Ilmu Hadits
Ilmu Hadits
ULUMUL HADITS
OLEH:
MUHITH MUHAMMAD ISHAQ, MPdI
1
مقدمة
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Kumpulan materi ini adalah sekedar garis besar bahan perkuliahan Ulumul Hadits
yang disesuaikan dengan Garis Besar Program Pengajaran dan Satuan Acara
Perkuliahan yang diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirasah Islamiah
Al Hikmah Jakarta.
Semoga hal sederhana ini bermanfaat bagi ummat, diterima di sisi Allah sebagai amal
yang berpahala.
2
ADAB BELAJAR ILMU HADITS
1. IKHLAS
«َمْن َتَعَّلَم ِعْلمًا َّمِما ُيْبَتَغى ِبِه َو ْجُه اهلل ال:َو َقد َرَو ى أبوُه َر يرَة رضي اهلل عنه مرفوعًا
اْلِق َياَم ِة» أخرجه... َيَتَعَّلُم ُه إَّال ِلُيِص ْيَب ِبِه َعَر ضًا ِم َن الُّد ْنيَا ْمَل ِجَي ْد َعْر َف اَجْلَّنِة َيْو َم
وابن ماجه، أبوداود
Barang siapa yang mempelajari ilmu yang dipergunakan untuk meraih ridha Allah,
lalu ia mempelajarinya hanya ingin mendapatkan dunia, maka ia tidak akan
mendapatkan aroma surga, di hari kiamat.
2. BERAKHLAQ MULIA
وعن عبد اهلل بن عمرو رضي اهلل عنه مرفوعًا «ِخ َياُر ُك ْم َأَح اِس ُنُك ْم َأْخ القًا» أخرجه
الرتمذي
Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
ِر ِج ِص ٍم ِب
«من َطَلَب هذا احلديَث َفَقْد َطَلَب أعلى األمو فَي ُب:َو َقاَل أبو َعا الَّن يُل َر َمِحُه اهلل
» أْن َّيُك وَن َخ َري الَّناِس
Barang siapa menuntut ilmu hadits maka sesungguhnya ia menuntut perkara tertinggi,
sehingga wajib untuk menjadi orang terbaik
3. MENGAMALKAN ILMU
ِع ِمِه ِف ِف ِق ِة ٍد
َو َعْن، َو َعْن ْل ْيَم َفَعَل،«ال َتُزْو ُل َقَد َم ا َعْب َيْو َم اْل َياَم َح َّىت ُيْس َئَل َعْن ُعْم ِرِه ْيَم َأْفَناُه
َو َعْن ِج ْس ِمِه ِفْيَم أْبالُه» صحيح رواه الرتمذي،َم اِلِه ِم ْن أْيَن اْك َتَس َبُه َو ِفْيَم أْنَفَق ُه
Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba di hari kiamat, sehingga ia ditanya
tentang umur untuk apa dihabiskan, tentang ilmunya apa yang ia kerjakan, tentang
hartanya dari mana diusahakan dan di mana dibelanjakan, tentang badannya untuk apa
didaya gunakan
» «ِم ن بَر كِة اَحلِديِث إفاَدُة َبعِض هْم َبعضًا:قال اإلماُم مالُك رمحُه اهلل
Di antara berkah hadits adalah saling bermanfaat satu sama lain.
3
6. TIDAK SEGAN BERGURU KEPADA AHLI ILMU WALAUPUN
LEBIH RENDAH DERAJATNYA
Definisi ilmu
) الِعْلُم ُه َو إْد َر اُك الَّش ْي ِء َعَلى َما ُه َو ِبِه (التعريفات
Ilmu adalah mempersepsikan sesuatu sebagaimana adanya.
Definisi Hadits,
ما ُأِض ْيَف إلى الَّنِبِّي صلى اهلل عليه وسلم ِم ْن َقوٍل أو ِفْع ٍل أو َتْق ِر يٍر أو:الحديث
.ِص َف ٍة
Segala sesuatu yang dikaitkan kepada Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
berupa ucapan, atau perbuatan, atau ketetapan, atau sifat.
ُه َو ِع ْلٌم ِبُأُصْو ٍل َو َقَو اِع َد ُيْع َر ُف ِبِه أْح َو اُل الَّس َنِد َو الْم َتِن ِم ْن َح ْيُث اْلَق ُبوِل َو الَّر ِّد
Ilmu Hadits adalah ilmu tentang dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui
kondisi diterima atau ditolaknya sanad dan matan (hadits)
Hadits Qauliy
Maksudnya semua perkataan Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-,
contoh: …
Hadits Fi’liy
Maksudnya semua perbuatan Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
contoh:
» َأَّن َرُس وَل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم «َك اَن َيَتَو َّضُأ ُمِبٍّد َو َيْغَتِس ُل ِبَنْح ِو الَّص اِع:َعْن َعاِئَش َة
سنن النسائي
Bahwa Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam. Berwudhu dengan satu mud dan mandi
dengan satu sha’.
Hadits Taqririy
Maksudnya ada perbuatan atau perkataan yang dilakukan di hadapan Nabi
Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- atau diberitahukan tentang hal itu dan Nabi
Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- tidak menolaknya. Contoh:
َيا َرُس وَل الَّلِه َم ا َأِج ُد: «ُخ ْذ َه َذ ا َفَتَص َّد ْق ِبِه» َقاَل: َفَق اَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم
مسند أمحد... َفَض ِح َك َرُس وُل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َح ىَّت َبَد ْت َأْنَياُبُه: َأْح َو َج ِم يِّن َقاَل
Hadits Washfiy
4
Maksudnya adalah sifat Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam- secara fisik
maupun akhlak. Seperti
أْح َسَن الَّناِس- صلى اهلل عليه وسلم- «َك اَن َرُس وُل اِهلل- رضي اهلل عنه- َح ِديِث الرباء
َلْيَس بالَّطِو يِل الَّذ اِه ِب وَال بالَق ِص ِرْي » أخرجه مسلم، وأْح َس َنُه َخ ْلقًا،َو ْج هًا
Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- adalah orang yang paling bagus wajahnya,
paling bagus posturnya, tidak tinggi jangkung tidak juga pendek
ِهلل
َأْح َسَن- صلى اهلل عليه وسلم- «َك اَن َرُس وُل ا- رضي اهلل عنه- وحديث أنس
أخرجه مسلم. »الَّناِس ُخ ُلقًا
Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- adalah orang yang paling bagus akhlaknya.
5
2. ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS
1. Al Khabar
، ُيْطَلُق وُيَر اُد به الَح ديُث بالمعنى اَّلِذ ي َسَبَق ِذ ْك ُر ُه:الَخ َبر
. وأيضًا ُيراُد به ما ُه َو أَعُّم ِم ْنُه ِم ْن األْخ َباِر
Kata Al Khabar ketika diucapkan yang dimaksudkan adalah Al Hadits seperti yang
disebutkan di atas.
Bisa juga dimaksudkan lebih luas dari itu, yaitu semua berita.
2. Al Atsar
– صلى اهلل عليه وسلم- ُيْطَلُق وُيَر اُد به َح ِد يُث الَّر ُس وِل:اَألَثر
. وُيَر اُد به ما ُأِض يَف إلى الَّص َح اَبِة والَّتاِبِعْيَن ِم ْن األْقَو اِل واألْفعَاِل
Kata Al Atsar ketika diucapkan yang dimaksudkan adalah hadist Rasulullah-
shallallahu alaihi wasallam.
