A. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud, Tujuan, Sasaran Lingkup Materi Lokasi Kegiatan - Keluaran
B. TINJAUAN KEBIJAKAN Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pekerjaan Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation WBD Jatiuwih
E. TUJUAN, KEBIJAKAN & STRATEGI PENATAAN KAWASAN Rumusan awal tujuan, kebijakan dan strategi penataan Kawasan Jatiluwih
UU No. 26 Tahun 2007 UU No. 11 Tahun 2010 Kawasan Strategis dari sudut sosial budaya
PERMASALAHAN
Turunnya produksi beras di Kabupaten Tabanan Turunnya kepemilikan lahan pertanian Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi fasilitas pariwisata
POTENSI
Keberadaan kawasan WBD Jatiluwih sebagai lumbung padi Kabupaten Tabanan Memegang peranan penting dalam penegmbangan wilayah Sebagian besar sawah merupakan sawah abadi
Maksud
Menyusun peraturan zonasi sebagai instrument pengendalian pemanfatan ruang di Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel
Tujuan
Memberikan bantuan teknis dalam pengaturan zonasi di Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel sehingga pengembangan kawasan tersebut dapat lebih tertib dan terkendali
Sasaran
Tersusunnya Raperda beserta materi Peraturan Zonasi Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel dengan kedalaman peta sekurangnya 1 : 5.000 yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Tersusunnya mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang menyangkut aspek kelembagaan, perizinan, insentif dan disinsentif, pengenaan sanksi hukum, dan hal-hal yang menyangkut tertib tata ruang lainnya
Persiapan Tinjauan Kebijakan Pengumpulan Data dan Observasi Kompilasi Data (Rona Kawasan)
Muatan Materi Tujuan Penataan BWP Rencana Pola Ruang Rencana Jaringan Prasarana Penetapan Sub BWP prioritas Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Substansi Zoning Arahan Penentuan Kawasan Ketentuan Penggunaan Peraturan Pembangunan Pengendalian Pemanfaatan
Kabupaten Tabanan
Provinsi Bali
Kawasan Jatiluwih
No.
Desa Dinas Wongaya Gede Jatiluwih Mengesta Penatahan Pesagi Tengkudak Rejasa Sangketan Tegallinggah
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Subak Bedugul
Subak Jatiluwih
3.023
2.233 751 359 541 506 244 450 371
Subak Kedampal Mengesta Subak Klocing Subak Penatahan Subak Pesagi Subak Piak Subak Piling Subak Puakan Subak Rejasa Subak Sangketan Subak Tegallinggah Subak Tengkudak Subak Wangaya Betan Total Kloncing Penatahan Pesagi Puakan Rejasa Sangketan Tegallinggah Tengkudak
Berdasarkan Peraturan Bupati Tabanan No. 34 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan dan Pelestarian Warisan Budaya Kabupaten Tabanan
8.478
Kawasan Jatiluwih merupakan kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.
Kawasan WBD Jatiluwih merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya. Pengembangan & peningkatan fungsi kawasan dalam Pelestarian dan peningkatan nilai sosial budaya daerah Bali.
Perda No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali Draft RTRW Kab.
Tabanan Tahun 2011 2030 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi, keberadaan luas dan fungsinya tetap dipertahankan
PPK Penebel
Menu
Su b
Su b
Menu
Su b
Menu
Su b
Menu
Su b
Kawasan Jatiluwih
NO 2
NAMA KAWASAN STRATEGIS Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan Budaya Kawasan radius kesucian Sad Kahyangan dan Pura Dang Kahyangan terdiri atas: 1. 2. 3. 4. 5. kawasan Pura Tanah Lot kawasan Pura Pekendungan kawasan Pura Resi kawasan Pura Luhur Serijong kawasan Pura Gadingwani
DESA
KECAMATAN
Desa Beraban Desa Beraban Desa Nyambu Desa Antap Desa Lalanglinggah Desa Penge
2.
