Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dalam praktik kedokteran gigi, seringkali seorang dokter gigi menjumpai penyakitpenyakit di rongga mulut yang menunjukkan gambaran klinis dan gejala-gejala yang sama atas sekelompok penyakit yang berbeda. Seperti contoh benjolan pada rongga mulut, dimana benjolan ini merupakan bentuk abnormalitas pada rongga mulut. Benjolan pada rongga mulut merupakan suatu kejadian yang sering ditemukan. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa lesi yang dapat terjadi pada rongga mulut, antara lain: kista, abses, tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol tubuh. Untuk itu, seorang dokter gigi umum harus dapat membedakan jenis-jenis tumor pada rongga mulut, baik itu tumor jinak jaringan lunak, tumor jinak jaringan keras, tumor ganas jaringan lunak, maupun tumor ganas jaringan keras. Selain itu, perlu juga mengetahui etiologi-etiologi yang dapat menyebabkan suatu benjolan yang menyerupai tumor. Sebagai dokter gigi umum, kita harus mampu mengidentifikasi lesi-lesi tersebut dengan anamnesa seperti riwayat lesi, pemeriksaan tanda-tanda klinis baik pemeriksaan intra oral dan ekstra oral maupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan histology patologi anatomi (biopsi dan sitologi) serta melakukan perawatan sesuai dengan indikasi pada pasien. Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan lesi-lesi yang terjadi pada rongga mulut khususnya tumor serta cara menegakkan diagnosis dan kemudian perawatan-perawatan yang dapat dilakukan.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL a. Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai benjolan pada rongga mulut disertai gambaran klinis dan penyebabnya.
1

b. Tujuan Instruksional Khusus Menyebutkan bermacam-macam jenis benjolan yang dapat terjadi dalam rongga mulut. Menjelaskan perbedaan benjolan yang bersifat jinak atau ganas Menjelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut Menjelaskan pathogenesis terjadinya benjolan dalam rongga mulut Menjelaskan cara pemerikaan intra dan ekstra oral Menjelakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan

C. SKENARIO Seorang laki-laki umur 45 tahun, datang ke RSGMP Unhas dengan keluhan benjolan pada pipi kiri. Muncul sejak 1 tahun yang lalu, gambaran klinis tampak benjolan diameter 1 cm, tidak sakit dan tidak pernah sembuh

D. KATA KUNCI Laki-laki umur 45 tahun Benjolan pada pipi kiri Benjolan diameter 1 cm Benjolan tidsak sakit Muncul sejak 1 tahun yang lalu Tidak pernah sembuh

E. PERTANYAAN PENTING 1. Jelaskan definisi benjolan ? 2. Jelaskan perbedaan benjolan yang bersifat ganas dan yang bersifat jinak? 3. Jelaskan macam-macam jenis benjolan yang terjadi pada rongga mulut ? 4. Bagaimana insidensi terjadinya bejolan pada daerah pipi ? 5. Apa saja yang menyebabkan benjolan tidak sakit dan tidak sembuh ? 6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis ? 7. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus ? 8. Jelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut ? 9. Bagaimana pathogenesis terjadinya benjolan pada rongga mulut ? 10. Bagaimana perawatan pada kasus ? 11. Alat dan bahan yang digunakan pada perawatan pada kasus ?
2

12. Obat-obatan apa yang diberikan setelah operasi ? 13. Jelaskan komplikasi pasca perawatan ? 14. Apa intruksi pada pasien pasca perawatan ? 15. Apa prognosisi pada kasus ? 16. Apa dampak bila tidak ditangani ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFENISI DAN JENIS-JENIS BENJOLAN Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenis-jenis benjolan ini adalah : 1. Papula adalah Suatu massa yang menonjol pada kulit atau mukosa berbentuk bulat atau lonjong dgn diameter < 1 cm. 2. Plaque / Plak adalah Suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata. Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah2. Ukurannya lebih besar dari papula. 3. Vesikula (Vesikel, Vesicle) adalah Suatu benjolan bulat dan bening, transparan berisi cairan. Ukurannya < 1 cm. 4. Bula (Bulla) : Sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm 5. Pustula : Sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus ( purulen) 6. Nodul (Nodule) : Suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai dimensi perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.
7. Tumor : Suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi perluasan

kebawah. Ukurannya > 1 cm. Tumor atau (neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu 1: 1. Tumor jinak ( benign neoplasma)

(Neoplasia) adalah pembentukan

jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Tumor

Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis ( menyebar ). 2. Tumor ganas (malignant neoplasma) Neoplasma ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke jaringan

sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain ( metastase). Neoplasia ganas sering disebut kanker.