Kadang juga dimaksudkan untuk menyebut perkatan dan perbuatan yang dikaitkan
dengan shahabat dan Tabiin
3. As Sunnah
صلى اهلل عليه وسلم- ُك ُّل ما َص َد َر َعِن الَّنِبِّي: ِع ْنَد المُح ِّد ِثْيَن وأهِل اُألُصوِل:الُّس َّنة
. ِم ْن َقْو ٍل أو ِفْع ٍل أو َتْق ِر ْيٍر-
ِم ِء ِف
َن الُح ْك ِم وَلْم َيُك ْن- صلى اهلل عليه وسلم- ما َثَبَت َعِن الَّنِبِّي: وفي ُعْر الُفَق َه ا
.َفْر ضًا أو َو اِج بًا
. ما ُيَق اِبُل الِبْد َعَة: وفي ُعْر ِف ُعَلَم اِء الَو ْع ِظ واِإل ْر َش اِد
As Sunnah, menurut ahli hadits dan ushul (fiqh) : Segala sesuatu yang keluar dari
Nabi Muhammad _shallallahu alaihi wasallam- berupa ucapan, perbuatan, atau
ketetapan.
Dan dalam pengertian ahli fiqh: Sesuatu yang valid dari Nabi Muhammad-shallallahu
alaihi wasallam, berupa hukum, bukan fardhu atau wajib.
Dan menurut ulama mauizhah dan bimbingan: Sunnah adalah lawan kata bid’ah
عز وجل- َعن َر ِّبِه- صلى اهلل عليه وسلم- ُه و ما َيرِو يِه الَّنِبُّي: الَح ديُث الُقْد ِس ُّي
َلْف ظًا أو ْع ن ِس ى الُقرآِن-
َم ًى َو
Hadits Qudsiy adalah : sesuatu yang Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-
sampaikan dari Allah –azza wa jalla- secara redaksi atau makna selain Al Qur’an
6
Perbedaan antara hadits Qudsiy, Hadits Nabawi dan Al Qur’an adalah
1. Bahwa Hadits Nabawi dinisbatkan kepada Nabi Muhammad –shallallahu
alaihi wasallam- lafadh/redaksi dan makna/isi. Sedangkan hadits Qudsiy
maknanya dinisbatkan kepada Allah, sedang lafadh-nya dari Nabi.
2. Hadits qudsiy tidak dibaca dalam shalat, berbeda dengan Al Qur’an
3. Tidak ada unsur tantangan kepada lawan untuk membuat tandingan,
4. Tidak dinuqil/disalin secara mutawatir, sebagaimana Al Qur’an, bahkan dalam
hadits qudsiy ada yang shahih ada juga yang dhaif.
Kenyataan bahwa makna/isi hadits qudsiy dari Allah dan redaksinya dari Nabi
Muhammad, tidak beda dengan hadits Nabawi, hanya saja Nabi Muhammad –
shallallahu alaihi wasallama, ketika mengkaitkannya kepada Allah Azza wa jalla ada
maksud :
1. Untuk memberikan tekanan untuk membangkitkan jiwa manusia agar lebih
perhatian.
2. Karena hadits itu bertemakan seputar mensucikan Allah dari kekurangan dan
segala hal yang tidak patut bagi Allah.
3. Tema hadits biasanya juga tentang sifat-sifat-Nya.
Contoh:
" َأَنا ِع ْنَد َظِّن َعْبِد ي ِبي:" َقاَل الَّلُه َعَّز َو َج َّل: َو َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم
مسند أحمد
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku
tergantung sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. HR Ahmad
Contoh hadits qudsiy dalam kitab Al Arbain An Nawawiyah, terdapat di hadits nomer
24, 38, dan 42.
7
3. PEMBAGIAN HADITS DARI JUMLAH PERAWI
A. HADITS MUTAWATIR
Menurut Bahasa kata Mutawatir adalah isim fa’il dari kata tawa-tara, bermakna
tataba’a: sambung menyambung contoh: tawatara al matharu, artinya : hujan tiada
henti.
Menurut istilah:
. ِحُت يل العادة تواُطَؤ هم على الكذب،ما رواه عدد كثري
Hadits yang diriwayatkan oleh jumlah besar, yang mustahil mereka bersepakat dusta.
Artinya: bahwa hadits mutawatir itu adalah hadits yang periwayatan di setiap levelnya
oleh banyak perawi, yang secara logis, umumnya mereka mustahil bersepakat untuk
memalsukan berita itu.
Syarat:
1. Diriwayatkan oleh jumlah besar. (Terdapat beda pendapat tentang jumlah
minimalnya, dan yang masyhur adalah minimal sepuluh orang)
2. Jumlah besar itu terdapat dalam seluruh level. (dari sahabat-tabiin-tabiit-tabiin)
3. Secara umum jumlah itu mustahil untuk bersepakat berdusta
4. Hadits yang disampaikan disandarkan pada alat indera, seperti: Saya
mendengar, saya melihat, saya memegang… sedangkan jika yang disampaikan
itu disandarkan pada logika, seperti: Saya simpulkan bahwa alam itu
makhluk… tidak disebut mutawatir.
Pembagiannya
Hadits mutawatir ada dua macam:
a. Lafdhiy
. وهو ما تواتر لفظه ومعناه:املتواتر اللفظي
Yaitu hadits yang lafadh dan maknanya mutawatir.
Seperti hadits:
َمْن َك َذ َب َعَلَّي ُمَتَعِّم ًد ا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْق َعَد ُه ِم ِن الَّنار
Barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, maka siapkanlah tempatnya di
neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari tujuh puluh orang sahabat, dan jumlah
itu semakin banyak pada level-level sanad berikutnya.
b. Maknawi
. هو ما تواتر معناه دون لفظه:املتواتر املعنوي
Hanya makna/isinya yang mutawatir, tidak lafafh/redaksinya.
Seperti hadits tentang mengangkat kedua tangan dalam berdoa.
Ada sekitar seratus hadits yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad
melakukakannya.
8
Setiap hadits itu berisi bahwa: Nabi Muhammad mengangkat kedua tangannya
dalam berdoa.
Hanya saja terjadi pada momentum yang berbeda-beda.
Setiap momentum dan kadar mengangkatnya tidak mutawatir.
Tetapi rangkuman semua jalur periwayatan membuatnya mutawatir.
c. Keberadaan
Terdapat beberapa hadits mutawatir, meskipun tidak banyak jumlahnya, antara
lain hadits tentang al haudh/telaga al kautsar, al mas-hu alal-huffain/mengusap
alas kaki, mengangakat kedua tangan dalam shalat, hadits nadhdharallahu
imra’an/Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang…
B. HADITS AHAD
a. Gharib
1. Definisi
Menurut Bahasa kata gharib artinya menyendiri, jauh dari teman
Menurut istilah:
هو ما ينفرد بروايته راٍو واحد
Hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang
Keberadaan hanya seorang perawi itu bisa dalam satu level, mesekipun
terdapat jumlah besar pada level lainnya. Karena yang dihitung adalah
minimalnya.
Ada pula yang menyebutnya “al fardu”.
2. Pembagiannya
Gharib terbagi dua, gharib muthlaq dan gharib nisbiy.
9
Seperti hadits : “innamal a’malu binniyyat…” hanya diriwayatkan oleh
Umar ibn Al Khaththb
2. Contoh
والبخاري من حديث أيب هريرة؛ أن رسول اهلل صلى،ما رواه الشيخان من حديث أنس
والناس، وولده، "ال يؤمن أحدكم حىت أكون أحب إليه من والده:اهلل عليه وسلم قال
"أمجعني
c. Masyhur
1. Definisi
Menurut Bahasa kata masyhur berasal dari kata syahara, artinya nyata,
sedangkan menurut istilah:
. َح ْيُث ْمَل َيْبُلْغ َأَح َد َأْعَد اِد اْلُم َتَو اِتِر اْلَم ْذ ُك وَر ِة،َم ا َرَو اُه َثَالَثٌة َفَأْك َثر
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun tidak mencapai
derajat mutawatir, seperti yang tersebut di atas.