Desa Jatiluwih
Penebel
Rona Kependudukan
Rona Perekonomian Prasarana & Utilitas Umum Tata Bangunan & Lingkungan Daerah Rawan Bencana
Utara
Perumahan Penduduk
Selatan
Ho Hutan
Barat
Lindung
Batukaru
Timur
Desa Senganan
C.1.1. Topografi
Ketingian >1000 meter DPL Ketingian 750-1000 meter DPL Ketingian 500-750 meter DPL Ketingian 25-500 meter DPL Ketingian 0-250 meter DPL 5
C.1.1. Topografi
Berada di sebelah selatan wilayah perencanaan yang jauh dari kawasan hutan Batukaru Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di desa Pesagi dan Rejasa
5-15 % (Landai)
Berada di sebelah tengah wilayah perencanaan Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di desa Penatahan, Tegallinggah dan sebagian wilayah Desa Tengkudak di sebelah selatan
Tersebar di sebelah utara Desa Tengkudak, sebagian wilayah Desa Sangketan di sebelah selatan dan barat, dan sebelah selatan desa Mangesta
>40 % (Curam)
Fisik Dasar 1
2 3
Tambak 0%
Lainnya 20%
Sawah 29%
gan
4%
nan
42%
egalan
6%
Fasilitas Pendidikan
Jenis Fasilitas Pendidikan TK SD SMP SMA Jumlah
SD di Kawasan WBD Jatiluwih
Jumlah (Unit) 13 20 1 0 34
Puskesmas
57
1 6 1 9
Praktek Dokter
Jumlah
74
Fasilitas Peribadatan
Jenis Fasilitas Peribadatan Pura Gereja Kristen Gereja Katolik Jumlah Jumlah (Unit) 197 1 2 200
Fasilitas Ekonomi
Fasilitas Perniagaan
Pasar Umum Pertokoan Restoran Warung Art Shop Jumlah Fasilitas Perekonomian Bank Lembaga Perkreditan Desa KUD 2 27 1 1 1 7 349 5 363 Jumlah (Unit)
Jumlah (Unit)
197 1
2 200
Jumlah Penduduk Kawasan WBD Jatiluwih (Tahun 2011) adalah 21379 Jiwa
Sengketan
Jumlah
929
10318
1112
11061
Kelompok umur diatas 80 tahun menunjukkan angka yang paling rendah yaitu sebesar 380 jiwa atau 2%
Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2012 di Kawasan WBD Jatiluwih yang dikeluarkan oleh BPS, jumlah penduduk perempuan (9.418 jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki (9.053)
Hindu
Islam Hindu Kristen Katolik
Islam
Kristen Katolik
89
70 111
98.74%
Jumlah
21.379
Sektor Primer = mata pencaharian di bidang pertanian dalam arti luas. Sektor Sekunder = mata pencaharian di bidang perdagangan dan industri. Sektor Tersier = mata pencaharian di bidang antara lain perbankan, listrik dan air, pengangkutan, dan pemerintahan/jasa-jasa.
Tersier 15.39%
Sekunde r 3.76%
Primer 80.85%
Berkembangnya sektor perdagangan & jasa ditunjang : Pasar Umum, Rumah Makan, Warung, Art Shop Bank, KUD dan LPD
pertanian Penduduk mengandalkan lahan sawah yang memberikan kontribusi di bidang perekonomian dari penanaman padi
perkebunan Tanaman perkebunan yang diprioritaskan adalah kopi, panili, cengkeh, kelapa dan kakao peternakan Peternakan yang berkembang merupakan peternakan rakyat dengan skala usaha relatif kecil Ternak yang diusahakan tersebut dibedakan menjadi ternak besar, ternak kecil dan unggas Terdapat sentra peternakan ayam yang dikembangkan dalam skala cukup besar
Daya Tarik Wisata Alam Berupa sawah abadi yang berundak dengan sistem subak Kegiatan yang dapat dilakukan adalah sightseeing dan tracking
Daya Tarik Olahraga dan Petualangan Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Tracking Cycling Lintas alam (ATV) Daya Tarik Wisata Religi
Pura Luhur Batukaru Pura Luhur Petali Pura Luhur Gede Batu Panes
Memiliki alam yangindah dengan bentang alam sawah yang luas yang dilalui oleh beberapa sungai dengan arus yang bagus Terdapat banyak sumber-sumber mata air panas
Jalan Kolektor Primer 4 (K-4), merupakan jalan utama dan merupakan satu-satunya akses dari dan menuju Kabupaten Tabanan, yaitu ruas Jalan Penebel-Mengesta-Jatiluwih-Babahan Jalan Kolektor Jalan lokal
