Anda di halaman 1dari 92

BAB 2

TEORI FOTOAKUSTIK
2.1 Teori Fotoakustik Gas
Selama abad ke sembilan belas, peneliti efek
fotoakustik memusatkan penyelidikannya
pada cuplikan gas, oleh karena eksperimen
fotoakustik dengan cuplikan gas lebih mudah
dilakukan dan dipahami. Bahkan di abad ke
dua puluh inipun banyak penerapan teknik
fotoakustik ditujukan pada cuplikan gas.
Dalam spektroskopi fotoakustik modern
untuk gas, cuplikan gas yang diselidiki
diletakkan di dalam sel fotoakustik,
kemudian disinari oleh radiasi dengan
intensitas termodulasi baik berupa radiasi
laser maupun dari pancaran sumber radiasi
konvensioal, sebagaimana ditunjukkan dalam
Gb. 2.1. Sebagian tenaga radiasi yang
datang diserap oleh gas tersebut sehingga
dihasilkan variasi tekanan, yang tampil
sebagai bunyi yang dapat dideteksi oleh
mikrofon. Langkah-langkah pembangkitan
sinyal fotoakustik ditunjukkan dalam Gb. 2.2.
2.1.1 Serapan radiasi
5
Bab 2 Teori Fotoakustik
Serapan radiasi oleh suatu molekul gas
terjadi apabila radiasi tersebut bertalun
dengan transisi antar tingkat-tingkat tenaga
molekul gas itu. Jika molekul gas berpeluang
menyerap radiasi foton, maka molekul yang
menduduki tingkat tenaga dasar E
0
(ground
state) akan tereksitasi ke tingkat tenaga
yang lebih tinggi E
1
(excited state), dengan
E E E h
1 0

merupakan perbedaan
tenaga antara dua tingkat tenaga tersebut,
sedang merupakan frekuensi radiasi foton
yang diserap. Molekul yang tereksitasi tadi
berada dalam keadaan tidak stabil sehingga
cenderung kembali ke keadaan dasar yang
stabil dengan cara membuang tenaga E
(proses deeksitasi). Proses deeksitasi molekul
tersebut berlangsung melalui berbagai cara
(Gb. 2. 3):
1. Molekul memancarkan radiasi foton
yang sering disebut deeksitasi radiatif
atau proses fluoresensi.
2. Molekul memulai reaksi secara kimia,
atau pengaturan ikatan kimia, yang
dinamakan proses fotokimia.
3. Molekul satu membentur molekul lain
yang berspesies sama yang berada
pada keadaan dasar E
0
kemudian
mengeksitasi molekul tersebut ke
keadaan eksitasinya E
1
. Proses
demikian disebut sebagai pemindahan
tenaga antar sistem.
mitrayana@ugm.ac.id
6
Bab 2 Teori Fotoakustik
4. Molekul gas saling berbenturan dan
sewaktu itu tenaga eksitasi diubah
menjadi tenaga translasi atau tenaga
kinetik yang mengakibatkan tenaga
translasi dua molekul sesudah benturan
lebih besar daripada sebelum benturan.
Hal ini akan menimbulkan pemanasan
medium gas.
Gambar 2.1. Bagan kotak spektroskopi fotoakustik
modern untuk gas
Gambar 2.2. Langkah-langkah pembangkitan sinyal
fotoakustik
mitrayana@ugm.ac.id
7
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2.3. Berbagai jenis proses yang terjadi pada
molekul menuju tingkat dasarnya setelah menyerap radiasi
laserh.
Proses fotokimia terjadi bila tenaga
radiasinya cukup tinggi. Pada tenaga rendah,
proses yang saling berkompetisi adalah
fluoresensi dan pererasan (decay) dengan
cara benturan. Pererasan radiatif melalui
fluoresensi terjadi dalam waktu karakteristik

r
10
-2
detik pada panjang gelombang =
10m dan
r
= 10
-7
detik pada = (0,4 - 0.8)
m. Sedangkan pererasan takradiatif dengan
cara benturan antar molekul, nilai waktu
karakteristiknya bervariasi antara
nr
= 10
-5
sampai 10
-7
detik pada tekanan atmosfer.
Dengan demikian pada panjang gelombang
= 10 m, pererasan takradiatif (1/
nr
) jauh
mitrayana@ugm.ac.id
8
Bab 2 Teori Fotoakustik
lebih cepat dari pada laju pererasan radiatif
(1/
r
).
Efek fotoakustik sangat ditentukan oleh
banyaknya proses pererasan takradiatif,
sedang proses yang terjadi pada serapan
radiasi oleh molekul, dapat diatur sesuai
dengan yang dikehendaki. Dengan demikian
untuk radiasi laser yang mempunyai riak
gelombang di sekitar 10m, proses pererasan
yang terjadi hampir seluruhnya berujud
deeksitasi takradiatif. Adapun panjang
gelombang pada daerah ini dimiliki oleh
radiasi inframerah yang dihasilkan oleh
sumber radiasi laser CO
2
.
Radiasi inframerah menyebabkan
molekul tereksitasi ke aras rotasi vibrasi.
Dari aras vibrasi tersebut, tenaga dialihkan
kepada derajat kebebasan translasi melalui
proses benturan molekul satu dengan yang
lain. Kenaikan tenaga kinetik rerata molekul
gas yang timbul akibat benturan tersebut
mengakibatkan suhu cuplikan gas naik. Pada
volume tertutup sesuai dengan persamaan
keadaan yang berlaku pada gas, kenaikan
suhu akan mengakibatkan kenaikan tekanan.
Jika berkas radiasi yang datang pada
cuplikan gas dimodulasi intensitasnya secara
periodik pada frekuensi audio , maka akan
didapatkan kenaikan dan penurunan tekanan
secara periodik pula yang membangkitkan
bunyi pada frekuensi pula. Gelombang
mitrayana@ugm.ac.id
9
Bab 2 Teori Fotoakustik
akustik yang terbentuk dapat dideteksi
dengan mikron.
2.1.1.1 Persamaan laju sistem dua aras
Akan ditinjau sistem dua aras tenaga masing-
masing E
0
dan E
1
yang dapat dilihat pada
Gb.2. 4.
Laju transisi radiatif
r
ij
dari aras i ke j
dapat dituliskan sebagai

r B A
ij ij ij
+

(2.1)
dengan

adalah rapat radiasi pada tenaga


E h E E


1 0
, dengan E
1
dan E
0
berturut-
turut adalah tenaga keadaan tereksitasi dan
kedaan dasar,
B B
ij ji

menunjukkan koefisien
einstein untuk emisi terangsang dari i ke j,
dan A
ij
menunjukkan koefisien einstein untuk
emisi spontan dari i ke j. Dengan demikian
A
01
0
sebab E
0
lebih kecil daripada E
1
.
mitrayana@ugm.ac.id
10
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2.4 Dua proses radiatif dan takradiatif yang saling
Berkompetitif dengan laju masing-masing
ij
r dan .
ij
c
Ketergantungan laju perubahan terhadap
waktu jumlah molekul tiap satuan volume
pada keadaan aras E
1
merupakan selisih
cacah molekul yang masuk ke aras 1 dengan
cacah molekul yang meninggalkan aras 1
tiap satuan waktu. Secara matematik dapat
dituliskan
( ) ( )

N r c N r c N
1 01 01 0 10 10 1
+ + (2.2)
dengan c
ij
merupakan laju transisi proses
benturan dari aras i ke aras j. Dengan
mensubstitusikan pers. (1) ke dalam pers. (2)
dan dari Gb. 2. 4, dapat dilihat bahwa:
(a). A
01
= 0, berkaitan dengan tidak adanya
transisi spontan dari aras 0 ke 1.
(b). c
01
= 0, oleh karena kebolehjadian
eksitasi benturan pada suhu kamar
dengan cara demikan kecil.
(c). B
01
= B
10
dari aras 0 ke 1 pada suhu
kamar.
mitrayana@ugm.ac.id
11
Bab 2 Teori Fotoakustik
Maka diperoleh hasil laju perubahan
jumlah molekul tiap satuan volume pada aras
1 sebesar
( )

N B N N N
1 10 0 1
1
1


. (2.3)
Dengan cara yang serupa, diperoleh laju
perubahan jumlah molekul tiap satuan
volume pada aras 0 sebesar
( )

N B N N N
0 10 0 1
1
1
+

(2.4)
dengan
1 1 1

+
r c
(2.5)
sedang

r
A

1
10
merupakan waktu relaksasi
transisi radiasi dari aras 1 ke aras 0, dan

c
c

1
10
merupakan waktu relaksasi transisi
takradiatif dari aras 1 ke 0 dengan cara
benturan. Pada keadaan tunak (steady state)
( )
d
dt
N N
1 0
0 dan dengan mengambil rapat
radiasi pada tenaga
E h


sebesar


Ih
c

serta mendefinisikan B
B h
c

10

, I mewakili
mitrayana@ugm.ac.id
12
Bab 2 Teori Fotoakustik
intensitas radiasi, c kecepatan radiasi, maka
diperoleh
N
BNI
BI
1
1
2

(2.6)
dan
( )
N
BI N
BI
0
1
1
2

+
+

(2.7)
dengan
N N N +
1 0
adalah jumlah total
molekul tiap satuan volume. Apabila radiasi
datang I
0
dimodulasi pada frekuensi sudut ,
maka intensitas radiasi termodulasi bernilai

( )
I I e
i t
+
0
1 0 1

. (2. 8)
Dengan memasukkan pers. (8) ke pers. (6)
akan diperoleh jumlah molekul pada aras 1
tiap satuan volume sebesar
( )
( )
N
BNI e
BI e
i t
i t
1
0
0
1
1
2 1

+
+ +

(2.9)
2.1.2 Pembangkitan gelombang
akustik
Bila radiasi yang sudah termodulasi yang
diberikan oleh pers. (8) di atas dipakai untuk
mitrayana@ugm.ac.id
13
Bab 2 Teori Fotoakustik
memompa sejumlah molekul pada aras dasar
E
0
ke keadaan aras tereksitasi E
1
, kemudian
molekul tereksitasi tersebut mereras ke aras
dasar E
0
dengan cara benturan, maka
kelebihan tenaga
E E h
1 0

tersebut akan
diubah menjadi tenaga translasi.
Dengan mengabaikan tenaga rotasi
dan vibrasi, dapat dihitung tenaga dakhil
(internal energy) total gas tiap satuan volume
sebesar
U N E K
i i
i
+

(2.10)
dengan K merupakan tenaga kinetik atau
tenaga translasi tiap satuan volume, sedang
penjumlahan dilakukan meliputi semua aras
tereksitasi i yang masing-masing mempunyai
cacah molekul N
i
tiap satuan volume. Untuk
model dua aras,
U N E K +
1 1
(2.11)
dan

U N E K +
1 1
. (2.12)
Berkenaan dengan hukum kekekalan tenaga,

U
merupakan selisih antara rapat tenaga
yang diserap dengan rapat tenaga yang
diradiasikan kembali tiap satuan waktu. Jadi
( )

U r N r N E
01 0 10 1 1
(2.13)
dan
mitrayana@ugm.ac.id
14
Bab 2 Teori Fotoakustik

K c N E
10 1 1
. (2.14)
Dari hukum termodinamika gas dikenal
dK
K
T
dT
K
V
dV
V T

_
,

_
,

(2.15)
dengan T dan V masing-masing adalah suhu
gas dan volume ruangan. Untuk volume yang
tetap (dV = 0) berlaku
dK
K
T
dT c dT
V
v

_
,

(2.16)
dengan C
v
adalah panas jenis pada volume
tetap. Oleh karena itu
( )
K C T f V
v
+ (2.17)
dengan f(V) adalah suatu fungsi yang gayut
pada volume tetapi tidak gayut pada suhu.
Bagi gas ideal yang mempunyai jumlah
molekul tiap satuan volume sebesar N
bertekanan p berlaku hukum
p N k T (2.18)
dengan k adalah tetapan Boltzman. Apabila T
pada pers. (18) digantikan dengan T dari
pers. (17), diperoleh
mitrayana@ugm.ac.id
15
Bab 2 Teori Fotoakustik
( ) ( )
p
N k
C
K f V
v

. (2.19)
Gelombang tekanan diberikan oleh

p
t
, dan
dengan menggunakan pers. (14) untuk
ungkapan

K
, diperoleh
( )


p
N
C
kK
k
C
N c N E
v v

10 1 1
. (2.20)
Bila N
1
dari pers. (9) dan
c
= 1/c
10
disubstitusikan ke dalam pers. (20), maka
diperoleh
( )
( )
p
k
C
N E
BI e
BI e
v c
i t
i t

+
+ +

2
1
0
0
1
1
2 1

. (2.21)
Dengan mengekspansikan pers. (21) ke
dalam deret pangkat ( )


e
i t
dan hanya suku
e
i t
saja yang diperhatikan, maka diperoleh

( ) [ ]
( )

( )
p
kN E
C
B I
BI BI
e
v
c
i t

+ + +

_
,

2
1
2
0
0
1
0
1 2 2
2
2 2
1
2



(2.22)
dengan = .
mitrayana@ugm.ac.id
16
Bab 2 Teori Fotoakustik
Sinyal akustik yang terukur oleh
mikrofon sebesar
q p
didapat dengan
mengintegralkan
p
selama selang waktu (0,t)
yang memberikan nilai
( ) ( )
[ ]
p
kN E
C
B I
BI BI
e
v
c
i t

+ + +

_
,

_
,

2
1
2
0
0
1
0
1
2
2
2
2
2 2
1
2




.
(2.23)
Apabila intensitas cahaya yang datang
I
0
kecil, maka 2
0
1
BI <<

, dan didapatkan sinyal
q = -p

( )
q
kE N
C
BI
e
v c
i t

_
,

+
+

_
,

1
2
2
0
2 2
2
2
1
1
2




. (2.24)
Dengan demikian sinyal fotoakustik
sebanding dengan N
2
atau rapat gas kuadrat,
dan bervariasi secara linear dengan
intensitas cahaya I
0
. Disampiang itu, sinyal
fotoakustik juga sebanding linear dengan
ungkapan

_
,

2
, dengan adalah umur
deeksitasi total dan
c
adalah umur deeksitasi
benturan. Sinyal fotoakustik akan bertambah
dengan bertambahnya suhu yang
menyebabkan semakin besarnya laju
mitrayana@ugm.ac.id
17
Bab 2 Teori Fotoakustik
deeksitasi benturan
c
-1
. Akan tetapi , untuk
intensitas optis yang tinggi, kira-kira berorde
W/cm
2
, maka 2
0
1
BI >>

, dan pada frekuensi
sudut modulasi yang rendah, maka sinyal
fotoakustik menjadi
q
kE N
C BI
e
v
c
i t