2. Contoh
ولكن يقبض العلم، "إن اهلل ال يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من صدور العلماء:حديث
، فُس ِئلوا فأفتوا بغري علم، حىت إذا مل يبق عاملا اختذ الناس رءوسا ُج َّه ااًل،بقبض العلماء
"فضلوا وأضلوا
10
11
.3أنواع املشهور غري االصطالحي :له أنواع كثرية ،أشهرها:
أ -مشهور بني أهل احلديث خاصة :ومثاله :حديث أنس :أن رسول اهلل صلى اهلل عليه
وسلم قنت شهرا بعد الركوع يدعو على رعل وذكوان.
ب -مشهور بني أهل احلديث ،والعلماء ،والعوام :مثاله" :املسلم من سلم املسلمون من
لسانه ويده"
ج -مشهور بني الفقهاء :مثاله :حديث" :أبغض احلالل إىل اهلل الطالق".
د -مشهور بني األصوليني :مثاله :حديث" :رفع عن أميت اخلطأ والنسيان وما استكرهوا
عليه" .صححه ابن حبان ،واحلاكم.
هـ -مشهور بني النحاة :مثاله :حديث" :نعم العبد صهيب ،لو مل خيف اهلل مل يعصه" .ال
أصل له.
و -مشهور بني العامة :مثاله :حديث "العجلة من الشيطان".أخرجه الرتمذي وحسنه.
12
4. PEMBAGIAN HADITS DARI SISI KEKUATANNYA
A. SHAHIH
Syarat,
Dari definisi di atas maka syarat hadits shahih yang harus terpenuhi ada lima, yaitu:
،اتصال السند .1
،عدالة الرواة .2
،ضبط الرواة .3
،عدم العلة .4
عدم الشذوذ .5
Contoh:
عن، أخربنا مالك: قال، "حدثنا عبد اهلل بن يوسف: قال،ما أخرجه البخاري يف صحيحه
مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه: قال، عن أبيه، عن حممد بن جبري بن مطعم،ابن شهاب
"وسلم قرأ يف املغرب بالطور
Kedudukan hukumnya
. ومن يعتُّد به من األصوليني والفقهاء، وجوب العمل به بإمجاع أهل احلديث:وحكمه
ال يسع املسلم ترك العمل به.فهو حجة من حجج الشرع
Hukum hadits shahih menurut ijma’ ahli hadits,dan ulama ushul dan ahli fiqh, harus
diamalkan. Dan merupakan hujjah/dalil kuat di antara dalil-dalil agama, tidak
memberikan kesempatan seorang muslim untuk meninggalkannya.
13
Pembagiannya
Hadits shahih ada dua macam, yaitu:
وهو اَحلِديُث اْلُمْس َنُد اَّلِذي اَّتَص َل َس َنُد ُه ِم ْن َأَّو ِلِه ِإىل آِخ ِرِه ِبَنْق ِل اْلَعْد ِل الَّتاِّم:َص ِح يٌح ِلَذ اِتِه
َو ال َيُك وُن َش اًّذا وَال ُمَعَّلًال،الَّضْبِط َعْن ِم ْثِلِه
SHAHIH LIDZATIHI adalah hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai
akhir, dinukil oleh orang adil, sempurna ingatan, dari yang sama, tidak syadz dan
tidak ada illat
َو ُه َو اَحلِديُث اَّلِذي اَّتَص َل َس َنُد ُه ِم ْن َأَّو ِلِه ِإىل آِخ ِرِه ِبَنْق ِل اْلَعْد ِل اَّلِذي َقَّل:َص ِح يٌح ِلَغْيِر ِه
َو َال َيُك وُن َش اًّذا وَال، وَلِكَّنُه ُتوِبَع ِبَطِر ْيٍق آَخ َر ُمَس اٍو أو َر اِج ٍح،َض ْبُطُه َعِن الَّد َرَج ِة الُعْلَيا
.ُمَعَّلًال
SHAHIH LIGHAIRIHI adalah hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai
akhir, dinukil oleh orang adil, ingatannya lebih rendah dari level tertinggi, akan tetapi
dari jalur lain ada yang sama atau lebih kuat, tidak syadz dan tidak ada illat
B. HASAN
Syarat
Dari definisi di atas maka syarat hadits hasan adalah:
1. Sanad bersambung
2. Perawinya adil
3. Daya ingatnya kuat, walau tidak sekuat hadits shahih
4. Tidak syadz
5. Tidak ada illat
Pembagian
Hadits hasan ada dua macam, yaitu:
1. Hasan lildzatihi, sepert definisi di atas
2. Hasan lighairihi, yaitu:
ِك ِك ِه ِف ِد ِذ ِع
أِو اْنَق َطَع َس َنُد ُه َو ل َّنُه اَجْنَبَر َض ْع ُفُه، َو ُه َو اَحل يُث اَّل ي ُض َف َر اِو ي َال ِب ْس ٍق أْو ْذ ٍب
اِبٍع أو اِهٍد
َش ُمِبَت
Hadits yang perawinya dhaif/lemah tidak karean fasiq atau dusta, atau terputus
sanadnya, akan tetapi kelemahannya itu tertutupi oleh mutabi’/nempel, atau
syahid/saksi.
14
Kedudukan Hukumnya
، ولذلك احتج به مجيع الفقهاء، وإن كان دونه يف القوة،هو كالصحيح يف االحتجاج به
. إال من شذ من املتشددين، وعلى االحتجاج به معظم احملدثني واألصوليني،وعملوا به
Ia seperti hadits shahih sebagai hujjah/dalil, meskipun tidak sekuat hadits shahih.
Karena itulah para ulama fiqh menggunakannya sebagai dalil, dan mengamalkannya,
demikian pula mayoritas ulama ushul. Kecuali sebagian kecil saja dari golongan yang
memberat-beratkan.
Tingkatan Dhaif
Dhaif bertingkat-tingkat sesuai dengan kelemahan perawinya, ada yang dhaif ada pula
yang sangat dhaif, ada al wahiy/ lemah, al munkar/ riwayat perawi dhaif yang
bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, dan yang terendah adalah al
maudhu’/palsu.
15
5. KEDUDUKAN HADITS DAN URGENSINYA
16
2. Menjelaskan ayat Al Qur’an yang masih global
Kalimat global adalah kalimat yang belum diketahui maksudnya. Seperti firman
Allah:
]83 :{َو َأِقيُم وا الَّصالَة} [البقرة
Kalimat ini belum bisa diketahui maksudnya, karena mendirikan shalat bisa cukup
dengan sekali seumur hidup, seperti haji, cara pelaksanaannya, waktunya, dsb.
Kemudian hadits Nabi; ucapan, perbuatan, dan ketetapannya menjelaskan maksud
kata shalat. Penjelasan cara, waktu, syarat, rukun, Sunnah, pembatalnya, dsb.
Demikian pula penjelasan Nabi terhadap kata: zakat, puasa, haji, dll.
17
6. PEMBAGIAN HADITS DHAIF
Definisi Hadits Dhaif
Menurut Bahasa kata dhaif/ lemah lawan kata qawiyy/kuat, baik secara materi
maupun maknawi. Dan yang dimaksud di sini adalah dhaif maknawi. Sedangkan
menurut istilah:
ِبَف ْق ِد َش ٍط ِم ُش وِطِه، ِص َفَة ا ِن ِع
ْر ْن ُر َحْلَس ُه َو َم ا ْمَل ْجَيَم ْع: الَّض ْيُف
Adalah hadits yang tidak menghimpun sifat hasan, karena ketiadaan salah satu
syaratnya.
Tingkatan Dhaif
Dhaif bertingkat-tingkat sesuai dengan kelemahan perawinya, ada yang dhaif ada pula
yang sangat dhaif, ada al wahiy/ lemah, al munkar/ riwayat perawi dhaif yang
bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, dan yang terendah adalah al
maudhu’/palsu.
