Anda di halaman 1dari 19

A.

KISI-KISI SOAL UJIAN KOMPREHENSIF MATERI KEISLAMAN

1. Mampu membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar


2. Mampu menghafal 5 ayat tentang pendidikan
 QS. Al-Alaq ayat 1-5
‫ۡق ۡأ‬ ‫ۡق ۡأ‬
‫ َع َّلَم‬٤ ‫ ٱَّلِذ ي َع َّلَم ِبٱۡل َقَلِم‬٣ ‫ ٱ َر َو َر ُّبَك ٱَأۡلۡك َر ُم‬٢ ‫ َخ َلَق ٱِإۡل نَٰس َن ِم ۡن َع َلٍق‬١ ‫ٱ َر ِبٱۡس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ي َخ َلَق‬
٥ ‫ٱِإۡل نَٰس َن َم ا َلۡم َيۡع َلۡم‬
Artinya:’’Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
 QS. Al-Mujadilah ayat 11
‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫َٰٓي‬
‫َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُح و ِفى ٱْلَم َٰج ِلِس َفٱْفَسُح و َيْفَس ِح ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل ٱنُشُزو َفٱنُشُزو َيْر َفِع‬
‫ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِم نُك م َو ٱَّلِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬
Artinya:” Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-
lapanglah dalam majelis', maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu', maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
 QS. An Nahl ayat 125

‫ُاۡد ُع ِاٰل ى َس ِبۡي ِل َر ِّبَك ِباۡل ِح ۡك َم ِة َو اۡل َم ۡو ِع َظِة اۡل َح َس َنِة‌ َو َج اِد ۡل ُهۡم ِباَّلِتۡى ِهَى َاۡح َس ُنؕ‌ ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاۡع َلُم ِبَم ۡن َض َّل‬
‫َع ۡن َس ِبۡي ِلٖه‌ َو ُهَو َاۡع َلُم ِباۡل ُم ۡه َتِد ۡي َن‬

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.


QS. Thoha ayat 114
‫َفَتٰع َلى ُهّٰللا اۡل َم ِلُك اۡل َح ـُّق‌ۚ َو اَل َتۡع َج ۡل ِباۡل ُقۡر ٰا ِن ِم ۡن َقۡب ِل َاۡن ُّيۡق ٰٓض ى ِاَلۡي َك َو ۡح ُيٗهۖ‌ َو ُقْل َّرِّب ِز ۡد ِنۡى ِع ۡل ًم ا‬
Artinya: Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah
engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku. "

 QS. At Taubah ayat 122


‫ة ِّلَيَتَفَّقُهوْا ِفي ٱلِّديِن َو ِلُينِذُر وْا‬ٞ‫َو َم ا َك اَن ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُر وْا َك ٓاَّفۚٗة َفَلۡو اَل َنَفَر ِم ن ُك ِّل ِفۡر َقٖة ِّم ۡن ُهۡم َطٓاِئَف‬
‫َقۡو َم ُهۡم ِإَذ ا َر َج ُعٓو ْا ِإَلۡي ِهۡم َلَعَّلُهۡم َيۡح َذ ُروَن‬
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.

3. Mampu menghafal 5 hadis tentang pendidikan


 Pendidik merupakan suatu kewajiban

‫ُك ْو نُــْو ا َر َّباِنِّيْـيَن ُح َلَم اَء ُفَقَهاَء ُع َلَم اَء َو ُيَقاُل َالَّرَّباِنُّي اَّلِذ ى ُيــَر ِبـّـى الَّناَس ِبِص َغاِر ْالِع ْلِم َقْبَل ِكَباِر ِه‬
Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut
pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu
sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak." (HR. Bukhari)

 Ilmu wajib untuk dicari


‫ َو َم ْن َأَر اَدُهَم ا َفَعَلْيِه بِالِع ْلِم‬، ‫ َو َم ْن َأَر اَد اآلِخ َرَه َفَعَلْيِه ِباْلِع ْلِم‬، ‫َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَعَلْيِه ِبْالِع ْلِم‬
Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah
ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia
menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia
dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).