B. PERBEDAAN TUMOR JINAK DAN TUMOR GANAS Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas: Karakteristik Kecepatan tumbuh Neoplasma jinak Lambat Neoplasma ganas cepat

Batas Pergerakan Pertumbuhan dalam tulang

Jelas, berkapsul Dapat digerakkan Mendesak ekspansif

Tidak berkapsul Cekat tulang/ Menembus infiltrasi Ulserasi Sakit, paralise Luas/ metastasis Berubah Hipofungsi tulang/

Pemukaann lesi Keterlibatan saraf Daerah yang terlibat Warna jaringan Efek tubuh terhadap

Menegang Tidak ada Terlokalisir Normal jaringan Tidak ada/ hiperfungsi

TUMOR JINAK Klaisifikasi tumor jinak odontogen ( WHO,1992 ) 1 Asal sel/ jaringan tumor a. Tumor yang berasal dari Nama tumor 1. Ameloblstoma 2. Calcifying ephitelial tumor 3. Squamous odontogenic tumor 4. Clear cell odontogenic tumor b. Tumor yang berasal dari 1. Ameloblastic fibroma 2. Ameloblastic fibro-odontoma 3. Tumor-tumor odontoameloblasma 4. Adenomatid odontgenic tumor 5. Complex Odotoma 6. Compound odontoma odontogenic

jaringan epitel

jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim

odontogen dengan atau tanpa pembentukan jaringan kerass gigi

c. Tumor

yang

berasal

dari

1. Odotogeic fibroma 2. Myxoma 3. Cementoblastoma

ektomesnkim

odontogen

dengan atau tanpa melibatkan epitel odontogen

Tumor yang berasal dari jaringan epitel 1 a. Ameloblastoma1 Tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ ( ameloblast) yang

merupakan sel pembentuk gigi , yang merupakan tumor secara klinis paling umum dijumpai.Tumor ini tumbuh lambat, local invasif dan sebagian besar bersifat jinak.1

Ameloblastoma dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Solid atau multikistik 2. Unikistik 3. Periferal ( di tulang)

b. Calcifying ephitelial odontogenic tumor1 Gambaran Klinis, biasanya mengenai orang dewasa terutama pada usia rataratasekitar 30-50 tahun.Terdapat rasa sakit yang ringan dan pembengkakan yang lambat. Paling sering terbentuk di posterior mandibula tetapi dapat terbentuk juga di maksila, lokal invasif tetapi tidak metastase. Gambaran mikroskopis1 Tumor odontegenik epitel berkalsifikasi mempunyai gambaran pulau-pulau tersendiri, beruntai, dan lapisan sel epitel polihedral di dalam stroma fibrous yang eosinofilik.Di luar sel terdapat struktur berhialin. Struktur berkalsifikasi berkembang di dalam massa tumor berbentuk cincin-cincin konsentrik yang dapat bergabung dan membentuk massa yang besar dan kompleks.1

c. Tumor odontogen skuamosa1 Tumor ii berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Keliatan tumor ini berasal dari ligament periodontaldan dan berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi. Gambaran radiografis1 Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu gambaran yang spesifik Menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang berbentuk triangular di sebelah lateral akar gigi Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan tulang berbentuk vertikal Tepi lesi menunjukkan gambaran sklerosis Diameter lebih besar dari 1,5 cm

d. Clear cell odotogenic tumor1 Tumor ini berasal dari odontogen, tetapi histogenisnya belum jelas.Pemeriksaan histokimia da ultra strukjtur pada tumor ii menunjukka n sel-sel bersih yang mirip pada ameloblas yang kaya dengan glokiogen. Tumor ini dapat melibatkan mandibula dan maksila. Gambaran mikroskopis Gambaran histopatologi anatomis dari tumor ini cenderung menunjukkan adanya sarang-sarang sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik yang jelas.Sarangsarang tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan ikat berhialin.Sel-sel perifer menunjukkan susunan palisade.Pada beberapa kasus juga ada yang menunjukkan pola yang mengandung pulau-pulau kecil dengan sel-sel epitel basaloid yang hiperkromatik di dalam stroma jaringan ikat.1

Tumor-tumor epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim odontogen a. Ameloblastik fibroma Tumor ini merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim. Memiliki gambaran klinis sebagai berikut :1 Fibroma ameloblastik cenderung pada penderita muda decade ke dua tetapi kadang-kadang pada penderita usia setengah baya. Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan perempuan Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang besar menyebabkan pembesatan rahang 70 terdapat pada posterior

Gambaran mikroskopis Gambaran fibroma ameloblastik menunjukkan massa jaringan lunak yang keras dengan permukaan luar yang halus. Kapsul mungkin ada atau mungkin juga tidak ada.Secara mikroskopik mengandung jaringan mesenkim yang sangat banyak mirip dengan dental papil yang primitif yang bercampur dengan epitel odontogen. Sel epitel berbentuk panjang dan kecil dengan susunan yang beranastomose satu dengan yang lainnya, tetapi hanya mengandung sekitar dua sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar.1

b. Ameloblstik fibro-odontoma Tumor ini didefinisikan sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu fibroma ameloblastik, tetap[I juga mengandung enamel dan dentin . Tumor ini biasa ditemukan pada anak-anak, dapat melibatkan kedua rahang, tidak ada prediksi jenis kelamin , lesi umunya asimtomatik.1 c. Odontoma Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomali perkembanganagak jarang disebut sebagai anoplasma yang sesungguhnya. Pada perkembangan awal lesi ini
9

menunjukkan keadaan proliferasi epitel odontogen dan jaringan mesenkim , kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan ename, dentin dan variasi dari pulpa dan sementum.Tumor ini memiliki 2 tipe yaitu :1 1. Compund odontoma Mengadung struktur seperti gigi yang kecil dan banyak. 2. Compex odontoma Mengandung mas yang besar dari enamel dan dentin dan tidak menyerupai gigi. Tumor-tumor jaringan eksomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan jaringan epitel odontogen.1 a. Fibroma Odontogen1 Melibatkan usia 9 sampai 80 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun. Sekitar 60% pada maksila Sebagian besar pada regio anterior hingga regio molar pertama