Hukum meriwayatkannya
Menurut para ahli hadits diperbolehkan meriwayatkan hadits dhaif, tanpa menjelaskan
letak dhaifnya, dengan dua syarat:
1. Tidak berkaitan dengan aqidah, seperti sifat Allah
2. Tidak dalam menjelaskan hukum agama yang berkaitan dengan halal haram.
Artinya diperbolehkan meriwayatkannya dalam mauizhah/nasehat,
targhib/anjuran, tarhib/peringatan, kisah, dsb.
Catatan.
Dalam meiwayatkan hadits dhaif, tanpa sanad, maka jangan mengatakan:
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم كذا
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda begini….
Tetapi cukup dengan mengatakan:
وما أشبه ذلك؛، أو بلغنا عنه كذا،روي عن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم كذا
Diriwayatkan dari Rasulullah… atau sampai kepada saya darinya begini, dsb.
Agar tidak memastikan bahwa hadits dhaif itu pada Rasulullah
18
َك َأْن َّيُقوَل.- صلى اهلل عليه وسلم- ُه َو اَحلِديُث اَّلِذي َر َفَعُه الَّتاِبِعُّي ِإىل الَّنِّيِب: ِا ْر َس ُل
ِهلل ِع ُمل
.- صلى اهلل عليه وسلم- َقاَل َرُس وُل ا: الَّتا ُّي ِب
Adalah hadits yang langsung dari tabi’in kepada Nabi –shallallahu alaihi wasallam-.
Seperti Said ibn Al Musayyib (seorang tabi’in) mengatakan : “Rasulullah bersabda:…
Hadits ini termasuk hadits dhaif menurut para ahli hadits, karena kemungkinan yang
gugur bersama dengan seorang sahabat itu satu atau dua tabiin.
2. Hadits Muallaq
Kata mu’allaq/tergantung adalah isim maf’ul dari kata ‘alaqa/ menggantung. Disebut
mu’allaq karena bersabung di bagian atas saja dan terputus di bagian bawah. Sehingga
seperti sesuatu yang tergantung. Sedang menurut istilah:
. ُه َو اَحلِديُث اَّلِذي ُح ِذَف ِم ْن َأَّو ِل اِإل ْس َناِد َبْع ُضُه َأو ُك ُّلُه: اْلُم َعَّلُق
. َو اْحمل ُذ وُف ِإْن َك اَن َم ْع ُر وفًا َو ِثَقًة ْحُيَتُّج ِبِه َو ِإَّال َفَض ِعْيٌف
Adalah hadits yang dihilangkan sanad pertamanya, sebagian atau keseluruhan.
a. Membuang keseluruhan sanad, seperti mengatakan: Rasulullah –shallallahu alaihi
wasallam bersabda: …
b. Membuang semua kecuali sahabat atau tabiin, seperti: Al Bukhari berkata: Abu
Musa berkata: “Nabi menutup lututnya ketika Utsman masuk.” hadits ini
mu’allaq, karena Bukhari tidak menyebutkan sanadnya kecuali Sahabat Abu Musa
Jika yang dihilangkan adalah orang yang dikenal dan tsiqah/terpercaya bisa dijadikan
hujjah/dalil, jika tidak maka statusnya dhaif
3. Hadits Mu’adhdhal
Kata al mu’adhdhal adalah maf’ul dari kata a’dhal artinya menyulitkan, sedangkan
menurut istilah:
ِبَش ِط، ٍع َك اَن ِع ِم ِم ِدِه ِد ِذ
ْر َو ُه َو اَحل يُث اَّل ي َس َق َط ْن َس َن اْثنَاِن َفَص ا دًا ْن َأِّي َمْو َض:اْلُم ْع َض ُل
. الَّتَو ايِل والَّتَتاُبِع يِف الَّس اِقِط َنْي
Adalah hadits yang gugur dari sanadnya dua ke atas dari posisi manapun, syaratnya
berurutan dan bersambunya dua sanad yang gugur itu.
Seperti hadits Al Hakim, sanad sampai Al Qa’nabi dari Malik, bahwa telah sampai
kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Hamba sahaya
berhak mendapatkan makan dan pakaian dengan layak, tidak boleh dibebani
pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan.
Ada yang gugur antara Malik dan Abu Hurairah, setidaknya dua level.
4. Hadits Munqathi’
Kata al munqathi’ adalah isim fa’il dari al inqitha’/putus, tidak bersambung,
sedangkan menurut istilah:
. ِبَأِّي َو ْج ٍه َك اَن اِال ْنِق َطاُع، َو ُه َو َم ا َلْم َيَّتِص ْل َس َنُد ُه:اْلُم ْنَق ِط ُع
19
hadits munqathi’ adalah hadits yang sanadnya tidak bersambung, karena ada
keterputusan.
Hadits Dhaif dilihat gugurnya perawi atau jumlah perawi yang gugur secara
khafiy/tersembunyi, ada beberapa macam, yaitu:
1. Hadits Al Mudallas
Kata al mudallas adalah isim maf;ul dari kata at tadlis, yang berarti menyembunyikan
aib dagangan di hadapan calon pembeli. Kata tadlis sendiri adalah bentukan dari kata
ad dals yang berarti kegelapan. Sedangkan menurut istilah:
، ُه َو اَحلِديُث اَّلِذي َدَّلَس ِفيِه الَّر اِو ُّي ِبَو ْج ٍه ِم ْن ُوُج وِه الَّتْد ِلْيِس: اْلُم َد َّلُس
Adalah hadits yang perawi menyembunyikan sesuatu dalam periwayatannya.
2. Hadits Mudhtharib
Kata al mudhtharib adalah ism fa’il dari kata al idhthirab, yaitu kekacauan dan
kerusakan system karena goncangan. Sedangkan menurut istilah :
ُه ا ِديُث اَّلِذي ِو َّر ًة َعلى ْج ٍه َّر ًة ُأْخ ى َعلى ْج ٍه آَخ َخُماِلٍف: اْل ْض َطِر
َر َو َر َو َو َم ُر َي َم ُم ُب َو َحل
. َو ْمَل ْمُيِكِن اَجْلْمُع َبْيَنُه َم ا،ِلَألَّو ِل َعلى َو ْج ِه الَّتَس اِو ي
Adalah hadits yang diriwayatkan satu kali dengan satu sisi, dan diriwayatkan lain kali
dengan sisi lain berbeda dengan yang pertama, dengan level setara dan tidak mungkin
digabungkan
Hadits mudhtharrib diterima jika para perawinya tsiqah/terpercaya. Dan jika tidak
maka statusnya dhaif dan ditolak.
3. Hadits Mudraj
Kata mudraj adalah isim maf’ul dari kata adraja artinya memasukkan sesuatu ke
dalamnya dan menggabungkannya. Menurut istilah:
. ُه َو اَحلِديُث اَّلِذ ي َأْد َخ َل الَّر اِو ُّي يِف َم ْتِنِه َأْلَف اظًا َلْيَس ْت ِم ْنَه ا ِم ْن َغِرْي َبَياٍن: اْلُم ْد َرُج
Adalah hadits yang oleh perawi dimasukkan kata-kata dalam matannya, yang bukan
dari hadits itu tanpa penjelasan.
Dan tidak dibenarkan dengan sengaja melakukan idraj. Dan hadits yang di idraj tidak
bisa disebut marfu’
20
7. ISTILAH DALAM PERIWAYATAN HADITS
الزيادة في الحديث
A. PENAMBAHAN DALAM HADITS
Maksudnya adalah ketika salah seorang perawi menambahkan ke dalam hadits
sesuatu yang bukan hadits.
Penambahan ada dua macam:
a. idraj yaitu penambahan yang dilakukan oleh perawi itu sendiri, bukan hadits.
b. Penambahan oleh perawi dari hadits itu sendiri. Jika perawiya tidak tsiqah maka
ditolak, dan jika tsiqah dan tidak menafikan riwayat lain yang lebih tsiqah, tidak
diterima/ditolak karena syadz.