Untuk pelayanan kota kecamatan di Kabupaten Tabanan sumber air baku yang digunakan dari sumber Mata Air Gembrong, Mata Air Gangsang dan Riang Gede Sumber Penggunaan Air di Kawasan WBD Nama Desa Jatiluwih Mengesta Wongaya Gede Tengkudak Penatahan Resaja Pesagi Tegallingah Sangketan Jumlah Jumlah RT 810 751 846 608 499 414 530 502 571 5531 PDAM 317 317 Sumber Air Minum Pompa Air Sumur 0 29 64 93 Mata Air 810 751 817 608 118 414 530 502 571 5121
Penyediaan energi listrik bagi masyarakat Kawasan WBD Jatiluwih diperoleh dari PLN dengan sumber pembangkit dan penyalur PLTD Pesanggaran, PLTGU Pemaron, PLTG Gilimanuk dan jaringan interkoneksitas Jawa-Bali Penyalurannya dilakukan melalui 3 buah gardu induk yaitu
o Gardu Induk Kapal o Gardu Induk Antosari o Gardu Induk Baturiti o Penyulang sebanyak 13 buah dengan total 540 buah gardu
Pengelolaan air limbah rumah tangga di kawasan perencanaan yaitu : Saluran terbuka bercampur dengan sistem drainase dan merupakan saluran pembuangan air limbah yang berasal dari rumah tangga (kamar mandi, cucian, dapur) serta air limbah non domestik (industri, bengkel, rumah sakit dan lain sebagainya). Saluran tertutup untuk pembuangan air kotor dari WC/KM yang dilengkapi dengan septic tank.
Saluran Drainase
Saluran pembuangan utama yang memanfaatkan saluran sungai. Saluran di kawasan permukiman atau drainase kota.
Jaringan telepon pada umumnya telah menyebar di kawasan perencanaan. Pelayanan telepon kabel di kawasan perencanaan dilayani oleh Saluran Telepon Otomat (STO) Tabanan dan STO Baturiti. Jaringan telepon teresterial non kabel yaitu pelayanan telepon mobile/seluler yang dilayani oleh beberapa perusahaan telekomunikasi.
Sistem pengelolaan sampah di wilayah perencanaan selain dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sebagian besar juga dikelola secara individu oleh masyarakat dengan cara konvensial dibakar, membuat lobang/ditanam, ditimbun, dibuang ke tempat terbuka dan lainlain Sampah yang berasal dari rumah tangga, pertokoan, perkantoran dan lain-lain
Bangunan perumahan di wilayah perencanaan pada umumnya memiliki KDB yang berkisar antara 40 70% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
KDB Berkisar antara 40 - 60%, KLB 1 lantai
Bangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 40 60% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan fasilitas peribadatan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 30 - 60% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan fasilitas perniagaan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 60 - 90% dengan ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Bangunan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 40 - 60% dengan ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Pemanfaatan bangunan umumnya merupakan bangunan rumah, fasilitas lingkungan, dan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata. Bangunan perumahan tersebar di seluruh wilayah bangunan perumahan yang terletak di sepanjang jalan juga digunakan sebagai bangunan perdagangan maupun jasa
isu strategis wilayah perencanaan, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi/keterdesakan penanganan karakteristik wilayah perencanaan
Fungsi dan Peran dari Kawasan WBD Jatiluwih sebagai Kawasan Strategis Provinsi Bali dari Aspek Kepentingan Sosial Budaya
Aspek Geografi
Aspek Kebijakan
Secara geografis, Kawasan Jatilwih terletak di Kabupaten Tabanan, Bagian Barat Daya Provinsi Bali, berbatasan langsung dengan hamparan Gunung Batukaru di bagian utara dan Hutan Lindung Batukaru di bagian barat
RTRW Kabupaten Tabanan memiliki beberapa implikasi keruangan terhadap pola pemanfaatan ruang di Kawasan WBD Jatiluwih
