Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROYEK IPA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Daun Urang- Aring (Eclipta alba Hassk.) KUANTITAS URIN MARMUT The Effect of Eclipta alba Hassk. Extract to the Quantity of Urine Disusun oleh: Wanda Amanda Leidin / XII IPA 3 / 24

SMA SANTA LAURENSIA Jl. Sutera Utama, Alam Sutera, Serpong Km.3, Tanggerang-Banten 2010

BAB 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada jaman sekarang ini banyak orang yang menderita diabetes mellitus disebabkan oleh pola makan yang membahayakan, kelainan genetik ataupun pola hidup yang tidak sehat. Namun, hal ini membuat orang-orang lupa akan penyakit diabetes yang satunya lagi, yaitu diabetes insipidus. Memang dibandingkan dengan banyaknya penderita diabetes mellitus, penderita diabetes insipidus dianggap sangat sedikit. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa penyakit ini tidak mematikan. Setiap 20 menit, manusia akan kehilangan sebagian asupan airnya, bagi penderita diabetes insipidus, air diperlukan setiap waktu karena kekurangan kuantitas atau kerusakan kualitas hormon ADH. Beberapa tumbuhan herbal telah digunakan sebagai alternative obat yang aman bagi ginjal, tetapi tidak ada satu pun yang telah terbukti secara ilmiah. Maka dari itu, kami ingin meneliti pengaruh ekstrak terhadap kuantitas urin guinea pig. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Super Divisi : Angiosperm Divisi : Eudicots Kelas : Rosids Ordo : Rosales Famili : Moraceae Genus : Morus Spesies : Morus alba 2. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae

Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Eclipta Spesies : Eclipta alba Hassk.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitiaan ini adalah:

Pengujian tanaman herbal dan ekonomis sebagai alternatif obat diabetes insipidus Mengetahui pengaruh ekstrak Eclipta alba Hassk. terhadap kuantitas urine tikus putih Mengetahui kadar terbaik bagi ekstrak Eclipta alba Hassk. untuk menekan kuantitas urine pada tikus putih

1.3 Rumusan Masalah


Apakah daun Eclipta alba Hassk. Memiliki fungsi yang sama seperti Morus alba dalam menekan kuantitas urine pada marmut?

1.4 Batasan Masalah

Pengujian daun Eclipta alba Hassk. terhadap kuantitas urine Marmut, Ekstraksi menggunakan ekstraksi alkohol

1.5 Hipotesis
Pada penelitian ini kami menduga bahwa ekstrak Morus alba dan Eclipta alba Hassk.dapat menekan kuantitas urine Marmut?

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Murbei
Klasifikasi pohon Murbei Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Super Divisi : Angiosperm Divisi : Eudicots Kelas : Rosids Ordo : Rosales Famili : Moraceae Genus : Morus Spesies : Morus alba Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m diatas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum. Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu ( Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei (Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa

(Italia) dan Murles (Perancis). Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit. Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik, mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.

2.2 Urang-aring

Urang-aring (Eclipta alba (L.) Hassk., sin. Eclipta prostrata L.) adalah sejenis tumbuhan, kebanyakan ditemukan liar sebagai gulma, anggota suku Asteraceae. Terna ini terkenal oleh kegunaannya sebagai penyubur rambut. Di samping itu, urang-aring juga memiliki khasiat sebagai tumbuhan obat.

Urang-aring yang selain menghasilkan zat pewarna hitam memiliki beberapa manfaat. Cairan sarinya digunakan untuk menghitamkan rambut dan untuk membuat tato. Daun urang-aring diremas-remas dalam air, yang kemudian digunakan untuk mendinginkan kepala serta untuk menyuburkan dan menghitamkan rambut. Cairan urang-aring dioleskan pada kepala bayi agar lekas mendapatkan rambut yang hitam. Seduhan urang-aring dalam minyak kelapa digunakan sebagai minyak penyubur rambut. Minyak urang-aring semacam ini populer di Jawa hingga sekitar tahun 70an.

Dalam Ayurveda (ilmu pengobatan India), urang aring diyakini sebagai semacam rasayana yang memiliki khasiat panjang usia dan awet muda. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa tumbuhan ini memiliki daya pengobatan terhadap gangguan hati (hepar) dan lambung. Di tempat-tempat lain, urang-aring digunakan sebagai obat

luar untuk penyakit kulit, eksim, "kutu air", bahkan untuk mengatasi serangan hewan berbisa seperti sengatan kalajengking atau gigitan ular. Daun urang-aring juga dimanfaatkan sebagai lalap, atau di Bali, dicampurkan ke dalam sayur.