Contoh: riwayat Imam Malik dalam Al Muwaththa’ bahwa ibnu Umar ketika
memulai shalat ia angkat kedua tangannya setinggi punggungnya, dan jika bangun
dari ruku’ ia angkat kedua tangannya lebih rendah dari itu.
Abu Daud berkata: tidak ada yang menyebut “ia angkat kedua tangannya lebih
rendah dari itu” selain Imam Malik. Menurut yang saya ketahui.
Riwayat yang shahih dari Ibnu Umar –marfu’ bahwa Nabi angkat kedua
tangannya setinggi punggungnya ketika memulai shalat, ketika ruku, dan ketika
bangun ruku’ tanpa membedaknnya.
Dan jika tidak menafikan riwayat lain maka diterima, karena menjadi tambahan
ilmu. Contoh: Hadits Umar ra bahwa ia mendengar Nabi bersabda:
أشهد أن ال إله إال اهلل وأن: أو فيسبغ الوضوء مث يقول،"ما منكم من أحد يتوضأ فيبلغ
. )3( "حممدًا عبد اهلل ورسوله إال فتحت له أبواب اجلنة الثمانية يدخل من أيها شاء
Imam Muslim meriwayatkan dua jalur salah satunya dengan menambahkan:
. ) (إال اهلل:(وحده ال شريك له) بعد قوله
اختصار الحديث
B. MERINGKAS HADITS
Meringkas hadits dilakukan dengan membuang perawinya, atau penukilnya sedikit
demi sedikit. Hal ini tidak diperbolehkan kecuali dengan memenuhi lima syarat, yaitu:
1. Tidak merusak makna hadits, seperti membuang istisna pada hadits:
""احلج املربور ليس له جزاء إال اجلنة
2. Tidak menghilangkan tujuan hadits, seperti membuang kalimat: هو الطهور ماؤه
Hanya menyisakan : احلل ميتته. karena tujuan utama adalah tentang air laut.
3. Tidak merupakan sifat ibadah qauliyah atau fi’liyyah. Seperti pada lafazh
tasyahhud dalam riwayat Ibnu Mas’ud:
21
، التحيات هلل: "إذا جلس أحدكم يف الصالة فليقل:أن النيب صّلى اهلل عليه وسّلم قال
السالم علينا وعلى عباد، السالم عليك أيها النيب ورمحة اهلل وبركاته،والصلوات والطيبات
" وأشهد أن حممدًا عبده ورسوله، أشهد أن ال إله إال اهلل،اهلل الصاحلني
4. Dilakukan oleh orang yang mengetahui mad-lul/arah kalimat. Apa yang
mengganggu jika diringkas dan apa yang tidak menggangu. Sehingga tidak
membuang kalimat yang merusak makna tanpa disadari.
5. Perawi tidak terduga lemah hafalan ketika meringkas, dan menambah kalimat
ketika menyempurnakan
Jika sudah terpenuhi lima syarat ini maka diperbolehkan meringkas hadits, untuk
mengambilnya sebagai dalil pada situasi yang diperlukan.
Sebaiknya ketika menyampaikan hadits secara ringkas, ditutup dengan kata: ila
akhirihi…
22
8. HADITS MAUDHU’
1. Kaum Zindiq
Mereka ingin merusak akidah kaum muslimin, mencitra burukkan Islam, dan
mengubah hukumnya. Seperti Muhammad ibn Sa’d, yang dihukum mati oleh Abu
Ja’far Al Mansur, karena memalsukan hadits dari Anas, dari Nabi bersabda :
""أنا خاتم النبيين ال نبي بعدي إال أن يشاء اهلل
“Saya adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku, kecuali jika Allah
menghendaki”
Seperti Abdul Karim ibn Abi Al Auja yang dihukum mati oleh khalifah Abbasiyah di
Bashrah, mengatakan sebelum dieksekusi: ”Saya telah memalsukan empat ribu hadits,
mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram.
23
Ma’in dan ini Ahmad ibn Hanbal, kami tidak pernah mendengar sekalipun hadits itu
dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam”. Pendongeng itu berkata: “Tidak hentinya
saya mendengar bahwa Yahya ibn Ma’in itu ahmaq/idiot, dan saya tidak pernah
membuktikannya kecuali saat ini. Sepertinya tidak ada Yahya ibn Ma’in dan Ahmad
ibn Hanbal selain kalian berdua, saya sudah menulis dari tujuh belas Ahmad ibn
Hanbal dan Yahya ibn Ma’in.” kemudian imam Ahmad menutup wajah dengan
lengan bajunya, berlalu meninggalkan pendongen itu sambil berkata: “da’hu ya
qaum”.
4. Ghirah Beragama
Mereka membuat hadits-hadits tentang keutamaan Islam dan yang berkaitan
dengannya, zuhud, dsb, untuk menarik perhatian manusia kepada agama. Seperti yang
dilakukan oleh Abu Ishmah Nuh ibn Abi Maryam, qadhil Moro, membuat hadits
palsu tentang fadhilah surah-surah dalam Al Qur’an. Ia berkata:
“Sesungguhnya saya melihat orang-orang berpaling dari Al Qur’an, lebih sibuk
dengan fiqh Abu Hanifah dan Maghaziy/sirah ibn Ishaq, maka saya buat itu”.
24
9. AL- JARHU DAN AT-TA’DIL
Definisi Al Jarh
Al Jarh artinya seorang perawi menyebutkan sesuatu yang menyebabkan penolakan
riwayatnya. Seperti mengatakan: pendusta, fasiq, dha’if, tidak tsiqah, tidak
diperhitungkan, tidak dicatat haditsnya.
Macam Al Jarh
1. Muthlaq, perawi menyabutkan jarh tanpa catatan, sehingga menjadi cacat secara
mutlak.
2. Muqayyad, perawi menyebutkan jarh dalam kaitan tertentu tentang seorang
syeikh, atau kelompok, dsb, sehingga cacatnya terbatas pada sesuatu yang
disebutkan, bukan yang lainnya.
Seperti: kata Ibn Hajar tentang Zaid ibn Al Habbab, -Imam Muslim mengambil
riwayatnya- shaduuq/sangat jujur, tetapi salah dalam meriwayatkan hadits At
Tsauri. Maka dhaif dalam hadits dari At Tsauriy saja, bukan yang lainnya.
Tingkatan Al Jarh
. أو ركن الكذب، أكذب الناس: ما دل على بلوغ الغاية فيه مثل:* أعالها
. ودجال، ووضاع، كذاب:* ثم ما دل على المبالغة مثل
. وَبْين ذلك مراتب معلومة. أو فيه مقال، أو سِّيئ الحفظ،* وأسهلها لّين
Syarat Al Jarh
1. Dilakukan oleh orang yang adil, tidak diterima dari orang fasiq
2. Dilakukan oleh orang yang jeli, bukan pelupa
3. Dilakukan oleh orang yang mengetahui sebab-sebabnya, tidak diterima dari orang
yang tidak mengetahui cacat-cacatnya.
4. Menjelaskan sebab jarh nya, tidak diterima jarh yang tidak jelas. Seperti hanya
mengatakan: dhaif, haditsnya ditolak, tanpa penjelasan. Karena bisa jadi ia
menjarh sesuatu yang tidak mengharuskan jarh.
5. Tidak dilakukan kepada orang yang secara mutawatir dikenal adil, sebagai imam,
seperti : Nafi’, Syu’bah, Malik, Al Bukhari…maka jarh kepada mereka tidak
diterima.
Definisi Ta’dil
Seorang perawi menyebutkan sesuatu yang membuat riwayatnya diterima. Seperti
mengatakan: ia tsiqah, valid, tidak ada masalah, tidak ditolak haditsnya.