Peruntukan kawasan lindung, fungsi yang direncanakan untuk dimantapkan di Kawasan WBD Jatiluwih meliputi fungsi kawasan hutan lindung (Hutan Lindung Batukaru) dan fungsi kawasan perlindungan setempat Pola pemanfaatan ruang, Kawasan WBD Jatiluwih menjadi fungsi kawasan pertanian dimana kegiatan pertanian dan pariwisata serta multiplier effect-nya menjadi titik tumpu Kebijakan penataan ruang tidak boleh bertentangan dengan arahan peruntukan ruang pada tingkat kabupaten, maka fungsi ruang yang ditetapkan RTRW Kabupaten tersebut harus diakomodasi dan menjadi salah satu acuan bagi kebijakan penataan ruang Kawasan WBD Jatiluwih
Jumlah penduduk di wilayah perencanaan berdasarkan data terakhir Tahun 2013 mencapai 21.831 jiwa dengan distribusi penyebaran penduduk hampir merata di setiap lingkungan Perubahan penduduk di wilayah perencanaan mulai Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2013 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan kenaikan yaitu 38,35%
18,500
Tahun 2003 Tahun 2013
Perubahan
Jumlah Tahun Penduduk Proyeksi (Jiwa) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 21.831 22.066 22.304 22.544 22.786 23.031 23.279 23.529 23.783 24.038 24.297 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 Tahun
Jumlah Penduduk Proyeksi (Jiwa) 24.558 24.823 25.090 25.360 25.632 25.908 26.187 26.469 26.753 27.041
tingkat pertumbuhan penduduk di kawasan perencanaan adalah rata-rata sebesar 0,0108 atau 1,08% Grafik Proyeksi Penduduk Tahun 2013-2033
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 2013 2016 2019 2022 2025 2028 2031 Jumlah Penduduk Proyeksi (Jiwa)
Luas (Ha) Tahun 2003 2257 2845 232 3144 Tahun 2012 2472 475 3545 317 1669
Perubahan Lahan Luas (Ha) 215 475 700 85 1475 Prosenta se (%) 8,7 100 19,75 26,81 88,38 lahan bertambah lahan bertambah lahan bertambah lahan bertambah lahan berkurang Keterangan
dalam rentang waktu 10 tahun yaitu antara Tahun 2003 dan Tahun 2012, peruntukan lahan yang mengalami perubahan adalah lahan permukiman/pekarangan yang bertambah sebesar 26,8%, lahan untuk penggunaan perkebunan bertambah sebesar 19,75%, sedangkan lahan untuk penggunaan sawah juga bertambah sebesar 8,7%.
Berdasarkan Hasil analisisi, di kawasan WBD Jatiluwih pada lahan basah (sawah irigasi) dan tadah hujan sebaiknya dikembangkan komoditi pertanian (tanaman pangan seperti padi dan palawija); lahan-lahan kering (kebun dan ladang) dikembangkan tanaman buah-buahan dan gaharu, perkebunan dan tanaman pakan ternak. Sedangkan pada lahanlahan kering yang miring topografinya sebaiknya dikembangkan tanaman kehutanan seperti albisia, jati belanda dan bambu.
3
Fisik potensial pengembangan
Kemiringan lereng 0 - 15% merupakan sub satuan dataran dengan daya dukung tanah cukup baik Lahan ini dapat digunakan untuk peruntukan permukiman, sub pusat lingkungan dan fasilitas kelengkapan serta sangat cocok untuk semua jenis kegiatan fisik. Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun karena adanya arahan fungsi ruang kawasan sebagai kawasan pertanian yang berupa sawah abadi Lahan fisik potensial untuk dikembangkan adalah lahan pekarangan seluas 317 Ha dan 475 Ha kawasan semak belukar, meliputi lahan-lahan di bagian selatan wilayah perencanaan
Merupakan kawasan pengembangan terbatas dengan persyaratan tertentu untuk penggunaannya Kelerengan 15 40%, daya dukung tanah sedang dan daerah rawan bencana sedang Dapat digunakan untuk kawasan pertanian, peternakan, permukiman, sub pusat lingkungan dan fasilitas penunjang permukiman lainnya dengan pematangan tanah untuk konstruksi tertentu, namun harus di luar kawasan lindung
Lahan dengan kendala fisik pengembangan berada di bagian tengah wilayah perencanaan, didominasi oleh lahan pertanian pangan, perkebunan dan kawasan permukiman.
Berdasarkan ketetapan KDB dalam RTRW Kab. Tabanan, dapat diketahui bahwa sebagian besar fungsi bangunan di Kawasan Jatiluwih masih berada dalam batasan atau telah ditetapkan.