 Menuntut ilmu mendapat keridhoan Allah


‫َم ْن َتَعَّلَم ِع ْلًم ا ِم َّم ا ُيْبَتَغى ِبِه َو ْج ُه ِهَّللا َع َّز َو َج َّل َال َيَتَعَّلُم ُه ِإَّال ِلُيِص يَب ِبِه َع َر ًض ا ِم َن الُّد ْنَيا َلْم َيِج ْد‬
‫َعْر َف اْلَج َّنِة َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
Artinya: "Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat
memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya
kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan
mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti," (HR Abu Daud).

 Berbagi ilmu akan menambah ilmu baru

‫اَل َيْتَبِغ ِلْلَج اِهِل َاْن َيْس ُك َن َع َلى َج ْهِلِه َو اَل ِلْلَعاِلِم َاْن َيْس ُك َن َع َلى ِع ْلِمِه‬
Artinya: "Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan
kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan
ilmunya." (HR Ath-Thabrani)

 Memiliki ilmu lebih baik daripada banyak harta


‫ِإَّن اَأْلْنِبَياَء َلْم ُيَو ِّر ُثوا ِد يَناًر ا َو اَل ِدْر َهًم ا ِإَّنَم ا َو َّر ُثوا اْلِع ْلَم َفَم ْن َأَخ َذ ِبِه َأَخ َذ ِبَح ٍّظ َو اِفٍر‬
Artinya: "Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,
sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR
Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
4. Rukun Iman dan Rukun Islam
Rukun Iman ada 6 yaitu
1) iman kepada Allah
2) iman kepada malaikat-malaikat Allah
3) iman kepada kitab-kitab Allah
4) iman kepada rasul-rasul Allah
5) iman kepada hari akhir serta yang terakhir
6) iman kepada qada' dan qadar.
Rukun Islam ada 5 yakni
1) syahadat
2) shalat
3) puasa ramadhan
4) zakat
5) naik haji bila mampu.
5. Sumber Hukum Islam
1) Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan
Malaikat Jibril. Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat
bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah kerasulan dan
pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang wajib
dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan
akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Al Quran sebagai
kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau
kelemahan yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai
tandingan, walaupun manusia itu adalah orang pintar.

2) Hadist
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui
bahwa sabda, perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW
tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al Quran.

3) Ijma’
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al
Quran dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian
Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber
Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum
Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode
dalam menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan
di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai
masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab
Khallaf, merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para
mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau
peristiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma
sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik
melalui pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu.
Ijma sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang
dilakukan dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit
dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya
tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu
tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di antara
mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau
menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.

4) Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas
adalah bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang
memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori
hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia
memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma.
6. Shalat fardhu dan shalat-shalat sunnah
a. Shalat fardhu
Subuh, zuhur, ashar, maghrib, isya
b. Shalat-shalat sunnah
Tahajjud, Dhuha, Taubat, Tasbih, Witir, Tarawih, Hajat, Qabliyah dan
Ba’diyah
7. Penyelenggaraan Jenazah

Penyelenggaraan jenazah seorang muslim merupakan fardhu kifayah, yang


terdiri atas;

a. Memandikan,
Adapun tata cara memandikan jenzah dalam Islam yang benar adalah
sebagai berikut:
1) Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang
disediakan. Pastikan orang yang memandikan jenazah memakai
sarung tangan.
2) Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain
basahan agar auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang
hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki
serta rambutnya.
3) Langkah berikutnya, bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar
dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan
perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di dalamnya keluar.
Kemudian siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan
air sabun.
4) Setelah itu, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai
jenis kelamin jenazah.

