., Vaillancourt- Pelaku adalah orang asing yang sama
Morel et al., 2016). sekali tidak dikenal oleh korban.
Analisis varians menggunakan
Independent Sample Test dan Oneway c. Tipe Kekerasan Seksual Pada Anak
Anova dengan program SPSS yang Tipe atau bentuk kekerasan seksual pada
tujuan menguji perbedaan rata-rata antara anak (Kendler et al., 2000., Tower,
dua kelompok atau lebih dari dua grup 2014.,Welfare & Vol, 1994., Yuwono,
sampel dengan cara membandingkan 2018) antara lain:
variasinya 1). Fondling
Fondling adalah cumbuan atau belaian
3. LANDASAN TEORI yang dilakukan pelaku kepada korban,
baik berupa pelukan, ciuman,
a. Pengertian Kekerasan Seksual Anak sentuhan di dada, bokong, paha.
Kekerasan seksual adalah kontak 2). Intercourse/Penetrasi
seksual yang tidak dikehendaki oleh Penetrasi pada vagina atau anus,
salah satu pihak (Thamrin dan Farid menggunakan alat kelamin, jari
dalam Yuwono, 2018). ataupun alat bantu seks yang
Sedangkan, istilah anak sendiri dilakukan pelaku pada korban atau
merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 dilakukan korban kepada pelaku atas
Tahun 2002, yaitu seseorang yang belum permintaan pelaku.
berusia 18 (delapan belas) tahun, 3). Stimulus Pada Alat Kelamin
termasuk anak yang masih dalam Stimulasi pada alat kelamin, baik
kandungan (Undang-undang Nomor 23 penis ataupun vagina dengan
Tahun, 2002). menggunakan jari, alat kelamin
ataupun alat bantu seksual tanpa

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 159


melakukan intercourse. Stimulasi kerusakan reputasi pribadi mereka,
dilakukan baik oleh pelaku kepada atau takut terjadi pembalasan kepada
korban, maupun korban kepada keluarga mereka jika mereka
pelaku atas permintaan pelaku. mengungkapkan kekerasan seksual
4). Kekerasan tanpa kontak fisik yang dialami (Richardson et al. 1993)
Membuka pakaian dan 2). Menceritakan hanya kepada orang
mempertontonkan alat kelamin yang dipercaya.
kepada anak, mempertontonkan video Korban kekerasan seksual hanya mau
porno kepada anak, melakukan menceritakan mengenai kekerasan
telepon atau panggilan video seks seksual yang dialami hanya kepada
kepada anak. orang kepercayaan yang dipilih.
Hanya 24% persen korban
d. Cara Kekerasan Seksual Pada Anak mengungkapkan kepada dua orang,