Lokal
1-2 1-2
Perkantoran
Fasum Fasos Perumahan Perdagangan/ jasa
1-2
1
1 1 1 1 1 1-2
Perdagangan/ jasa
Perkantoran Pendidikan Kesehatan
3
2 2-4 2
Lokal
Prasarana Olahraga
Bangunan budaya
4
4
Berdasarkan ketentuan KLB dalam RTRW kabupaten Tabanan, KLB ditetapkan berdasarkan fungsi wilayah. Oleh karena itu, ketentuan KLB Kawasan Gilimanuk termasuk ke dalam ketentuan kawasan perdesaan
KLB pada masing-masing bangunan1-2 masih berada di bawah KLB maksimum, sehingga untuk KLB di kawasan Jatiluwih masih dapat dikembangkan hingga batas maksimum KLB yang telah ditetapkan di dalam ketentuan RTRW Kabupaten Tabanan.
Damija (m) 5 3
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Penggunaan Lahan Hotel dan Restaurant Fasilitas Penunjang Pariwisata dan parkir Mix Use Perumahan (rumah sedang) Perumahan (rumah kecil) Bangunan Perdagangan Bangunan Pendidikan Bangunan Kesehatan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Tabanan batas ketinggian maksimum bangunan yang diperkenankan di Kabupaten Tabanan adalah 15 meter atau tidak melebihi ketinggian pohon kelapa kecuali bangunan berupa tempat ibadah ataupun tower/menara.
Sebagian besar ketinggian bangunan sudah sesuai dengan arahan dari kebijakan di Kabupaten Tabanan, hanya pada bangunan tinggal terdapat deviasi yaitu dimana berdasar arahan ketinggian maksimum untuk bangunan tinggal yaitu 10 m, sedangkan pada kondisi eksisting terdapat bangunan perdagangan dengan ketinggian bangunan mencapai 15 m (4 lantai)
Air Bersih
Jenis Kebutuhan RT Konsumsi Kran Umum Industri Kecil & RT Niaga, Lembaga & Umum Hidran Kebakaran Kebocoran Standar 120 lt/orang/hari 30 lt/orang/hari 4% dari total kebutuhan RT 20% dari total kebutuhan RT 20% dari total kebutuhan RT 15% dari total kebutuhan RT Standar 90 VA
9,39
1,50 7,51 7,51
5,63
Kebutuhan Energi Listrik (KVA) 2433,69 97,35 38,94 5,84
Listrik
Jenis Kebutuhan RT
Telekomunikasi
Jenis Kebutuhan RT Standar 4 SS : 100 % penduduk 3% total kebutuhan RT 1 SS : 2500 penduduk
Kebutuhan Telepon (SS) 1082 32,45 10,82 Timbulan Air Limbah (l/detik) 26,29 6,57
Sampah
Standar 0,0025 m3/jiwa/hari
Limbah
Jenis Kebutuhan
RT 67,60 Konsumsi Kran Umum Industri Kecil 3,38 Analisis Utilitas dan RT Niaga, Lembaga dan Umum 6,76 Hidran Kebakaran 1,69 Kebocoran
Umum 1,05
5,26 5,26 2,54
Penyediaan fasilitas lingkungan yang terdapat di Kaawasan WBD Jatiluwih sebagian besar sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduknya sampai dengan akhir masa perencanaan
Sarana Peribadatan Pendidikan Jenis Fasilitas 2013 Unit 3 21.831 197 13 21.831 20 1 17 17 18 19 20 1 1 225 12 0 Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Fasilitas (Unit) 2018 2023 2028 Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit 1 1 1 23.031 24.297 25.632 1 1 1 18 19 21 23.031 14 24.297 15 25.632 16 5 5 5 18 19 21 0 0 0 23.031 1 0 9 1 4 92 0 92 24.297 1 0 10 1 4 97 0 97 25.632 1 0 10 1 4 103 0 103 2033 Unit 1 27.041 1 22 27.041 17 6 22 0 27.041 1 0 11 1 5 108 0 108
Kesehatan
Perdagangan
Olahraga
Gereja Pura TK SD SMP Posyandu Puskesmas Puskesmas 21.831 Pembantu Praktek Dokter Pos KB Pasar Pertokokan Warung 21.831 Pusat perbelanjaan dan niaga Taman/ Tempat main (Kelompok Tetangga) Taman/ Tempat main (Pusat 21.831 Kegiatan Lingkungan) Taman dan Lapanagan Olahraga
Jiwa
Jiwa
23.031
24.297
25.632
27.041
23.031
24.297
10
25.632
10
27.041
11
200
Adanya limitasi pengembangan wilayah perencanaan karena berada di wilayah dengan kelerengan > 40% dan rawan bencana longsor
Adanya transformasi pola permukiman di kawasan Jatiluwih dari bentuk tradisional menjadi modern.
