Anda di halaman 1dari 29

mi

PENGOLAHAN DATA SUHU KEDALAMAN DI PERAIRAN WAKATOBI


DENGAN MENGGUNAKAN OCEAN DATA VIEW (ODV)

Laporan Praktikum
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Mata Kuliah Oseanografi dan
Perubahan Iklim

Oleh:

Nama : Irmawati
NIM : I1F122020
Kelompok : II (Dua)
Asisten : Wa Ode Nurmila S,Si.

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengeolahan Data Suhu Kedalaman di Perairan Wakatobi dengan


Menggunakan Ocean Data View (ODV)
Nama : Irmawati
NIM : I1F122020
Kelompok : 2 (Dua)
Prodi :
Oseanografi
Jurusan : Teknik Geofisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Laporan Lengkap Ini,


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Wa Ode Eja Sarwati, S.Si Wa Ode Nurmilap, S.Si

Mengetahui,
Kordinator Mata Kuliah Oseanografi dan Perubahan Iklim

Amadhan Takwir, S.Kel., M.Si


NIP.19820705201212005

Kendari, Mei 2024


Tanggal Pengesahan
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan

karunia-nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.dan tak lupa pula kita

lantunkan sholawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita Muhammad

SAW. Karena berkatnyalah yang menghantarkan kita dari alam jahiliah ke alam

yang terang benderang seperti kita rasakan saat ini.

Pada Laporan Praktikum Oseanografi dan Perubahan Iklim, Penulis

menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini, masih banyak terdapat banyak

kekurangan dan untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di

perlukan untuk kesempurnaan laporan ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi teman-teman.

Kendari, 10 Mei 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR GAMBAR 5
BAB I. PENDAHULUAN 6
A. Latar Belakang 6
B. Tujuan Praktikum 9
C. Manfaat Praktikum 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Suhu 11
B. Peneliti Terdahulu Error! Bookmark not defined.
BAB III. METODE PRAKTIKUM 17
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum 17
B. Alat dan Bahan Praktikum 17
C. Prosedur Praktikum 18
D. Pengolahan Data 19
DAFTAR PUSTAKA 27

3
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman


3. 1. Alat Praktikum 17
3. 2. Bahan Praktikum 17

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


2.1. Suhu permukaan laut tahunan rata-rata globalError! Bookmark not
defined.
2.2. Profil suhu wilayah lintang tengah, 12
2.3 Profil suhu melintasi Samudera Atlantik 13
2.4. Profil suhu wilayah tropis, lintang tengah, dan kutub (PW) 14
2.5. Profil suhu didaerah beriklim sedang 15
3.1. Diagram alir prosedur praktikum 18
3.2. Tampilan awal 19
3.3. Export Data Suhu 19
3.4. Olah Data Suhu 20
3.5. Hasil Olah Data 20
3.6. Tools Sort & Filter 21
3.7. Unceklis Blanks 21
3.8. Save Data 22
3.9. Tampilan data_from_suhu250.data txt 22
3.10. Tampilan full domain 23
3.11. Tampilan proses manage section 23
3.12.Tampilan proses layout templa 23
3.13. Tampilan display style 24
3.14. Tampilan penambahan contours 24
3.15. Save image 25
4.1. Hasil visualisasi suhu kedalaman di Perairan Wakatobi 26

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu daerah otonom kabupaten yang

masuk kedalam Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak pada bagian

selatan garis khatulistiwa, membentang dari Utara ke Selatan pada posisi garis

lintang sebesar 5o12‟–6o25‟LS dan 123o20”–124o39‟ BT. Luas wilayah

Kabupaten Wakatobi adalah 19.200 km², terdiri dari daratan seluas ± 823 km²

(sebesar 3,00%) dan luas perairan (laut) ± 18.377 km 2 (sebesar 97,00 %) dari luas

Kabupaten Wakatobi. Kabupaten Wakatobi sangat unik, karena luasan kabupaten

ini juga merupakan salah satu Taman Nasional Laut Wakatobi. Kabupaten

Wakatobi terletak pada posisi yang sangat strategis, karena: (1) Perairan laut

Kabupaten Wakatobi dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan Barat

Indonesia; (2) Ditinjau dari sisi bioregion, letak geografis Kabupaten Wakatobi

sangat penting karena berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit

oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya

keanekaragamanan hayati kelautan dan perikanan yang cukup besar; dan (3)

Kabupaten Wakatobi berada pada Pusat Kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral

Triangle Center) (Firmansyah, 2020).