_
,

1
2
2
0
2
1




. (2.25)
Disini terjadi kejenuhan serapan, dengan
sinyal bervariasi sebagai I
0
-1
. Kejenuhan ini
diakibatkan oleh usaha pemompaan ke aras
yang lebih tinggi daripada aras atas yang
dapat di deeksitasi
BI
0
1
1
2
>

_
,

.
2.1.3 Pemindahan tenaga
Apabila dua molekul gas saling berbenturan
maka terjadi pemindahan tenaga dari aras E
i
ke E
j
dengan keboleh jadian
p
ij
. Hubungan
antara laju deeksitasi benturan
c
ij
dengan
keboleh jadian pemindahan tenaga dari aras
i ke aras j diberikan oleh

c Z p
ij
AB
ij
, (2.26)
mitrayana@ugm.ac.id
18
Bab 2 Teori Fotoakustik
dengan
ZAB
adalah jumlah benturan kinetik
gas rerata tiap satuan volume tiap detik
antara molekul A dan B.
Besaran
ZAB
dihitung dengan
anggapan, bahwa hanya benturan biner yang
penting serta populasi aras tenaga mengikuti
agihan Boltzman. Dengan menggunakan
anggapan tersebut, dapat ditemukan
ZAB

untuk pindahan tenaga vibrasitranslasi
( )
ZAB
V T
bernilai
Z
kT
e AB
V T
AB
AB
h
kT

_
,

_
,

8
1
1
2
2

(2.27)
dengan
h E E
i j

,
AB
adalah massa
tereduksi yang diberikan oleh

AB
A B
A B
m m
m m

+
(2.28)
dan
AB
2
adalah tampang lintang benturan

AB A B
+
, (2. 29)
dengan
A
dan
B
masing-masing adalah ruji
repulsif molekul A dan B.
Dengan cara serupa, pindahan tenaga
vibrasivibrasi dapat dituliskan sebagai
mitrayana@ugm.ac.id
19
Bab 2 Teori Fotoakustik

Z
kT
AB
V V
AB
AB

_
,

8
1
2
2

. (2.30)
Laju pindahan tenaga p
ij
gayut pada
besar tenaga yang dipindahkan dan proses
pemindahan yang terjadi. Tenaga elektronik
memiliki orde sebesar

E
ma
el


2
2
, (2.31)
dengan m dan a masing-masing adalah
massa dan ruji orbit elektron yang tereksitasi
optis. Tenaga elektronik ( )
E
el
berada di
dalam daerah spektrum optis ultraviolet dan
sinar tampak. Tenaga vibrasi molekular
memiliki orde sebesar
E
m
M
E
vib el

_
,

1
2
, (2.32)
dengan m adalah massa elektronik dan M
adalah massa molekular. Oleh karena
kebanyakan molekul mempunyai nilai
m M

sangat kecil 10
-4
, maka tenaga vibrasi ( )
E
V

berada dalam daerah spektrum infra merah.
Tenaga rotasi ( )
E
R
bahkan mempunyai orde
yang lebih kecil daripada tenaga vibrasi yaitu
sebesar
mitrayana@ugm.ac.id
20
Bab 2 Teori Fotoakustik

E
m
M
E
R el

_
,
, (2.33)
sehingga tenaga rotasi berada dalam daerah
infra merah jauh (FIR = Far Infra Red).
Tenaga translasi tiap molekul tidak
dipengaruhi oleh parameter molekular murni
tetapi ditentukan oleh
E kT
T

3
2
. (2.34)
Untuk getaran berfrekuensi rendah atau pada
suhu tinggi, tenaga translasi dapat
disamakan dengan tenaga vibrasi.
Sebagaimana disebutkan di atas, besar
tenaga yang dipindahkan memainkan
peranan yang sangat penting di dalam
menentukan kebolehjadian pemindahan
tenaga. Umumnya, besar nisbah
E E
trans trans

yang penting, dengan
E
trans
adalah tenaga
yang dipindahkan kedalam atau keluar dari
gerak translasi, daripada tenaga total yang
dipindahkan. Jadi laju untuk pindahan tenaga
vibrasivibrasi murni akan cukup berbeda
dengan laju untuk pindahan tenaga yang
juga melibatkan tenaga translasi.
Proses yang terjadi pada pindahan
tenaga molekular berlangsung secara
takadiabatik, bilangan kuantum molekulnya
mitrayana@ugm.ac.id
21
Bab 2 Teori Fotoakustik
mengalami perubahan selama alih tenaga.
Hal ini berarti bahwa pindahan tenaga
selama benturan, terjadi dalam selang waktu
yang lebih singkat dibandingkan dengan
waktu periode getaran.
Bila waktu interaksi atau waktu
benturan didefinisikan dengan
c
, periode
getaran dengan
t
V
, dan
l u
c

sebagai
panjang interaksi karakteristik dua molekul
dengan kecepatan relatif u, maka
kebolehjadian pindahan tenaga tiap benturan
kinetik gas bervariasi sebagai
p e
ij
l u
~

, (2.35)
dengan
2 t
V
merupakan frekuensi sudut
vibrasi. Bila keadaan gas berada dalam
kesetimbangan termal, pada suhu T, maka
kecepatan molekular rerata dapat dituliskan
sebagai
u
lkT

_
,

1
3
(2.36)
dengan besaran merupakan massa
tereduksi sistem yang sedang berbenturan.
Dengan demikian proses relaksasi yang
mencakup jangkau pendek dan kuat, laju alih
tenaganya bervariasi sebagai
mitrayana@ugm.ac.id
22
Bab 2 Teori Fotoakustik
( )
p
l E
kT
ij
~ exp

_
,


2
2
1
3

, (2.37)
dengan E merupakan tenaga vibrasi yang
diubah menjadi tenaga translasi.
Walaupun pers. (37) tersebut
dirumuskan untuk pindahan tenaga
vibrasitranslasi, namun kesebandingan
tersebut berlaku juga untuk proses
elektroniktranslasi, vibrasivibrasi serta
rotasirotasi. Pengurangan E akan
menambah
p
ij
, dan E yang sangat kecil
berakibat terjadinya efek talunan (resonansi).
Hal ini dapat dipakai pula untuk proses
pindahan tenaga rotasirotasi dan
vibrasivibrasi dengan sejumlah kecil tenaga
total yang dipindahkan sebenarnya berubah
menjadi tenaga translasi.
Pada Tabel 2.1 dicantumkan
kebolehjadian terjadinya macam-macam
proses yang didasarkan pada
p
ij
. Dapat
dilihat bahwa relaksasi rotasirotasi memiliki
kebolehjadian yang lebih besar daripada
yang lain. Hal ini dimungkinkan karena gaya
jangkau panjang dapat menjadikan tampang
lintang taklenting lebih besar daripada
tampang lintang lenting. Dengan mengetahui
probabilitas pindahan tenaga
p
ij
, laju
deeksitasi benturan c
ij
dapat ditentukan dan
kemudian umur deeksitasi benturan
c
dapat
mitrayana@ugm.ac.id
23
Bab 2 Teori Fotoakustik
ditaksir. Jadi pada prinsipnya sinyal
fotoakustik q dapat dihitung dari nilai p
ij
di
atas yaitu melalui pers. ( 24).
Tabel 2.1. Tingkat perbandingan harga
p
ij
beberapa proses pindahan tenaga
2.2 Sistem Fotoakustik Gas
Sistem fotoakustik telah mengalami
perkembangan dan perbaikan secara kontinu
sejak kerja Viengerov pada tahun 1938. Pada
saat ini telah dikenal beberapa model sel
fotoakustik yang berbeda, yang sebagian
besar memanfaatkan mikrofon untuk
mendeteksi sinyal.
2.2.1. Sinyal akustik
Bunyi di dalam gas dapat digambarkan oleh
suatu tekanan akustik ( )
p r t

,
yang
mitrayana@ugm.ac.id
24
Bab 2 Teori Fotoakustik
merupakan perbedaan antara tekanan total P
dengan nilai reratanya P
0


p P P
0
. (2.38)
Tekanan akustik mempunyai hubungan
dengan kecepatan akustik ( )

u r r ,
dan suhu
akustik ( )


r t ,
yang masing-masing
merupakan kecepatan fluida gas dan
perubahan suhu gas yang disebabkan oleh
bunyi, pada posisi

r dan waktu t.
Bahang ( )
H r t

,
yang diproduksi oleh
serapan cahaya membangkitkan sinyal
akustik. Pembangkitan sinyal akustik ini
dapat digambarkan oleh
( )

_
,

2
2
2
2 2
1
1
p
c
p
t c
H
t

, (2.39)
dengan
c
adalah kecepatan bunyi (m/s),

C
C
p
v
adalah bahang jenis gas dan
( ) ( )
( )
H r t Pa P r e S
g L
i t

,

adalah bahang yang
dibekalkan tiap satuan volume dengan


adalah koefisien serapan gas (cm
-1
atm
-1
),
Pa
g
adalah tekanan parsial gas (atm), ( )
P r
L

adalah daya tak termodulasi berkas laser
datang (W), S adalah luas tampang lintang
saluran (m
2
) dan 2 adalah frekuensi
sudut termodulasi. Persamaan di atas tidak
mitrayana@ugm.ac.id
25
Bab 2 Teori Fotoakustik
memasukkan secara eksplisit faktor kerugian
(loss terms) yang disebabkan oleh
kekentalan dan hantaran termal. Faktor
kerugian tersebut akan dimasukkan
kemudian sebagai suatu usikan.
Pers. (39) sebagai persamaan
gelombang tak homogen dapat diselesaikan
dengan melakukan alih ragam Fourier pada
kedua ruasnya dan menyatakan
penyelesaian komponen Fourier ( )
p r

,

sebagai ekspansi deret takhingga
penyelesaian ragam normal
p
j
persamaan
gelombang homogen. Dengan melakukan
alih ragam Fourier pada pers. (39), diperoleh

( ) ( )
+

_
,

_
,

2
2
2 2
1



c
p r
c
i H r

, ,
, (2. 40)
dengan
( ) ( )
p r t p r e d
i t

, ,

, (2.41)
( ) ( )
H r t H r e d
i t

, ,

. (2.42)
Penyelesaian ragam normal persamaan
gelombang homogen ditentukan oleh syarat
batas. Oleh karena sel fotoakustik berdinding
tegar, maka komponen kecepatan akustik
yang normal terhadap dinding sel sama
dengan nol pada dinding tersebut. Kecepatan
akustik dihubungkan dengan tekanan akustik
melalui hukum Newton II
mitrayana@ugm.ac.id
26
Bab 2 Teori Fotoakustik

( ) ( )

u r
i
p r , ,


1
, (2.43)
dengan

adalah rapat gas rerata. Jadi


p

harus sama dengan nol pada dinding. Syarat
batas ini menentukkan penyelesaian ragam
normal
p
j
dari persamaan gelombang
homogen
( )
( )
+
2 2
0 k p r
j j
, (2.44)
dengan
k
c
j
j


. (2.45)
Di sini

j
adalah frekuensi sudut resonansi
ragam normal
( )
p r
j
. Oleh karena ragam
normal adalah ortogonal, maka berlaku
hubungan
1
V
p p dV
c
i j ij


, (2.46)
dengan
V
c
adalah volume yang terisi oleh
gas.
Apabila sel fotoakustik berbentuk
silinder dengan ruji a dan panjang l, maka
pers. (44) dapat ditulis dalam koordinat
silindris ( )
r z , ,
sebagai berikut
mitrayana@ugm.ac.id
27
Bab 2 Teori Fotoakustik
1 1
0
2
2
2
2
2
2
r r
r
p
r r
p p
z
k p
j j j
j j

_
,

+ + + . (2.47)
Dengan menggunakan metode pemisahan
variabel, penyelesaian pers. (47) tersebut
diberikan oleh
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
p m AJ k r BN k r C k z D k z
j m r m r z z
+ +
cos
sin
sin cos
(2.48)
dengan J
m
dan N
m
masing-masing
merupakan fungsi Bessel jenis pertama dan
kedua. Untuk sel berbentuk silinder, B 0
karena ( )
N
m
0
. Untuk memenuhi syarat
batas, seperti yang dikemukakan di atas,
maka gradien
p
j
yang normal terhadap
dinding harus sama dengan nol pada dinding.
Jadi

p
z
dan
p
r
j
z l
j
r a

_
,

_
,


0
0 0
,
. (2.49)
Dari pers. (49) diperoleh C = 0 dan
k
n
l
n
z
z
z

1 2 3 , , , , (2.50a)
mitrayana@ugm.ac.id
28
Bab 2 Teori Fotoakustik
k
a
r
mn


, (2.50b)
dengan

mn
adalah akar nol ke n persamaan
yang melibatkan fungsi Bessel orde ke m.
Jadi
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
p m AJ k r D k z
j m r z

cos
sin
cos . (2.51)
Dengan memasukkan penyelesaian
p
j
ini ke
dalam pers. (47) dan menyatakan
k c
j j

,
maka diperoleh frekuensi sudut resonans

j

sebesar


j
mn z
c
a
n
l

_
,

_
,

_
,

2 2
1
2
. (2.52)
Ragam normal dapat dibedakan ke dalam
ragam longitudinal murni dan radial murni.
Sebagai contoh, ragam longitudinal orde
terendah mempunyai n
z
=1, m = 0, n = 0,
sedang ragam radial orde terendah
mempunyai n
z
= 0, m = 1 dan n = 0.
Tekanan akustik p di dalam sel
merupakan jumlah dari seluruh ragam
normal.
( ) ( ) ( )
p r A p r
j j
j

,

. (2.53)
mitrayana@ugm.ac.id
29
Bab 2 Teori Fotoakustik
Dengan mensubstitusikan pers. (53) ke
dalam pers. (40), dan kemudian dengan
menggunakan pers. (44) sampai pers. (47),
maka didapatkan ragam amplitudo sebesar
( )
( ) ( )
A
i
V p HdV
j
j
c j
j

2 2
2
1
1
. (2.54)
Integral di dalam pembilang pers. (54)
menunjukkan sambatan antara sumber
bahang H dengan ragam normal
p
j
, sedang
penyebutnya menunjukkan talunan ragam
p
j
, dengan A
j
menjadi ananta apabila
frekuensi sudut mendekati frekuensi sudut
alamiah. Keadaan yang belum sesuai dengan
proses fisis ini disebabkan karena belum
diperhitungkan adanya faktor kerugian pada
pers. (39). Keadaan ini dapat dikoreksi
melalui modifikasi pers. (54) yaitu dengan
memasukkan suatu redaman ragam yang
digambarkan oleh faktor kualitas Q
j
. Jadi
( )
( ) ( )
( )
A
i
V p H dV
i
Q
j
j
c j
j
j j