Kekerasan seksual pada anak meliputi 3 26% memberi tahu kepada tiga orang
aspek penting: dan 8% mengatakan mengungkapkan
1). Kekerasan seksual dilakukan dengan kepada empat orang. Sebagian besar
paksaan dan kekerasan fisik. (58%) memilih ibu sebagai orang
Russell (1986) menemukan hubungan kepercayaan mereka. (Arata, 1998)
yang signifikan antara penggunaan 3). Menceritakan kepada banyak orang
paksaan dan kekerasan dengan tingkat Pengungkapan ini merupakan
trauma yang dilaporkan korban. pengungkapan bertujuan, dimana anak
Seringkali kekerasan seksual secara sadar membuat keputusan
dilakukan bersamaan dengan untuk memberi tahu orang lain. Anak-
kekerasan fisik, seperti pukulan, anak kecil biasanya melakukan
tendangan, jambakan yang dapat pengungkapan karena mereka tidak
menimbulkan luka pada fisik anak. ingin orang itu melakukannya lagi.
2). Kekerasan seksual dilakukan dengan (Finkel, 2012)
paksaan, namun tanpa kekerasan fisik.
Selain kekerasan fisik kekerasan f. Dukungan Sosial Untuk Korban
seksual juga bisa dibarengi dengan Kekerasan Seksual Pada Anak
kekerasan mental. Kekerasan mental Dukungan sosial merupakan faktor
dapat berupa ancaman, paksaan dan perlindungan yang sangat penting bagi
iming-iming berupa rayuan dan korban kekerasan seksual anak, yaitu
bujukan kepada korban (Yuwono, kelompok yang sangat berisiko dan
2018). rentan mengalami masalah psikologis.
3). Kekerasan seksual dilakukan tanpa Korban kekerasan seksual anak mencari
paksaan dan tanpa kekerasan fisik. dan menerima dukungan sosial dalam
Pada cara ini korban tidak atau belum berbagai cara tergantung pada tingkat
mampu memberikan persetujuan atas kekerasan, waktu pengungkapan dan
tindakan yang dilakukan pelaku kepada siapa pengungkapan tersebut
karena ketidaktahuan korban sebagai dilakukan (Jonzon, 2006).
seorang anak.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
e. Keterbukaan
Setelah mengalami kekerasan seksual, Uji coba item skala terhadap 30
beberapa sikap yang mungkin dilakukan orang responden menunjukan bahwa dari
oleh korban adalah: 25 item dampak kekerasan seksual pada
1). Tidak menceritakan kepada siapapun anak 21 item valid dan 4 item gugur.
Seringkali korban akan tetap diam Reliabilitas Cronbach Alpha sebesar
karena ancaman bahaya fisik, 0,909 atau sangat realiabel. Dengan