Gambaran mikroskopis Fibroma odontogen menunjukkan gambaran histologis yang bervariasi, hal ini yang menyebabkan para penulis menjelaskan dalam dua tipe yaitu 1) fibroma odontogen sederhana.Lesi ini mengandung fibroblas-fibroblas stellate, seringkali tersusun dalam sebuah pola yang bergulung dengan fibril-fibril kolagen yang jelas dan dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar.Sisa-sisa epitel odontogen yang berupa fokus-fokus kecil mungkin ada atau mungkin tidak dijumpai.Kadangkala fokus dari kalsifikasi disotropik dapat dijumpai. 2) fibroma odontogen kompleks. Lesi ini menunjukkan jaringan ikat fibrous sellular yang jelas dengan serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam jalinan bundel.Epitel odontogen dalam bentuk untaian panjang atau berbentuk sarang yang terisolasi.1

10

b. Odontogenik mixoma/ myofibroma1 Tumbuh lambat Terlokalisir , tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif Berasal dari jaringan ikat dental papilla Umumnya terjadi pada usia decade ke-2 dan ke-3 Dapat melibatkan maksila dan mandibula baik korpus maupun ramus.

11

c. Cementoblastoma1 Umumnya asimtomatik karena tidak ada tanda-tandad infeksi Melibatkan gigi- geligi baik di rahang atas maupun di rahang bawah anterior maupun posterior. Apabila lesi cukup besar menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga menunjukkan suatu pembengkakan rahang pada region gigi yang terlibat. Gambar radiografi menunjukkansuaty massa radiopak yang melekat ke apek gigi penyangga.Batas lesi denga jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran radiolusen yang tipis. Gambaranmikroskopis Lesi merupakan jaringan klasifikasi mirip tulang, seluler, lesi melekat ke apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan tulang sekitanya dipisahkan oleh sebuah kapsul fibrous.

Klasifikasi tumor non odontogeik Asal sel 1. Tumor jinak non yang dari Nama tumor A. Papilloma skuamosa B. Veruka vulgaris C. Keratoakantoma

odontogen berasal epithelium mulut 2. Tumor jinak

non yang

A. fibroma B. neurofibroma C. Neurilemoma/ schawnnoma D. Tumor sel granular E. Lipoma

odontogen

berasal dari jaringan ikat mulut

12

3. Tumor

jinak

non yang

A. Pleomorphic adenoma B. Monomorphic adenoma C. Whartins tumor

odonntogen

berasal dari kelenjar ludah

TUMOR GANAS

Asal sel 1. Tumor ganas odontogen yang berasal dari ektoderm 2. Tumor ganas odontogen yang berasal dari mesoderm 3. Tumor ganas odontogen yang berasal dari ektoderm dan mesoderm

Nama tumor Karsinoma intra-alveolar

Odontogenik Sarkoma

Ameloblastoma Fibrosarkoma A. Osteosarkoma

4.

Tumor ganas non-odontogen

B. Ewings Sarkoma C. Multiple Myeloma

C. INSIDENSI TERJADINYA BENJOLAN PADA RONGGA MULUT Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita. Dinegara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya, Berdasarkan beberapa laporan sentral pathologi frekuensi kanker rongga mulut diindonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya. Bagian pathologi badab registrasi kanker indonesia dibawah pengawasan dirjen kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari keganasan indonesia. Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak 53,3 % fibroma 13,3 % papilloma 6,7 % periferal giant cell granuloma 14,7 % piogenic granuloma 3 % lipoma 8 % hemangioma 1 % limfangioma Berdasarkan lokasi
13

33,3 % pada gingiva 20,3 % pada mukosa bukal 16,7 % pada lidah 13 % pada pallatum 11,7 % pada bibir 5,3 % pada labial comisura 3 % dibawah lidah 2,7 % dasar mulut D. TINGKATAN ATAU STADIUM TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL a. Tingkatan / stadium pada Tumor Secara Histologi Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff); yaitu dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff): yaitu dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 50% - 75% variasi dalam ukuran selselnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis yang lebih menonjol Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff); yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 25% - 50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel tumor tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat dibawahnya, dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang. Tingkat IV (anaplastik/undiff); yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 025% b. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker I. Stadium Pra Klinik Penyakit kanker belum diketahui dg pem.klinik baik pem.fisik dan penunjang lainnya. II. Stadium Klinik 1. Stadium Dini (Early stage) 2. Stadium Lanjut (Advanced stage) 3. Stadium sangat lanjut (Far advanced stage) Penjelasan 1. Stadium Dini (Early Stage) Tumor masih kecil Terbatas pd organ tempat tumbuh
14

Kerusakan organ belum ada Kemungkinan sembuh besar 2. Stadium Lanjut (Advanced Stage) tumor tumbuh besar mjalar ke jaringan sekitar atau kel.limfe regional merusak organ tempat tumbuh Kemungkinan sembuh kecil 3. Stadium Sangat lanjut Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh

c. TNM sistem menurut UICC (1980), derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Stage 1 Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 2 Ukuran tumor antara 2 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 3 Ukuran tumor lebih dar 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 4 Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau oto otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

E. TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA Anamnesis Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing pasien tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti.Beberapa pasien merasa gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa bingung.Pertanyaan awal membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan meningkatkan kepercayaan diri.Biasanya lebih baik dimulai dengan pertanyaan terbuka.Terkadang sulit
15

dihindari interupsi pasien yang mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya adalah yang paling penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis atau berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan. Teknik pengambilan riwayat kesehatan pasien Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya Dudukkan pasien Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami pasien Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa sakit yang dialami pasien Hindari jargon Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik Memperkirakan status mental pasien Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut. Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak. Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan gejala dan peawatan gigi harus dicatat.