_
,

_
,

2
2
1
1
. (2.55)
mitrayana@ugm.ac.id
30
Bab 2 Teori Fotoakustik
Untuk menunjukkan secara eksplisit
kegayutan sinyal akustik pada serapan gas
dan intensitas radiasi, maka sumber bahang
H pada pers. (55) perlu diganti. Jika berkas
optis datang dianggap hanya mengalami
atenuasi kecil ketika melalui sel fotoakustik,
maka ( )
H I r

,
, dengan adalah koefisien
serapan gas dan ( )
I r

,
merupakan intensitas
berkas optis datang. Pada keadaan tersebut
pers. (54) menjadi
( )
( )
[ ]
( )
A
i
V p IdV
i
Q
j
j
c j
j
j j

_
,

2
2
1
1
, (2.56)
Untuk memahami pers. (56), maka perlu
ditinjau dua hal khusus. Pertama, dianggap
bahwa I tetap untuk seluruh ruangan, yaitu
( ) ( )
I r I

,
, maka
p IdV
j j

0
untuk
j 0
.
Jadi ragam yang tidak nol hanya ragam orde
terendahnya yaitu p
0
yang mempunyai
frekuensi sudut resonans

0
0
dan hal ini
menunjukkan perubahan tekanan yang tetap
di dalam sel fotoakustik, yang takgayut posisi
( )

r
. Dalam hal ini I dan p
0
sebanding lurus
satu sama lain, serta integralnya menjadi nol
jika
j 0
yang merupakan akibat langsung
keortogonalan fungsi p
j
. Pada keadaan
tersebut, pers. (56) tereduksi menjadi
mitrayana@ugm.ac.id
31
Bab 2 Teori Fotoakustik
( )
( )
A
i I
0
0
1
1
1

1
]
1
, (2.57)
dengan
0
adalah waktu redaman p
0
yang
diakibatkan oleh konduksi bahang dari gas
ke diding sel. Dengan menganggap sel
fotoakustik berbentuk silinder yang
mempunyai luas penampang A, panjang l,
dan volume V
c
, maka daya radiasi
W IV l
c

.
Oleh karena itu, intensitas I di dalam pers.
(56) dapat diganti dengan
Wl V
c
, sehingga
( )
( )
A
i Wl
i
0
0
1
1

_
,

. (2.58)
Pada hal khusus kedua, ditinjau
keadaan dengan agihan ruang bagi intensitas
diatur sehingga hanya ragam orde pertama
p
j
yang tereksitasi, maka pers. (57) tereduksi
menjadi
( )
( )
( )
A
i Wl
i
Q
V
j j
c
1
1
2
1
2
1
1

_
,

1
]
1
1
. (2. 59)
mitrayana@ugm.ac.id
32
Bab 2 Teori Fotoakustik
Untuk mengetahui keuntungan masing-
masing ragam resonans ( )
A
1

dan ragam
takresonans atau ragam resonans nol ( )
A
0
0
,
maka amplitudo yang diberikan oleh pers.
(58) dan pers. (59) perlu dibandingkan. Pada
frekuensi rendah ( )

T
<< 1 , nampak bahwa
nilai ( )
A
0
0
tetap, takgayut pada frekuensi,
( )
[ ]
A Wl V
c 0 0
1
dan bila dibandingkan
terhadap ( )
A
1

maka ( )
A
0
0
lebih besar dari
( )
A
1

. Pada frekuensi tinggi ( )

T
>> 1 , ( )
A
0


sebanding dengan
-1
begitu juga ( )
A
1 1

sebanding dengan
1
1
dan ragam orde
pertama tersebut mencapai maksimum pada

1
, karena frekuensi sudut resonansi
pertama ( )

1
1 , maka jelas bahwa
silinder yang berdiameter kecil akan memiliki

j
yang tinggi, dan hal ini akan
menyebabkan ( )
A
1 1
yang rendah. Oleh
karena itu pada silinder yang berdiameter
kecil lebih banyak disukai ragam takresonan
( )
A
0

.
Perbandingan amplitudo ragam
resonans pertama terhadap ragam ke nol
diberikan oleh
( )
( )
A
A
Q
1 1
0
1
1 0
0

. (2.60)
mitrayana@ugm.ac.id
33
Bab 2 Teori Fotoakustik
Jika nilai nisbah lebih besar daripada satu
maka ( )
A
1 1
> ( )
A
0
0
, dan nilai nisbah tersebut
gayut pada redaman ragam yang akan
dibicarakan dalam sub bab berikut. Dari
perbandingan di atas dapat difahami bahwa
pada frekuensi rendah, ragam takresonan
( )
A
0
0
lebih banyak disukai karena
amplitudonya lebih besar daripada ragam
resonans ( )
A
1 1
.

2.2.2 Faktor kualitas, Q
Pada awal sub bab yang lalu telah disinggung
nilai A
j
ananta yang tidak bersifat fisis pada
pers. (54). Apabila

j
. Masalah tersebut
dikoreksi dengan memberikan Q terhingga
untuk tiap ragam pada pers. (55). Q
terhingga ini biasanya merupakan akibat
kerugian yang disebabkan oleh hantaran
bahang dan kekentalan. Kerugian akustik
yang disebabkan oleh hantaran bahang dan
kekentalan gas dibedakan menjadi dua hal
yaitu kerugian volume dan kerugian
permukaan.
Umumnya, pemuaian termal gas
berlangsung secara adiabatik. Akan tetapi,
karena dinding resonator terbuat dari suatu
bahan dengan koefisien hantaran termal
yang jauh lebih besar daripada koefisien
hantaran termal gas, maka di dekat dinding,
mitrayana@ugm.ac.id
34
Bab 2 Teori Fotoakustik
pemuaian akan berlangsung secara
isotermal. Variasi suhu terjadi secara
eksponensial untuk penjalaran adiabatik di
dalam gas yang menuju ke nilai nol pada
dinding, proses ini akan mengakibatkan
kerugian termal. Di bagian luar suatu lapisan
tipis dengan ketebalan
d
h
, dekat dinding,
kerugian termal dapat diabaikan. Di bagian
dalam lapisan batas tersebut, kerugian
tenaganya tiap satuan luas tiap detik adalah
( )
L
c
d p
h h

1
2
2
2
(2.61a)
dengan
d
K
C
h
p

1
]
1
1
2
1 2

, (2.61b)
K adalah konduktivitas bahang gas dan


adalah rapat gas. Alasan yang sama berlaku
pula untuk disipasi akibat kekentalan
(viscosity), dengan kecepatan menurun
menuju nol pada dinding dan akibatnya
terjadi kerugian atau kehilangan energi
dalam suatu lapisan batas kental dengan
ketebalan
d
v
. Kerugian karena kekentalan
tiap satuan luas tiap detik adalah
L d u
v v

1
2
2


(2.62a)
dengan
mitrayana@ugm.ac.id
35
Bab 2 Teori Fotoakustik
d
v

1
]
1
2
1 2


. (2.62b)
Di sini

adalah kekentalan dinamik gas (N


s/m
2
) dan

u adalah kecepatan makroskopik


gas.
Kerugian akustik total permukaan (L
s
)
diberikan oleh
[ ]
L A R u R p dS
sj j v t h j
+

2
1
2
2
1
2
2
, (2.63)
dengan R
v
dan R
h
masing-masing mewakili
kerugian akustik akibat kekentalan dan
hantaran bahang yang diberikan sel
R
v
2
; (2.64)
( )
R
c
K
C
h
p

1
]
1

1 2
2
, (2.65)
sedang integrasinya dilakukan meliputi
seluruh permukaan wadah gas. Besaran u
t
adalah komponen kecepatan akustik ke arah
tangensial terhadap dinding. Kerugian
akustik volume total diberikan oleh

mitrayana@ugm.ac.id
36
Bab 2 Teori Fotoakustik
( )
L
c
K
C
V A
vj
j
p
j

_
,

_
,

_
,

1
]
1
1
1
1
1


2
2 4
2 1
2
2
3
. (2.66)
Adapun tenaga yang disimpan dalam ragam j
diberikan oleh
E
V A
c
j
j

2
2

. (2.67)
Faktor kualitas suatu ragam j dapat dihitung
dari pers. (63), (66), (67), dan definisi untuk
Q :
Q
tenga yang tersimpan dalam ragam j
laju ugian tenaga dari ragam j
j j

ker

(2.68)
Q
E
L L
j j
j
sj vj

. (2.69)
2.2.3 Rancangan bangun sel fotoakustik
Dalam merancang sistem fotoakustik,
rancangan optimum fotoakustik tergantung
pada tujuan sistem. Adapun tujuan didalam
tugas akhir ini adalah untuk memperoleh
sistem fotoakustik dengan kepekaan
setinggi-tingginya yang dapat dilakukan
mitrayana@ugm.ac.id
37
Bab 2 Teori Fotoakustik
dengan mengoptimumkan nisbah sinyal
serapan gas terhadap sinyal latar. Parameter
yang dapat dianalisis antara lain adalah
frekuensi modulasi dan dimensi wadah gas
(geometri sel).
Berdasarkan ada tidaknya kesesuaian
antara frekuensi talunan akustik sel
fotoakustik dengan frekuensi modulasi, sel
fotoakustik dioperasikan dalam dua ragam,
yaitu ragam takbertalun dan ragam bertalun.
Sel fotoakustik ragam takbertalun
mempunyai ukuran volume kecil antara (1-
10) cm
3
sehingga tekanannya besar.
Frekuensi modulasi yang digunakan jauh
lebih rendah daripada frekuensi alami
resonator akustik. Rancangan perangkat
ragam ini cukup sederhana dan sangat peka
dibandingkan dengan rancangan teknis
lainnya. Namun demikian, kepekaan sistem
ini dibatasi oleh sinyal latar yang kontinu
yang disebabkan oleh serapan jendela dan
dinding sel. Proses yang terjadi di dalam gas
dan pada permukaan dinding sel sangat
kompleks untuk pembuatan modelnya secara
kuantitatif seperti ditunjukkan pada Gb.2.5.
Oleh karena itu sukar menggambarkan
sebuah teori sinyal fotoakustik secara
kuantitatif pada ragam tak bertalun tersebut.
mitrayana@ugm.ac.id
38
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2.5. Perbandingan antara pola tak resonans dengan
pola resonans.
Pada sel fotoakustik ragam resonans
(disebut resonator fotoakustik), sinyal
fotoakustik direkam di sekitar frekuensi yang
sesuai dengan frekuensi talunan akustik di
dalam sel fotoakustik. Perhitungan sinyal
harus didasarkan pada teori resonator
akustik tiga dimensi. Pada resonator ini
amplitudo sinyal latar dapat dikurangi cukup
banyak dibandingkan dengan sinyal latar
yang ada pada ragam takresonans. Operasi
talunan telah dipelajari secara luas
khususnya untuk sel fotoakustuk silinder
yang volumenya cukup besar ( 1000 cm
3
).
Disini resonator mempunyai frekuensi
resonansi orde kilo hertz yang masih dapat
dicapai oleh pemotong (chopper) mekanis.
Spektrometer fotoakustik ragam
bertalun lebih rumit pembuatannya daripada
ragam takbertalun, akan tetapi ragam
bertalun akustik lebih tepat bila dipakai
untuk menentukan sifat-sifat kinetik dalam
termodinamika cuplikan. Posisi frekuensi
talunan akustik dapat dipakai untuk
menentukan sifar-sifat termofisika sedang
mitrayana@ugm.ac.id
39
Bab 2 Teori Fotoakustik
dispersinya digunakan untuk penyelidikan
efek-efek kinetik secara kuantitatif. Dengan
cara yang sama pelebaran kurva talunan
yang disebabkan oleh bermacam-macam
proses pelesapan (dissipation) dapat
dianalisis secara kuantitatif. Dalam
percobaan talunan, tenaga akustik disalurkan
ke dalam pola ragam akustik yang sangat
simetri seperti terlihat pada Gb. 2.5. Oleh
karena itu sangat mungkin dilakukan
penggambaran sinyal fotoakustik secara
kuantitatif.
Belum berapa lama ini ditunjukkan
bahwa pembentukan ragam akustik di dalam
volume resonator yang dioptimumkan
merupakan salah satu metode yang paling
teliti untuk menentukan besaran termofisika
dan kinetika. Namun resonator yang kurang
dioptimumkan atau mempunyai nilai faktor
kualitas Q rendah sering pula digunakan
untuk mendeteksi gas kelumit.
Pada umumnya agihan tekanan yang
terajadi di dalam spektrofon bertalun
merupakan hasil kombinasi linear berbagai
ragam ortogonal p
j
dengan amplitudo A
j
seperti telah dituliskan pada pers. (53).
Rancangan sel resonator fotoakustik
yang paling sederhana adalah berbentuk
silinder yang dapat membentuk ragam
longitudinal, azimutal, dan radial seperti
terlihat pada Gb. 2.6.
mitrayana@ugm.ac.id
40
Bab 2 Teori Fotoakustik
Frekuensi talunan akustik resonator
berbentuk silinder mengikuti pers. (52). Pada
telaah ini dipilih ragam resonansi longitudinal
pertama (n
z
= 1, m = 0, dan
00
= 0) sehingga
hubungan dimensi silinder dengan frekuensi
resonansi yang ditimbulkannya dapat
dituliskan sebagai

100
0
2

c
l
. (2.70)
Pemilihan ini didasarkan pada kenyataan
bahwa ragam resonansi longitudinal
mempunyai volume yang paling kecil
dibandingkan dengan ragam resonansi
lainnya sehingga dapat menghemat
penggunaan gas cuplikan yang diselidiki.
mitrayana@ugm.ac.id
41
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2.6. Skema ragam resonansi akustik longitudinal,
azimutal dan radial di dalam resonator silinder.
Gambar 2.7 adalah suatu gambaran
skematis beberapa konfigurasi optis yang
telah digunakan dalam spektroskopi
fotoakustik gas. Sel takbertalun pelewat
tunggal adalah sebuah sel silinder sederhana
dengan jendela pada kedua ujungnya. Berkas
optis lewat melalui sel sekali sepanjang
sumbu silinder, dan sel dioperasikan di dalam
ragam takbertalun ( )
A
0