160 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


demikian instrumen tersebut dalam Tidak mendapatkan dukungan sosial
analisis data penelitian. Hasil uji 192 orang (64%), mendapatkan
normalitas didapat hasil nilai sig (2- dukungan sosial 108 orang (36%).
tailed) sebesar 0,233>0,05 sehingga data Selanjutnya peneliti melakukan
dapat dinyatakan normal. Hasil uji analisis data penelitian ini menggunakan
homogenitas sig sebesar 0,201>0,05 Uji Independent Sample T-Test dan Uji
sehingga data dapat dinyatakan homogen. Oneway Anova dengan tujuan menguji
perbedaan dan keragaman rata-rata antara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh lebih dari dua grup sampel. Sehingga
gambaran data responden adalah sebagai data yang disajikan dalam penelitian ini
berikut: adalah data masalah psikologis akibat
a. Jenis Kelamin kekerasan seksual pada masa anak-anak
Laki-laki berjumlah 69 orang (23%), yang signifikan dialami oleh responden
perempuan berjumlah 231 orang saat ini berdasarkan perbandingan faktor
(77%) pelaku, faktor tipe, faktor cara dan faktor
b. Usia Responden keterbukaan. Artinya permasalahan
Usia 18-30 tahun 174 orang (58%), psikologis yang dianggap sebagai temuan
usia 30-40 tahun 108 orang (36%), dalam penelitian adalah masalah
usia diatas 40 tahun 18 orang (6%) psikologis antar kelompok yang
c. Usia saat terjadi kekerasan signifikan berbeda berdasarkan analisis
Usia dibawah 6 tahun 60 orang faktor pelaku, tipe, cara, keterbukaan dan
(15%), usia 6-12 tahun 96 orang dukungan sosial.
(32%), usia 12-18 tahun 159 orang Berdasarkan hasil analisis
(53%) perbandingan dampak psikologis jangka
d. Pelaku Kekerasan Seksual panjang kekerasan seksual pada anak,
Pelaku dalam keluarga 72 orang didapat gambaran sebagai berikut:
(24%), pelaku orang dikenal luar
keluarga 129 orang (43%), pelaku a. Pelaku Kekerasan
orang asing 99 orang (33%)
e. Tipe Kekerasan yang Dialami Tabel 1. Perbandingan dampak
Fondling 108 orang (36%), psikologis pada korban kekerasan seksual
intercourse/penetrasi 36 orang (12%), ditinjau dari pelaku kekerasan
Stimulus pada alat kelamin 117 orang
(39%), kekerasan tanpa sentuhan fisik Std. Std.
39 orang (13%). Pelaku Kekerasan N Mean Sig Deviation Error
f. Cara Kekerasan Dilakukan Dalam Keluarga 72 52.7500 8.67853 1.02277
Orang Dikenal Luar 129 54.2171 8.42797 .74204
Tanpa paksaan dan tanpa kekerasan Keluarga
fisik 147 orang (49%), dengan Orang Asing 99 50.1212 7.13181 .71677
paksaan dan tanpa kekerasan fisik 127 Perbandingan 0.001
Ketiganya
orang (42%), dengan paksaan dan
kekerasan fisik 30 orang (10%).
g. Keterbukaan Responden Setelah Berdasarkan tabel didapat hasil
Mengalami Kekerasan Seksual rerata efek psikologis jangka panjang
Tidak pernah bercerita kepada akibat pelaku anggota dalam keluarga
siapapun 147 orang (49%), hanya adalah sebesar 52,7500, nilai rerata
bercerita kepada orang yang sangat pelaku orang dikenal luar keluarga adalah
dipercayai 120 orang (40%), bercerita 54,2171 dan nilai rerata pelaku orang
kepada banyak orang 33 orang (11%). asing adalah sebesar 50,1212. Tabel
h. Dukungan Sosial tersebut juga menggambarkan nilai
signifikansi sebesar 0,001, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 161