Macam Ta’dil
1. Muthlaq, perawi menyebut ta’dil tanpa catatan, sehingga menjadi penguat di
semua keadaan.
2. Muqayyad, perawi menyebut ta’dil dalam kaitan tertentu seperti syeikh tertentu,
golongan tertentu, dsb. Sehingga menjadi penguat baginya sesuai dengan apa yang
dikaitkannya. Seperti pernyataan: Dia tsiqah dalam hadits Az Zuhriy, atau
haditsnya penduduk Hijaz, sehingga tidak ditsiqahkan dalam hadits yang
diriwayatkan dari selain yang disebutkan dalam taqyid/catatan itu. Namun jika
maksudnya adalah pernyataan bahwa ia tidak dhaif, maka tidak menghalanginya
untuk ditsiqahkan di selain yang ditaqyid itu.
25
Tingkatan Ta’dil
. أو إليه املنتهى يف التثبت، أوثق الناس: ما دل على بلوغ الغاية فيه مثل:* أعالها
. أو حنو ذلك، ثقة ثقة أو ثقة ثبت: أو صفتني مثل،* مث ما تأكد بصفة
، أو حنو ذلك، أو يروى حديثه، أو مقارب، صاحل: ما أشعر بالقرب من أسهل اجلرح مثل:* وأدناها
.وبني هذا مراتب معلومة
Syarat Ta’dil
1. Dari orang yang adil, tidak diterima dari orang fasiq
2. Dari orang yang jeli, tidak diterima dari orang yang pelupa, mudah terpesona oleh
penampilan zhahir
3. Mengetahui sebab-sebabnya, tidak diterima dari orang yang tidak mengetahui
sifat-sifat untuk diterima atau ditolak
4. Tidak dilakukan pada orang yang sudah terkenal ditolak riwayatnya, karena dusta,
fasiq yang nyata, dll..
26
10. HADITS DARI SISI ORANG YANG MENJADI SUMBERNYA
A. HADITS MARFU’
Definisi
Menurut Bahasa marfu’ adalah isim maf’ul dari rafa’a /mengangkat, lawan kata
wadha’a/meletakkan. Penamaan ini karena menisbatkan hadits kepada orang
tertinggi, yaitu Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam.
Sedangkan menurut istilah:
أو صفة، أو تقرير، أو فعل،هو ما أضيف إىل النيب صلى اهلل عليه وسلم من قول
1. Qauliy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah bersabda:….”
2. Fi’liy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah melakukan ….”
3. Taqririy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “ada yang melakukan
sesuatu di hadapan Rasulullah, dan tidak terlihat penolakan terhadap hal itu”
4. Washfiy; seperti ketika seorang sahabat mengatakan: “Rasulullah adalah orang
yang paling baik…”
Macam-macam Marfu’
1. Sharih/jelas seperti definisi di atas
2. Ghairu sharih, ada yang menyebutnya Hukmiy, yaitu perkataan atau perbuatan
sahabat yang tidak mungkin ucapan atau perbuatan itu berasal dari pendapat atau
ijtihad sahabat. Seperti pemberitaan tentang masa lalu atau masa datang, seperti
tentang hari kiamat, balasan amal, dsb.
Catatan:
Ada beberapa bentuk marfu’ hukmiy, redaksinya mauquf lafdhy.
a. Seorang sahabat –yang tidak dikenal mengambil dari ahli kitab-
mengatakan sesuatu yang bukan ruang ijtihad, tidak juga penjelasan
Bahasa seperti :
i. Memberitakan masa lalu, seperti penciptaan alam
ii. Memberitahukan yang akan datang, seperti fitnah kubra, kiamat.
iii. Memberitakan tentang pahala amal tertentu.
b. Perbuatan shahabat yang bukan ruang ijtihad, seperti Ali radhiyallahu
shalat gerhana ruku’ lebih dari dua kali dalam satu rakaat
c. Pemberiatahuan sahabat bahwa mereka mengatakan atau melakukan
sesuatu, atau tidak apa apa. Jika disebutkan hal itu pada zaman Nabi, maka
hukumnya marfu’: seperti ungkapan Jabir: kunna na’zil ala ahdi
Rasulillah….jika tidak disebutkan pada zaman Nabi maka statusnya adalah
mauquf. Seperti kata Jabir: kunna idza sha’adna kabbarna, wa idza
nazalna sabbahna..”
d. Pernyataan shahabat: “kami disuruh begini, atau kami dilarang begini, atau
termasuk Sunnah adalah… seperti kata Bilal” kami disuruh menggenapkan
adzan dan mengganjilkan iqamat…
e. Perawi mengatakan, ketika menyebut nama shahabat, salah satu dari
kalimat ini: "روايًة أو، أو يبلغ به، أو َيْنِم يه،"يرفعه
27
B. HADITS MAUQUF
Definisi
Menrut Bahasa mauquf adalah isim maf’ul dari waqafa/ berhenti. Perawi
menghentikan hadits itu sampai pada sahabat, dan tidak melanjutkan kelanjutan
sanadnya. Sedangkan menurut istilah:
أو تقرير، أو فعل،هو ما أضيف إىل الصحايب من قول
Adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat Nabi, ucapan atau perbuatan, atau
ketetapan. Contoh:
Mauquf qauli: kata perawi Ali ibn Abi Thalib berkata:
" أتريدون أن يكذب اهلل ورسوله،"حِّدثوا الناس مبا يعرفون
Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah engkau ingin
ia mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
Mauquf fi’liy: kata Al Bukahari: “Ibnu Abbas mengimami shalat padahal ia
tayammum.
Mauquf Taqiri: pernyataan seorang tabiin: “Saya melakukan ini di hadapan salah
seorang sahabat, dan saya tidak disalahkan”
C. HADITS MAQTHU’
Definisi
Kata maqthu’ menurut Bahasa adalah isim maf’ul dari kata qatha’a / memtong, putus,
lawan kata washala/bersambung. Sedangkan menurut istilah:
ُه و ما ُأِض يَف ِإىل َتاِبِعٍّي َفَمْن ُدوَنُه ِم ْن َقوٍل أو ِفعٍل:اْلَم ْق ُطوُع
Sesuatu yang disandarkan kepada tabiin dan di bawahnya baik berupa ucapan atau
perbautan. Seperti:
Ungkapan Hasan Al Bashriy tentang shalat di belakang ahli bid’ah: "بدعته "صِّل وعليه
28
11.SANAD ATAU ISNAD
Definisi Sanad
Al Isnad, adalah bentuk mashdar dari fi’il tsulatsi mazid “ أسند-asnada” sepeti dalam
ungkapan :
أسندت هذا احلديث إيل فالن
Artinya: Aku menyandarkan hadits/ucapan ini kepada fulan.
Sedangkan menurut istilah ilmu hadits:
حكايه طريق املنت-اإلسناد هو رفع احلديث إيل قائله –أو
Al Isnad adalah mengangkat hadis kepada pengucapnya, -atau- menceritakan mata
rantai pembawa matan/isi (hadits)
Urgensi Sanad
Sanad adalah salah satu keutamaan ummat ini, dan tidak ada pada ummat
sebelumnya. Menjadi kewajiban setiap muslim dalam menerima hadits dan berita. Ibn
Al Mubarak berkata:
" ولوال اإلسناد لقال من شاء ما شاء،"اإلسناد من الدين
Bersanad adalah bagian dari agama, tanpa sanad, orang akan mengatakan apa saja.
At Tsauri berkata:
""اإلسناد سالح املؤمن
Bersanad adalah pedang orang beriman.
Demikian pula mencari sanad ‘aliy adalah bagian dari Sunnah. Ahmad ibn Hanbal
berkata:
Mencari sanad ‘aliy adalah Sunnah dari para pendahulu. Murid-murid Abdullah ibn
Mas’ud menempuh perjalanan dari Kufah ke Madinah, untuk belajar dari Umar,
mendengar langsung darinya. Para sahabat Nabi menempuh perjalanan untuk mencari
sanad ‘aliy, seperti Abu Ayyub dan Jabir radhiyallahu anhuma.