. Sel bertalun
(resonant cell) pelewat tunggal, seperti
dibicarakan di atas, biasanya memiliki radius
yang lebih besar dan beroperasi di dalam
ragam ( )
A
1 1
. Kerugian utama sel bertalun
adalah volumenya V
c
umumnya jauh lebih
besar daripada volume sel takbertalun. Jadi
sel bertalun umumnya memerlukan suatu Q
1
yang cukup tinggi untuk mengatasi masalah
besarnya volume dan tingginya frekuensi.
mitrayana@ugm.ac.id
42
Bab 2 Teori Fotoakustik
Dalam sistem bertalun pelewat ganda,
bagian dalam jendelanya dapat
memantulkan cahaya, sehingga sekali berkas
optis memasuki sel, maka berkas itu akan
terpantul bolak-balik, dan melewati beberapa
kali cuplikan gas. Sistem ini secara efektif
menambah panjang interaksi antara berkas
optis dan molekul gas tanpa menambah
volume sel.
Model lain untuk menaikkan kepekaan
adalah dengan meletakkan sel fotoakustik
dalam rogga laser (itracavity setup).
Sebagaimana yang ditemukan oleh
Viengerov pada tahun 1938, salah satu hal
yang membatasi kepekaan sistem
fotoakustik adalah adanya sinyal latar yang
muncul dari pemanasan optis jendela sel.
Satu metode untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan menggunakan suatu sel
takbertalun yang mempunyai aling-aling
(baffles) akustik di dekat kedua jendelanya.
Konfigurasi ini jelas tidak tepat untuk sistem
bertalun karena Q akan sangat tereduksi.
Metode lain, yang telah digunakan oleh
Deaton et al. (1975), meliputi
penyeimbangan keluaran sinyal latar di
dalam suatu sel takbertalun yang berbeda.
Dua sel identis disinari oleh berkas optis
yang sama, yang dianggap hanya mengalami
sejumlah kecil serapan ketika lewat melalui
jendela dan gas dua sel tersebut. Jika sel
kedua berisi gas yang takmenyerap radiasi,
mitrayana@ugm.ac.id
43
Bab 2 Teori Fotoakustik
maka yang diproduksi hanya sinyal latar dan
sinyal yang lain adalah nol. Dengan suatu
gas penyerap di dalam sel cuplikan, maka
sinyal yang lain yang tanpa latar akan
diperoleh.
Gambar 2.7 Gambar skematis berbagai model sel fotoakustik
gas.
mitrayana@ugm.ac.id
44
Bab 2 Teori Fotoakustik
2.2.4 Derau di dalam sistem
fotoakustik
2.2.4.1 Derau akustik
Pembatas utama tingginya kepekaan sistem
fotoakustik gas adalah sinyal latar, yaitu
sinyal fotoakustik yang berasal dari serapan
optis di dalam jendela sel dan dari serapan
radiasi yang telah dihamburkan oleh dinding
sel. Efek-efek pemanasan jendela dapat
dikurangi dengan menggunakan suatu
rancangan sel diferensial. Penambahan
panjang sel, juga akan mengakibatkan sinyal
latar jendela menjadi jauh lebih rendah lagi
bila dibandingkan dengan sinyal gas
(Rosencwaig, 1980).
Derau akustik latar tambahan dapat
muncul dari usikan akustik sekitar dan
getaran-getaran gedung dan dari sistem
pemotong cahaya (chopper) elektromekanis.
Model sel yang baik dan penggunaan
penguat lock-in yang peka fase sangat
memperkecil derau yang disebabkan oleh
usikan akustik sekitar dan getaran-getaran
mekanis. Derau chopper dapat dikurangi
dengan penyekatan akustik dan getaran
yang baik antara chopper dan sel fotoakustik.
Dalam beberapa kasus, penyelidikan
fotoakustik dilakukan terhadap cuplikan gas
yang mengalir. Jika aliran gas menuju sel
bergolak, maka akan diproduksi sinyal latar
mitrayana@ugm.ac.id
45
Bab 2 Teori Fotoakustik
yang sangat tinggi. Derau latar ini dapat
diminimumkan dengan mengurangi golakan
aliran dan dengan memasukkan cuplikan gas
pada bagian simpul (node) gelombang tegak
ragam bertalun (Rosencwaig, 1980).
2.2.4.2 Derau elektronik
Derau elektronik di dalam sistem fotoakustik
gas sebagian besar disebabkan oleh sumber
derau di dalam penguat yang terhubung ke
mikrofon. Ada tiga sumber derau di dalam
penguat: Sumber derau tegangan seri,
sumber derau arus lintas (shunt current), dan
derau hambatan Johnson. Derau tegangan
penguat pada dasarnya takgayut frekuensi.
Derau arus penguat dan derau hambatan
Johnson menurun dengan meningkatnya
frekuensi. Jadi, derau Johson dan derau arus
penguat besar pegaruhnya pada frekuensi
rendah, sedang derau tegangan besar
pengaruhnya pada frekuensi tinggi
(Rosencwaig, 1980).
2.2.4.3 Derau gerak brown
Gerak Brown atau fluktuasi termal pada gas
di dalam sel fotoakustik sudah tentu
merupakan pembatas utama terhadap
kepekaan spektrometer fotoakustik gas.
Fluktuasi termal tersebut dapat
membagkitkan ragam normal akustik di
mitrayana@ugm.ac.id
46
Bab 2 Teori Fotoakustik
dalam sel, sehingga membatasi kepekaan
fotoakustik. Kittel (1958) (Rosencwaig, 1980)
telah menunjukkan bahwa ragam normal ke j
yang dibangkitkan oleh gerak Brown
mempunyai amplitudo yang diberikan oleh
( )
A
c kT
V Q
Q
j
c j j
j j j

2
2
2
2
2 2
4
1

_
,

_
,

1
]
1
1
, (2.71)
Untuk
<<
j
yaitu frekuensi sudut talunan
ragam j, maka
( )
A
c kT
QV
j
j j c

2
2
4

. (2.72)
2.2.4.4 Derau mikrofon
Mikrofon kondensor yang menggunakan
suatu kertas timah berlogam (metalized foil)
atau difragma dijaga pada suatu tegangan
mekanis radial yang besar. Tekanan akustik
yang bertindak pada satu sisi diafragma akan
menyebabkan diafragma tersebut bergerak,
diikuti perubahan kapasitansi elektris antara
diafragma dan lempeng logam yang terletak
di belakangnya. Gerak diafragma dapat
digambarkan dengan menggunakan bentuk
ragam normal vibrasi lempeng tipis yang
mitrayana@ugm.ac.id
47
Bab 2 Teori Fotoakustik
disangga menelusuri garis kelilinggnya.
Hanya ragam vibrasi tingkat terendah yang
sebenarnya menyebabkan suatu perubahan
bermakna di dalam kapasitansi, dan ragam
tersebut adalah ragam yang menyebabkan
diafragma melentur ke arah bentuk sferis.
Dalam ragam getaran ini, terjadi pergeseran
setiap titik diafragma pada arah x yang
besarnya diberikan oleh (Rosencwaig, 1980)
( ) ( )
x r x
r
r

_
,
0 1
2
0
2
, (2.73)
dengan r adalah jarak titik pengamatan dari
pusat diafragma, x(0) adalah pergeseran titik
pusat, dan r
0
adalah ruji diafragma.
Pergeseran rerata diafragma diberikan oleh
(Rosencwaig, 1980)
( ) ( )
x
r
x r rdrd x

1 1
2
0
0
2


. (2.74)
Persamaan gerak dalam koordinat rerata x
untuk ragam orde terendah adalah
(Rosencwaig, 1980)
m
d x
dt
dx
dt
x F
2
2
+ + , (2.75)
dengan m adalah massa diafragma, adalah
koefisien redaman, adalah tetapan gaya
mitrayana@ugm.ac.id
48
Bab 2 Teori Fotoakustik
pemulih, dan F adalah gaya pemacu. Gaya
pemacu adalah gaya yang ditimbulkan oleh
adanya gaya akustik, p r
0
2
, dengan p adalah
tekanan akustik, dan gaya karena adanya
prasikap tegangan luar.
Volume setara mikrofon V
m
dapat
didefinisikan sedemikian rupa, hingga
(Rosencwaig, 1980)
( )
V
P r
T
m
m

0 0
2
2
8
, (2.76)
dengan T
m
adalah tegangan pada diafragma,
V
m
dapat dianggap sebagai volume yang
tertutup oleh diafragma yang bertindak
sebagai gaya pemulih dengan tetapan
ketika termampatkan ( )
8 T
m
.
Ketika mikrofon terhubung dengan
masukan suatu sinyal penguat yang
berimpedansi tinggi, maka tegangan
keluarannya V
s
diberikan oleh (Rosencwaig,
1980)
V p
V r
d
i
Q
s
B
m m m

_
,

0
2
2
2
1
1 , (2.77)
dengan
m
adalah frekuensi sudut talunan
mikrofon,
( )

m
m
1 2
, dan Q
m
adalah faktor
mitrayana@ugm.ac.id
49
Bab 2 Teori Fotoakustik
kualitas mikrofon,
( )
Q m
m

1 2
, V
B
adalah
tegangan prasikap mikrofon, dan d adalah
jarak kapasitif di dalam mikrofon. Kepekaan
tegangan arus terbuka didefinisikan saat
frekuensi sudutnya rendah ( <<
m
) sebagai
nisbah
V p
s
(Rosencwaig, 1980). Jadi
S
V
p
V r
d
s B

0
2
, (2.78)
S
V V
d P r
B m


0 0
2
. (2.79)
Jika rongga fotoakustik cukup kecil dan
frekuensi operasinya jauh lebih kecil
daripada frekuensi talunan pertama sel atau
frekuensi talunan mikrofonnya, maka efek
mikrofon dapat ditinjau secara sederhana
sebagai suatu volume tambahan terhadap
volume selnya V
c
. Kemudian volume V
c
dalam pers. (58) diganti oleh (V
c
+ V
m
) dan
ragam tingkat ke nolnya mempunyai
amplitudo
( )
( )
( )
A
i Wl
i
V V
c m
0
0
1
1

_
,

+
. (2.80)
Untuk

0
1 >>
, sinyal tegangan dari mikrofon
karena serapan cahaya diberikan oleh
mitrayana@ugm.ac.id
50
Bab 2 Teori Fotoakustik
V pS
s

( )
( )


+
i W l
V V
S
c m

1
, (2.81)
atau
( )
V
i V
P r d
V
V V
W l
s
B m
c m

_
,

1
0 0
2
. (2.82)
Derau gerak Brown merupakan sinyal
tambahan terhadap sinyal yang dibangkitkan
oleh foton. Ketika sel fotoakustik cukup kecil,
gaya pemulih efektif mikrofon akan terubah,
karena gerakan diafragma dihalangi juga
oleh pemampatan gas di dalam sel itu sendiri
(Rosencwaig, 1980). Jadi
' +

_
,

1
V
V
m
c
. (2.83)
Frekuensi sudut bertalun mikrofon juga
terubah menjadi

m m
m
c
V
V
,
+

_
,

1
1 2
, (2.84)
dan sinyal derau Brownnya diberikan oleh
(Rosencwaig, 1980)
mitrayana@ugm.ac.id
51
Bab 2 Teori Fotoakustik
( )
V p S
sn n

2
2 2

( )
A S
n

2
2

_
,

4
1
2
2
2

c kT
Q V
V
V
S
m m m
m
c
. (2.85)

Jika sekarang nisbah sinyal/derau ditinjau,
maka diperoleh
( )
( )
s
n
V
V
s
sm

_
,


2
2
2

( )

_
,



1
4
1
2
2
0
2
2 2
k T P
V
V Q W
c
m m m
. (2.86)
karena
( )
V
P r
m

0 0
2
2
.
Jadi
( ) s
n kT
l r
V
Q
W
c
m m

_
,

_
,

_
,

2 2
2
0
2
2 2
1
4

. (2.87)
Faktor
( )
1
2
dapat dinaikkan beberapa
tingkat melalui penggunaan gas monoatomik
semacam helium. Juga( )
s n dapat diperbaiki
melalui operasi pada suhu terendah. Faktor
( )
l r V
c