perbedaan signifikan dampak psikologis b. Tipe Kekerasan
jangka panjang yang dialami oleh
responden kekerasan seksual pada masa Tabel 3. Perbandingan dampak
anak-anak ditinjau dari faktor pelaku psikologis pada korban kekerasan seksual
kekerasan seksual. Dampak psikologis ditinjau dari tipe kekerasan
jangka panjang tertinggi dialami oleh
kelompok yang mengalami kekerasan Std. Std.
seksual yang pelakunya adalah orang Tipe Kekerasan N Mean Sig Deviation Error
dikenal luar keluarga. Fondling 108 52.3981 6.66689 .64152
Intercourse/Penitrasi 36 59.0000 10.36753 1.72792
Kemudian peneliti melakukan Stimulasi Pada Alat 117 51.3846 8.01383 .74088
analisis dampak psikologis yang paling Kelamin
signifikan berbeda berdasarkan faktor Kekerasan tanpa 39 50.2308 8.16430 1.30734
kontak fisik
pelaku, didapatkan hasil:
Perbandingan 0.000
Keempatnya
Tabel 2. Perbandingan komponen
dampak psikologis berdasarkan pelaku Berdasarkan tabel didapat hasil
kekerasan rerata efek psikologis jangka panjang
akibat tipe kekerasan seksual fondling
Mean Skor
Dampak Psikologis Sig. Dalam Orang Orang adalah sebesar 52,3981, nilai rerata tipe
Keluarga Dikenal Luar Asing kekerasan seksual intercourse/penetrasi
Keluarga adalah 59,000, nilai rerata tipe kekerasan
Gangguan Tidur 0.023 2,6667 2,6822 2,9394
Kesepian 0.000 2,5833 3,0233 2,5152
seksual simulasi pada alat kelamin adalah
Sulit Bergaul 0.004 2,3750 2,3256 2,0909 51,3846 dan nilai tipe kekerasan seksual
Melukai Diri Sendiri 0,010 2,5833 2,3023 2,3333 yang dilakukan tanpa kontak fisik adalah
Secara Fisik
sebesar 50,2308. Tabel tersebut juga
Merasa Tidak Berdaya 0,000 2,2500 2,4651 2,1212
Overprotektif 0,000 2,4167 2,7907 2,4242 menggambarkan nilai signifikansi
Tidak mempercayai cinta 0,000 2,9167 3,0930 2,6667 sebesar 0,000, sehingga dapat
(merasa diri hanya objek disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
seksual)
Penyimpangan seksual 0,000 2,7917 2,9767 2,4848
signifikan dampak psikologis jangka
Tidak mengalami 0,000 3,0417 2,7674 2,3939 panjang yang dialami oleh responden
kepuasan seksual kekerasan seksual pada masa anak-anak
Memikirkan hal buruk 0,000 2,1250 2,3023 2,0606 ditinjau dari faktor tipe kekerasan
saat berhubungan seksual
seksual. Dampak psikologis jangka
Hasil penelitian menunjukan panjang tertinggi dialami oleh kelompok
bahwa korban yang mengalami yang mengalami kekerasan seksual
kekerasan seksual oleh anggota dalam intercourse/penetrasi.
keluarga cenderung mengalami sulit Kemudian peneliti melakukan
bergaul, perilaku melukai diri sendiri dan analisis dampak psikologis mana yang
tidak mengalami kepuasan seksual, signifikan berbeda berdasarkan faktor
sedangkan korban yang pelakunya adalah tipe kekerasan seksual, didapatkan hasil:
orang yang dikenal di luar keluarga
cenderung mengalami gangguan tidur, Tabel 4. Perbandingan komponen
merasa kesepian, merasa tidak berdaya, dampak psikologis berdasarkan tipe
overprotektif, tidak mempercayai cinta kekerasan
atau merasa dirinya hanya objek seksual
orang lain, memiliki penyimpangan
seksual, memikirkan hal buruk saat
berhubungan seksual.