Banyaknya jaringan jalan yang rusak menyebabkan sulitnya aksesibilitas dari dan ke kawasan Jatiluwih
Kurangnya pemasaran mengenai produk-produk pertanian lokal Kawasan Jatiluwih sehingga produk-produk pertanian khas Jayiluwih kurang dikenal
Kurangnya pengelolaan sampah di kawasan Jatiluwih sehingga menyebabkan masih banyak sampah yang Kurangnya tidak terakomodir fasilitas penunjang pariwisata berada Kawasan
yang di
Kondisi-kondisi jalan di Kawasan Jatiluwih yang rusak menyebabkan susahnya pengangkutan dan penyaluran hasil-hasil produksi pertanian
Jatiluwih seperti tidak tersedianya pusat informasi pariwisata, tidak terdapat lahan parker, jalur tracking dan jalur cycling di
Penetapan Jatiluwih sebagai kawasan warisan budaya dunia membuka potensi pariwisata dan budaya
di Lahan pertanian di kawasan ini sudah menjadi bagian dari aktivitas budaya dan perekonomian masyarakat
Budaya dan adat istiadat yang masih dipertahankan sehingga memberikan ciri khas kepada kawasan Jatiluwih. Potensi budaya berupa seni budaya, upacara ngaben dan prosesi bertani
Adanya desa tradisional di Br. Gunungsari yang masih melestarikan pola permukiman tradisional
Keberadaan system subak sebagai system irigasi di Kawasan Jatiluwih sebagai wujud manifestasi terhadap Tri
Adanya potensi pariwisata yang sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan jatiluwih, seperti daya Tarik wisata alam sawah terasering, wisata religi dan budaya , juga wisata yang bersifat
Pura Bulakan
b. Sawah Berterasering Areal persawahan di Desa Jatiluwih seluas 303,40 hektar dengan tekstur tanah berasal dari pelapukan Gunung Batukaru yang sangat subur dan sangat sesuai untuk daerah pertanian dengan komoditas unggulanya yaitu beras merah.
e. Tracking Keindahan alam, kesejukan, dan kealamian Jatiluwih menjadikan daerah ini sangat baik untuk kegiatan tracking. Jalur-jalur tracking yang ada di Desa Jatiluwih ada beberapa jalur, akan tetapi yang paling sering digunakan adalah dua jalur tracking, yaitu: Jatiluwih - Besikalung dan Umakayu (Gunung Sari) Tamblingan. f. Cycling Di samping tujuan berwisata, kegiatan cycling ini baik untuk terapi jantung dan paru-paru. Untuk di daerah Jatiluwih, jalur cycling yang biasa digunakan adalah mulai dari Bedugul kemudian menuju Besikalung dan akhirnya finish di Jatiluwih
Tari Baris Memedi (Sang Hyang Memedi) Tari ini merupakan tarian sakral yang dipentaskan khusus pada saat pelaksanaan Upacara Pitra Yadnya (ngaben) yang tingkatannya madya dan utama. Sebelum menarikan Tari Baris Memedi, ada beberapa kegiatan yang terlebih dahulu harus dilakukan, seperti: mengadakan ritual di kuburan setempat, yang tujuannya adalah memohon keselamatan dan kelancaran Upacara Pitra Yadnya yang akan dilaksanakan. Proses Pengolahan Sawah (1). Mencangkul di sawah; di mana kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan di sawah (2). Nampadin; alat yang digunakan adalah sejenis golok panjang yang disebut "penampad" untuk membersihkan rumput-rumput pada bagian dinding petak sawah. (3). Ngelampit (membajak sawah); kegiatan ini dilakukan menggunakan bajak (lampit) yang ditarik oleh dua ekor sapi atau ditarik oleh seekor kerbau. (4). Melasah (meratakan tanah sawah);. (5). Nandur (menanam padi); kegiatan inti dari mengolah sawah adalah menanam padi (nandur). Benih-benih padi (bulih) sudah disemai jauh sebelum kegiatan nandur ini + 4-5, minggu sebelumnya.