 Niat memandikan jenazah laki-laki:


Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti
lillahi ta'aalaa
Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban
dari jenazah (pria) ini karena Allah Ta'ala."
 Niat memandikan jenazah perempuan:
Nawaitul ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati
lillahi ta'aalaa
Artinya:"Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari
jenazah (wanita) ini karena Allah Ta'ala."
5) Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian
lambung kirinya sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air
bersih dari kepala hingga ujung kaki dan siram lagi dengan air
kapur barus.
6) Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu
sebelum sholat. Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik
dan menggosok anggota tubuhnya.
7) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis
setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya
dengan membuang najis tersebut.
8) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan
dibiarkan terurai ke belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu
dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan tubuh
jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
9) Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air
kapur barus.
b. Mengafani

Cara Mengafani Jenazah Perempuan


1) Langkah pertama, bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong
sesuai ukuran jenazah. Letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar
dan kedua lututnya. Setelah itu, persiapkan baju gamis dan kerudung di
tempatnya.
2) Selanjutnya, sediakan 3–5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain
kafan. Sediakan juga kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang
nantinya diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain kafan sudah
siap, angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan.
3) Letakkan kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota
tubuh seperti halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain
sarung pada badan jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju
gamis berikut kain kerudung. Untuk yang rambutnya panjang bisa
dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju gamis di bagian dada.
4) Terakhir, selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari
yang lapisan atas sampai paling bawah. Setelah itu ikat dengan beberapa
utas tali yang tadi telah disediakan.
Cara Mengafani Jenazah Laki-laki
1) Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, letakkan
secara vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama.
Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.
2) Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama.
Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
3) Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan
jenazah di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
4) Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari
sisi kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke
kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
5) Selanjutnya, tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan,
kemudian kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang
telah disediakan.

c. Menyalatkan

1) Niat. Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah adalah


 Niat secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-laki adalah
sebagai berikut:

‫ُأَص ِّلْي َع َلى ٰه َذ ا الـَم ِّيِت َفْر ًض ا ِهّٰلِل َتَعاَلى‬

Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ


Artinya: Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena
Allah ta’âlâ.
 Ketika shalat sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal
niat yang diucapkan sebagai berikut:

‫ُأَص ِّلي َع َلى ٰه ِذِه الـَم ِّيَتِة َفْر ًض ا ِهّٰلِل َتَعاَلى‬

Ushalli ‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ


Artinya: Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu
karena Allah ta’âlâ.

 Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka


melafalkan niat berikut ini, baik jenazah laki-laki ataupun
perempuan:

‫ُأَص ِّلْي َع َلى َم ْن َص َّلى َع َلْيِه اِإْل َم اُم َم ْأُم وًم ا َفْر ًض ا هلل َتَعاَلى‬

Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi


ta’âlâ.
Artinya: Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu
karena Allah ta’âlâ.

2) Berdiri. Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat
jenazah tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib
dilaksanakan dengan cara berdiri. Namun bila seseorang tidak mampu
berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara duduk,
seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.

3) Takbir empat kali. Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah


takbiratul ihram. Shalat jenazah menjadi tidak sah jika jumlah takbir yang
dilakukan kurang dari empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir
agar mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti
yang dilakukan tatkala shalat lima waktu.

4) Membaca Surat al-Fatihah. Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah


takbir pertama (takbiratul ihram).

5) Membaca Shalawat. Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua,


berikut bacaannya:

‫ّٰل‬
‫ َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ِإْبَر اِه يَم‬، ‫ َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َسِّيِد َنا ِإْبَر اِه يَم‬، ‫َال ُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد‬
، ‫ َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ِإْبَر اِه يَم‬، ‫ َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهيَم‬، ‫ َو َع َلى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد‬، ‫َو َباِر ْك َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد‬
‫ِفي اْلَعاَلِم يَن ِإَّنَك َح ِم يٌد َمِج يٌد‬
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ
Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli
sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa ‘alâ âli
sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ
âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd.

6) Mendoakan jenazah. Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir


ketiga, Berikut bacaannya:
‫ّٰل‬
‫ َو اْغ ِس ْلُه ِباْلَم اِء َو الَّثْلِج‬،‫ َو َو ِّسْع َم ْد َخ َلُه‬،‫ َو َأْك ِرْم ُنُز َلُه‬،‫َال ُهَّم اْغ ِفْر َلُه َو اْر َح ْم ُه َو َعاِفِه َو اْعُف َع ْنُه‬
‫ َو َاْه اًل‬،‫ َو َأْبِد ْلُه َداًر ا َخ ْيًر ا ِم ْن َداِر ِه‬،‫ َو َنِّقِه ِم َن اْلَخ َطاَيا َك َم ا َنَقْيَت الَّثْو َب اَأْلْبَيَض ِم َن الَّد َنِس‬، ‫َو اْلَبَرِد‬
‫ َو َز ْو ًج ا َخ ْيًر ا ِم ْن َز ْو ِج ِه وَأْد ِخ ْلُه اْلَج َّنَة َو َأِع ْذ ُه ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبِر َو ِم ْن َع َذ اِب الَّناِر‬،‫َخ ْيًر ا ِم ْن َاْه ِلِه‬