162 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


Mean Skor Berdasarkan tabel didapat hasil
Dampak Psikologis Sig. Fondling Intercourse Stimulasi Kekerasan rerata efek psikologis jangka panjang
/ Penitrasi pada Alat Tanpa
Kelamin Kontak akibat cara kekerasan seksual yaitu tanpa
Fisik paksaan dan tanpa kekerasan fisik adalah
Merasa Terasing 0,000 2,0833 2,7500 2,4872 2,0770
sebesar 50,7564, nilai rerata cara
Kecemasan Berlebihan 0,000 2,4444 2,8333 2,1026 2,0769
Kesepian 0,000 2,9167 3,2500 2,4615 2,6923 kekerasan seksual dengan paksaan dan
Sulit Bergaul 0,001 2,2500 2,5833 2,2654 2,0000 tanpa kekerasan fisik adalah 53,7907,
Merasa Tidak Berdaya 0,000 2,2778 2,7500 2,2821 2,0000 nilai rerata cara kekerasan seksual
Perasaan Ingin Mati 0,001 2,2222 2,7500 2,3590 2,3846 dengan paksaan dan dengan kekerasan
Percobaan Bunuh Diri 0,000 2,3333 2,9167 2,4103 2,1538
Menyimpan Kebencian 0,004 2,9444 3,2500 2,7949 2,6923
fisik adalah 59,8000. Tabel tersebut juga
Overprotektif 0,000 2,6667 2,9167 2,3846 2,6154 menggambarkan nilai signifikansi
Tidak mempercayai 0,000 2,9167 3,3333 2,8974 2,5385 sebesar 0,000, sehingga dapat
cinta (merasa diri hanya
objek seksual)
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
Penyimpangan seksual 0,000 2,7778 3,2500 2,6154 2,7692 signifikan dampak psikologis jangka
Minat Seks Rendah 0,002 2,5000 2,8333 2,4103 2,3077 panjang yang dialami oleh responden
Tidak mengalami 0,009 2,7222 3,0833 2,6667 2,4615 kekerasan seksual pada masa anak-anak
kepuasan seksual
Memikirkan hal buruk 0,000 2,1667 2,4167 2,1795 2,000
ditinjau dari faktor cara kekerasan
saat berhubungan seksual dilakukan. Dampak psikologis
seksual jangka panjang tertinggi dialami oleh
kelompok yang mengalami kekerasan
Hasil penelitian menunjukan dengan cara dipaksa dan dengan
bahwa korban yang mengalami tipe kekerasan fisik
kekerasan seksual intercourse/penetrasi Kemudian peneliti melakukan
cenderung merasa terasing, mengalami analisis dampak psikologis mana yang
kecemasan berlebih, kesepian, sulit berbeda signifikan berdasarkan faktor
bergaul, merasa tidak berdaya, perasaan cara kekerasan seksual dilakukan,
ingin mati, percobaan bunuh diri, didapatkan hasil:
menyimpan kebencian, overprotektif,
tidak mempercayai cinta atau merasa Tabel 6. Perbandingan komponen
dirinya hanya sebagai objek seksual dampak psikologis berdasarkan cara
seseorang, dan mengalami masalah kekerasan dilakukan
seksual berupa penyimpangan seksual,
minat seks yang rendah, tidak mengalami Mean Skor
kepuasan seksual, dan memikirkan hal Dampak Psikologis Sig. Tanpa Dengan Dengan
Paksaan dan Paksaan dan Paksaan dan
buruk saat berhubungan seksual. Tanpa Tanpa Dengan
Kekerasan Kekerasan Kekerasan
c. Cara Kekerasan Dilakukan Fisik Fisik Fisik
Kecemasan Berlebihan 0,000 2,1538 2,3721 3,4000
Kesepian 0,002 2,6538 2,7907 3,4000
Tabel 5. Perbandingan dampak Melukai Diri Sendiri 0,000 2,2692 2,4186 3,2000
psikologis pada korban kekerasan seksual Secara Fisik
ditinjau dari cara kekerasan dilakukan Merasa Tidak Bedaya 0,003 2,2308 2,3256 2,8000
Dipresi Berkepanjangan 0,000 2,7115 3,0930 3,2000
Percobaan Bunuh Diri 0,000 2,2692 2,4884 3,2000
Cara Kekerasan Std. Std. Menyimpan Kebencian 0,000 2,6923 3,1163 3,0000
Dilakukan N Mean Sig Deviation Error Tidak mempercayai cinta 0,000 2,7308 3,1628 2,6000
Tanpa Paksaan 156 50.7564 7.75294 .62073 (merasa diri hanya objek
Dengan Paksaan 129 53.7907 8.06194 .70981 seksual)
Tanpa Kekerasan Overprotektif 0,024 2,7255 3,1628 2,8000
Fisik Minat Seks Rendah 0,000 2,3269 2,6512 2,6000
Dengan Paksaan dan 15 59.8000 9.42792 2.43428 Tidak mengalami 0,030 2,5962 2,8140 3,0000
Kekerasan Fisik kepuasan seksual
Total 0,000