Pemeriksaan Klinis Ekstra oral6 Pertama liat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa mempengaruhi tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular , nodus limfe submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi. Intra Oral6 Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus, mirro dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi. Jaringan lunak Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan secara

16

sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada mukosa harus dipalpasi. Gigi Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status restorasi. Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien.

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Radiografi Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain. Teknik Radiografi Konvensional Keuntungan Sederhana Banyak lesi yang bisa terdeteksi Banyak lesi tak terduga dapat terdeteksi Kerugian Sulit menginterpretasikan beberapa area pada rahang karena kompleks Menggunakan X ray Sedikit informasi tentang yang lesi anatomi yang untuk

didapatkan

jaringan lunak CT scan Menyediakan gambaran yang lebih jelas Sangat berguna untuk Mahal dan tidak selalu tersedia Dosis X ray nya lebih banyak dari

melihat interpretasi yang lebih jelas dari struktur anatomi yang kompleks

panoramic Restorasi gigi radiopak bayangan jelas pada

menyebabkan yang image Lebih sedikit tidak

informasi

tentang lesi jaringan lunak dari pada MRI MRI Tidak ada dosis X Ray Mahal dan terbatas

17

Memproduksi gambaran yang lebih jelas Baik untuk lesi jaringan lunak Ultrasound Tidak menggunakan

Tidak memfoto tulang

Membutuhkan

keahlian

dosis X Ray Menunjukkan kumpulan jaringan lunak dan kista dengan baik Berguna untuk kista

untuk menginterpretasi

jaringan lunak, sindrom Sjogren mendeteksi dan lesi untuk pada

glandula tiroid dan leher

Intraoral radiografi Periapikal Radiografi periapikal membantu untuk melihat gigi individual dan jaringan disekeliling akar. Indikasi:7 o Mengetahui infeksi dan inflamasi periapikal o Melihat kehilangan tulang periodontal dan morfologi akar o Evaluasi dari trauma dentalveolar o Untuk melihat gigi yang tidak erupsi dan impaksi o Selama endodontic dan operasi periapikal o Implantologi Teknik: o Teknik bisecting angle Film diletakkan pada arah yang dimana tepi salah satu dari film pada dataran permukaan oklusal atau insisal dari gigi. Sorotan x-ray harus langsung pada sudut yang tepat terhadap dataran, yang mana membagi dua sudut antara panjang sumbu gigi dan film.

18

o Teknik paralleling Film diletakkan parallel terhadap panjang aksis gigi menggunakan film holder yang special. Sorotan x-ray harus langsung pada sudut yang tepat ke film.

Oklusal radiografi Indikasi:7 o Untuk mengetahui keparahan trauma dentoalveolar o Untuk menentukan lokasi benda asing o Untuk mengevaluasi gigi yang tidak erupsi, gigi impaksi, akar residual o Untuk mengevaluasi implant o Untuk menentukan luas dari cleft alveolar o Menentukan luas dari kista dan tumor Teknik:7 o Maxillary occlusal view: Film diletakkan secara horizontal di dalam mulut dengan sisi tube menghadap ke atas dan posisi kepala pada arah oklusal plane yang parallel terhadap lantai. Sorotan dari x-ray langsung pada sudut 70 dengan bidang film.

19

o Mandibular occlusal view: Film diletakkan dalam mulut dengan bagian tube dari film menghadap ke bawah dan kepala dimiringkan kebelakang. Sinar utama diarahkan langsung pada sudut yang tepat ke film.

Ekstraoral radiografi Radiografi panoramic Teknik radiografi ini memproduksi gambaran dari kedua rahang dan jaringan pendukungnya dengan dosis radiasi yang minimal Indikasi Untuk mengevaluasi keadaan tulang alveolar dan seluruh gigi yang tersisa Untuk mengidentifikasi kelainan tulang dan fraktur mandibula Untuk evaluasi rutin pre- dan post- bedah Digunakan sebagai pedoman untuk graft tulang pada rekonstruksi rahang Sebagai pedoman perawatan

Limitasi Struktur tidak terlokalisasi pada dimensi fasial-lingual Struktur yang jauh dari focal tidak dapat dilihat dengan baik Tidak cocok untuk anak-anak dibawah 5 tahun

Histopatologi Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit pada mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu namun tetap dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin. Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sample dari makhluk hidup untuk pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir. Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi.Terdapat beberapa macam teknik biopsy.Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical

20

biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi biopsy tumor glandula parotis. Prinsip dari biopsy yang sukses: Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsy harus dilakukan secepat mungkin Pemilihan dari teknik biopsy yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap kasus Injeksi langsung dari larutan local anastesi kedalam lesi harus dihindari karena ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu yang tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila penggunaannya diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili Langsung setelah pengambilan, specimen jaringan harus diletakkan pada wadah dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar wadah dapat mengerigkan specimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh atau salah menempatkan specimen. Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alcohol, atau larutan lain yang dapat merusak jaringan Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya specimen Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan bukan diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya specimen di laboratorium setelah dibuka.