Macam Sanad
Menurut Bahasa kata ‘aliy adalah isim fa’il dari kata al uluww/tinggi, lawan dari kata
an nuzul/turun. Sedangkan menurut istilah
هو الذي قل عدد رجاله بالنسبة إىل سند آخر َيِر ُد به ذلك احلديث بعدد أكثر:اإلسناد العايل
Sanad ‘aliy adalah sanad yang jumlah orangnya lebih sedikit dibandingkan dengan
sanad lain dalam merilis hadits dengan jumlah lebih banyak.
هو الذي كثر عدد رجاله بالنسبة إىل سند آخر يرد به ذلك احلديث بعدد أقل:اإلسناد النازل
Sanad nazil adalah yang banyak jumlah orangnya dibandingkan dengan sanad lain
dalam merilis hadits dengan jumlah lebih sedikit.
29
b. Kedekatan dengan salah seorang imam hadits, meskipun setelah itu banyak
jumlahnya untuk sampai kepada Rasulullah. Seperti kedekatan dengan Al
A’masy, atau Ibn Juraij, atau Malik, dll, dengan sanad shahih dan nazhif juga.
c. Kedekatan dengan riwayat salah satu dari kutubussittah, atau kitab lain yang
menjadi pegangan.
d. Kedekatan karena perawi lebih dulu wafat. Seperti kata An Nawawi: “Apa yang
saya riwayatkan dari Tsalatsah, dari Al Baihaqi, dari Al Hakim lebih tinggi
dibandingkan jika saya meriwayatkan dari Tsalatsah, dari Abu Bakr ibn Khalaf,
dari Al Hakim, karena Al Baihaqi lebih dahulu wafat dibandingkan ibn Khalaf.
e. Karena lebih dahulu mendengar dari syeikh. Seseorang yang mendengar dari
syeikhnya lebih dahulu maka lebih tinggi dibandingkan yang mendengar
sesudahnya. Misalnya: dua orang mendengar dari seorang syeikh, tapi yang satu
telah mendengarnya enam tahun yang lalu, dan yang satunya empat tahun lalu,
maka yang pertama lebih tinggi dari yang kedua.
MUSALSAL
Definisi
Kata musalsal adalah isim maf’ul dari kata al silsilah yaitu ketersambungan satu sama
lain. seperti rantai disebut silsilatul-hadid. Sedangkan menurut istilah :
وللرواية تارة أخرى، أو حالة للرواة تارة،هو تتابع رجال إسناده على صفة
Yaitu berturut-turutnya sifat, atau kondisi orang yang menjadi sanad ketika
meriwayatkan.
Dari definisi di atas terdapat tiga macam silsilah, yaitu:
1. Musalsal/berantai kondisi para perawi, dalam ucapan, perbuatan, atau ucapan dan
perbuatan sekaligus. Sepeti:
"ال جيد العبد حالوة اإلميان حىت: قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم:حديث أنس قال
وقبض رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم على حليته،"يؤمن بالقدر؛ خريه وشره حلوه ومره
" حلوه ومره، "آمنت بالقدر؛ خري وشره:وقال
حلوه، "آمنت بالقدر خريه وشره: وقوله،تسلسل بقبض كل راٍو من رواته على حليته
"ومره
30
c. Hadits musalsal dalam meriwayatkan doa di multazam.
Definisi
Kata tahammulul hadits artinya menerima hadits dari seseorang yang
menyampaikannya.
Syarat
1. Tamyiz, yaitu memahami pembicaraan dan menjawab dengan benar, umumnya
setelah berusia minimal tujuh tahun. Tidak sah menerima dari orang yang tidak
tamyiz karena masih kecil atau lanjut usia.
2. Berakal, maka tidak sah menerima dari orang gila dan orang kurang waras
3. Tidak ada halangan, tidak sah dari orang yang sedang mengantuk berat, banyak
salah, atau sibuk.
Macam-macam Tahammulul-Hadits
1. Mendengar perkataan syeikh/guru, dan yang paling tinggi adalah yang didektekan
2. Membaca di hadapan syeikh, disebut “al-‘ardhu”.
3. Ijazah, yaitu izin dari syeikh untuk meriwayatkan darinya, baik terucap atau
tertulis.
ADA’UL-HADITS
Maksudnya adalah menyampaikan hadits kepada orang lain.
Syarat Ada’ul-Hadits
1. Berakal, tidak sah dari orang gila, kurang waras, pikun, dll.
2. Baligh, tidak sah dari anak kecil. Ada yang memperbolehkan dari murahiq/baru
gede, yang terpercaya.
3. Islam, tidak sah dari orang kafir, walaupun saat menerimanya ia muslim.
4. Adil, tidak diterima dari orang fasiq, walaupun ketika menerima saat ia adil
5. Tidak ada halangan, seperti mengantuk, atau kesibukan yang mengganggu fikiran.
. مسعنا وحدثنا: فإن كان معه غريه قال، إذا مسع وحده من الشيخ، حدثين، مسعت:األوىل
. إذا قرأ على الشيخ، أخربين، أخربين قراءة عليه، قرأت عليه:الثانية
. إذا قرئ على الشيخ وهو يسمع، أخربنا، قرأنا عليه، قرئ عليه وأنا أمسع:الثالثة
. عن فالن؛ إذا روى عنه باإلجازة، أنبأين، حدثين إجازة، أخربين إجازة:الرابعة
يؤدي هبا، أما املتقدمون فريون أن حدثين وأخربين وأنبأين مبعىن واحد،وهذا عند املتأخرين
.من مسع من الشيخ
.وبقي صيغ أخرى تركناها حيث مل نتعرض ألنواع التحمل هبا
-
31
32
12. BUKU-BUKU HADITS DAN SAHABAT
Tadwinul hadits
Belum ada pembukuan hadits di masa Nabi dan khulafaurrasyidin, karena khawatir
bercampur dengan Al Qur’an. Baru pada masa Umar ibn Abdul Aziz, karena takut
hilangnya hadits, ia memerintahkan kepada qadhi Madinah, yaitu Abu Bakr ibn
Muhammad ibn Amr ibn Hazm:
وذهاب، فإني خفت دروس العلم،انظر ما كان من حديث النبي صّلى اهلل عليه وسّلم فاكتبه
ولتجلسوا حتى، ولتفشوا العلم، وال تقبل إال حديث رسول اهلل صّلى اهلل عليه وسّلم،العلماء
فإن العلم ال يهلك حتى يكون سًّر ا،يعلم من ال يعلم
Lihatlan semua hadits Nabi yang ada lalu tulislah, karena saya takut hilangnya ilmu,
dan perginya para ulam. Dan jangan menerima kecuali hadits Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Dan hendaklah engkau menyebarkan ilmu, bermajlis sehingga
berilmu orang yang belum berilmu. Karena sesungguhnya ilmu itu tidak akan binasa
sehingga ia menjadi rahasia.
Perintah ini disebar luaskan ke seluruh wilayah.
KUTUBUSSITTAH
Maksud istilah ini adalah enam kitab hadits yaitu: 1. Shahih Al Bukhari, 2. Shahih
Muslim, 3. Sunan An Nasa’iy, 4. Sunan Abu Daud, 5. Sunan At Tirmidzi, 6. Sunan
Ibnu Majah.
1. Shahih Al Bukhari
Kitab ini oleh penulisnya disebut “ Al Jami’ Ash Shahih”. Disarikan dari enam ratus
ribu hadits. Pekerjaan yang melelahkan, dalam menyaring, menseleksi kesahihannya,
setiap kali mencamtumkan hadits ia mandi dan shalat dua rakaat, istikharah dalam
menyusunnya.