0
2
2
dapat dianggap sebagai koefisien
sambatan antara mikrofon dan rongga
mitrayana@ugm.ac.id
52
Bab 2 Teori Fotoakustik
fotoakustik. Jelas, sambatan ini naik untuk
mikrofon yang lebih besar (r
0
lebih besar) dan
sel yang bertampang lintang kecil.
Khususnya, untuk sel takbertalun, luas
tampang lintangnya lebih baik dijaga agar
hanya sedikit lebih besar daripada luas
berkas optis.
Selanjutnya pers. (87) menunjukkan
bahwa ( )
s n meningkat bila menurun,
asalkan, bahwa
> 1
0
. Perlu juga diingat
bahwa pada frekuensi rendah,
1 f
derau
Johnson pada penguat mikrofon dapat
menjadi berarti.
2.3 Sumber-sumber Radiasi
Dalam fotoakustik, pembangkitan sinyal
akustik disebabkan karena adanya serapan
radiasi elektromagnetik. Akan tetapi, sinyal
fotoakustik dapat juga dibangkitkan melalui
serapan tenaga lain, seperti serapan partikel
melalui pengeboman (bombardment)
elektron atau ion. Akan tetapi, pembahasan
kali ini hanya dibatasi sampai pada sumber-
sumber radiasi optis saja (ultraungu sampai
inframerah).
Parameter-parameter yang penting
bagi sumber elektromagnetik untuk sistem
fotoakustik adalah (a) tersedianya daya tiap
lebar pita yang digunakan; (b) jangkau riak
gelombang; (c) ketertalaan sumber; dan (d)
mitrayana@ugm.ac.id
53
Bab 2 Teori Fotoakustik
kestabilan modulasi intensitas dan kadang-
kadang juga riak gelombang.
2.3.1 Sumber tak koheren
ultraungu-
tampak
Emisi dari suatu sumber pijar dapat didekati
dengan radiasi yang berasal dari suatu
sumber benda-hitam pada suhu biasa.
Berdasarkan hukum Stefan-Boltzman, tenaga
total yang teremisi tiap satuan luas sumber
sebanding lurus dengan pangkat empat
suhunya. Agihan spektrum radiasi benda
hitam diberikan oleh rumus terkenal Plancks
dan ditunjukkan di dalam Gb. 2. 8
(Rosencwaig, 1980).
Eksperimen fotoakustik yang pertama
dilakukan oleh Alexander Graham Bell pada
tahun 1880 dan 1881, dengan menggunakan
sumber cahaya matahari (Rosencwaig, 1980).
Matahari memberikan radiasi spektrum
kontinu kepada bumi yang merentang dari
panjang gelombang 300 nm sampai sedikit
lebih dari 1m. Keluaran spektrumnya cocok
sekali dengan keluaran spektrum sumber
benda hitam yang beroperasi pada 5900 K.
Pada permukaan laut, puncak emisi dekat
500 nm, dan panjang gelombang yang lebih
pendek daripada 300 nm diblok (dihentikan)
secara efektif oleh serapan atmosfernya.
mitrayana@ugm.ac.id
54
Bab 2 Teori Fotoakustik
Diantara sumber buatan manusia,
lampu tungsten memberikan satu sumber
radiasi kontinu yang paling sederhana dan
paling ekonomis di seluruh daerah tampak
dan inframerah. Filamen tungsten, komponen
dengan lilitan standar, dimuat di dalam
sungkup kuarsa dan beroperasi pada suhu
3000 K. Penambahan gas halogen ke buli
kuarsa mereduksi laju penguapan tungsten
dan memperpanjang hidup lampu sampai
1000 jam atau lebih tanpa merubah
karakteristik spektrum. Lampu tungsten
dapat dioperasikan pada suhu yang lebih
tinggi, tetapi umur lampu tereduksi dengan
cepat ketika titik leleh tungsten (3644 K)
didekati (Rosencwaig, 1980).
Radiasi optis dapat juga diperoleh dari
suatu busur (arc) yang terjadi ketika suatu
arus elektris dilewatkan melalui gas atau
uap, yang menyebabkan terjadinya lucutan
gas atau uap tersebut. Gas biasanya dimuat
dalam sungkup kaca atau kuarsa pada
tekanan yang berbeda-beda dari beberapa
miliTor sampai seratus atmosfer. Busur
tekanan rendah didominasi oleh radiasi dari
lucutan gas khusus yang karakteristik
panjang gelombangnya diskret. Spektrum
pita lebar mungkin terjadi dalam gas tertentu
dibawah tekanan tinggi. Spektrum ini
merupakan akibat dari efek pelebaran oleh
tekanan dan akibat dari eksitasi beberapa
aras tenaga tinggi yang berjarak rapat.
mitrayana@ugm.ac.id
55
Bab 2 Teori Fotoakustik
Operasi tekanan tinggi dapat mengakibatkan
efisiensi luminasi yang tinggi. Emisi dari
sumber busur pada tekanan rendah dan
tinggi betul-betul tak seragam di tepi busur,
dengan intensitas maksimum dekat katode
dan sepanjang sumbu busur (Rosencwaig,
1980).
Salah satu sumber radiasi optis tertua
adalah lampu busur karbon, yang timbul
ketika terjadi suatu lucutan elektris terbuka
diantara dua elektrode karbon di udara.
Dibandingkan dengan lampu busur modern
yang tertutup, lampu busur karbon sifatnya
kurang efisien dan memiliki umur yang
pendek hanya beberapa jam. Emisi busur
karbon sesuai dengan radiasi benda hitam
pada 4000-6000 K. Spektrum emisi dengan
karakteristik agak berbeda dapat
dibangkitkan dengan pendadakan (doping)
karbon di dalam elektrode dengan unsur-
unsur yang lain. Misalnya, elektrode karbon
yang berisi stronsium memproduksi busur
dengan emisi ditingkatkan dekat 700 nm
(Rosencwaig, 1980).
Lampu raksa (mercury) tekanan tinggi
merupakan sumber radiasi multigaris yang
kuat diantara 230 dan 650 nm. Sayangnya
sumber ini tidak begitu berguna karena
spektrum emisinya didominasi oleh garis-
garis pancaran diskret daripada oleh
pancaran yang kontinu. Sebaliknya, sumber
ini kuat sekali di daerah ultraungu dekat 230-
mitrayana@ugm.ac.id
56
Bab 2 Teori Fotoakustik
400 nm. Selanjutnya, busur yang
berdiameter kecil 0,1-5 nm berguna untuk
pembanding dalam sistem optis (Rosencwaig,
1980).
Sumber takkoheren yang paling
populer di dalam spektroskopi fotoakustik
adalah lampu xenon tekanan tinggi. Lampu
ini beroperasi pada tekanan 50-70 atm dan
merupakan suatu emiter radiasi kuat yang
efisien dari 230 sampai 2000 nm. Spektrum
emisinya terutama meliputi daerah kontinu,
dengan hanya beberapa garis kuat diantara
8000 dan 10000 K. Beberapa lampu xenon
komersial, seperti yang dibuat oleh Hanovia
dan Varian, mempunyai ukuran busur yang
cukup sesuai untuk penggambaran di dalam
sistem optis yang digunakan dalam
spektroskopi fotoakustik (Rosencwaig, 1980).
Penemuan suatu sumber radiasi yang
kuat di bawah 230 nm cukup sulit, dan
sumber yang ada hanya mencakup suatu
rentang spektrum kecil. Lampu busur
hidrogen dan deuterium memberikan suatu
radiasi kontinu yang agak kuat diantara 165
dan 250 nm. Lampu kapiler gas langka dan
lampu tak berelektrode (elektrodless) mikro
gelombang yang beroperasi pada 2,45 Ghz
juga dapat memberikan intensitas sedang
(moderate) di bawah 200 nm. Lampu xenon
lucutan-pijar merupakan suatu sumber
radiasi yang agak lemah di dalam rentang
180-225 nm, sedangkan lampu kripton
mitrayana@ugm.ac.id
57
Bab 2 Teori Fotoakustik
lucutan-pijar memancar di dalam rentang
125-165 nm (Rosencwaig, 1980).
Jadi, umumnya, ada beberapa sumber
radiasi tak koheren yang baik di dalam
rentang 230-1000 nm. Sumber-sumber
tersebut biasanya rapi (compact),
terandalkan (reriable), berat/kasar (rugged),
dan relatip tak mahal. Emisi pada riak
gelombang yang lebih pendek daripada 230
nm adalah kurang kuat dan membutuhkan
beberapa sumber untuk mencapai jangkau
100-230 nm. Kombinasinya dengan sistem-
sistem optis yang sesuai, radiasi
monokromatik dengan lebar-pita 10-100
dapat diperoleh dengan intensitas yang
lanyak (Rosencwaig, 1980).
2.3.2 Sumber tak koheren
inframerah
Sebagian besar sumber-sumber tak koheren
dalam daerah inframerah spektrum optis
berasal dari keanekaragaman pijar. Kecuali
busur karbon, yang dapat juga digunakan
dalam daerah ultraungu-tampak (UV-Visible)
(Rosencwaig, 1980).
Untuk busur karbon, agihan spektral
radiasi terpancarnya gayut pada daerah
busur yang dilihat, pelesapan daya dan sifat
dasar karbonnya. Khususnya, spektrum busur
karbon yang merupakan spektrum dari suatu
benda hitam yang beroperasi pada 4000-
mitrayana@ugm.ac.id
58
Bab 2 Teori Fotoakustik
5000 K. Busur karbon dapat memberikan
radiasi inframerah yang agak kuat sampai
pada 20 m. Kesulitan pada busur karbon
sebagai sumber optis bagi spektroskopi
adalah umurnya yang pedek dan fluktuasi
intensitas busurnya. Sebagian besar busur
karbon biasanya digunakan sebagai busur
proyeksi komersial (Rosencwaig, 1980).
Lampu xenon tekanan tinggi dapat juga
digunakan dalam daerah inframerah,
walaupun adanya sungkup gelas atau kuarsa
membatasi penggunaannya sampai panjang
gelombang yang lebih pendek daripada 3 m
(Rosencwaig, 1980).
Sumber inframerah biasa dan tak
mahal adalah lampu tungsten. Lampu
tersebut beroperasi seperti benda hitam
dengan suhu hampir 3000 K. Jadi lampu
tungsten tidak secerah busur karbon, tetapi
dapat dibuat dalam konfigurasi yang lebih
sesuai untuk digunakan sebagai sumber
spektroskopi. Karena lampu tungsten juga
dimuat dalam sungkup kaca atau kuarsa,
maka lampu tersebut tidak dapat digunakan
melebihi 3 m (Rosencwaig, 1980).
Sumber stabil yang digunakan tanpa
suatu sungkup adalah globar. Globar adalah
suatu batang ikatan silikon karbida yang
dipanasi secara elektris. Sumber globar dapat
dibuat sangat stabil dengan kendali masukan
balik penyedia daya (feedback control of the
power supplies) untuk batang silikon karbida.
mitrayana@ugm.ac.id
59
Bab 2 Teori Fotoakustik
Secara khusus, sumber tersebut dioperasikan
pada suhu yang relatif rendah yaitu 1200 K,
walaupun operasi diatas 2200 K
dimungkinkan jika suatu lapisan torium
oksida dipasang (sintered) diatas permukaan
sebelah luar batang. Karena suhunya yang
rendah, sumber globar umumnya
mempunyai daerah yang relatif besar untuk
menjamin intensitas yang cukup. Globar
dapat digunakan sampai daerah inframerah
jauh melebihi 30 m (Rosencwaig, 1980).
Sumber yang lebih efisien untuk daerah
inframerah dekat sampai inframerah tengah
adalah pemijar Nernst (glower Nernst).
Pemijar Nernst adalah suatu tabung oksida
pembias yang berbentuk silinder yang
merupakan suatu campuran zirconium,
yttrium, dan torium. Karena pembias tidak
menghantar pada suhu kamar, maka tabung
pertama kali harus dipanasi oleh sumber
bantu sebelum dioperasikan. Pemijar Nernst
beroperasi sekitar 1700 K, sehingga lebih
kuat daripada globar sampai kira-kira 14 m.
Lebih dari 14 m globar akan lebih kuat, dan
sekaligus beroperasi sekitar pada 1200 K
melebihi 10 m (Rosencwaig, 1980).
Tidak seperti suatu benda hitam ideal,
tidak ada permukaan material nyata yang
menyerap seluruh radiasi yang datang
padanya, dan emisivitasnya selalu lebih kecil
daripada satuan. Absorptivitas, demikian juga
emisivitas, dapat dinaikkan melalui pantulan
mitrayana@ugm.ac.id
60
Bab 2 Teori Fotoakustik
ganda (multiple) radiasi datang. Hal ini
menjadi prinsip pemanasan rongga dengan
suatu tingkap (aperture) keluaran yang kecil.
Untuk rongga semacam itu, nilai
emisivitasnya lebih tinggi dari 0,99. Baja tak
berkarat yang dihitamkan (Blackened
stainless stell) dan grafit telah digunakan
untuk dinding rongga. Sumber komersial
biasanya menggunakan rongga yang kerucut
atau silindris. Bagian dalam rongga dapat
memuat suatu sumber busur, atau sumber
pijar. Rongga berperan untuk meningkatkan
emisivitas total dan untuk memusatkan
radiasi ke dalam suatu daerah keluaran yang
lebih kecil (Rosencwaig, 1980).
Pada umumnya, sumber-sumber
inframerah tak koheren lebih kurang kuat
daripada sumber ultraungu-tampak tak
koheren. Sumber inframerah tak koheren
juga kurang efisien untuk penyelidikan
spektroskopi karena memiliki luas
permukaan yang lebih besar, sehingga
membuat kesan sulit pada spektrometer.
2.3.3 Sistem optis untuk sumber
tak
koheren
Untuk sebagian besar penerapan fotoakustik,
radiasi optis datang harus memiliki suatu
lebar pita yang sempit, yaitu, pada dasarnya
monokromatis, dan dapat ditala meliputi
mitrayana@ugm.ac.id
61
Bab 2 Teori Fotoakustik
suatu rentang spektrum yang lebar. Karena
yang diperlukan adalah radiasi
monokromatis, maka suatu sumber tak
koheren tidak dapat digunakan secara
langsung, tetapi harus digunakan bersamaan
dengan monokromator yaitu suatu sistem
optis yang memfilter radiasi dari sumber
tersebut melalui proses dispersi (Rosencwaig,
1980).
Jika resolusi rendah (> 10 nm) masih
dimungkinkan maka sistem optis dapat
terdiri dari beberapa jenis filter. Filter-filter
optis tersebut dapat beroperasi melalui
serapan, pantulan, interferensi, atau
hamburan cahaya datang. Filter-filter optis
dapat dibuat dari kaca, gelatin, film tipis, dan
larutan garam organik. Ketertalaan diskret
dapat diupayakan dengan menukar filternya.
Disamping filter, mungkin sekali sistem optis
harus juga memasukkan suatu sistem lensa
yang sesuai untuk memproyeksikan berkas
optis ke dalam bilik fotoakustik. Untuk daerah
spektrum ultraungu-tampak, diperlukan
lensa-lensa fused quartz yang melewatkan
gelombang dalam rentang 200-2000 nm,
atau gelas kualitas optis yang melewatkan
sinar dari 350 sampai 1500 nm (Rosencwaig,
1980).
Spektroskopi optis resolusi tinggi di
dalam daerah ultraungu-tampak (< 10 nm)
membutuhkan penggunaan suatu
monokromator bagi sumber tak koheren.
mitrayana@ugm.ac.id
62
Bab 2 Teori Fotoakustik
Monokromator umumnya memanfaatkan
prisma dan kisi difraksi sebagai unsur
dispersinya. Resolusi terutama ditentukan
oleh kemampuan dispersi prisma atau kisi,
dan oleh lebar celah masukan dan keluaran
pada monokromator. Resolusi 1-5 nm
biasanya dapat dicapai oleh sebagian besar
monokromator yang tak mahal, sedangkan
resolusi 1-10 dapat diperoleh dengan
monokromator resolusi tinggi (Rosencwaig,
1980).
Penalaan dengan monokromator dapat
dicapai dengan mudah melalui pemutaran
secara sederhana prisma dan kisi. Tidak
seperti sistem filter, monokromator dapat
menghasilkan suatu penalaan kontinu
meliputi seluruh rentang unsur dispersinya.
Dalam kisi pemantul konvensional, maka
lebih dari satu kisi diperlukan untuk
mencakup secara efektif seluruh rentang
panjang gelombang yang lebar. Hal ini
mengakibatkan kenyataan bahwa galur atau
garis kisi diatur pada suatu sudut sehingga
memaksimumkan pantulan dan dispersi
untuk suatu rentang panjang gelombang
tertentu. Bersama dengan kisi, filter atau
filter-filter juga diperlukan untuk menjaga
agar radiasi yang terdispersi pada orde tinggi
memasuki sel fotoakustik (Rosencwaig,
1980).
karena kekuatan sinyal fotoakustik
sebanding langsung dengan intensitas radiasi
mitrayana@ugm.ac.id
63
Bab 2 Teori Fotoakustik
optis yang memasuki sel fotoakustik, maka
jelas, bahwa sumber optis harus sangat
cerah, yaitu, mempunyai suatu radians
spektrum yang tinggi, dan juga
monokromatornya harus cukup cepat, yaitu,
mempunyai pelewat (throughput) cahaya
yang tinggi . Radians spektrum sumber
didefinisikan sebagai daya teradiasi tiap
satuan luas tiap sudut ruang dan tiap satuan
lebar pita optis. Radians spektrum
merupakan suatu invarian sistem optis dan
dengan demikian kecerahan bayangan
(santir) tidak pernah dapat melebihi
kecerahan sumber itu sendiri. Radians
spektrum sumber tak koheren yang didtelaah
diatas berrentang dari 10 mW/mm
2
.sr.nm
untuk matahari, dan untuk 1 kW lampu busur
xenon, Hg, dan C, sampai 1mW/mm
2
.sr.nm
untuk 1 kW lampu tungsten, 0,1 untuk lampu
H
2
dan 10
-2
dan 10
-3
, masing-masing untuk
lampu lucutan xenon dan lucutan kripton
(Rosencwaig, 1980).
Seperti halnya di dalam daerah
spektrum ultraungu-tampak, radiasi
monokromatik dapat diperoleh di dalam
daerah inframerah dengan penggunaan filter-
filter atau unsur-unsur optis dispersi
(Rosencwaig, 1980).
Filter-filter beroperasi berdasarkan
asas-asas serapan, pantulan, hamburan
cahaya, atau interferensi. Filter-filter tersebut
dapat dibuat dari plastik-plastik yang
mitrayana@ugm.ac.id
64
Bab 2 Teori Fotoakustik
mengandung pewarna, kaca pewarna, atau
pewarna yang tersublimasi pada kaca.
Semikonduktor seperti silikon dan
germanium biasanya digunakan sebagai
filter-filter panjang gelombang yang panjang
di daerah inframerah; filter tersebut
melewatkan panjang gelombang yang
terletak di bawah sela pintanya dan
menyerap yang di atasnya. Filter-filter
interferensi hanya dapat digunakan untuk
melewatkan suatu daerah panjang
gelombang sempit. Begitu juga untuk filter-
filter Cristiansen. Filter-filter tersebut dibuat
kecil, terdiri dari zarah-zarah yang tersusun
rapat pada suatu bahan transparan
inframerah dan disuspensi di dalam cairan
atau gas. Sifat-sifat optis bahan juga dipilih
agar indeks bias zarah dan medium
pensuspensi sama pada daerah panjang
gelombang yang dilewatkan. Nilai
dn d