Alat dan bahan: Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsy dari jaringan lunak dan jaringan keras adalah: Syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan surgical dan hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator, kuret periapikal, bone file, dan rongeur. Bahan yang diperlukan untuk biopsi adalah:

21

cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical dressing, kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk penempatan specimen.8 Untuk biopsy aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan fixative.

Biopsi Eksisi Teknik ini memerlukan pengambilan dari seluruh lesi, sepanjang perbatasan dari jaringan normal disekitar lesi. Indikasi untuk melakukan biopsy eksisi adalah: Lesi kecil, yang mana berkisar dari beberapa millimeter sampai satu atau dua sentimeter Indikasi klinis yang spesifik yaitu lesi tersebut adalah tidak berbahaya. Prosedur operasi dapat dilakukan di klinik dental dengan alat yang

biasa dan jika operasinya dalam bidang praktisi umum. Secara umum, prosedur untuk melakukan biopsy adalah sebagai berikut.Setelah pemberian local anastesi yang mana dilakukan pada batas luar/periferal dari lesi dan tidak secara langsung kedalam lesi, dua insisi berbentuk elliptic (bulat panjang) dibuat pada jaringan sehat yang berada disekeliling lesi, yang dihubungkan pada sudut yang tajam.Kemudian lesi diangkat, mukosa digali/diambil dengan gunting tumpul, batasbatas luka diperiksa kembali, penjahitan dilakukan, dan penyembuhan didapatkan dengan intensi utama.Apabila lesi terdapat pada gingival atau palatum, penjahitan tidak dapat dilakukan.Pada beberapa kasus, surgical dressing diberikan dan luka dapat sembuh dengan intense sekunder.Dianjurkan lesi diangkat dari dasarnya

menggunakan pinset atau sebuah penjahitan. Apabila lesi diangkat pada bagian tengah dan bukan pada bagian dasar, presentasi histologinya dapat berubah dan menyebabkan masalah dalam diagnosis.

22

Contoh lesi yang dapat dihilangkan dengan biopsy eksisi yaitu: Fibroma traumatic, hemangioma, leukoplakia

Biopsi Insisi Biopsi inisisional meliputi pengangkatan dari suatu bagian dari lesi yang lebih besar, sehingga pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dan diagnosis ditegakkan. Biopsi jenis ini diindikasikan pada kasus dimana lesi lebih besar dari 1 atau 2 cm dan ketika ada kecurigaan bahwa lesi tersebut adalah berbahaya/malignan. Dengan biopsy insisional, selain mendapatkan diagnosis, karakteristik lain dari neoplasma dapat diketahui, seperti diferensiasi, invasi, dll. Prosedur biopsy insisional adalah sebagai berikut.Setelah anastesi local, bagian yang kecil dari bagian yang paling mewakili dari lesi diambil, biasanya dari tepi lesi, hingga jaringan yang sehat.Apabila lesi terdapat dalam jaringan yang lebih dalam.jalan masuk operasi dikerjakan setelah insisi dari mukosa. Luka kemudian dijahit.

Biopsi Aspirasi Biopsi aspirasi diindikasi pada kasus dimana lesi tidak dapat dicapai untuk pemeriksaan histopatologi seperti tumor pada kelenjar parotid, getah bening, kista, dll. Biopsi ini dilakukan dengan menggunakan jarum trocar atau jarum 21 gauge sampai 23 gauge yang terpasang pada syringe yang terbuat kaca atau syringe plastic disposible. Materasi yang teraspirasi dioleskan pada slide kaca mikroskop dan larutan Hoffman (95% larutan etil alcohol dan 5% larutan eter) diteteskan pada materi tersebut secara merata atau difiksasi dengan sprei rambut. Pemeriksaan sitologi kemudian dilakukan.

23

Punch Biopsy Punch biopsi merupakan teknik alternative dari pengangkatan jaringan yang dapat digunakan untuk biopsy insisional dan eksisional. Teknik yang paling sering digunakan untuk pengangkatan seluruh dari lesi kecil, tetapi juga dapat dipakai pada pengangkatan sebagian dari abnormalitas superficial.Ini sangat berguna terutama ketika digunakan pada jaringan tetap seperti jaringan palatal yang benar-benar melekat, yang mana harus disembuhkan dengan intense sekunder tanpa

memperhatikan teknik.apabila digunakan pada tempat lain, bagaimanapun, akan menghasilkan masalah, yang salah satu yang utama adalah penutupan yang baik dari kerusakan akibat operasi. Teknik ini relative simple.Lubang ini digunakan pada sebuah tikungan, gerakan sirkular untuk mendapatkan tepi surgical yang jelas dan tegas untuk kedalaman yang cukup, setelah lesi digali dengan scalpel atau gunting dan diangkat. Dampak yang dihasilkan pada jaringan yang melekat adalah sebuah luka terbuka yang harus disembuhkan dengan intense sekunder. Ukuran diameter lubang dari 2 sampai 6 mm dan oleh karena itu dapat dipakai pada myriad atau lesi oral yang kecil.7