Pemyusunannya memakan waktu selama enam belas tahun. Setelah selesai kemudian
ditunjukkan kepada Imam Ahmad dan Yahya ibn Ma’in, Ali ibn Al Madiniy, dll,
mereka menyambut baik dan menyaksikan sebagai hadits shahih.
Jumlah haditsnya 7397 (tujuh ribu tiga ratus Sembilan pulun tujuh) dengan
pengulangan. Dan 2602 (dua ribu enam ratus dua) tanpa pengulangan.
Al Bukhariy
Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al Mughirah ibn Bardizbah Al
Ja’fiy.
Lahir pada bulan Syawal 194 H, tumbuh sebagai yatim dalam asuhan ibunya.
Memulai mencari hadits pada tahun 210 H, 6 tahun mukim di Hijaz, mengunjungi
Syam, Mesir, Bashrah, Kufah, dan Baghdad.
Memiliki hafalan yang sangat kuat, zuhud, pemberani, dermawan.
Dipuji oleh para ulama semasa dan sesudahnya.
Wafat di Khartank, Samarkan, malam idul fitri tahun 256 H
33
2. Shahih Muslim
Kitab terkenal karya Imam Muslim ibn Al Hajjaj.
Menghimpun hadits shahih.
Kata An Nawawi: Menulisnya dengan sangat hati-hati, itqan, wara’, dan ma’rifah,
hanya beberapa orang pada masa itu yang bisa melakukannya.
Jumlah haditsnya dengan pengulangan 7275 (tujuh ribu dua ratus tujuh puluh lima)
dan tanpa pengulangan 4000 (empat ribu hadits)
Muslim
Abu Al Husain Muslim ibn Al Hajjaj ibn Muslim Al Qusyairy An Naisaburiy.
Lahir pada tahun 204 H.
Tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Hijaz, Syam, Iraq, dan Mesir.
Ketika Al Bukhari tiba di Naisabur ia mulazamah dan menyerap ilmunya serta
mengikuti jejaknya.
Wafat tahun 261 H di Naisabur.
3. Sunan An Nasa’iy
Semula An Nasa’iy menyusun kitab “As Sunan Al Kubra” berisi shahih dan
ma’lul/ada cacat. Kemudian diringkas dalam kitab “As Sunan Al Shughra” dan
dinamakan “Al Mujtaba” yang hanya menghimpun hadits shahih.
Inilah kitab yang dimaksud dalam riwayat An Nasa’i.
Kitab Al Mujtaba adalah kitab sunan yang paling sedikit hadits dhaifnya.
Dari sisi sosok perawi lebih baik dari sunan Abu Daud dan At Tirmidzi.
Kata Ibn Hajar: “Beberapa orang yang diambil riwayatnya oleh Abu Daud dan At
Tirmidzi, dihindari oleh An Nasa’iy”.
Secara umum syarat An Nasa’iy dalam Al Mujtaba, adalah syarat terkuat setelah
shahih Al Bukhari dan Muslim.
An Nasa’iy
Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali An Nasa’iy, nisbat ke Nasa’ satu
tempat di Khurasan. Lahir tahun 215 H di Nasa’, kemudian rihlah belajar hadits ke
Hijaz, Khurasan, Syam, dll. Lama tinggal di Mesir, menyebarkan karyanya di sana,
kemudian ke Damaskus.
Wafat di Ramalah Palestina tahun 303 H.
Abu Daud
Sulaiman ibn Al Asy’ats ibn Ishaq Al Azdiy Al Sijistani. Lahir di Sijistan tahun 202
H. rihlah belajar hadits ke Iraq, Syam, Mesir, dan Khurasan. Menerima hadits dari
Imam Ahmad ibn Hanbal dan masyayikh Al Bukhari dan Muslim.
Para ulama memujinya dan menyebutnya sebagai penghafal sempurna, pemahaman
yang luas dan wara’.
34
Wafat di Bashrah tahun 275 H
5. Sunan At Tirmidzi
Kitab ini dikenal juga dengan nama “Jami’ At Tirmidziy”.
At Tirmidziy menyusunnya berdasarkan bab fiqh, berisi shahih, hasan, dan dhaif,
disertai penjelasan derajat setiap hadits dan sisi dhaifnya.
Kitab ini sangat berguna dalam kajian fiqh dan hadits yang tidak terdapat di kitab
lainnya.
Mendapatkan pujian baik dari ulama Hijaz, Iraq, dan Khurasan.
At Tirmidziy
Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah Al Salamiy at Tirmidziy.
Lahir di Tirmidz tepi sungai Jaihun tahun 209 H.
Berkeliling mendengar hadits dari Hijaz, Iraq dan Khurasan.
Para ulama bersepakat atas keimaman dan kemuliannya.
Sampai-sampai Al Bukhariy mengandalkannya dan mengambil darinya –padahal Al
Bukhariy- adalah salah satu syeikhnya At Tirmidzi.
Wafat di Tirmidz tahun 279 H.
Ibn Majah
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid ibn Abdullah ibn Majah Al Qazwainiy
Lahir di Qazwain, Iraq, tahun 209 H. rihlah belajar hadits sampai Ar Ray, Bashrah,
Kufah, Baghdad, Syam, Mesir, dan Hijaz. Wafat tahun 273 H.
35
SHAHABAT DAN TABIIN
الَّص َح ايبُ :ه و كُّل ُمسِلٍم َلِق َي الَّنَّيِب -صلى اهلل عليه وسلم ُ -مؤِم نًا ِبه وَم اَت َعلى اِإل َمْياِن .
والَّص َح اَبُة ُك ُّلُه م ِثقاٌت ُعُد وٌل
Shahabat adalah setiap muslim yang berjumpa dengan Nabi Muhammad-shallallahu
alaihi wasallama dalam keadaan beriman dan mati dalam dalam iman. Semua sahabat
adalah adil.
اِبيًّا يف اَلِة اِإل َمياِن ا لى ذلَك ،و ْش ُط ِلُق وِل ِر ا ِتِه ِق ِبِع
ُي َتَر ُب َو َي َو َم َت َع َح الَّتا ُّي :هو َم ن َل َي َصَح
َك وُنُه ِثَقًة.
Tabiin adalah orang yang berjumpa dengan shahabat dalam keadaan beriman dan mati
dalam imam. Untuk diterima riwayatnya syaratnya harus tsiqah
وصلى اهلل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
36
المراجع:
مصطلح الحديث المؤلف :محمد بن صالح بن محمد العثيمين (المتوفى1421 :هـ) الناشر:
مكتبة العلم ،القاهرة الطبعة :األولى 1415 ،هـ 1994 -م
تيسير مصطلح الحديث المؤلف :أبو حفص محمود بن أحمد بن محمود طحان النعيمي الناشر:
مكتبة المعارف للنشر والتوزيع الطبعة :الطبعة العاشرة 1425هـ2004-م
السنة النبوية المصدر الثاني للتشريع اإلسالمي ومكانتها من حيث االحتجاج والمرتبة والبيان
والعمل
المؤلف :رقية بنت نصر اهلل نياز الناشر :مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف بالمدينة
المنورة
حجية السنة النبوية ومكانتها في التشريع اإلسالمي المؤلف :عبد القادر بن حبيب اهلل السندي
الناشر :الجامعة اإلسالمية المدينة المنورة الطبعة :السنة الثامنة -العدد الثاني -رمضان
1395هـ سبتمبر 1975م
السنة النبوية المصدر الثاني للتشريع اإلسالمي ومكانتها من حيث اإلحتجاج والعمل المؤلف:
محمد بن عبد اهلل باجمعان الناشر :مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف بالمدينة
المنورة
السنة ومكانتها في التشريع اإلسالمي المؤلف :عبد الحليم محمود (المتوفى1397 :هـ)
التاشر :المكتبة العصرية ،صيدا -بيروت.
37