6
Gambar 1.1. Peta Kabupaten Wakatobi

Suhu merupakan parameter yang penting dalam penentuan energi panas atau

bahang (heat), sedangkan suhu perairan mempengaruhi banyak siklus kehidupan

di laut. Ikan-ikan yang melakukan spawning, feeding, dan nursing juga

dipengaruhi oleh suhu yang ada disuatu perairan. Suhu perairan juga dapat

mempengaruhi fenomena-fenomena alam yang ada dilaut dan mempengaruhi

suatu iklim secara global. Pengaruh suhu permukaan laut tersebut ada yang

menjadikan lokasi perairan tersebut menjadi subur dan ada juga menjadi tercemar

(Ali, 2014).

Ocean Data View (ODV) adalah aplikasi perangkat lunak untuk eksplorasi

interaktif dan tampilan grafis dari data oseanografi dan profil geo-referensi

lainnya, lintasan atau deret waktu. Perangkat lunak ini tersedia untuk sistem

Windows, MacOS, Linux, dan UNIX. Data ODV dan file pengaturan tidak

bergantung pada platform dan dapat dipertukarkan antar semua sistem yang

didukung. ODV memungkinkan pengguna memelihara dan menganalisis

kumpulan data yang sangat besar dengan biaya murah dan portable perangkat

keras. Berbagai jenis keluaran grafik dapat dihasilkan dengan mudah, termasuk

peta stasiun berkualitas tinggi, plot properti-properti umum dari satu atau lebih

7
stasiun, sebaran plot stasiun yang dipilih, plot bagian sepanjang jalur pelayaran

sewenang-wenang dan distribusi properti pada isosurface umum (Sumaryanto,

2015).

Perangkat lunak atau software Ocean Data View (ODV) adalah program

aplikasi komputer untuk menampilkan secara visual (ploting) secara interaktif

eksplorasi dan grafikal parameter oseanografi secara horizontal maupun vertikal

beserta profil georeferensi lainnya. Tampilan dapat berupa cuplikan dan data grid.

Program aplikasi ini dilengkapi dengan metode interpolasi dan pembuatan grafik

hubungan antar parameter lainnya. Ocean Data View (ODV) adalah software

yang dikembangkan oleh Prof. R. Schlitzer dari Alfred Wegener Institute for

Polar and Marine Research, Bremerhaven, Germany. Software ODV ini dapat

digunakan secara langsung dengan format data yang direkam dari CTD, selain itu

kita juga dapat memasukkan data hasil pengukuran dengan alat lain sesuai format

yang diberikan oleh ODV (setelah ODV diinstal bisa lihat di folder sample)

(Tomzack, 2017). ODV ini dapat didownload di http://www.nocd/odv.com atau

http://www.awibremerhaven.de/GEO/ODV. Keunggulan software ODV ini

adalah dapat secara langsung membentuk dan menampilkan sebaran vertikal dan

horizontal parameter dari stasiun yang ada. Dan kelemahannya adalah ODV tidak

baik digunakan jika lokasi perairan sempit. Secara teknis, data CTD yang sudah

dimasukkan ke dalam Microsoft excel diplotkan, diimport ke dalam program

aplikasi ODV. Hasil plot bisa memperlihatkan sebaran stasiun data (berupa titik-

titik) pada global map ODV, kemudian dilakukan pemilihan batasan area dan

akan muncul nilai sebaran temperatur terhadap kedalaman, nilai sebaran salinitas

8
terhadap kedalaman serta nilai sebaran oksigen terhadap kedalaman (Klaus,

2014).

Gambar 1.2. Software Ocean Data View (ODV)

Berdasarkan kondisi dan adanya aktivitas di Perairan Wakatobi sehingga

penting dilakukannya praktikum mengenai Pengolahan Data Suhu Kedalaman di

Perairan Wakatobi dengan menggunakan ODV guna sebagai informasi dasar di

Perairan Wakatobi dalam bidang Perikanan dan Kelautan.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum pertemuan pertama ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Praktikan dapat mengetahui teori dan software.