partikel cairan dan padatan dipilih agar
berada sejauh mungkin. Jadi panjang
gelombang naik atau turun secara perlahan
sewaktu nilainya pada waktu kedua indeks
bias tersebut bernilai sama, maka perbedaan
indeks-indeks bias yang terjadi akan
menimbulkan hamburan cahaya yang kuat
(Rosencwaig, 1980).
Untuk eksperimen dengan resolusi
yang lebih tinggi maka digunakan unsur-
unsur dispersi sperti prisma biasa dan kisi
difraksi. Unsur-unsir tersebut umumnya
mitrayana@ugm.ac.id
65
Bab 2 Teori Fotoakustik
digunakan di dalam monokromator. Karena
lensa inframerah yang dapat digunakan pada
suatu rentang spektrum lebar sulit untuk
diperoleh, maka cermin parabolik sumbu-sipi
biasanya digunakan di dalam monokromator
tersebut. Monokromator inframerah
umumnya mempunyai jarak fokus yang lebih
besar daripada monokromator ultraviolet-
tampak akibat panjang gelombang optisnya
yang lebih besar (Rosencwaig, 1980).
Pada inframerah jauh, berkas yang
keluar dari monokromator mempunyai
intensitas sedemikian rendah sehingga
digunakan monokromator interferensi untuk
menaikkan keluarannya. Keluaran ini terjadi
karena interferometer mempunyai suatu
tingkap masuk yang besar yang ditentukan
oleh ukuran cermin. Hal ini memungkinkan
instrumen tersebut untuk menerima tenaga
radians yang lebih besar dari sumber
daripada instrumen prisma atau kisi, dengan
tingkap masuk dibatasi oleh celah-celah
sempit. Gain kepekaan tinggi timbul akibat
pengecekan oleh instrumen bagi tiap panjang
gelombang meliputi seluruh periode waktu
pemayaran (scanering) terjadi pada
instrumen dispersi konvensional, tiap riak
gelombang dicek untuk waktu hanya 1/n
waktu pemayaran, jika n adalah jumlah
unsur-unsur resolusi. Jadi untuk waktu
pemayaran yang sama, interferometer
mitrayana@ugm.ac.id
66
Bab 2 Teori Fotoakustik
mempunyai gain
( )
n
1 2
, yang secara khusus
berorde 50 (Rosencwaig, 1980).
Jika sebuah sel fotoakustik diletakkan
pada keluaran suatu interferometer
inframerah, maka sinyal akustik yang
diperoleh harus dianalisis gelombang untuk
memperoleh spektrum serapan inframerah
(Rosencwaig, 1980).
2.3.4 Sumber-sumber koheren:
ultraungu-tampak
Sebagaimana telah diperlihatkan pada bab
sebelumnya, radians spektrum sumber
konvensional ultraungu-tampak mempunyai
rentang dari 10 sampai serendah-rendahnya
10
-3
mW/mm
2
.sr.nm. Sumber radiasi koheren
seperti laser zat pewarna 20 mW dapat
mempunyai radians spektrum sampai
dengan 10
10
mW/mm
2
.sr.nm. Radians
spektrum setinggi itu akibat dari sempitnya
lebar garis spektrum dan sempitnya berkas
cahaya yang terkolimasi dari radiasi laser
yang terkait (Rosencwaig, 1980).
Dalam bentuknya yang paling
sederhana, laser merupakan suatu osilator
optis, yang, seperti suatu osilator elektronik,
menunjukkan karakteristik gain dan masukan
balik (feed-back). Gain pada frekuensi optis di
dalam medium aktif diperoleh apabila laser
mempunyai dua keadaan diantara transisi
mitrayana@ugm.ac.id
67
Bab 2 Teori Fotoakustik
optis yang diijinkan, dengan keadaan atas
mempunyai populasi molekul yang lebih
besar daripada keadaan bawahnya (terjadi
pembalikan populasi terhadap populasi yang
diatur oleh statistik). Dua keadaan yang
terlibat dapat berupa keadaan elektronik,
vibrasi ataupun rotasi. Emisi laser telah
diamati di dalam padatan, gas, dan cairan,
dan daerah spektrumnya terentang dari
ultraungu sampai inframerah jauh
(Rosencwaig, 1980).
Untuk membuat suatu pembalikan
hunian (population inversion), maka medium
aktif laser dipompa, yaitu, sehingga aras
atas menjadi berpenghuni, dengan
menggunakan proses/alat-alat tertentu,
seperti lucutan elektrik, eksitasi optis dengan
lampu atau laser-laser yang lain, proses
benturan dengan molekul-molekul yang
tereksitasi, reaksi kimia eksotermik, dan
eksitasi berkas elektron (Rosencwaig, 1980).
Sesudah terjadi eksitasi ke aras atas,
maka deeksitasi radiatif berikutnya dapat
distimulasi dengan membuat syarat masukan
balik yang tepat/baik. Hal ini dilakukan
dengan menempatkan medium aktif di
bagian dalam suatu resonator atau rongga
optis yang dibentuk oleh cermin-cermin
pemantul yang memantulkan (entrap) radiasi
di dalam rongga. Satu dari cermin tersebut
merupakan pelewar sebagian supaya tenaga
dapat diatur keluar dari resonator. Masukan
mitrayana@ugm.ac.id
68
Bab 2 Teori Fotoakustik
balik positif belum terjadi di bawah nilai
ambangnya yaitu, sampai gain optis melebihi
kerugian-kerugian yang terjadi di dalam
rongga. Mekanisme kerugian resonator yang
utama adalah proses serapan dan hamburan
oleh komponen-komponen resonator, juga
kerugian transmisi melewati cermin keluaran
(Rosencwaig, 1980).
Pada umumnya, medium laser
mengalami gain hanya pada suatu rentang
spektrum yang kecil, yang biasanya
ditentukan oleh lebar garis serapan. Dalam
rentang spektrum ini dimungkinkan adanya
beberapa osilasi laser yang lebih sempit.
Osilasi laser tersebut mempunyai gain yang
tinggi karena osilasi tersebut mengalami
interferensi konstruktif di dalam rongga
laser, yaitu berlaku hubungan
l
m


2
, (2.88)
dengan l, m, dan berturut-turut adalah
panjang rongga laser, bilangan integer, dan
panjang gelombang laser. Jadi frekuensi
resonansinya diberikan oleh

mc
l 2
, (2.89)
dengan c adalah kecepatan cahaya.
mitrayana@ugm.ac.id
69
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gas dan uap tekanan rendah
mempunyai lebar garis serapan alami yang
sempit, dengan demikian biasanya hanya
ada satu ragam rongga dengan bati yang
cukup untuk mencapai ambang. Bahan-
bahan yang lain seperti pewarna dan
padatan dapat menampung beberapa ragam
rongga karena lebar garis serapan alami
bahan-bahan tersebut cukup lebar
(Rosencwaig, 1980).
Lebar pita teoretis minimum suatu
ragam tunggal berorde 1 Hz atau 10
-9

bagi suatu laser tampak meliputi durasi 1
detik. Lebar garis yang teramati adalah
sangat besar disebabkan variasi pada
panjang optis rongga laser akibat vibrasi
mekanis dan fluktuasi termal. Pada
prakteknya, lebar garis laser yang berorde
10
-4
dapat dicapai dengan mudah, dan pada
laser dengan frekuensi distabilkan, lebar
garis yang sesempit itu dapat dicapai pada
10
-9
(Rosencwaig, 1980).
Selain kemurnian spektrum yang tinggi
sekali dari suatu emisi laser, berkas laser
juga memperlihatkan koherensi ruang yang
tinggi, yang menentukan bagaimana berkas
dapat terkolimasi dengan baik. Koherensi
ruang timbul karena ragam laser dalam
rongga tercatu dalam arah transversal dan
juga dalam arah longitudinal. Ragam
transversal yang paling penting adalah
ragam dasar TEM
00
. Ragam ini mempunyai
mitrayana@ugm.ac.id
70
Bab 2 Teori Fotoakustik
tenaga yang terpusat dekat sumbu
resonatornya dan mengalami kerugian
difraksi yang sangat kecil pada saat lewat
melalui komponen-komponen optis yang
berdimensi berhingga. Intensitas berkas
dalam arah transversal mempertunjukkan
(exhibits) suatu profil Gauss. Ruji berkas
adalah jarak ke daerah dimana amplitudo
medan sama dengan e
-1
kali amplitudo
medan tersebut di daerah sumbu berkas
yaitu, saat dimana intensitas berkas sama
dengan e
-2
kali nilainya pada sumbu.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gb. 2. 8,
koherensi ruang berkas laser dapat di
karakterisasi secara lengkap oleh ruji berkas
minimum r
0
dan parameter konfokal b
sebagai (Rosencwaig, 1980)
b
r