Ketika selesai membaca doa di atas, dilanjutkan dengan takbir


yang keempat. Setelah takbir keempat ini, disunnahkan untuk membaca
doa berikut ini:
‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم الَتحِرْم نا َأْج َرُه والَتْفِتَّنا َبعَدُه َو اْغ ِفْر َلَنا َو َلُه‬

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu

7) Membaca salam. Membaca salam ini dilakukan setelah melaksanakan


takbir yang keempat dan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah
takbir keempat. Jika ia membaca doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat
jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu
lima waktu. Dianjurkan membaca salam secara sempurna:

‫الَّسَالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َكاُتُه‬

Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh


Artinya: Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan dari Allah
tercurah atas kalian.

d. Menguburkan

1) Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi


orang berdiri dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar
seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal.
2) Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan
menghadapkannya ke arah kiblat. Sekiranya jenazah tidak
dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah maka liang kubur
wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah kiblat
bila diperkirakan belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan
pipi jenazah ke bumi.
3) Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat.
Yang dimaksud liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di
dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh
jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup
dengan menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak runtuh
mengenai jenazah. Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan
dibuat semacam belahan di bagian paling bawah liang kubur
seukuran yang dapat menampung jenazah di mana di kedua tepinya
dibuat struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah diletakkan di
belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup
dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.
4) Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan
pula untuk melepas tali ikatannya dimulai dari kepala. Akan lebih
baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di liang
kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si
mayit pada saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat
disunahkan membaca:

‫ِبْس ِم ِهللا َو َع َلى ُس َّنِة َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

“Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa


sallama.”
Juga disunahkan meletakkan jenazah di liang kuburnya dengan
posisi tubuh miring ke sebelah kanan. Bila dimiringkannya pada
tubuh sebelah kiri maka makruh hukumnya. Pada hal ini, dalam
konteks wilayah Indonesia yang arah kiblatnya cenderung ke arah
barat sedangkan wajib hukumnya menghadapkan jenazah ke arah
kiblat, maka untuk memiringkan tubuhnya ke sisi kanan ketika
jenazah dikubur posisi kepala berada di sebelah utara. Bila posisi
kepala ada di sebelah selatan maka untuk menghadapkannya ke
arah kiblat mesti memiringkan tubuhnya ke sisi kiri.
8. Puasa wajib dan puasa sunnah
a. Puasa Wajib
Ramadhan, Kafarat, Nazar dan Qadha.
b. Puasa Sunnah
Puasa Nabi Daud, Puasa senin-kamis, Puasa Ayyamul Bidh, Puasa 6 Hari
Bulan Syawal, Puasa Arafah, Puasa Asyura, Puasa Tasu’a, Puasa Bulan
Sya’ban & Puasa di Bulan-bulan haram.
9. Zakat, Shadaqah, Infaq dan Wakaf
a. Zakat
Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah,
tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya
terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan
memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq:5)
Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat
sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan
zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci
menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan,
kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Quran
disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).