Aktivitas Pasca Panen (1). Membawa padi dari sawah ke rumah masing-masing untuk disimpan di lumbung. Cara untuk membawanya adalah dengan cara dipikul (negen) dari sawah ke rumah masing-masing. Alat yang digunakan adalah sanan, di mana alat ini terbuat dari kayu kelapa (seseh) dan pada ujung-ujungnya dibuat lancip. (2). Menumbuk padi (nebuk). Agar padi yang sudah dipanen menjadi beras, sebelumnya harus ditumbuk terlebih dahulu, sehingga menjadi beras. Proses tradisional yang digunakan menumbuk padi dengan menggunakan "lesung" sebagai dasar tumbukan dan "lu" sebagai penumbuknya yang terbuat dari kayu. Seni Budaya Masyarakat Masyarakat Jatiluwih banyak sekali memiliki seni budaya yang dapat menjadi potensi budaya. Potensi seni budaya tersebut, yaitu: joged, gong wanita, arja, topeng, wayang, sekaa shanti, sekaa angklung, dan lain-lain. Pengelolaan yang baik dari potensi seni budaya yang dimiliki masyarakat Jatiluwih akan memberikan nilai tambah tersendiri yang langsung menyentuh masyarakat.
Pemukiman Masyarakat Pemukiman masyarakat agraris di Desa Jatiluwih adalah keberadaan lumbung di setiap rumah masyarakat. Hasil panen padi yang mereka peroleh disimpan di masing-masing lumbung yang dimiliki masyarakat Jatiluwih. Untuk menyimpan padi di lumbung tersebut, masyarakat akan melaksanakan upacara terlebih dahulu sebagai rasa syukur kehadapan Ida Batari Sri karena sudah diberikan sumber pangan yang baik, yaitu Upacara Mantenin. Lumbung yang terdapat di Desa Jatiluwih bentuknya hampir seragam untuk masing-masing yang dimiliki masyarakat. Pemandangan tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan yang berkunjung ke Jatiluwih. Konsep pemukiman masyarakat Jatiluwih menganut konsep Tri Angga yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan letak, yaitu: hulu, badan, dan kaki (teben). Dari sini, dapat dilihat bahwa implementasi dari Tri Hita Karana sudah mulai tampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jatiluwih dari skup yang terkecil, yaitu keluarga.
Faktor internal
Faktor Eksternal
OPORTUNITY 1.Adanya penetapan dari UNESCO bahwa kawasan perencanaan ditetapkan sebagai kawasan Warisan Budaya Dunia 2.Kawasan perencanaan merupakan kawasan strategis provinsi dari kepentingan pertanian (lumbung beras) 3.Peluang masuknya investasi dari luar membuka kesempatan bagi penerapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat bermanfaat bagi peningkatan SDM lokal 4.Rencana peningkatan jalan akan semakin memperlancar pergerakan terutama pergerakan eksternal-internal kawasan perencanaan 5.Ditetapkannya Jatiluwih sebagai kawasan Warisan Budaya Dunia dapat membuka peluang perluasan wilayah pemasaran potensi sektor perdagangan-jasa dan pariwisata 6.Peluang masuknya investor-investor untuk menanamkan modalnya di kawasan perencanaan akan dapat menjadi pemacu meningkatnya tingkat perekonomian di kawasan perencanaan 7.Masuknya investor berpeluang memunculkan sektorsektor perekonomian baru yang dapat menciptakan variasi kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
Pengelolaan kawasan-kawasan strategis pertumbuhan dan pengendalian pemanfaatan ruang Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan prasarana wilayah perencanaan Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan dan pemerataan distribusi penduduk Mendukung pengembangan jalan untuk mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas wilayah perencanaan
STRENGTH 1.Kondisi topografi kawasan perencanaan yang berupa daerah pertanian di daerah pegunungan dengan pemandangan alam yang indah merupakan daya tarik utama kawasan perencanaan 2.Sebagian besar wilayah perencanaan berada di daerah yang memiliki kelerengan >40% sehingga menjadi daya tarik bagi kawasan. 3.Jenis tanah di kawasan perencanaan berupa endapan dari serentetan gunung api sehingga cocok untuk kesuburan pertanian 4.Kawasan Jatiluwih memiliki sumber mata air dengan jumlah yang banyak 5.Kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya alam hayati serta ekosistem yang penting dan prioritas di Provinsi Bali 6.Kelengakapan pelayanan prasarana wilayah perencanaan baik listrik, telepon dan air bersih 7.Berkembangnya pariwisata berbasis pertanian sebagai potensi kegiatan ekonomi lokal S-O