Terna ini asal-usulnya tidak diketahui. Menyebar luas di seluruh dunia, di wilayah tropika dan subtropika, pada banyak tempat telah berkembang menjadi gulma yang sangat mengganggu bagi beberapa banyak jenis tanaman pertanian. Di India, Cina, Thailand, dan Brazil; didapati pula di seluruh Indonesia.

2.3

Guinea pig
Tikus belanda (bahasa Inggris: guinea pig) adalah spesies hewan pengerat yang masuk ke dalam famili Caviidae dan genus Cavia. Tikus belanda tidak berasal dari Belanda, tetapi berasal dari wilayah Andes. Hewan ini banyak dijadikan hewan peliharaan oleh manusia. Imigran Andes di New York menjual tikus belanda untuk dagingnya. Tikus belanda sering kali salah disebut sebagai marmot, hewan lain yang mirip tetapi berukuran lebih besar.

2.4

Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus, DI adalah suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia. Jenis DI yang paling sering dijumpai adalah DI sentral, yang disebabkan oleh defisiensi arginina pada hormon ADP. Jenis kedua adalah DI nefrogenis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti ADP. Diabetes insipidus diobati dengan mengatasi penyebabnya. Vasopresin atau desmopresin asetat (dimodifikasi dari hormon antidiuretik) bisa diberikan sebagai obat semprot hidung beberapa kali sehari untuk mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak mengkonsumsi obat ini bisa menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan dan gangguan lainnya.

Suntikan hormon antidiuretik diberikan kepada penderita yang akan menjalani pembedahan atau penderita yang tidak sadarkan diri. Kadang diabetes insipidus bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang merangsang pembentukan hormon antidiuretik, seperti klorpropamid, karbamazepin, klofibrat dan berbagai diuretik (tiazid).Tetapi obat-obat ini tidak mungkin meringankan gejala secara total pada diabetes insipidus yang berat.

2.5

Furosemide
Efek nyang ditimbulkan adalah peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Vasodilatasi perifer yang terjadi disebabkan adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma terus menerus. Selain itu, dapat pula terjadi pengurangan kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskulor)

BAB III METODOLOGI


3.1 ALAT 3.1.1 Alat untuk pengambilan urine a. Saringan b. Wadah untuk menapung urine c. Pipet ukur d. Bola hisap 3.1.2 Alat yang digunakan dalam pemberian obat a. Feeding syringe
b. Mortar & Pestle

c. Pipet d. Bola hisap e. Wadah untuk menampung urine 3.1.3 Alat yang digunakan dalam ekstraksi Murbei dan Urang-aring: a. Botol bekas air mineral 1.5L b. Selang infus c. Wadah untuk merendam Murbei dengan alkohol d. Pisau e. Cawan uap 3.1.4 Alat yang digunakan dalam pemberian obat + Murbei dan obat + Urang-aring a. Pipet b. Bola hisap c. Mortar & Pestle d. Timbangan digital e. Spatula f. Wadah untuk menampung murbei g. Feeding syringe h. Wadah untuk menampung urine 3.2 BAHAN 3.2.1 Bahan yang diperlukan dalam pengambilan urine a. 3.2.2 Bahan yang diperlukan dalam pemberian obat a. Furosemide

b. Air mineral 3.2.3 Bahan yang diperlukan dalam pembuatan ekstraksi Murbei dan Urang-aring a. Alkohol
b. Serbuk murbei dan Urang-aring

3.2.4 Bahan yang diperlukan dalam pemberian obat + Murbei dan obat + Urang-aring a. Air mineral b. Ekstraksi murbei c. Furosemide d. Ekstraksi Murbei dan ekstraksi Urang-aring

3.2 Prosedur 3.2.1 Pengambilan urine 1. Siapkan alat dan bahan 2. Ambil urin setiap 12 jam. Tuang tatakan yang ada di bawah kandang, tuang ke wadah sambil saring. 3. Gunakan pipet ukur dan bola hisap untuk mengukur kuantitas

3.2.2 Pemberian obat 1. Siapkan alat dan bahan 2. Ambil 1 tablet Furosemide dan tumbuk sampai halus 3. Beri air sebanyak 30 ml 4. Ambil feeding syringe, beri ke marmut 1 ml sehari sekali 5. Ambil urin, untuk mengetahui kuantitasnya

3.2.3 Ekstraksi Murbei atau Urang-aring 1. Siapkan bubuk daun murbei


2. Rendam bubuk daun murbei menggunakan alkohol kurang lebih 1 hari

3. Ambil botol 2 botol aqua (1.5 L) dan bolongkan setiap tutup botolnya. 4. Masukan selang infus ke setiap tutup botol

5. Gunting salah satu botol pada bagian bawah untuk mengisi Murbei/Urang-

aring yang direndam di alkohol 6. Tuang murbei yang telah direndam ke dalam alkohol 7. Tunggu beberapa saat sampai murbei menetes ke botol yang lainnya
8. Jika semua larutan murbei sudah pindah, tampung ke cawan uap untuk

diuapkan.