2. Praktikan dapat mengetahui kegunaan tools dalam software.

9
C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengetahui teori dan software

dan mengetahui tools dalam software.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Suhu

Suhu adalah ukuran panas atau dingin yang dinyatakan dengan skala

sembarang. Dimana skala tersebut menunjukkan bahwa suhu panas yang memiliki

energi tinggi akan mengalir ke suhu yang lebih rendah atau dingin. Maka dari itu,

suhu dapat dinyatakan pula menjadi ukuran kualitatif sebuah benda. Suhu ini bisa

diukur karena adanya energi kinetik dalam suatu benda. Jadi, semakin besar

energi kinetik suatu benda, suhunya akan semakin tinggi (Soejono, 2016).

Kenaikan suhu dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasi

air ini dapat berpengaruh terhadap pengadukan air dan diperlukan dalam rangka

penyebaran oksigen sehingga dengan adanya pelapisan air tersebut di lapisan

dasar tidak menjadi anaerob. Perubahan suhu permukaan dapat berpengaruh

terhadap proses fisik, kimia dan biologi di perairan tersebut (Kusumaningtyas et

al., 2014).

Berdasarkan Gambar 2.1, dijelaskan bahwa pada garis lintang yang setara,

air di sisi timur cekungan samudra lebih dingin dibandingkan air di sisi barat.

Meskipun air di permukaan cukup hangat, sebagian besar air di lautan lebih

dalam, airnya lebih dingin, sehingga suhu rata-rata seluruh lautan adalah sekitar

4o C, yang kira-kira sama dengan suhu di dalam lemari es (Azizah dan Wibisana,

2020).

11
Gambar 2.2. Profil suhu wilayah lintang tengah,

Profil suhu tipikal untuk perairan laut terbuka dan garis lintang tengah

ditunjukkan pada Gambar 2.2. Air paling hangat berada di permukaan, karena

dihangatkan oleh matahari, dan sinar matahari hanya dapat menembus kedalaman

kurang dari 1000 m). Karena air permukaan lebih hangat, kepadatannya juga lebih

kecil dibandingkan air dalam. sehingga air tetap berada di permukaan sehingga

dapat lebih hangat lagi. Suhu cukup konstan pada 100-200 m bagian atas yang

disebut lapisan campuran . Lapisan campuran dihasilkan dari angin permukaan,

gelombang, dan arus yang mencampurkan air bagian atas dan mendistribusikan

panas ke seluruh lapisan ini. Di bawah lapisan campuran terjadi penurunan suhu

12
yang cepat pada peningkatan kedalaman yang cukup sempit. Ini disebut termoklin

(Syaifullah, 2015).

Di bawah termoklin, suhu laut dalam cukup konstan sekitar 2 o C, terus turun

hingga ke dasar. Perubahan suhu di laut dalam hanya sedikit karena letaknya yang

jauh dari sumber panas yang signifikan, sehingga menjadikannya salah satu

wilayah dengan suhu paling stabil di bumi. Suhu dapat berfluktuasi kurang dari

setengah derajat per tahun di laut dalam. Seperti yang digambarkan dalam

Gambar 2.3, Terdapat perubahan suhu yang cepat di dekat permukaan pada zona

termoklin, namun suhu perairan dalam cukup stabil (Tarigan, 2017).

Gambar 2.3. Profil suhu melintasi Samudera Atlantik

Seperti Profil suhu bervariasi di berbagai garis lintang, karena permukaan air

lebih hangat di dekat khatulistiwa dan lebih dingin di kutub. Di daerah tropis

dengan garis lintang rendah, permukaan laut jauh lebih hangat, sehingga

menyebabkan termoklin yang sangat jelas. Selain itu, tidak banyak perubahan

musiman pada suhu permukaan di wilayah tropis, sehingga perubahan musim

pada profilnya pun sedikit. Di wilayah lintang tinggi (kutub), terdapat sedikit

perbedaan antara suhu permukaan dan suhu perairan dalam, dan suhu cukup

konstan (dan dingin) di semua kedalaman. Oleh karena itu, perairan kutub tidak

13
memiliki termoklin yang kuat, dan seperti halnya perairan tropis, hanya terdapat

sedikit perubahan suhu musiman. Daerah beriklim lintang tengah menunjukkan

fluktuasi musiman suhu permukaan yang lebih besar dibandingkan daerah kutub

atau tropis; perbedaan 8-15o C antara musim panas dan musim dingin di zona

beriklim sedang, dibandingkan dengan hanya ~2 o C di wilayah kutub dan tropis

(Aguslina, et.al., 2016). Hal ini digambarkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Profil suhu wilayah tropis, lintang tengah, dan kutub (PW)