WEAKNESS 1.Kawasan perencanaan termasuk dalam kawasan rawan bencana longsor 2.Adanya kerawanan terhadap gelombang pasang serta kawasan rawan pantai abrasi 3.Pada beberapa ruas jalan lokal dan lingkungan di kawsan perencanan masih dalam kondisi buruk 4.Persebaran fasilitas pelayanan umum dan sosial belum merata 5.Minimnya penyediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan perencanaan 6.Aksesibilitas yang terbatas untuk menuju wilayah perencanaa dari jalan nasional yang menyebabkan kurangnya perhatian untuk menuju kawasan pariwisata 7.Belum dikelolanya SDA pariwisata pertanian secara optimal sehingga belum mampu memberikan nilai tambah pada kawasan perencanaan 8.Atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata kurang menarik perhatian
Pengembangan fisik kawasan wilayah perencanaan ke arah kawasan yang potensial untuk dikembangkan Penambahan fasilitas pelayanan untuk mendukung pelayanan umum dan sosial masyarakat Pengelolalaan kawasan pertumbuhan pariwisata untuk mengembangkan pusat pertumbuhan baru Pengelolaan kawasan pariwisata dengan memperhatikan konservasi lingkungan Optimalisasi kegiatan peningkatan citra pariwisata kawasan dengan meningkatkan kegiatan promosi terhadap potensi-potensi wisata yang terdapat di Kawasan Jatiluwih
W-O
Faktor Eksternal
THREAT 1.Ancaman terjadinya alih fungsi lahan akibat perkembangan kawasan perencanaan yang terjadi akibat adanya efek pengembangan kawasan wisata 2.Investor luar yang masuk ke kawasan perencanaan yang akan berinvestasi disektor pariwisata pegunungan/perbukitan dapat mengancam keberadaan ekosistem dan keanekaragaman hayati di kawasan perencanaan 3.Meningkatnya investasi dari luar dapat mengancam pertumbuhan ekonomi lokal 4.Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap upaya peningkatan kegiatan ekonomi lokal kegiatan pariwisata di wilayah perencanaan 5.Kurangnya lembaga pariwisata di wilayah perencanaan yang dapat mengakomodir kegiatan wisata
Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan dan pemerataan distribusi penduduk Penambahan fasilitas pelayanan untuk mendukung pelayanan umum dan sosial kepada masyarakat Peningkatan wilayah pelayanan prasarana wilayah perencanaan dan konerja pelayanan Stimulasi pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pariwisata Pengawasan terhadap peetumbuhan penduduk di pusat wilayah perencanaan Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Pengembangan fisik kawasan wilayah perencanaan ke arah kawasan yang potensial untuk dikembangkan Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan prasarana wilayah perencanaan Mengembangkan segala poteni pariwisata dengan memperbanyak promosi
Pariwisata yang akan dikembangkan sesuai dengan tren yang ada saat ini yaitu pariwisata kerakyatan yang berbasis pertanian. Strategi pengembangnnya adalah : 1.Pelestarian budaya dan alam Kawasan Jatiluwih yang merupakan asset wisata dan warisan budaya. 2.Pengembangan fasilitas wisata yang meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang dan meningkatkan pelayanan fasilitas wisata yang suda ada. 3.Penataan kembali kawasan sekitar Pura Luhur Petali dan mempertahankan sawah terasering sebagai asset daya tarik wisata yang merupakan bagian dari warisan budaya.
Pembagian BWP dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan alam, yang dituangkan dalam Sub BWP (SBWP) peruntukan lahan sehingga mudah dalam alokasi investasi, pengendalian & pengawasan.
MATUR SUKSMA