3.2.4 Pemberian obat dan ekstraksi Murbei/Urang aring


1. Siapkan alat dan bahan 2. Haluskan 1 tablet furosemide lalu beri air sebanyak 30 ml. Menggunakan

feeding syringe, beri marmut sebanyak 1 ml.


3. 1 jam kemudian, setelah obat mulai bekerja, beri 0,3 g murbei lalu beri air

sebnyak 30 ml. (Sama seperti furosemide 1:1) Pembuatan ekstrak:


-

25%= (0,3:4) g ekstrak + 3(30:4) ml air 50%= 2(0,3:4) g ekstrak + 2(30:4) ml air 75%= 3(0,3:4) g ekstrak + (30:4) ml air

4. Beri pada marumut ekstrak Murbei/Urang-aring yang telah dicampur dengan

air sebanyak 1 ml menggunakan feeding syringe


5. Ambil urine, untuk mengetahui adanya perubahan.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 DATA Tahap 1: Pengambilan data pada urne normal Tanggal Kontrol Keranjang 1 Keranjang 2 Keranjang 3 21 Oktober 56 58 55 54 22 Oktober 57 60 58 56 23 Oktober 55 57,6 56 57 24 Oktober 56 59 53 55 Rata-rata 56 58.65 55.5 55.5 56.4 ml Tahap 2: Pengambilan data pada urine, saat mamrmut diberi Furosemide Tanggal Kontrol Keranjang 1 Keranjang 2 Keranjang 3 27 Oktober 60 103 97 94 28 Oktober 62 109 99 95 29 Oktober 56 105 98 94 30 Oktober 55 99 96 93 Rata-rata 58.25 104 97.5 94 *98.5 ml

Tahap 3: Pengambilan data pada urine, saat marmut diberi Furosemide dan ekstrak Murbei Tanggal Kontrol Keranjang 1 (25%) Keranjang 2 (50%) Keranjang 3 (75%) 3 November 55 70 69 65 4 November 57 72 67.8 66 5 November 54 69 70 63 6 November 58 75 73 67 Rata-rata 56 71.5 69.95 65.35 *68.93 ml

*) rata-rata keranjang 1, 2, dan 3

4.2 PEMBAHASAN Pada table tahap pertama dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keranjang yang masing-masing berisi 2 marmut memiliki kuantitas urine yang sama yaitu 56,4 ml per hari. Perbedaan kuantitas urne dapat disebabkan oleh beberapa faktor: berat badan, asupan makanan, dan penguapan yang terjadi Pada table tahap kedua dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keranjang 1, 2, 3 mengalami kenaikan dibandingkan tahap pertama. Rata-rata tahap kedua adalah 98.5. Hal ini terjadi karena pemberian Furosemide. Seperti yang tertera pada tinjauan pustaka, Furosemide adalah antidiuretik. Antridiuretik memiliki efek samping yaitu Efek nyang ditimbulkan adalah peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Pemberian Furosemide bertujuan untuk membuat kondisi marmot menghasikan kuantitas di atas normal yang sama dengan kondisi penderita Diabetes Insipidus. Sehingga terjadi peningkatan kuantitas urine yang dihasilkan oleh marmot. Pada table tahap ketiga yaitu pemberian Furosemide lalu ekstraksi Murbei dengan konsentrasi ekstraksi: 25%, 50%, dan 75%. Dari hasil diatas, rata-rata tahap ketiga memiliki penurunan kunatitas urine dibandingkan dengan tahap kedua (kondisi: Diabetes Insipidus). Pada tahap kedua: 98.5 ml menjadi pada tahap ketiga: 68.93 ml. Pendek kata, murbei dapat menahan/mengurani kuantitas urine pada marmot. Walaupun tidak dapat kembali ke kondisi semula yaitu dengan kuantitas urine sebanyak: 56,4 ml.

BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan pada penggunaan ekstraksi Murbei yaitu daun Murbei dapat digunakan untuk mengurangi jumlah kuantitas urine dalam kondisi saat jumlah urine sedang diperbanyak (Furosemide)

Anda mungkin juga menyukai