Konsep Temperatur
Konsep Temperatur
KONSEP TEMPERATUR
1
SKALA TEMPERATUR
2
Celcius
Titik didih air
Fahrenheit
Kelvin
Rankin
100
212
373
672
32
273
492
T2 = a T1 + b
Berdasarkan data titik beku dan titik didih air, dapat
diperoleh nilai a dan b.
CONTOH
5
2. KONSEP PEMUAIAN
L = Lo T
, atau : L = Lo (1 + T )
-1
, (untuk benda
-1
, (untuk benda
CONTOH
8
1.
2.
3.
Kalor adalah energi termal yang mengalir dari benda bertemperatur tinggi
ke benda bertemperatur rendah. Satuan kalor adalah Joule, kalori dan BTU
(British Thermal Unit), dimana 1 Kal = 4,186 Joule
Satu kilogram kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 10 C untuk 1 kilogram air.
Kapasitas kalor C adalah banyaknya kalor yang diserap benda untuk
menaikkan suhu satu satuan suhu (SI = 1 K)
C = Q/T
C = dQ/dT
dimana satuan kapasitas panas (C) adalah kal/oC, Joule/kelvin.
Untuk memperoleh suatu harga kapasitas yang khas didefinisikan
kapasitas kalor spesifik (kalor jenis) c, yaitu kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda per satuan massa per satuan suhu.
c = C/m
c = Q/(m T)
dimana satuan kapasitas panas jenis (c) adalah kal/gram. oC atau J kg-1 K-1.
10
Q = m c dT
Ti
Persamaan ini digunakan dalam prinsip kerja Kalorimeter. Kalorimeter
digunakan untuk mengukur jumlah kalor. Ada dua jenis kalorimeter yaitu
kalorimeter air dan kalorimeter arus kontinu.
Berdasarkan prinsip bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor
yang diterima, maka persamaan yang berlaku adalah :
mL cL (TL - Tw) = (ma ca + mk ck ) (Tw - Tak)
dimana : L = logam tertentu, a = air, k = kalorimeter, w = keadaan akhir
a.
11
b.Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas dari suatu tempat
ketempat yang lain yang dibawa oleh fluida panas itu. Jika fluida
yang dipanaskan itu dipompa /didorong oleh bahan lain disebut
konveksi paksa, kalau fluida mengalir karena perbedaan
kerapatan disebabkan perbedaan temperatur disebut konveksi
alamiah/bebas
Laju aliran panas konveksi dinyatakan oleh :
H = hc A t
hc ; koefisien konveksi
c.Radiasi
12
14
3.
4.
5.
6.
7.
16
Secara mikroskopik tekanan gas dicari dengan teori kinetik, dimisalkan sebuah
kotak berisi N partikel.
y
l
17
m
m
_
F = ( vx1 2 + vx2 2 + .. + vxN 2 ) = N vx 2
l
l
_
_
_
_
_
_
_
dimana v 2 = vx 2 + vy 2 + vz 2 , dan vx 2 = vy 2 = vz 2
_
_
atau v 2 = 3 vx 2
Hasil substitusi diperoleh
_
m
v2
F= N
l
3
P V = 2/3 Ek
V3
V1 < V2 < V3
P T1
T2 T
3
T1 < T2 < T3
V2
P1
P2
P3
V1
T
Proses Isochorik
Proses Isotermis
T
Proses Isobarik
tinggi dan T rendah. Substansi dapat berubah dari fase gas ke cair/padat.
Pada massa tetap/konstan grafik P, V, T dapat digambarkan sbb :
Titik Kritis
P(atm)
padat
gas
P
Cair
Gas
cair
Padat
uap
Uap
cair-uap
padat-uap
T(oC )
Titik Tripel
padat-cair
4.5. Kerja
23
Jika piston dalam suatu silinder digerakkan dengan tekanan p pada luas
penampang A maka gaya pada piston itu adalah pA. Jika piston bergerak sejauh
ds maka kerja yang dilakukan piston adalah :
A
PA
dW = F . ds = P A ds = P dV
ds
dimana : A ds = dV
Pada umumnya tekanan tidak akan konstan selama pergeseran.