24

BAB III PEMBAHASAN A. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING B. ETIOLOGI TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL Menurut Ash dan Ward, (1992) dan Gould, (1995) mengatakan penyebab pasti dari tumor masih belum jelas, tetapi bagaimanapun banyak faktor-faktor pendukung yang dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor ini di golongkan kedalam dua kategori, yaitu pertama, faktor internal (herediter dan faktor-faktor pertumbuhan); kedua adalah faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan

karsinogen. Menurut Gould, (1995) faktor-faktor tersebut dapat berperan secara individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya atau kombinasi dengan faktorfaktor lain dimana sebenarnya faktor tersebut bukan penyebab kanker, tetapi mereka membantu karsinogen untuk mutasi atau dengan menekan fungsi sel (ko-promotor). a. Tembakau dan alkohol Tujuh puluh lima persen (75%) dari seluruh tumor mulut dan faring di amerika serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau termasuk merokok sigaret dan peminum alcohol juga mempunyai resiko yang tinggi terjadi tumor lidah dan mulut. Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi mendapatkan tumor mulut dibandingkan merokok dengan sigaret. Meskipun begitu masih terdapat keraguan tentang seberapa besar peranan dari panas yang dihasilkan oleh tembakau dan batang pipa sehingga dapat menyebabkan tumor mulut. Di Indian dan beberapa Negara Anerika selatan masyarakatnya mempunyai kebiasaan yang disebut merokok terbalik, yang mananya ujung sigaret yang menyala berada didalam rongga mulut. Resiko terjadinya tumor mulut pada masyarakat ini sangat tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau didaerah pallatum dan lingual sangat tinggi. b. Bahan kimia Sebagian besar bahan kimia berhubungan dengan terjadinya tumor. 70% - 90% tum9or disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang ada dilingkungan dan yang ada didalam makanan. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan tumor dilingkungan seperti coal tar, polycrylic aromatic hydrocarbons, aromatic aamines, nitrat, nitrit dan nitrosamine. Beberapa bahan tambahan didalam makanan seperti aflatoxin yaitu
25

bahan yang berasal dari kacang berimplikasi pada terjadinya tumor usus dan tumor hati. Loogam-logam berat seperti chromium dan berilium dapat merangsang munculnya tumor dengan bereaksi pada asam nukleat fospat di DNA. c. Mikroorganisme Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan tumor mulut adalah candida albicans. Penekanan system pertahanan tubuh oleh obat-obatan atau HIV menyebabkan infeksi candida meningkat. Hubungan antara candida dan penyakit speckled leukoplakia pertama kali dikemukakan oleh jespen dan winter (1965). Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 7-39% dari leukoplakia dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk berubah jadi kanker. Penyakit sifilis yang disebabkan oleh mikroorganisme treponema pallidum dengan lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kanker lidah. d. Nutrisi Defisiensi dari beberapa mikronutrisi seperti vitamin A,C,E,dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor.Vitamin a mempunyai 2 golongan. Pertama adalah retinol (preformed vitamin A) dan bentuk-bentuk sintesa lainnya termasuk semua trans retinoic acid dan 13-cis-retinoid acid dan kedua adalah carotenoids (provitamin A) yang mana carotedoids apabila dibutuhkan tubuh akan diubah menjadi retinol. Didalam beberapa studi melaporkan bahwa retinoids mempunyai kemampuan untuk menghambat pembentukan tumor dengan

memperbaiki keratinisasi dan menghambat efek karsinogen. Vitamin E di dalam tubuh mempunyai efek sebagai antioksidan. Studi 0leh wald dkk. (1984) tentang vitamin E, plasma retinol dan -caroten menunjukkan bahwa level vitamin E yang rendah mempunyai hubungan yang kuat dengan timbulnya kanker payudara.level -caroten yang rendah juga menunjukkan adanya

kecenderungan timbulnya kanker payudara, tetapi efeknya kurang jelas dan kurang konsisten. Defesiensi zat besi akan menyebakan anemia. Plummer-Vinson syndrome adalah suatu penyakit yang berhubungan erat dengan anemia. Syndrome ini merupakan faktor pencetus berkembangnya tumor mulut, yaitu neoplasma sel squamous. e. Radiasi Sinar ultraviolet adalah suatu bahan yangdiketahui bersifat karsiogenik.Sinar ini menyebabkan terjadinya karsinoma sel basal pada kulit dan bibir. Radiasi dengan

26

panjang gelombang 2900-3200 Ao adalah lebih bersifat karsinogenik dibandingkan dengan yang mempunyai panjang gelombang 3200-3400 Ao Efek dari radiasi dijumpai meningkat pada orang-orang yang memegang radiograf selama proses ronsen foto berlangsung. Berdasarkan penelitian belsky,dkk. (1972) dan takeichi,dkk. (1976,1983) terhadap efek radiasi dihiroshima dan Nagasaki jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi tumor kelenjar ludah pada orang-orang yang masih bertahan hidup pada periode antara 1957-1970 setelah terkena radiasi bom atom. Insiden terjadinya tumor 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkena radiasi. f. Genetik Seperti diketahui bahwa setiap orang memungkinkan berkontak dengan karsinogen di lingkungan setiap harinya, tetapi kenyataan bahwa setiap orang