b. Shadaqah
Shadaqah merupakan kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam.
Shadaqah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari
kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut peraturan BAZNAS
No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan
oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah,
salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 271.
c. Infaq
Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di
luar zakat untuk kemaslahatan umum (Menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada BAB I Pasal 1). Infaq
merupakan amalan yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari seorang
Muslim. infaq berasal dari Bahasa Arab, "anfaqa" yang berarti
membelanjakan harta atau memberikan harta. Sedangkan infaq berarti
keluarkanlah harta. Sejatinya Infaq dibagi menjadi dua, ada infaq untuk
kebaikan, dan infaq untuk keburukan. infaq kebaikan ini dilakukan atau
dibelanjakan untuk di jalan Allah, yang juga dengan harta berasal dari hal
baik. Sedangkan infaq keburukan contohnya, dijelaskan dalam Surat Al-
Anfal Ayat 36.
d. Wakaf
Wakaf berasal dari perkataan Arab “al-waqf” yang bermakna “al-habsu”
atau al-man’u yang artinya menahan, berhenti, diam, mengekang atau
menghalang. Adapun secara istilah syariat (terminologi), wakaf berarti
menahan hak milik atas materi harta benda (al-‘ain) dari pewakaf, dengan
tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al-manfa‘ah) untuk
kebajikan umat Islam, kepentingan agama dan atau kepada penerima
wakaf yang telah ditentukan oleh pewakaf.

Dengan kata lain, wakaf menahan asalnya dan mengalirkan hasilnya.


Orang yang berwakaf berarti melepas kepemilikan atas harta yang
bermanfaat, dengan tidak mengurangi bendanya untuk diserahkan kepada
perorangan atau kelompok agar dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang
tidak bertentangan dengan syariat.

Dengan cara ini, harta wakaf dapat dipergunakan untuk mengatasi


berbagai permasalahan sosial demi kemaslahatan umat secara
berkelanjutan tanpa menghilangkan harta asal: mulai dari pendidikan,
kesehatan, ekonomi mikro, sarana transportasi, tempat ibadah, sarana
kegiatan dakwah dan sebagainya. Dengan wakaf nilai kekayaan kekal,
manfaat dan kebaikannya akan terus bertambah.

10. Haji dan Umrah


a. Haji
a) Pengertian Haji
Haji merupakan salah satu bentuk ibadah umat Islam selain Syahadat,
salat, puasa, dan zakat. Pengertian haji adalah berkunjung ke Baitullah
untuk melakukan ibadah pada waktu dan cara tertentu bagi umat Islam
yang mampu baik secara fisik maupun finansial. Hukum ibadah haji
tertulis dalam Alquran Surat Al-Imran ayat 97 yang menyebutkan bahwa
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah termasuk salah satu kewajiban
manusia terhadap Allah SWT. Ayat dalam Surat tersebut pun menyebutkan
siapa yang wajib haji, yakni orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana.

b) Syarat Wajib Melaksanakan Haji


Kini, Anda telah paham bahwa pengertian haji adalah ibadah yang wajib
dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu secara finansial maupun fisik.
Namun, untuk bisa melaksanakan haji ke Tanah Suci, tidak cukup hanya
mampu. Ada syarat wajib yang wajib dipenuhi oleh umat Islam jika ingin
berhaji. Syarat-syarat wajib melaksanakan haji adalah:

1) Beragam Islam.

2) Berakal sehat.

3) Sudah mencapai usia dewasa atau


4) Sehat jasmani dan rohani, serta kuat untuk menjalankan rangkaian
ibadah haji di Tanah Suci secara keseluruhan.

5) Mampu secara fisik, mental, dan materi. Dalam hal mampu materi,
seseorang tidak boleh menjual satu-satunya sumber kehidupan
yang dimiliki karena hal tersebut akan mendatangkan mudharat
bagi dirinya dan keluarganya.

6) Merdeka, yang artinya bukan seorang budak.

c) Rukun Haji
Selain harus memenuhi syarat wajib, umat Islam yang akan
melaksanakan ibadah haji juga perlu memperhatikan rukun haji. Rukun
haji artinya adalah segala kegiatan yang harus dilaksanakan selama
rangkaian ibadah haji di Tanah Suci. Rukun haji termasuk berikut ini.

1) Ihram
Ihram merujuk pada keadaan suci yang menandai dimulainya ritual
haji. Ihram dimulai dengan membaca niat, kemudian mengenakan pakaian
putih; dua kain putih yang dililitkan di pinggang sampai ke bawah lutut
dan disampirkan di bahu kiri untuk laki-laki, sedangkan pakaian biasa
yang menutup aurat untuk perempuan. Dalam ihram, ada beberapa
larangan, yakni memakai parfum, memotong kuku, melakukan hubungan
seksual, mencukur rambut di bagian tubuh manapun, memakai penutup
kepala untuk jamaah laki-laki dan menutup wajah untuk jamaah
perempuan, serta membunuh hewan.