vf
pi
vi
(W12 ) a tidak sama dengan (W12 ) b
Besar W12 = daerah di bawah kurva P-V,
dimana kerja bergantung pada tingkat keadaan
awal dan akhir, juga pada lintasan proses
W = + , bila berekspansi
W = - , bila dikompresi
a
b
pf
vi
Proses isobaris
Proses isochoris
Proses isotermis
2
vf
: W = P (V2 - V1)
:W=0
2
: W = p dV = (mRT/V) dV = mRT ln (V2/V1) : untuk gas ideal
1
CONTOH
24
Q = U + W
Q - W = U 2 - U1
26
+ nR
= Cp/Cv
C v dT
=
- p dV
nRT
dV
C v dT
dV
nR T
V
C v T2
V2
- n
n
V1
nR T1
28
29
30
SIKLUS
31
Pentingnya
siklus
ini
dibicarakan
karena
kita
menginginkan terciptanya suatu mesin yang dapat
bekerja secara terus menerus.
Siklus-siklus
berikut ini
terdiri dari 3
P berturut-turut P
P
langkah, 4 langkah dan 4 langkah.
Q
Jika dinyatakan dalam
dinyatakanW
sebagai :
x 100 %
Q
prosen,
efisiensi
tersebut
32
CONTOH
33
1.
2.
3.
4.
P(KPc)
Tentukan
efisiensi mesin kalor yang siklusnya sebagai
berikut
20 :
10
2
V(liter)
34
Untuk itu dibuat proses siklus, agar keadaan sistem kembali kekeadaan semula
dimana energi dalam sistem sama dengan semula.
P
T1
isotermik
Q3
Q+W
V
Q2
Q1
Siklus
- isotermik
- isobarik
- isokhorik
V
KELVIN-PLANCK
Tidak mungkin sistem melakukan proses dari satu reservoir dan mengubah seluruh
panas itu menjadi kerja, dan berakhir pada keadaan yang sama seperti pada awal
proses.
CLAUSIUS
Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang dapat mentransfer panas dari benda
dingin ke benda yang lebih panas, tanpa adanya kerja.
Jika sistem mengalami proses, berubah dari keadaan awal dan akhir dimana
sistem dapat kembali kekeadaan awal, tanpa adanya kalor yang berpindah dan
tiada kerja yang dilakukan, maka proses dikatakan Reversibel. Dan proses
kebalikan dari reversibel adalah Ireversibel.
Kebanyakan energi diperoleh dari proses perpindahan panas, maka diperlukan
alat yang dapat menyerap panas dari sumber dan menkonversikannya menjadi
energi mekanik yang disebut Mesin Panas
Mesin yang bekerja kebalikan dari mesin panas adalah Mesin Pendingin
(refrigerator)
A. Mesin Panas
Reservoir Panas
TH
QH
W
QC
Reservoir Dingin
TC
Q=W
QH - |QC| = W
W QH - |QC|
|QC|
Efisiensi = = = 1 -
QH
QH
QH
B. Mesin Pendingin
36
Cara kerja mesin pendingin merupakan kebalikan proses kerja mesin panas
Pada proses ini kerja diberikan pada reservoir suhu rendah
Reservoir Panas
Q=W
|QH| = QC + W
TH
QH
W
QC
Reservoir Dingin
TC
QC
QC
TC
Koefisien Kerja CP = = =
W QH - QC TH - TC
CP = Coefisien Performance
CP >> mesin makin baik
37
C. Mesin Carnot
Mesin Carnot mewakili ungkapan pertama hukum II termodinamika.
Dalam mesin ini bekerja dua proses yaitu isotermis dan adiabatik
Daya guna mesin ini dihitung sebagai berikut :
Kerja yang dihasilkan
Efisiensi =
____________________________
= 1 - ( TC /TH )
QH
TH
W
QC
TC
V
7. ENTROPI
Entropi adalah property Fisis suatu sistem yang dapat diukur, dapat
dinyatakan dalam angka dan satuan.
38
Jika sebuah sistem yang terisolasi dari lingkungan dapat berada dalam dua
keadaan yang mempunyai energi yang sama. Bagaimana cara perpindahannya,
antara keadaan 1 dengan keadaan 2 dan dapat dijelaskan dengan Entropi.
Entropi (S) dapat diinterpretasikan sebagai ketidakteraturan sistem, dimana
entropi dapat bertambah atau tetap.
Apabila sistem menyerap kalor Q pada suhu mutlak T, maka perubahan Entropi
yang dialami sistem :
Q
dS =
39
S =
=0
T
Dalam proses reversibel untuk gas ideal :
S =
1
dT
dV
= n cv + nR
T