Di daerah beriklim sedang, permukaan air jauh lebih hangat di musim panas

dan termoklin lebih terlihat dibandingkan pada bulan-bulan musim dingin. Namun

pada musim dingin, termoklin berada lebih dalam di garis lintang tengah

dibandingkan pada musim panas. Hal ini disebabkan oleh badai musim dingin

yang mengaduk air permukaan lebih banyak daripada yang terjadi pada musim

panas, sehingga menciptakan lapisan campuran yang lebih dalam sehingga

termoklin menjadi lebih dalam .Karena tingginya kapasitas panas air, fluktuasi

harian suhu laut tidak terlalu signifikan (Hamuna,2015) seperti yang digambarkan

pada Gambar 2.5 berikut ini.

14
Gambar 2.5. Profil suhu didaerah beriklim sedang

Pada lokasi yang sering terjadi penaikan air (upwelling) seperti di Laut

Banda, suhu air permukaan bisa turun sampai 25 oC karena air yang dingin di

lapisan bawah terangkat ke permukaan. Suhu dekat pantai biasanya sedikit lebih

tinggi dibandingkan dengan suhu di lepas pantai. Suhu permukaan laut Indonesia

secara umum berkisar antara 26oC–29oC, dan variasinya mengikuti perubahan

musim. Suhu permukaan laut juga dipengaruhi oleh panas matahari, arus

permukaan, keadaan awan, upwelling, divergensi dan konvergensi terutama pada

daerah muara dan sepanjang garis pantai. Perbedaan penerimaan radiasi matahari

setiap wilayah menyebabkan perbedaan suhu, terkait dengan perbedaan letak

geografis lintang (Jia, 2020).

Selain panas matahari, faktor lain yang mempengaruhi suhu permukaan laut

adalah arus permukaan, keadaan awan, upwelling, divergensi dan konvergensi

terutama sekitar estuaria sepanjang garis pantai. Faktor-faktor meteorologi juga

berperan yaitu curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan

angin dan intensitas radiasi matahari, oleh karenanya suhu permukaan biasanya

mengikuti pola musiman. Seperti contoh pada saat musim pancaroba, angin

15
biasanya lemah dan permukaan laut akan tenang sehingga proses pemanasan di

permukaan terjadi sangat kuat. Akibatnya pada musim pancaroba suhu lapisan

permukaan mencapai maksimum. Variasi suhu musiman pada permukaan untuk

daerah tropis sangat kecil, dimana variasi rata-rata musiman kurang dari 2oC yang

terjadi di daerah khatulistiwa. Pada suatu perairan bervariasi baik secara vertikal

maupun horizontal. Secara horizontal suhu bervariasi sesuai dengan garis lintang

dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman (Putra, 2017).

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Sabtu, 11 Mei 2024, Jam 14.00-16.00

WITA. Praktikum ini dilaksanakan di Ruang Laboratorium Oseanografi lantai

dua, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan Praktikum

Adapun Alat pada praktikum ini yaitu :

Tabel 3. 1. Alat Praktikum


No Alat Kegunaan
1. Perangkat Keras
- Buku Tulis dan Pulpen Mencatat hasil praktikum
2. Perangkat Lunak
- Ocean Data View (ODV) Mengolah data suhu
- Microsoft Excel Mengolah semua data

Adapun Bahan pada praktikum ini yaitu :

Tabel 3. 2. Bahan Praktikum


No Bahan Kegunaan
1. Data Suhu

17
C. Prosedur Praktikum

Prosedur dalam praktikum ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan data

Suhu Perairan

Pengolahan Data
Excel ODV

Filter Data Ekspor Data

Pengolahan Data Suhu


Kedalaman

Hasil

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir prosedur praktikum

18
D. Pengolahan Data

1. Pertama download dan instal software ODV (Ocean Data View).

2. Setelah terinstal, buka aplikasi ODV. Maka nanti tampilannya akan seperti

berikut.