2) Wukuf
Wukuf artinya adalah salah satu rangkaian ibadah haji dimana
jamaah berdiam diri dan tidak memikirkan apa pun sambil berdoa dan
berdzikir kepada Allah SWT. Rukun haji ini dilaksanakan di Padang
Arafah dari matahari terbenam sampai matahari terbit pada tanggal 9
sampai 10 Dzulhijjah. Selama wukuf, hal yang dilakukan adalah berdoa
dan berzikir.

3) Tawaf
Berikutnya ada tawaf atau mengelilingi ka’bah berlawanan dengan arah
jarum jam sambil berdoa. Selama tawaf, jamaah bisa menyentuh atau
mencium Hajar Aswad. Namun, jika tidak memungkinkan, cukup
menunjuk dengan tangan. Setelah tawaf, jamaah melaksanakan salat
sebanyak dua rakaat di maqam Nabi Ibrahim.

4) Sa'i
Sa’i adalah lari-lari kecil atau berjalan di antara Bukit Safa dan Bukit
Marwah sebanyak tujuh kali.

5) Tahallul
Setelah itu, rukun haji berikutnya adalah tahalul yang artinya memotong
rambut. Jamaah laki-laki mencukur atau merapikan rambutnya, sedangkan
jamaah perempuan memotong sedikit bagian rambutnya.

6) Tertib
Terakhir dalam rukun haji adalah tertib, yang artinya semua rangkaian
ibadah harus dilaksanakan secara berurutan, tidak boleh ada yang dilewati
atau ditukar urutannya. Jika tidak tertib, maka ibadah haji dianggap tidak
sah.
11. Karakteristik akhlak Islam
Di antara karakteristik akhlak Islami tersebut adalah: (a) Rabbaniyah
atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan), (b) Insaniyah (bersifat manusiawi), (c)
Syumuliyah (universal dan mencakup semua kehidupan), dan (d) Wasathiyah
(sikap pertengahan).

12. Akhlakul Karimah wa Mazmumah


Akhlakul Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan
atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan
dan alam semesta. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan
akhlak al karimah (akhlak yang mulia).
Contoh akhlakul karimah : 1. Patuh kepada perintah Allah SWT 2. Berkata Baik
3. Bersyukur kepada Allah 4. Saling tolong menolong 5. Ikhlas
Akhlak mazmumah adalah akhlak yang tidak dibenarkan oleh agama,
golongan akhlak atau tindakan buruk yang harus dihindari oleh setiap
manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena dapat mendatangkan
kemudharatan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Contoh akhlak mazmumah 1. Sifat sombong, iri, dengki, tamak, hasad, takabur,
ghibah
13. Adab dan doa sehari-hari
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas
aturan agama.
Doa sehari hari
1. Doa bangun tidur,

‫الَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ي َأْح َياَنا َبْعَد َم ا َأَم اَتَنا َو ِإَلْيِه الُّنُشوُر‬
Artinya: Segala puji untuk Allah yang telah menghidupkan kita setelah
mematikan kita. Dan hanya kepada-Nya lah kita dibangkitkan)

2. Doa sebelum tidur

‫ِبْسِم َك الّلُهَّم َاْح َيا َو ِبْسِم َك َاُم ْو ُت‬


Artinya: Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati.

3. Doa masuk kamar mandi

‫ّٰل‬
‫ال ُهَّم إِّني َأُعوُذ ِبك من اْلُخ ُبِث َو اْلَخ َباِئِث‬
Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan laki-laki
dan setan perempuan.

4. Doa keluar kamar mandi

‫ُغْفَر اَنَك اْلَح ْم ُد ِهلِل الذي َأْذ َهَب َع ِّنْي اَأْلَذ ى َو َعاَفاِنْي‬
Artinya: Dengan mengharap ampunan-Mu, segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan penyakit dari tubuhku dan menjaga kesehatanku
5. Doa sebelum makan
‫ّٰل‬
‫ َال ُهَّم َباِرْك َلَنا ِفْيَم ا َر َز ْقَتَنا َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬، ‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّرِح ْيِم‬
Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ya
Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan
karuniakanlah rezeki yang lebih baik dari itu dan peliharalah kami dari
siksa api neraka.