menderita tumor, kemungkinan ada faktor internal yang mempengaruhi terjadinya tumor. Satu diantara faktor internal tersebut adalah kerentanan genetic. Contoh adanya faktor genetic syndrome kanker endokrin multiple, yaitu penyakit herediter yang menyebakan kanker kelenjar tiroid dan adrenal. Begitu juga kanker adenocarsinoma pada payudara mempunyai tendensi bersifat keturunan. Gen-gen pencetus tumor dapat menimbulkan kanker dalam bebebrapa cara,yaitu : 1. Memengaruhi metabolism prekarsinogen menjadi bentuk karsinogen yang aktif yang dapat merusak genome cell secara langsung. 2. 3. Memengaruhi kemampuan organism untuk memperbaiki kerusakan DNA. Mengubah sistem pertahanan kekebalan tubuh sehingga tidak dapat mengenali dan menyingkirkan tumor. 4. g. Memengaruhi fungsi sel dalam mengatur pertumbuhan atau proliferasi sel normal Sistem Kekebalan Tubuh Dilaporkan bahwa ada peningkatan insisdensi kanker pada pasien yang mendapat penekanan system kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, defisiensi kekebalan genetic. Konsep ini juga didukung oleh Melief dkk (1975) yang melaporkan bahwa insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan system kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan system kekebalan selain disebabkan kerusakan genetic juga dapat disebabkan oleh penuaan, obat obatan,infeksi virus.

27

C. PATOGENESIS TUMOR JARINGAN REGIO MAKSILOFASIAL Jaringan-jaringan labil seperti kulit dan sumsum tulang mempunyai kemampuan bermitosis untuk menghasilkan berjuta-juta sel baru setiap harinya.Sedangkan jaringan lainnya seperti otot jantung dan saraf mempunyai kemampuan bermitosis untuk beregenerasi untuk memperbaiki kerusakan. Kemampuan berproliferasi ini diatur oleh rangkaian DNA gen pada setiap sel jaringan. Pada masing-masing sel di samping mempunyai gen yang mengatur proliferasi sel seperti Ki-67 gene, juga mempunyai gen yang mengatur proloferasi sel suatu waktu yang disebut repressor gen seperti p53, krev-1/rap1 A atau Gas-1. Gen ini berfungsi sebagai kontrol. Pada keadaan tertentu apabila repressor gen tersebut terganggu atau mengalami kerusakan, maka sel akan berproliferasi tidak terkontrol. Pada jaringan permanen seperti otot dan saraf represor gen terikat dengan kuat, sehingga sangat sulit dipisahkan paa waktu sel berdiferensiasi. Sifat ini sudah ditentukan sejak masa embrio. Pada sumsum tulang serta sel-sel labil lainnya, represor gen sangat mudah dipengaruhi oleh stimuli dari lingkungan seperti hormon, bahan kimia, virus radiasi ionisasi, dan panas. Sel pada jaringan normal yang terkena stimulasi akan tumbuh dalam keadaan terkontrol yang disebut hiperplasia. Apabila stimuli disingkirkan, maka sel akan kembali keadaan normal. Pada kasus neoplasia kontrol proliferasi sel terganggu dan sel tumbuh tidak terkontrol. Apabila pertumbuhannya terlokalisir dan ekspansif maka terjadi neoplasia jinak, tetapi apabila pertumbuhan sel infiltratif ke dalam jaringan sekitarnya, maka yang terjadi adalah neoplasia ganas. . D. PENATALAKSANAAN KASUS Rujukan pada kasus: Pada kasus ini diperlukan rujukan, karena apabila kita adalah seorang dokter gigi umum, dan dalam perawatan nya dibutuhkan tindakan pembedahan mulut maka kita harus merujuk kepada dokter gigi spesialis bedah mulut yang lebih berkompeten menangani kasus ini. Surat rujukan sebaiknya berisi: Nama, alamat, dan nomor telepon pengirim surat rujukan. Nama, alamat, nomor telepon, usia dan jenis kelamin pasien. Tanggal rujukan
28

Alasan rujukan, termasuk riwayat penyakit, tanda, gejala, dan diagnosis kerja. Alasan mengapa harus di rujuk. Riwayat medis, gigi, dan social. Hasil pemeriksaan penunjang (termasuk radiografis) Rujukan tersebut meminta pendapat saja atau apakah meminta pendapat dan perawatan selanjutnya.