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 163


Hasil penelitian menunjukan psikologis jangka panjang tertinggi
bahwa korban yang mengalami dialami oleh kelompok yang memilih
kekerasan seksual dengan cara dipaksa tidak bercerita kejadian kekerasan
dan dengan kekerasan fisik cenderung seksual yang dialaminya kepada
mengalami kecemasan berlebih, siapapun.
kesepian, melukai diri sendiri secara Kemudian peneliti melakukan
fisik, merasa tidak berdaya, depresi analisis dampak psikologis mana yang
berkepanjangan, percobaan bunuh diri berbeda signifikan berdasarkan faktor
dan tidak mengalami kepuasan seksual. keterbukaan korban, didapatkan hasil:
Sedangkan korban yang mengalami
kekerasan seksual dengan cara dipaksa Tabel 8. Perbandingan komponen
namun tanpa kekerasan fisik, yaitu dampak psikologis berdasarkan
melalui rayuan atau ancaman cenderung keterbukaan korban
lebih menyimpan kebencian, tidak
mempercayai cinta atau merasa diri Dampak Psikologis Sig. Tidak Pernah Hanya Bercerita
Bercerita Bercerita Kepada
hanya sebagai objek seksual orang lain, Kepada Kepada Banyak
overprotektif dan memiliki minat seks Siapapun Orang yang Orang
yang rendah. Sangat
Dipercaya
Merasa Terasing 0,031 2,4490 2,2500 2,2727
d. Kerterbukaan Melukai Diri Sendiri Secara Fisik 0,003 2,4898 2,3250 2,0909
Dipresi Berkepanjangan 0,001 3,0204 2,8750 2,4545
Tabel 7. Perbandingan dampak Minat Seks Rendah 0,000 2,6939 2,3500 2,000
psikologis pada korban kekerasan seksual Tidak mengalami kepuasan 0,000 2,8571 2,6750 2,1818
seksual
ditinjau dari keterbukaan korban
Hasil penelitian menunjukan
Std. Std.
Keterbukaan N Mean Sig Deviation Error bahwa korban yang memilih tidak pernah
Tidak Pernah Bercerita 147 53.4082 8.19435 .67586 bercerita kepada siapapun mengenai
Hanya Bercerita 120 52.2583 7.94571 .72534 kekerasan seksual yang dialami
Kepada Orang yang cenderung merasa terasing, melukai diri
Sangat Dipercaya
sendiri secara fisik, mengalami depresi
Bercerita Kepada 33 49.4545 9.04534 1.57459
Banyak Orang
berkepanjangan, memiliki minat seks
Perbandingan 0,041
yang rendah dan tidak mengalami
Ketiganya kepuasan seksual.

Berdasarkan tabel didapat hasil e. Dukungan Sosial


rerata efek psikologis jangka panjang dari
korban yang tidak bercerita kepada Tabel 9. Perbandingan dampak
siapapun adalah sebesar 53,4082, nilai psikologis pada korban kekerasan seksual
rerata korban yang hanya bercerita ditinjau dari dukungan sosial.
kepada orang yang sangat dipercaya Sig. 2 Std.
adalah 52,2583, nilai rerata korban yang Tailed Std. Error
Dukungan Sosial N Mean Deviation Mean
bercerita kepada banyak orang adalah Tidak Mendapat 45 57.1333 10.45684 1.55881
49,4545. Tabel tersebut juga Dukungan Sosial
menggambarkan nilai signifikansi Mendapat Dukungan 138 49.7246 7.12738 .60672
Sosial
sebesar 0,041, sehingga dapat Perbandingan Keduanya 0.000
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan dampak psikologis jangka Berdasarkan tabel didapat hasil
panjang yang dialami oleh responden rerata efek psikologis jangka panjang dari
kekerasan seksual pada masa anak-anak korban yang mendapat dukungan sosial
ditinjau dari faktor keterbukaan. Dampak

