Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Kantor Pusat Cabang dan Antar Cabang

BAB 28

A. Unit Banking System dan Branch Bank System


Unit Banking System : berlakunya pola operasional perbankan pada ruang lingkup unit tersebut saja, berdiri sendiri dan memiliki kewenangan yang mencakup kegiatan sebatas di bank yang bersangkutan. Yang menganut sistem ini : Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Branch Banking System : sistem perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantor cabang dengan manajemen modern terpadu, terencana, dana da desentralisasi kewenangan yang luas serta wilayah operasionalnya sangat luas/tidak pada wilayah tertentu saja. Yang menganut sistem ini : Bank Nasional (Bank Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI dsb.)

Ciri bank yang menganut Branch Banking System


Bank lebih fleksibel melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif u/ mendukung jaringan cabang/operasional yang lebih luas. Bank dapat melakukan intermediari lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan dapat mengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian. Bank dapat melakukan ekspansi fisik ke daerah ekonomio baru sehingga mampu meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat setempat Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabangcabang membuat rencana jangka pendek Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit berdasarkan status cabang. Sistem ini lebih memungkinkan untuk menjangkau pasar terdekat dengan adanya cabang-cabang

B. Karakteristik Kantor Cabang


Berdiri karena didirikan oleh kantor pusat sehingga akan dibiayai oleh kantor pusat Memiliki kewenangan untuk bertransaksi baik menyangkut penghimpunan dana maupun penempatan dana Dalam hal membelanjai aktivitas cabang, dapat mendanai sumber dana yang dimiliki kantor cabang, jika tidak mencukupi akan meminta abntuan kantor pusat Memiliki kewenangan untuk menganalisis [ermintaan kredit, memutuskan pemberian kredit, menyelenggarakan administrasi kredit sampai kembalinya kredit, serta hal yang menyangkut penyelamatan kredit di tingkat cabang dapat mengelola uang tunai dari hasil penghimpunan dana maupun dari pelunasan kredit serta melakukan transaksi transaksi pembayaran atas nama inisiatif kantor cabang

C. Penyelenggaraan Akuntansi
Penyelenggaraan akuntansi di tingkat cabang sebenarnya relatif sama dengan akuntansi pada bank sebagai badan usaha. Yang membedakan adalah kantor cabang bank tidak memiliki rekening modal dan sebagai penggantinya adalah Rekening Antara Kantor (RAK)-Kantor Pusat untuk menampung selisih antara aktiva dengan pasiva pada kantor cabang RAK pada kantor pusat dengan kantor cabang bank tercermin pada pencatatan transaksi di kantor cabang yaitu RAK kantor pusat dan di kantor pusat akan mencatat RAK-kantor cabang

D. Hubungan Antar Kantor Cabang


Transaksi antar cabang akan mengakibatkan hubungan hutang-piutang antarcabang. Hubungan hutang-piutang ini akan menimbulkan biaya bunga RAK bagi kantor cabang yang memiliki piutang terhadap kantor cabang lain. Akuntansi untuk transaksi antar cabang sangat tergantung sistem yang dianut oleh bank yang bersangkutan jika bank menganut pencatatan secara sentralisasi maka setiap transaksi antar cabang akan mengakibatkan pendebetan atau pengkreditan RAK kantor pusat namun bila bank menganut desentralisasi maka masing masing kantor cabang akan mendebet atau mengkredit RAK akntor cabang. Praktik yang sering dilakukan bank selama ini adalah desentralisasi dalam pencatatan transaksi antar kantor cabang.

Anda mungkin juga menyukai