Persiapan sebelum operasi 1. Sterilisasi alat8 Metode dasar yang digunakan utnuk sterilisasi instrument adalah : dry heat, weat heat (autoclave), larutan kimia, dan sterilisasi dengan ethylene oxide.8 Sterilisasi instrument dicapai dalam penampan baja atau instrument dibungkus dengan kain, yang mana diletakkan baik secara lagsung diautoclave atau pada wadah metal special, yang mempunyai lubang-lubang sehingga uapnya dapat melewati lubang tersebut saat sterilisasi. Setelah sterilisasi , lubang dari wadah ditutup, sehingga akan tetap steril sampai alat tersebut digunakan. Alat yang dibungkus juga dapat disterilkan dengan ethylene oxide. Metode ini sering digunakan untuk alat plastic atau metal yang tidak tahan panas. Bungkusan yang terdapat set lengkap dari alat yang dibutuhkan untuk prosedur operasi dianggap sangat praktis. Bungkusan instrumen yang sudah disterilisasi ini dapat ditutup dan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Bungkusan yang sudah terbuka dan yang mana satu atau lebih alat dipindahkan harus disterilisasi setidaknya sekali dalam seminggu.8 Semua instrument dan bahan yang akan digunakan untuk prosedur operasi diatur dengan rapi diatas penampan alat dental atau penampan operasi, setelah kain steril diletakkan untuk menutupi permukaannya.8 2. Persiapan pasien8 Setelah pasien didudukkan pada kursi dental, asisten harus mendesinfeksi area yang akan dioperasi. Kulit disekeliling mulut yang pertama kali disedinfeksi dengan gauze yang diresapi dengan larutan antiseptic, dan kemudan mukosa dari kavitas oral didesinfeksi. Pasien kemudian dilapisi dengan kain steril. Dibutuhkan 3 kain steril, kira-kira 80x80 cmn. Kain steril yang pertama diletakkan pada bagian atas dari kursi (punggung dan sandaran kepala), dimana pasien bersandar. Kain yang kedua dilipat membentuk segitiga dan diletakkan pada bagian atas dari kain pertama, dimana pasien akan menyandarkan kepalanya. Dasar dari bentuk

29

segitiga harus menghadap kebawah, dimana tengkuk leher pasien, pada saat kepala pasien bersanadar pada kursi. Bagian sudut samping dari kain segitiga melindungi kepala dan diperkencang dengan bantuan dari jepitan handuk pada dasar dari hidung. Sudut ketiga diangkat kedepan, diatas rambut, dan juga dikencangkan pada dasar hidung dengan penjepit handuk yang sama. Kain yang ketiga diletakkan diatas dada pasien, sampai di leher, dan dikencangkan pada sisi dari kain segitiga dengan penjepit handuk, membiarkan area hidung, mulut, dan batas inferior dari mandibula terbuka. 3. Persiapan operator Persiapan operator adalah penting dalam semua prosedur operasi dan termasuk desinfeksi tangan dan pakaian yang tepat. Sebelum prosedur ini, dokter gigi harus menggunakan penutup sepatu, topi untuk menutup rambut dan masker operasi. Prosedur desinfeksi mulai dengan membersihkan tangan dengan sabun. Scrubbing harus dibatasi sampai daerah terkontaminasi. Untuk desinfeksi larutan alcohol atau sabun desinfektan disarankan. Tergantung dari bahan pembersih, waktu total yang anjurkan adalah 3-5menit. Tangan pertama, lengan dan siku, kemudian tangan dan pergelangan tangan dan yang terakhir hanya tangan yang didesinfeksi. Hal tersebut harus diperhatikan agar tidak ada daerah yang tidak steril diatas siku yang disentuh selama prosedur. Setelah prosedur ini, dokter gigi menggunakan jubah steril, yang diikat oleh asisten, dan kemudian mengenakan sarung tangan. Sarung tangan pertama dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan pada tangan kiri, ketika sarung tangan kedua makan yang dipegang adalah permukaan luar dari sarung tangan dan kemudian masukkan tangan kanan. E. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN PADA PERAWATAN F. PERAWATAN G. OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN PASCA OPERASI H. KOMPLIKASI PASCA PERAWATAN I. INSTRUKI PASCA PERAWATAN J. DAMPAK APABILA TIDAK DITANGANI

30

BAB IV PENUTUP Tumor adalah suatu perubahan atau transformasi kendali sel, sehingga sel melepaskan diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Dasar perubahan adalah mutasi dalam genom sel. Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan DNA (DNA repair) dan apoptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (immortal). Etiologi suatu tumor belum diketahui dengan jelas. Faktor genetik melalui beragam gen terkait tumor berperan penting pada tumorigenesis. Pembagian tumor atau neoplasma adalah Neoplasma Jinak (Benigna) dan Neoplasma ganas (Maligna) Tanda tanda klinis dari tumor jinak : Pertumbuhan lambat, Berbatas tegas, Tidak ada perlekatan ke kulit/dasar tumor kapsul padat, Tdk bermetastase, Ukuran stabil tdk mempengaruhi KU penderita, Bila Th/ operatif tdk residif. Sedangkan tanda tanda klinis dari tumor ganas adalah Bentuk tdk teratur, Kapsul tdk jelas/tdk ada, Batas tdk tegas, Hipervaskularisasi/neovaskularisasi, Rapuh, mudah berdarah, Ada bagian yg nekrosis atau menunjukkan ulserasi. Pada kasus di skenario dapat ditentukan diagnosisnya adalah ???????????????

31

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Andi: Yogyakarta. 2008. p.31-83 2. Balaji, SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2008. p. 32-3, 39-40, 372-6, 3. Frasgiskos FD. Oral Surgery. 6th ed. Springer: Verlag Berlin Heidelberg. 2007. p. 313. 4. Wibisono, Gunawan. Peran Prostaglandin pada Perkembangan Tumor. Jakarta: PDGI; 2002. Hal 5. Linda, Devya. Chusnul Chotimah. Ameloblastoma Yang Didiagnosis Awal Sebagai Kista Odontogenik. Jakarta: Indonesian Journal of Oral and Maxillofacial Surgeons. 2004. 6. Linda, Devya. H. M. Loekman. Osteoma Pada Rahang Bawah. Jakarta : Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Moestopo ; 2007.

32

Anda mungkin juga menyukai