164 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


adalah sebesar 57,1333, dan nilai rerata
korban yang mendapat dukungan sosial a. Terdapat perbedaan signifikan
adalah sebesar 49,7246. Tabel tersebut dampak psikologis jangka panjang
juga menggambarkan nilai signifikansi yang dialami oleh responden
sebesar 0,000, sehingga dapat kekerasan seksual pada masa anak-
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan anak ditinjau dari faktor pelaku
signifikan dampak psikologis jangka kekerasan seksual. Dampak psikologis
panjang yang dialami oleh responden jangka panjang tertinggi dialami
kekerasan seksual pada masa anak-anak kelompok yang mengalami kekerasan
jika ditinjau dari faktor dukungan sosial. seksual yang pelakunya adalah orang
Dampak psikologis jangka panjang dikenal luar keluarga.
tertinggi dialami oleh kelompok yang b. Terdapat perbedaan signifikan
tidak mendapatkan dukungan sosial. dampak psikologis jangka panjang
Kemudian peneliti melakukan yang dialami oleh responden
analisis dampak psikologis mana yang kekerasan seksual pada masa anak-
berbeda signifikan berdasarkan faktor anak ditinjau dari faktor tipe
dukungan sosial, didapatkan hasil: kekerasan seksual. Dampak psikologis
jangka panjang tertinggi dialami oleh
Tabel 10. Perbandingan komponen kelompok yang mengalami tipe
dampak psikologis berdasarkan kekerasan seksual intercourse/
dukungan sosial. penetrasi.
c. Terdapat perbedaan signifikan
Dampak Psikologis Sig. Skor Mean dampak psikologis jangka panjang
Tidak Mendapat Mendapat yang dialami oleh responden
Dukungan Dukungan
Sosial Sosial kekerasan seksual pada masa anak-
Merasa Terasing 0,001 2,4667 2,1957 anak ditinjau dari faktor cara
Kecemasan Berlebihan 0,000 2,4667 2,1957 kekerasan seksual dilakukan. Dampak
Sulit Bergaul 0,000 2,7333 2,0870 psikologis jangka panjang tertinggi
Melukai Diri Sendiri Secara Fisik 0,000 2,7333 2,2391
dialami oleh kelompok yang
Merasa Tidak Berdaya 0,000 2,6667 2,1957
mengalami kekerasan dengan cara
Merasa Bersalah 0,000 2,4667 2,2174
Perasaan Ingin Mati 0,000 2,7333 2,2609
dipaksa dan dengan kekerasan fisik.
Percobaan Bunuh Diri 0,000 2,8667 2,2391 d. Terdapat perbedaan signifikan
Overprotektif 0,030 2,6000 2,5435 dampak psikologis jangka panjang
Minat Seks Rendah 0.000 2,7333 2,2391 yang dialami oleh responden
kekerasan seksual pada masa anak-
Berdasarkan hasil penelitian, anak ditinjau dari faktor keterbukaan.
ditemukan bahwa korban yang tidak Dampak psikologis jangka panjang
mendapatkan dukungan sosial lebih tertinggi dialami oleh kelompok yang
cenderung merasa terasing, memiliki memilih tidak bercerita kejadian
kecemasan yang berlebihan, sulit kekerasan seksual yang dialaminya
bergaul, melukai diri sendiri secara fisik, kepada siapapun.
merasa tidak berdaya, merasa bersalah, e. Terdapat perbedaan signifikan
perasaan ingin mati, percobaan bunuh dampak psikologis jangka panjang
diri, overprotektif, dan memiliki minat yang dialami oleh responden
seks yang rendah. kekerasan seksual pada masa anak-
anak ditinjau dari faktor dukungan
5. KESIMPULAN sosial. Dampak psikologis jangka
panjang tertinggi dialami oleh
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kelompok yang tidak mendapatkan
sebagai berikut: dukungan sosial.