6. Doa sesudah makan

‫َاْلَح ْم ُدِ ِهلل اَّلِذْى َاْطَعَم َنا َو َس َقاَنا َو َج َعَلَنا ُم ْسِلِم ْيَن‬
Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan telah
memberi kami minum, dan menjadikan kami termasuk orang yang patuh.

14. Prinsip ekonomi Islam, Jual beli dan Riba

15. Fiqh Munakahat


Hukum yang mengatur tata cara perkawinan atau pernikahan dan segala
hal yang berkaitan dengannya. Dalil yang berkaitan dengan Fiqih Munaqahat Qs.
Ar-Rum : 21, Qs. Az-Zariyat : 49
16. Fiqh Mawaris
adalah ilmu yang secara jelas memberikan pengetahuan tentang orang-
orang yang dapat mewarisi, juga orang yang tidak dapat mewarisi, kadar yang
diterima oleh orang-orang yang dapat menerima warisan serta cara
pengembaliannya. Qs. An-Nisa : 11
17. Ilmu Tafsir: (Pengertian, corak dan metode tafsir)
 Pengertian
Ilmu tafsir adalah ilmu yang bekerja untuk mengetahui arti dan
maksud dari ayat-ayat al-Qur'an.

 Corak ilmu tafsir


corak falsafi, fiqhi, sufi, 'ilmi, adabi al-ijtima'iy.
 Metode tafsir
metode tafsir ijmali (global), metode tafsir tahlili (analitik), metode
tafsir maudhu'i (tematik), dan metode tafsir muqaran (komparatif).
18. Ilmu hadis (Pengertian, Klasifikasi hadis dan perkembangan ilmu hadis)
 Pengertian
ilmu yang membicarakan tentang keadaan atau sifat para perawi
dan yang diriwayatkan.

 Klasifikasi
hadits sahih, hasan, dhaif, dan maudu'

 Perkembangan Ilmu Hadist


Sesuai dengan perkembangan hadis, ilmu hadis selalu
mengiringinya sejak masa
Rasulullah S.A.W, sekalipun belum dinyatakan sebagai ilmu secara
eksplisit. Ilmu hadis
muncul bersamaan dengan mulainya periwayatan hadis yang
disertai dengan tingginya
perhatian dan selektivitas sahabat dalam menerima riwayat yang
sampai kepada
mereka. Dengan cara yang sangat sederhana, ilmu hadis
berkembang sedemikian rupa
seiring dengan berkembangnya masalah yang dihadapi. Pada masa
Nabi SAW masih
hidup di tengah-tengah sahabat, hadis tidak ada persoalan karena
jika menghadapi
suatu masalah atau skeptis dalam suatu masalah mereka langsung
bertemu dengan
beliau untuk mengecek kebenarannya atau menemui sahabat lain
yang dapat dipercaya
untuk mengonfirmasinya. Setelah itu, barulah mereka menerima
dan mengamalkan
hadis tersebut.
19. Aliran-aliran dalam Ilmu kalam
khawarij, syiah, murji'ah qadariyah dan jabariyah, mu'tazilah, asy'ariyah,
maturidiyah, salafiyah, wahabiyah.
20. Mazhab Fiqih
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali
21. Aliran-aliran dalam Ilmu Tasawuf
aliran tasawuf akhlaki, irfani, amali dan falsafi.
22. Prinsip-prinsip kepemimpinan dan politik Islam
 Agama sebagai landasan etika pemimpin muslim
 Amanat dalam berkuasa
 Adil dan bijaksana dalam hukum
 Cerdas dan berkompetensi pada bidangnya
 Bermusyawarah dan toleransi.
23. Periodesasi sejarah peradaban Islam (Pra Klasik, Klasik, Pertengahan dan
modern)

24. Berbagai organisasi dan pemahaman keislaman di Indonesia (NU,


Muhammadiyah, al-washliyah, Salafi dll)

25. Moderasi Beragama

Anda mungkin juga menyukai