2
0
2

. (2.90)
Pada jarak longitudinal
z b 2
, luas berkas
telah terekspansi dari nilai minimumnya oleh
faktor 2. Untuk
z b > 2
, divergensi berkas
kira-kira dibrikan oleh sudut difraksi medan
jauh ( )
r
0
. Nilai khusus untuk suatu laser
tampak yang beroperasi pada ragam TEM
00
adalah = 500 nm, r
0
= 1 mm, b = 12 m,
dan = 0,2 mrad.
Oleh kemurnian spektralnya yang
tinggi dan koherensi ruangnya yang sangat
mitrayana@ugm.ac.id
71
Bab 2 Teori Fotoakustik
baik, laser akan menjadi sumber radiasi ideal
dalam eksperimen fotoakustik. Sayangnya
laser yang ada saat ini biasanya hanya
beroperasi pada sejumlah panjang
gelombang diskret atau, jika tertala secara
kontinu meliputi jangkau yan agak lebar,
harganya jadi cukup mahal dan cukup rumit.
Laser dengan garis diskret yang paling
terkenal dalam daerah optis tampak adalah
laser He-Ne, laser ruby, laser Nd:YAG, laser
ion argon, dan laser nitrogen (Rosencwaig,
1980).
Laser He-Ne merupakan laser gas CW
(continous-wave) yang beroperasi pada 633
nm. Suatu lucutan elektron mengeksitasi
atom-atom He, yang kemudian atom-atom
He tersebut mengeksitasi atom-atom Ne
dengan melalui benturan-benturan tanpa
sinar. Laser He-Ne merupakan laser yang
kurang efisien dan dayanya cukup rendah
(miliwatt)
mitrayana@ugm.ac.id
72
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2.8. Spektrum panjang gelombang radiasi
bendahitam.
Gambar 2.9. Parameter-parameter berkas laser Gauss TEM
00
,
dengan ruji berkas minimum r
c
dan divergensi
d
.
Laser ruby merupakan laser pertama
untuk menunjukkan aksi lasing optis. Karena
aras laser terminalnya adalah keadaan dasar,
mitrayana@ugm.ac.id
73
Bab 2 Teori Fotoakustik
laser ruby relatif takefisien, memerlukan
pemompaan optis yang kuat untuk membuat
suatu inversi hunian. Akan tetapi, umur
radiatif aras atas yang lama (3msec) sangat
menunjang penyimpangan tenaga selama
inversi dan laser ruby tersebut biasanya
digunakan dalam ragam berdaya tinggi
terpulsa pada 694 nm (Rosencwaig, 1980).
Laser Nd:YAG zadat memancar pada
1,06 m. Gain lasernya besar (~ 75 kali gain
laser ruby), dan pada suhu kamar, populasi
aras dasar laser rendah, dengan demikian
pemenuhan syarat ambang lebih mudah
tercapai, baik berdasarkan pada operasi
pulsa maupun CW. Laser Nd:YAG merupakan
suatu laser berdaya tinggi dan bersifat
hampir efisien (Rosencwaig, 1980).
Laser ion argon beroperasi pada invers
hunian dalam ionisasi rangkap, ionisasi
tunggal, dan argon atomik yang dieksitasi
melalui lucutan elektris. Emisi CW mantap
yang tinggi terjadi pada beberapa panjang
gelombang ultraungu dekat 360 nm dan
pada setiap panjang gelombang hijau-biru di
dalam daerah 500 nm. Laser ion argon cukup
efisien dan mampu memproduksi 4 W dalam
daerah ultraungu dan 20 W dalam daerah
spektrum tampak hijau-biru (Rosencwaig,
1980).
Laser nitrogen memancar di dalam
daerah ultraungu dekat pada 337 nm untuk
operasi terpulsa (pulsed). Karena aras laser
mitrayana@ugm.ac.id
74
Bab 2 Teori Fotoakustik
atas mempunyai umur radiatif yang sangat
pendek (40 nsec), maka emisi pada 337 nm
tersebar dengan rentang 0,2 nm karena
waktu peningkatan radiatif takcukup untuk
mengembangkan ragam-ragam rongga yang
serasi (foton akan menempuh jarak 1,2 m
dalam 40 nsec) (Rosencwaig, 1980).
Kecuali laser nitrogen, seluruh laser
garis diskret yang telah digambarkan di atas
mempunyai kemurnian spektrum yang tinggi
sekali, sehingga dapat digunakan untuk
spektroskopi fotoakustik resolusi tinggi. Akan
tetapi, rentang spektrumnya yang sempit
membuat laser-laser tersebut takcocok untuk
penyelidikan spektroskopi pada umumnya
yang memerlukan sumber radiasi tertala.
Seluruh laser diatas, kecuali He-Ne, dapat
digunakan untuk mengeksitasi sumber-
sumber radiasi koheren tampak dan
ultraungu dengan rentang talaan yang lebih
lebar, seperti laser zat warna, pembangkit
harmonik ke dua, osilator parametrik optis,
pencampur frekuensi, dan pembangkit optis
taklinear tingkat ketiga (Rosencwaig, 1980).
Sebegitu jauh sumber radiasi koheren
tertala yang paling potensial adalah laser zat
warna (dye laser). Dengan penggunaan zat
pewarna terpilih, laser ini dapat ditala secara
kontinu meliputi daerah 340-1200 nm dengan
lebar spektrum kurang dari 1nm. Selain itu,
dengan penggunaan unsur-unsur optis dalam
rongga zat pewarna, seperti kisi difraksi atau
mitrayana@ugm.ac.id
75
Bab 2 Teori Fotoakustik
etalon, dapat dicapai lebar garis 10
-6
untuk
eksperimen dengan resolusi tinggi ultara.
Selain peranannya sebagai sumber radiasi
optis pita sempit yang tertala secara kontinu,
laser zat pewarna dapat juga digunakan
untuk mengeksitasi alat-alat taklinear yang
membangkitkan radiasi koheren tertala
sependek-pendeknya 100 nm. Ketertalaan,
kemurnian spektrum, dan koherensi ruang
laser zat warna membuatnya menjadi suatu
sumber yang baik sekali untuk spektroskopi
fotoakustik resolusi tinggi. Akan tetapi, laser
zat warna masih cukup mahal, umurnya
pendek dan penalaannya masih kurang
praktis (Rosencwaig, 1980).
2.3.5 Sumber koheren: inframerah
Daerah inframerah didefinisikan meliputi 1-
30 m, suatu rentang panjang gelombang
yang mencakup sebagian besar pita-pita
vibrasi molekul yang penting. Laser dapat
juga dibedakan menjadi laser tertala
(tunable) dan laser frekuensi tetap (fixed-
fequency). Laser tertala mempunyai rentang
penalaan total ratusan cm
-1
walaupun laser
tersebut hanya dapat ditala secara kontinu
meliputi 1 cm
-1
saja setiap kali dari rentang
yang lebar tersebut. Laser frekuensi tetap
dapat ditala secara berjenjang dari satu garis
ke garis yang lainnya meliputi jangkau 100
cm
-1
, tetapi setiap kali hanya tertala secara
mitrayana@ugm.ac.id
76
Bab 2 Teori Fotoakustik
kontinu meliputi satu garis sempit saja
(biasanya kurang dari 0,01 cm
-1
) berturut-
turut. Untuk alasan ini laser-laser frekuensi
tetap terbatas penggunaannya dalam
spektroskopi fotoakustik, karena garis-garis
lasingnya jarang cocok dengan pita-pita
serapan molekul yang menarik, dan oleh
karena itu kepekaannya sangat tereduksi
(Rosencwaig, 1980).
Laser tertala lebar umumnya
mempunyai beberapa metode pengendali
bentuk penala kasar maupun penala halus,
serta karakteristik-karakteristik laser.
Pengendalian ini dapat dikerjakan melalui
penggantian gas dalam laser gas, komposisi
dalam laser semikonduktor, atau pewarna
dalam laser zat warna. Penala halus
umumnya melibatkan penggantian ragam
rongga tunggal dengan suatu unsur
penyebar (dispersive) intracavity, seperti
etalon, atau melalui pengubahan kecil jarak
antar aras tenaga optisnya dengan
mengubah suhu atau medan listrik atau
medan magnetik luarnya (Rosencwaig, 1980).
Laser frekuensi tetap cenderung lebih
kuat daripada laser tertala sehingga lebih
cocok untuk pelacakan fotoakustik pada
konsentrasi gas yang rendah. Pada tekanan
atmosfer dan waktu integrasi 1 detik,
spektrometer fotoakustik yang terkonstruksi
dengan baik dapat melacak sampai taraf
ppm (part per million) dengan daya rerata
mitrayana@ugm.ac.id
77
Bab 2 Teori Fotoakustik
sebesar miliwatt, dan dalam taraf ppb (part
per billion) dengan daya rerata sebesar watt
uintuk suatu tampang lintang serapan khusus
10
-18
cm
2
(Rosencwaig, 1980).
Laser CO dan CO
2
frekuensi tetap yang
berdaya tinggi telah digunakan secara luas
untuk memperoleh sistem pelacakan dengan
kepekaan tinggi. Laser CO mempunyai
banyak garis dalam rentang 5-7 m,
sedangkan laser CO
2
mempunyai banyak
garis dalam rentang 9,2-11,5 m. Apabila
kepekaan tinggi tidak diperlukan
sepenuhnya, maka laser tertala lebar
merupakan sumber inframerah yang lebih
cocok untuk spektroskopi fotoakustik
(Rosencwaig, 1980).
Penalaan berjenjang dengan cakupan
beberapa daerah inframerah tengah yang
hampir kontinu dapat diperoleh melalui
pembangkitan jumlah dan selisih frekuensi
dengan menggunakan keluaran laser CO dan
CO
2
. Pembangkitan jumlah dan selisih
frekuensi dilakukan melalui pencapur optis
dan osilator parametrik optis. Alat-alat
tersebut menggunakan kristal-kristal
taklinear sebagai medium imbas bagi suatu
polarisasi dielektrik yang cukup berarti,
dengan pengentrapan kuadratik terhadap
kuat medan laser yang dikenakan. Radiasi
optis dapat ditimbulkan oleh polarisasi
dinamik taklinear medium dielektrik tersebut.
Dengan cara ini harmonik kedua radiasi laser
mitrayana@ugm.ac.id
78
Bab 2 Teori Fotoakustik
yang datang dengan panjang gelombang
dapat dibangkitkan pada panjang gelombang
2
. Selain itu jika dua berkas laser
dipadukan di dalam suatu kristal taklinear,
maka pembangkitan jumlah dan selisih
frekuensi akan menimbulkan radiasi yang
terpancar pada panjang gelombang

1 2
t

dengan
1
dan
2
adalah kedua panjang
felombang laser yang dipasang. Cacah
panjang gelombang baru yang dapat
dibangkitkan melalui proses campuran
sebanding dengan produksi jumlah translasi
tiap laser. Hal ini dapat lebih ditingkatkan
dengan mengikutsertakan seluruh spesies
isotopik yang relatif paling berlimpah karena
transisi optis tergeser sedikit dengan adanya
perubahan interaksi inti-elektron
(Rosencwaig, 1980).
Dengan suatu laser tampak yang
tertala seperti laser zat warna, radiasi
inframerah yang tertala secara lebar dapat
diperoleh melalui pembangkitan selisih
frekuensi dengan laser ruby atau laser ion
argon (Rosencwaig, 1980).
Efisiensi pembangkitan jumlah dan
selisih frekuensi masih rendah. Misalnya
melalui pencampuran 97 mW radiasi CO
dengan 1,25 W radiasi CO
2
dalam suatu
kristal CdGeAs
2
, hanya 4 W daya yang
diperoleh pada selisih panjang gelombang 13
m. Demikian pula, pembangkitan 75 W daya
mitrayana@ugm.ac.id
79
Bab 2 Teori Fotoakustik
CO
2
pada harmonik kedua (
2
) diperlukan
17 W masukan (Rosencwaig, 1980).
Osilator parametrik optis (OPO) terdiri
dari suatu kristal taklinear dalam suatu
rongga optis. Laser memompa kristal pada
frekuensi sudut

p
. Pada awalnya radiasi
pompa bercampur dengan derau foton pita
lebar, tetapi oleh karena adanya rongga
optis, maka penambahan kekuatan radiasi
hanya pada dua frekuensi: frekuensi sudut
sinyal

s
dan frekuensi sudut statis

i p s

. Frekuensi sudut sinyal

s

merupakan frekuensi derau foton yang
beroperasi sangat efisien dengan laser pulsa
(Rosencwaig, 1980).
Untuk beberapa penyelidikan
fotoakustik terhadap bahan gas, banyak
penyelidik yang telah menggunakan laser
pembalik spin Raman. Dalam alat ini suatu
laser berfrekuensi tetap, seperti laser CO dan
CO
2
, memompa (tipe-n InBb) di dalam
medan magnet. Beberapa foton laser
pemompa kehilangan tenaga ketika foton-
foton tersebut berinteraksi dengan elektron
di dalam kristal dan membalik spinnya. Foton
Raman bergeser-turun yang terpancar
dipisahkan tenaganya dari foton pemompa
oleh tenaga spin magnetik g
e
H elektron,
dengan g,
e
dan H berturut-turut adalah
nisbah giromagnetik, magneton Bohr, dan
medan luar terpasang. Jadi dengan
mitrayana@ugm.ac.id
80
Bab 2 Teori Fotoakustik
memvariasi medan luar, panjang gelombang
foton Raman dapat ditala secara kontinu
meliputi suatu rentang yang sempit. Pada
daya pemompaan yang cukup tinggi, emisi
terstimulasi fotoakustik Raman dapat dicapai
dengan menggunakan panjang gelombang
pompa dekat sela pita semikonduktor
(Rosencwaig, 1980).
Laser gas molekuler, seperti CO
2
,
biasanya dioperasikan pada tekanan yang
relatif rendah yaitu sekitar 10 torr. Oleh
karena , lebar pita gain pada dasarnya
dibatasi oleh efek Doppler sampai kira-kira
50 Mhz (~ 0,1 ). Jadi penalaan kontinu laser
frekuensi tetap ini terbatas sampai 0,1 atau
10
-3
cm
-1
. Rentang penalaan kontinu dapat
dinaikkan dengan menaikka lebar garis alami
transisi melalui pelebaran akibat benturan
pada tekanan tinggi. Akan tetapi, lucutan
tekanan tinggi di dalam suatu tabung laser
yang panjang sulit untuk dipertahankan,
karena disamping adanya kenaikan lebar
pita, laju deaktivasi menjadi lebih tinggi,
akan menimbulkan suatu ambang
pemompaan yang lebih tinggi. Meskipun
demikia, laser gas tekanan tinggi sedang
dalam perkembangan dan dipandang
memberikan peluang yang bagus. Misalnya,
penalaan kontinu pada 5
cm
1
telah dicapai
pada laser N
2
O-CO
2
bertekanan tinggi.
Disamping ketertalaannya yang lebar, laser-
laser gas tekanan tinggi tersebut akan
mitrayana@ugm.ac.id
81
Bab 2 Teori Fotoakustik
mempunyai puncak dan daya rerata yang
lebih tinggi daripada beberapa sumber
radiasi inframerah tertala lainnya
(Rosencwaig, 1980).
Barangkali, perkembangan baru yang
sangat membrikan harapan dalam
penyediaan sumber inframerah koheren
adalah munculnya laser semikoduktor radiasi
rekombinasi. Laser-laser tersebut beroperasi
dengan menstimulasi emisi melintasi sela
antara pita konduksi dan pita valensi
semikonduktor. Pembalikan populasi dicapai
dengan meninjeksi elektron melalui sela pita
denga menggunakan suatu arus elektrik
(diode) atau dengan pemompaan optis atau
dengan mengeksitasi berkas elektron. Bahan-
bahan laser semikonduktor inframerah yang
termasuk dalam rentang 1-30 m untuk
senyawa biner adalah InAs, InSb, GaSb,
PbSe, PbS, dan PbTe, sedang untuk lakur
pseudobiner (pseudobinary alloys) adalah
Pb
1-x
SnTe, PbS
1-x
Se, Hg
1-x
CdTe,
InGa As
x 1
, dan
GaAsSb
1-x
, dengan x adalah faktor komposisi
kimiawi (Rosencwaig, 1980).
Sekarang ini, laser-laser semikonduktor
tersebut dapat ditala secara kotinu pada 0,1-
1 cm
-1
dengan memvariasi suhu operasi atau
arus pemacu atau, kalau tidak, dengan
memvariasi medan magnet eksternal yang
diterapkan. Rentang penala yang lebih lebar
dimungkinkan dengan tekanan hidrotatik.
Dengan pencakupan panjang gelombang pita
mitrayana@ugm.ac.id
82
Bab 2 Teori Fotoakustik
lebar yang didapatkan menggunakan penala
tekanan hidrostatik, maka hanya senyawa-
senyawa biner semikonduktor dan satu atau
dua semikonduktor lakur yang akan menjadi
diperlukan untuk mencakup seluruh rentang
panjang gelombang 2-35 m (Rosencwaig,
1980).
Masalah dasar yang menyangkut laser
semikonduktor adalah daya keluarannya
yang relatif rendah, hanya memberikan daya
1-20 mW CW pada operasi ragam tunggal.
Selanjutnya, efisiensi alat tersebut menurun
secara cepat jika suhu operasi melebihi 77 K,
oleh karena kenaikan yang tajam arus
ambangnya diperlukan untuk mengatur aksi
lasing. Sekali alat tersebut dibuat untuk
beroperasi pada suhu kamar dan berdaya
lebih tinggi, maka alat tersebut mungkin
akan menjadi sumber radiasi inframerah
yang unggul untuk spektroskopi fotoakustik
(Rosencwaig, 1980).
2.4 Spektroskopi Fotoakustik
Gas
Sebagaimana telah ditunjukkan dalam bab
awal, metode fotoakustik telah digunakan
hampir secara extensif dalam analisis gas
mitrayana@ugm.ac.id
83
Bab 2 Teori Fotoakustik
dan pelacakan uap, sejak penggambaran
awal penerapannya oleh Viengerov (1938)
dan Luft(1943) (Rosencwaig, 1980).
2.4.1 Kuat sinyal
Teori efek fotoakustik di dalam gas (sub bab
II.1) menunjukkan bahwa kuat sinyal
sebanding langsung dengan jumlah danya P
s
yang terserap. Sedang P
s
terkait dengan
intensitas, kemonokromatan cahaya datang
dan konsentrasi spesies penyerap di dalam
sel fotoakustik tersebut. Mengingat bahwa
sumber-sumber utama derau dalam sistem
fotoakustik adalah akustik dan elektronik
maka nisbah sinyal/derau meningkatkan
secara linear dengan jumlah daya yang
terserap yang sangat menguntungkan bagi
pengukuran serapan optis konvensional.
Misalnya pada pelacakan CO
2
dengan
menggunakan suatu sumber inframerah
benda hitam konvensional yang beroperasi
pada 800 K, maka dimungkinkan untuk
memperoleh daya rerata 5m, yang sesuai
untuk pita serapan dasar CO
2
. Kepekaan
detektor serapan komersial dengan demikian
akan berorde ppm (part per million).
Sebaliknya, sistem fotoakustik yang
menggunakan sel resonator akan memiliki
kepekaan ~ 0,1 ppm dengan sumber yang
sama (Rosencwaig, 1980).
mitrayana@ugm.ac.id
84
Bab 2 Teori Fotoakustik
Daya tinggi yang didapatkan dari laser
memungkinkan kepekaan pelacakan
fotoakustik jauh lebih tinggi lagi (ppb). Selain
itu, sempitnya lebar pita sumber laser
memberikan perbaikan selektivitas pada
sumber-sumber benda hitam. Penggunaan
laser sebagai suatu sumber acu dalam
sistem fotoakustik pertama kali dilaporkan
oleh Kerr dan Attwood (1968) kemudian
dibahas lebih lanjut oleh beberapa penulis
yang lain (Rosencwaig, 1980).
Ada kerugian dan juga keuntungan
dalam penggunaan laser sebagai sumber
radiasi. Kerugian utamanya adalah bahwa
tidak ada laser tertala dengan pita lebar di
daerah infra merah, sehingga deteksi laser
berkepekaan tinggi terbatas pada senyawa-
senyawa yang pita serapannya berimpit
dengan daerah panjang gelombang laser
infra merah yang ada. Meskipun demikian,
kepekaan yang tinggi dan kelinearan
tanggapan sistem fotoakustik yang dipacu
laser terhadap konsentrasi sistem
menyebabkannya bermanfaat untuk
pelacakan dan pemonitoran bahan pencemar
atmosfer dan untuk melakukan pengukuran
konsentrasi molekul penyerap sinar infra
merah di dalam atmosfer. Selain itu, sistem
fotoakustik memberikan kemampuan untuk
melacak adanya bahan-bahan terlarang
(ilegal) dengan tekanan uap yang rendah,
seperti bahan peledak dan obat bius (drugs).
mitrayana@ugm.ac.id
85
Bab 2 Teori Fotoakustik
Pada semua terapannya, pelacak juga harus
menghadapi adanya beberapa spesies
penyerap infra merah lain di dalam
atmosfer. Jadi dalam merancang suatu
sistem, pertimbangan diberikan meliputi
spektrum serapan spesies yang diselidiki dan
spektrum serapan beberapa spesies
pengganggu yang diperkirakan hadir
(Rosencwaig, 1980).
2.4.2 Sistem khusus
Spektrometer fotoakustik yang dipacu oleh
laser yang khusus untuk penyelidikan sampel
gas ditunjukkan secara skematis dalam
Gb.2.10. Laser yang disajikan adalah laser CO
atau CO
2
, intensitasnya dimodulasi oleh
chopper elektromekanis meliputi rentang
frekuensi akustik di sekitar nilai yang cocok
untuk sel fotoakustik. Alat ukur daya (power
meter) merupakan detektor acuan, yang
digunakan untuk menangkap daya optis
berkas lasernya sebelum dan sesudah terjadi
serapan. Karena konsentrasi gas yang
dilacak biasanya sangat rendah, maka besar
daya berkas laser yang keluar dari sel
fotoakustik yang dibaca oleh alat ukur daya
pada dasarnya sama dengan besarnya daya
berkas laser yang masuk ke sel. Alat ukur
daya, atau beberapa detektor acuan lainnya,
diperlukan untuk menormalisasi perubahan
daya laser datang yang timbul dari
mitrayana@ugm.ac.id
86
Bab 2 Teori Fotoakustik
perubahan panjang gelombang dan keadaan-
keadaan pengoperasiannya. Sel fotoakustik
memuat suatu mikrofon kondensor yang
berjenis prasikap luar (externally biased)
atau berjenis elektret. Sinyal dari mikrofon
diproses oleh suatu penguat awal yang
sesuai dan suatu penguat lock-in yang peka
fase yang ditala terhadap frekuensi modulasi
chopper cahaya (Rosencwaig, 1980).
Gambar 2.10. Diagram skematik spektrometer fotoakustik
khusus untuk gas.
2.4.3 Mikrofon
mitrayana@ugm.ac.id
87
Bab 2 Teori Fotoakustik
Detektor yang digunakan dalam
penyelidikan fotoakustik gas adalah mikrofon
kondensor jenis elektret atau jenis prasikap
luar. Mikrofon merupakan alat yang peka-
pergeseran akibat variasi tekanan dan alat
semacam ini sangat peka terhadap
perubahan tekanan yang diinduksi oleh suhu
di dalam suatu sel fotoakustik. Mikrofon
kondensor terdiri dari suatu diafragma logam
yang tipis atau dielektrik plastik berlogam
dan suatu lempeng dibelakang penghantar
yang tegar. Jika muatan dialirkan ke
kapasitor ini melalui suatu penyedia a.s. (DC)
luar pada mikrofon prasikap elektris, maka
modulasi kapasitansi yang disebabkan oleh
perubahan pemisahan lempengnya yang
diimbas oleh vareasi tekanan (-bunyi)
memproduksi suatu aliran arus diantara
lempeng-lempeng tersebut. Oleh karena itu,
keluaran sinyal dari mikrofon gayut pada
kapasitansi mikrofon, perubahan kafasitansi
yang terimbas oleh variasi tekanan, dan
magnitudo dari tegangan terapan. Sinyal juga
berbanding terbalik dengan kapasitansi total
untai, sehingga perlu sekali agar kapasitansi
mikrofon, kapasitansi masukkan penguat,
dan beberapa kapasitansi menyimpangnya
(stray) dijaga untuk minimum (Rosencwaig,
1980).
Diagram untai ekuivalen suatu
mikrofon kondensor ditunjukkan dalam
mitrayana@ugm.ac.id
88
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gb.2.11. Tegangan keluarannya adalah
(Rosencwaig, 1980)
( )
( )
V t
C t
C
V
i RC
i RC
t
B
t
0
1