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 165


DAFTAR PUSTAKA Finkel, M. A. (2012). Children’s
disclosures of child sexual abuse.
Andalas, Mutiara. (2009). Lahir Dari Pediatric Annals, 41(12).
Rahim. Yogyakarta: Kanisius. Hardjo, S., & Novita, E. (2017).
Arata, C.M. (1998). To tell or not to tell: Hubungan antara dukungan sosial
Current functioning of child sexual dengan psychological well-being
abuse survivors who disclosed their pada remaja korban sexual abuse.
victimization. Child Maltreatment. Analitika, 7(1), 12–19.
3. 63-71. Heggen, Carolyn Holderread. (2008).
Arnow BA (2004). "Relationships Pelecehan Seksual Dalam Keluarga
Kristen dan Gereja. Jakarta: BPK
between childhood Gunung Mulia.
maltreatment, adult health and Jonzon, E. (2006). Child Sexual Abuse –
psychiatric outcomes, and Disclosure , Social Support , and.
medical utilization". The Journal Kendler, K. S., Bulik, C. M., Silberg, J.,
of Clinical Psychiatry. 65 Suppl Hettema, J. M., Myers, J., &
12: 10–5. PMID 15315472 Prescott, C. A. (2000). Childhood
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2013). sexual abuse and adult psychiatric
Proyeksi Penduduk Indonesia and substance use disorders in
Indonesia Population Projection women: An epidemiological and
2010-2035. In Badan Pusat Statistik cotwin control analysis. Archives of
Indonesia (Issue 6). General Psychiatry, 57(10), 953–
Beitchman, J. H., Zucker, K. J., Hood, J. 959.
E., DaCosta, G. A., Akman, D., & Kinnear, Karen L. (2007). Childhood
Cassavia, E. (1992). A review of Sexual Abuse (A Reference
the long-term effects of child sexual Handbook). 2thEd. Santa Barbara,
abuse. Child Abuse and Neglect, California Denver, Colorado
16(1), 101–118. Oxford, England : ABC-CLIO.
Berliner, L., & Conte, J. R. (1995). The Lanning, B., & Massey-Stokes, M.
effects of disclosure and (2006). Child sexual abuse
intervention on sexually abused prevention pro-grams in Texas
children. Child Abuse & Neglect, accredited non-public schools.
19(3), 371–384 American Journal of Health
Briere, J., Tsc-, P. D., Briere, J., Ph, D., Studies, 21, 36-43.
Runtz, M., & Ph, D. (1998). Putnam, F. W. (2003). Ten-year research
Trauma Symptom Check-list 33 and update review: Child sexual abuse.
40 ( TSC-33 and TSC-40) John Journal of the American Academy
Briere, Ph.D. and Marsha Runtz, of Child and Adolescent Psychiatry,
Ph.D. 40(1989), 33–35. 42(3), 269–278.
Brown, G., & Anderson, B. (1991). Richardson, M. F., Meredith, W., &
Psychiatric Morbidity in Adult Abbot, D. A. (1993). Sex-typed role
Inpatients with Childhood Histories in male adolescent sexual abuse
of Sexual and Physical Abuse. The survivors. Journal ofFamily
American Journal of Psychiatry, Violence, 8,89–100.
148, 55–61. Russell, D. E. H. (1986). The secret
Chu, J., & Dill, D. (1990). Dissociative trauma: Incest in the lives of girls
Symptoms in Relation to Childhood and women. New York: Basic
Physical and Sexual Abuse. The Books.
American Journal of Psychiatry, Sigfusdottir, I. D., Asgeirsdottir, B. B.,
147, 887–892. Gudjonsson, G. H., & Sigurdsson,

166 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


J. F. (2008). A model of sexual
abuse’s effects on suicidal behavior
and delinquency: The role of
emotions as mediating factors.
Journal of Youth and Adolescence,
37(6), 699–712.
Sinclair, B. B., & Gold, S. R. (1997). The
psychological impact of
withholding disclosure of child
sexual abuse. Violence and Victims,
12(2)137–145.
Tower, Cynthia Crosson (2014).
Understanding Child Abuse and
Neglect (9th Edition). United States:
Pearson.
Undang-undang Nomor 2 Tahun. (2002).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002.
Vaillancourt-Morel, M. P., Godbout, N.,
Sabourin, S., Briere, J., Lussier, Y.,
& Runtz, M. (2016). Adult Sexual
Outcomes of Child Sexual Abuse
Vary According to Relationship
Status. Journal of Marital and
Family Therapy, 42(2), 341–356.
Week, P. (2017). Child Sexual Abuse ;
Researchers from Vanderbilt
Children ’ s Hospital Describe
Findings in Child Sexual Abuse
( Genital Findings in Cases of Child
Sexual Abuse : Genital vs Vaginal
Penetration ). 1–4.
Welfare, A. C., & Vol, A. (1994). Book
briefs -- Understanding Child
Abuse and Neglect ( 2nd ed .) by
Cynthia Crosson Tower. 73(Mar),
1–2.
Wurtele, S. K., & Kenny, M. C. (2010).
Part-nering with parent to prevent
childhood sexual abuse. Child
Abuse Review, 19, 130-152.
Yuwono, Ismantoro. D. (2018).
Penerapan Hukum dalam Kasus
Kekerasan Seksual Terhadap
Anak. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 167

Anda mungkin juga menyukai