Gambar 3.2. Tampilan awal

3. Kemudian klik tools export, lalu klik data terakhir klik ODV spreadsheet

file. Ganti nama file jadi “Export data” kefolder “Nurhasniar.

A_I1F122003” yang telah dibuat diawal tadi, klik save.

Gambar 3.3. Export Data Suhu

19
4. Close ODV, Kemudian masuk kedalam Microsoft excel. Selanjutnya

masuk kemanager file, cari file “export data” selanjutnya export ke excel.

Maka tampilannya akan seperti berikut :

Gambar 3.4. Olah Data Suhu

5. Blok data yang tidak digunakan lalu delete. Sisa data yang digunakan yaitu

depth, latitude, longitude dan thetao. Sheet depth diganti menjadi

kedalaman dan sheet thetao jadi suhu. Sehingga tampilannya akan seperti

berikut :

Gambar 3.5. Hasil Olah Data

20
6. Selanjutnya control +A, lalu klik Sort & filter terakhir klik filter.

Gambar 3.6. Tools Sort & Filter

7. Setelah itu, klik symbol segitiga terbalik pada setiap sheet. Kemudian
unceklis blanks, lalu oke

Gambar 3.7. Unceklis Blanks

21
8. Klik Sort & File lagi, selanjutnya klik filter. Terakhir klik menu file
kemudian save as ke folder “Nurhasniar. A”.

Gambar 3.8. Save Data

Pertemuan Kedua

9. . Kemudian buka kembali odv > open > masukan data_from_suhu250.data

txt > open > ok > ok > ok > ok > ok > ok. Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.9. Tampilan data_from_suhu250.data txt

22
10. Selanjutnya klik 2x pada peta > full domain. Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.10. Tampilan full domain

11. Setelah itu klik kanan pada peta > manage section > define section >

bentuk huruf U > klik 2x > ok. Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.11. Tampilan proses manage section

11. Kemudian klik view > layout > layout template > 1 section windows.

Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.12.Tampilan proses layout templa

23
12. Setelah itu klik kanan 2x > properties > display style > Grided field >
Uncentang skala lengts > x = 500, y = 155, quality limit = 3,0 > ok. Tampilannya
sebagai berikut

Gambar 3.13. Tampilan display style

13. Kemudian klik kanan 2x > properties > contours > klik tanda << lalu tekan ok.

Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.14. Tampilan penambahan contours

24
14. Langkah terakhir klik kanan 2x > save plot as > jpg > hasil visualisasi suhu di

perairan wakatobi > save > ok . ok. Tampilannya sebagai berikut.

Gambar 3.15. Save image

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Suhu di perairan Wakatobi di sajikan pada gambar 4.1 di mana hasil


pengamatan suhu perairan Wakatobi dengan suhu tertinggi berkisar 25° C pada
kedalaman 50 meter, sedangkan suhu terendah berkisar 15° C pada kedalaman 200
meter.

Gambar 4.1. Hasil visualisasi suhu kedalaman di Perairan Wakatobi

B. Pembahasan

Berdasarkan Gambar 4.1, tentang hasil visualisasi suhu kedalaman di

Perairan Wakatobi diperoleh suhu tertinggi berkisaran 25oC-30oC pada kedalaman

0-50 meter. Dan suhu terendah pada kedalaman antara 150-200 meter dengan

suhu berkisaran 10OC-15OC.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agusliana M, S. E., Tadjuddah, M., & Mustafa, A. (2016). Sebaran suhu


permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di
Perairan Barat Laut Banda. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan,
2(1), 41–49.
Alfajri, A., Mubarak, M., & Mulyadi, A. (2017). Analisis Spasial dan Temporal
Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Sumatera Barat. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 4(1), 65.
Ali, K. (2014). Pemetaan Suhu Permukaan Laut di Perairan Timur Aceh dengan
Menggunakan Citra Aqua MODIS. Pekanbaru: Universitas Riau.
Alimina N, Wiryawan B, Monintja DRO, Nurani TW, Taurusman AA. 2016.
Estimasi tangkapan per unit upaya baku dan proporsi yuwana pada
perikanan tuna di Sulawesi tenggara. Marine Fisheries. 7(1): 57-68.
Angles, Chinnadurai, and Sundar. (2011). Awareness on impact of climate change
on dryland agriculture and coping mechanisms of dryland farmers. Indian
Journal of Agricultural Economics. Vol.66, hlm. 365- 372.
Azizah, A., & Wibisana, H. (2020). Analisa Temporal Sebaran Suhu Permukaan
Laut Tahun 2018 Hingga 2020 Dengan Data Citra Terra Modis.
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 13(3), 196–205.
Boussidi, B., Cornillon, P., Puggioni, G., & Gentemann, C. (2019). Determining
the AMSR-E SST footprint from co-located MODIS SSTs. Remote Sensing,
11(6), 1– 21. https://doi.org/10.3390/RS11060715.
Hamuna, B., P. Paulangan, Y., & Dimara, L. (2015). Kajian suhu permukaan laut
mengunakan data satelit Aqua-MODIS di perairan Jayapura, Papua.
Depik, 4(3), 160–167.
Hasyim B, Chandra E. Adi. 1999. Analisis Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut
dan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Utara Pulau Bali. Majalah
LAPAN No.01Vol 01 p 1-8.
Jia, C., & Minnett, P. J. (2020). High latitude sea surface temperatures derived
from MODIS infrared measurements. Remote Sensing of Environment,
251(August), 112094.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Perubahan iklim global. Diakses pada
27 Juli 2014, dari: http://climatechange.menlh.go.id
Klaus, W. 2014. Physical Oceanography Of The Southeast Asian Waters. The
University of California, Scripps Institution of Oceanography, La Jolla,
California

27
Kurniawati, Fitri. 2012. Pengetahuan dan adaptasi petani sayuran terhadap
perubahan iklim. Thesis. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas
Padjajaran.
Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., dan Pranowo, W.S. 2014.
Kualitas perairan Natuna pada musim transisi. Depik. 3(1), 10-20
Laevastu T, I Hela. 1970. Fisheries Oceanografy. Fishing News (Books) Ltd.
London.236 p.
M. Firmansyah, R. Alamsyah, And Ade Putra, “Laju Dekomposisi Serasah Daun
Mangrove Di Kepulauan Wakatobi,” Wakatobi, Jun. 2020.
Nurdin. (2011). Antisipasi perubahan iklim untuk keberlanjutan ketahanan
pangan. Sulawesi Utara: Universitas Negeri Gorontalo. Suberjo, (2009).
adaptasi pertanian dalam pemanasan global. Dosen Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta dan Mahasiswa Doktoral The University of Tokyo.
Diakses pada 12 Agustus 2014, dari: http://subejo.staff.ugm.ac.id/?p=108.
Putra, I. I., Sukmono, A., & Wijaya, A. P. (2017). Analisis Pola Sebaran Area
Upwelling Menggunakan Parameter Suhu Permukaan Laut, Klorofil-A,
Angin Dan Arus Secara Temporal Tahun 2003-2016 (Studi Kasus : Laut
Banda). Jurnal Geodesi Undip, 6, 517–525
Sabala Hutabarat (2001). Farmers perception of impact of climate changes on
food crop production in Ogbomoso Agricultural Zone of Oyo State,
Nigeria. Continental Journal Agricultural Economics. Vol.4, hlm.19-25.
Soejono, D., Sunarsih, M., dan Diantoro, K. (2016). Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi pada kelompok tani Patemon II di Desa
Patemon Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso. J-SEP. Vol. 3,
hlm. 55-59.
Sumaryanto. (2015). Strategi peningkatan kapasitas adaptasi petani tanaman
pangan menghadapi perubahan iklim. Forum Penelitian Agro Ekonomi.
Vol. 30, hlm.73-89.
Syaifullah, M. D. (2015). Suhu Permukaan Laut Perairan Indonesia dan
Hubungannya dengan Pemanasan Global. Jurnal Segara, 11(2), 103-113.
Tarigan, S., & Wouthuyzen, S. (2017). Mapping and Monitoring the Sea Surface
Temperature in Weda Bay Using Terra and Aqua- Modis Satellites.
Journal of Remote Sensing & GIS, 06(04), 1–6.
https://doi.org/10.4172/2469- 4134.1000217
Tomzack, M. 2017. An Introduction An Physical Oceanography. The Flinders
University of South Australia. Australia
Utami, Jamhari, dan Suhatmini Hardyastuti. (2011). El Nino, La Nina dan
Penawaran Pangan di Jawa, Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 12: 2, hlm. 257-271.

28

Anda mungkin juga menyukai