, (2.91)
dengan V
B
, C(t), dan C berturut-turut
adalah tegangan prasikap, variasi kapasitansi
karena variasi tekanan-bunyi, dan kapasitans
total yang diberikan oleh
C C C C
t s i
+ +
, (2.92)
dengan C
t
, C
s
, dan C
i
berturut-turut adalah
kapasitans mikrofon, kapasitansi simpangan,
dan kapasitansi masukkan penguat awal.
Hambatan R diberikan oleh

R
RR
R R
i c
i c

+
, (2.93)
dengan R
i
adalah hambatan masukan
penguat awal dan R
c
adalah hambatan
pemuatan.
Kepekaan mikrofon didefinisikan
sebagai
( )
( )
S
V t
p t

, (2.94)
mitrayana@ugm.ac.id
89
Bab 2 Teori Fotoakustik
dengan p(t) adalah variasi tekanan-bunyi
terhadap waktu. Dua hal dasar dapat
berkenaan dengan tanggapan frekuensi:
1. RC >> 1
S S V
C
C
B
t

_
,

0
, (2.95)
dengan ( ) ( ) ( )
S C t C p t
t 0

adalah kepekaan
untai terbuka. Jadi pada frekuensi tinggi,
kepekaan direduksi oleh kapasitansi
simpangan kabel dan kapasitans masukan
penguat awal. Karena alasan inilah, maka
penguat awal biasanya ditempatkan serapat
mungkin dengan mikrofon.
2. RC >> 1
S S V i RC
B

0

. (2.96)
Maka pada frekuensi rendah, kepekaan
berkurang dengan berkurangnya frekuensi.
Untuk memperoleh kepekaan pada frekuensi
rendah, maka hambatan masukan penguat
awal harus besar (> 10
8
). Impedansi
masukkan setinggi itu tersedia didalam
penguat FET. Kepekaan khusus mikrofon
yang baik adalah 1-5 V tiap bar (1
dyne/cm
2
) tekanan.
mitrayana@ugm.ac.id
90
Bab 2 Teori Fotoakustik
Gambar 2. 11. Diagram untai setara mikrofon kondensor dan penguat awal.
2.4.4 Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk
melakukan pengukuran gayut pada
spektrum serapan inframerah gas yang
diselidiki dan spektrum beberapa spesies
penyerap inframerah lain yang mungkin ada.
Selain molekul dwiatom homonuklir,
hampir seluruh gas penyerap berada di
dalam daerah 2-15m. Dalam rentang ini,
hanya laser CO dan CO
2
yang merupakan
sumber praktis untuk sistem fotoakustik
tersebut. Sedangkan sumber-sumber seperti
laser diode inframerah tertala dan laser
Raman balik spin harus digunakan sampai
beberapa tingkat. Sebagian besar
pengukuran fotoakustik terbatas sampai
rentang 5-7 m untuk laser CO CW dan
mitrayana@ugm.ac.id
91
Bab 2 Teori Fotoakustik
rentang 9,2-11,5 m untuk laser CO
2
CW.
Walaupun tidak ada laser CO atau laser CO
2
yang tertala secara kontinu meliputi masing-
masing rentangnya, namun kedua laser
tersebut mempunyai banyak garis, dengan
pemisahan garis rerata taklebih daripada 2-4
cm
-1
. Hal ini seringkali mengakibatkan
koinsidens yang dekat atau aktual antara
garis emisi laser dan garis serapan gas.
Kertertalaan diskret laser CO dan CO
2
merupakan suatu keuntungan dalam
pelacakan uap molekul kecil, yang
cenderung memiliki garis serapan sempit.
Tingginya derajat stabilitas dan
reproduktivitas panjang gelombang laser
membuat kemungkinan akuratnya dan
berkembangnya analisis uap kecil
(Rosencwaig, 1980).
2.4.5 Sampel multi komponen
Penyelidikan fotoakustik gas lebih sering
dipergunakan untuk menganalisa suatu
sampel dengan sejumlah spesies yang
berbeda, daripada yang hanya terdiri dari
satu jenis. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengukur sinyal fotoakustik pada setiap set
panjang gelombang yang dipilih berdasarkan
spektrum serapan dari komponen individual.
Jika tanggapan sistem fotoakustik pada
panjang gelombang

i
tiap satuan daya
mitrayana@ugm.ac.id
92
Bab 2 Teori Fotoakustik
datang ditandai dengan
R
i
, maka sinyal
S
i

diberikan oleh (Rosencwaig, 1980)
S PcR
i i i

, (2.97)
dengan c adalah konsentrasi dan
P
i
adalah
daya pada

i
. Untuk sampel multi komponen
S P R c
i i in n
n
N

1
, (2.98)
dengan
R
in
adalah tanggapan karena
komponen n pada i . Pers.(98) dapat juga
ditulis dalam bentuk (Rosencwaig, 1980)
( )
c R S P
n ni i i
i
N

1
1
, (2.99)
dengan R
ni
1
adalah invers matriks R
in
.
Keefektipan metode ini di dalam
menganalisis sampel multi komponen tidak
hanya gayut pada ketelitian pengukuran
S
i

dan
P
i
, tetapi juga gayut pada sifat matriks
R
in
. Jelasnya, jika pada suatu saat panjang
gelombang dapat dipilih sehingga
R
in

diagonal, yaitu, jika pada tiap panjang
gelombang didapatkan tanggapan hanya dari
satu komponen, maka masalahnya akan
menjadi lebih mudah dan kepekaannya tidak
dibatasi oleh interferensi antar komponen
(Rosencwaig, 1980).
mitrayana@ugm.ac.id
93
Bab 2 Teori Fotoakustik
Keadaan yang mudah semacam itu
umumnya takmungkin tercapai, dan
biasanya perhatian yang utama harus
diberikan terhadap komponen sistem untuk
membedakan diantara berbagai komponen
capuran yang dikenal, dan juga untuk
membedakan hasil palsu yang timbul dari
adanya beberapa komponen yang tidak
diharapkan (Rosencwaig, 1980) .
Efek dari suatu konsentrasi gas A yang
besar pada kemampuan sistem yang
digunakan untuk melacak suatu konsentrasi
gas B yang kecil ditunjukkan oleh suatu
nisbah penolakan (rejection). Parameter ini
didefinisikan sebagai konsentrasi gas A yang
diperlukan untuk memberikan sinyal yang
sama sebagai suatu satuan konsentrasi gas B
pada panjang gelombang yang dipilih untuk
gas B (Rosencwaig, 1980).
2.4.6 Kepekaan optis
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab
awal, sinyal fotoakustik meningkat tepat
ketika daya berkas datang meningkat. Oleh
karena itu, kepekaan sistem fotoakustik gas
dapat diperbaiki untuk jangka waktu yang
tidak terbatas dengan mengatur secara
sederhana laser yang berdaya tinggi
(Rosencwaig, 1980).
Pada intensitas yang cukup tinggi, efek
kejenuhan optis dapat mempengaruhi
mitrayana@ugm.ac.id
94
Bab 2 Teori Fotoakustik
kepekaan suatu sistem fotoakustik gas
sebagaimana ditunjukkan dalam sub bab II.2,
sinyal fotoakustik di dalam gas diberikan oleh
(Rosencwaig, 1980)
[ ] ( )
[ ]
q
kE N
C
BI
BI BI
e
v
c
i t

+ + +

'

_
,

1
2 2
0
0
1
0
1
2
2
2
2
2 2
1
2





(2.100)
dengan k adalah tetapan Boltman, N adalah
cacah molekul tiap cm
3
,
E
i
adalah tenaga
aras tereksitasi,
C
v
adalah bahang jenis,


adalah frekuensi sudut modulasi,

c
adalah
umur benturan, B koefisien Einstein,
I
0

adalah intensitas berkas, adalah fungsi
modulasi,

adalah umur total aras atas, dan

adalah beda fase karena proses deeksitasi


( )

.
Untuk intensitas yang rendah
I
B
0
1
<

_
,

,
pers.(100) menjadi
( )
q
kE N
C
BI
e
v c
i t

_
,

+
+

_
,

1
2
2
0
2 2
2
2
1
1
2




, (2.101)
sehingga q sebanding linear dengan
I
0
.
mitrayana@ugm.ac.id
95
Bab 2 Teori Fotoakustik
Pada intensitas yang tinggi
I
B
0
1
>

_
,

,
q
kE N
C B I
e
v
c
i t

_
,

1
2
2
0
2





. (2.102)
Jadi pada intensitas yang tinggi q berhenti
menaik dengan kenaikan
I
0
dan malah akan
menurun sebagai
1
0
I
pada intensitas yang
sangat tinggi. Keadaan ini dikenal sebagai
kejenuhan optis (Rosencwaig, 1980).
Karena

biasanya berorde 10
-6
sampai
10
-11
detik, kejenuhan bati sebagian besar
gas mulai timbul pada intensitas W/cm
2
. Jadi
jelas pentingnya menghindari penggunaan
daya datang yang tidak seharusnya tinggi,
karena sinyal akan turun, daripada naik, Pao
dan Claspy (1975) (Rosencwaig, 1980) telah
melaporkan kejenuhan optis di dalam suatu
eksperimen dengan nitroglyserin ketika
I
0

mendekati 1 W/cm
2
.
mitrayana@ugm.ac.id
96

Anda mungkin juga menyukai