Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN 5

BIAYA RELEVAN

PENGERTIAN BIAYA RELEVAN


Biaya Relevan adalah biaya masa mendatang dalam berbagai alternatif untuk
mengambil keputusan manajemen.
Biaya Relevan sering disebut Biaya Differensial yaitu biaya yang berbeda-beda
akibat adanya tingkat produksi yang berbeda mengakibatkan perbedaan biaya tetap.
Baiya Relevan merupakan hasil pengolahan data historis oleh akuntan intern.
Disebut relevan karena berhubnungan erat dengan pengambilan keputusan
manajemen.
Biaya Relevan merupakan biaya masa mendatang karena digunakan untuk
menyusun anggaran, perencanaan laba dan pengendalian kegiatan.

Tugas Manajer
Salah satu tugas pokok manajer adalah membuat keputusan berdasarkan informasi
akuntansi ang relevan.
Top manajer biasanya membuat keputusan khusus, misalnya:
1. Menolak atau menerima order khusus.
2. Menetapkan kebijakan harga.
3. Menutup divisi atau mengembangkan
4. Menentukan laba pada keterbatasan kapasitas
5. Membuat sendiri atau membeli produk.

Hubungan Alur Fikir Informasi Yang Relevan

Informasi tentang:

Relevan untuk:

Masa lalu dan sekarang

Peramalan

Hasil peramalan

Pengambilan keputusan

Hasil kerja

Penilaian Kinerja

Penyimpangan (Variances)

Perbaikan dan Pengendalian

A. MENOLAK ATAU MENERIMA ORDER KHUSUS


Order khusus adalah penjualan yang harganya di bawah harga pasar karena
perusahaan ingin menggunakan kapasitas yang menganggur. Misalnya kapasitas
penuh adalah 1.000 unit output, sekarang bekerja 800 unit output, sisa 200 unit
output diproduksi kemudian dijual dengan harga dibawah harga pasar, atau produksi
800 unit, 700 unit dijual, maka sisa 100 unit dijual dengan harga khusus.
Untuk menentukan order khusus diterima atau ditolak harus menggunakan
pendekatan Direct Costing atau Variabel Costing, dimana seluruh biaya tetap
dinyatakan sebagai beban (expense).
Jika harga order khusus lebih besar daripada harga pokok produksi variabel, maka
akan menambah laba operasi dan ini berarti order khusus harus diterima.

Ilustrasi :
PT. Ahsan memiliki struktur biaya standar sebagai berikut :
Keterangan

AVC
(Rp)

TFC
(Rp)

AFC
(Rp)

Biaya Bahan Langsung

Biaya Upah Langsung

Biaya Overhead Pabrik

4.000

Biaya Pemasaran

3.000

Biaya Administrasi

2.000

Jumlah

15

9.000

Keterangan :
1. AVC = average variable cost; AFC = average fixed cost; TFC = total fixed cost
2. Harga Pokok Produksi model direct costing Rp. 12 per unit (biaya bahan
langsung + Biaya Upah Langsung + Biaya Overhead Variabel).
3. Harga Pokok Produksi model Full Costing Rp. 16 per unit (Biaya Bahan
Langsung + Biaya Upah Langsung + Biaya Overhead Varabel + Biaya Overhead
Tetap)
Kapasitas normal 1.000 unit diproduksi dan dijual, kapasitas maksimum 1.500 unit
harga Rp. 30/unit. Produksi 1.200 unit, terjual 1.100 unit dengan harga Rp. 30 per
unit. Dengan demikian ia dapat memenuhi order khusus 400 unit dengan harga Rp 15
per unit agar kapasitas pabriknya bisa dipakai penuh.
Apakah order khusus diterima atau ditolak?

Menerima Order Khusus 400 unit @ Rp. 15


Perhitungan Rugi-Laba : Full Costing

Keterangan

Rp

Penjualan (1.100 x 30) + (400x15)

39.000

Harga Pokok Penjualan (1.500x16)

24.000

Laba Kotor

15.000

Beban Pemasaran (1.100x2) + 3.000

5.200

Beban Administrasi (1.100x1) + 2.000

3.100

Laba operasi

6.700

Menolak Order Khusus 400 unit @Rp. 15


Perhitungan Rugi Laba : Full Costing
Keterangan

Rp

Penjualan (1.100x30)

33.000

Harga Pokok {Penjualan (1.100x16)

27.600

Laba Kotor

15.400

Beban Pemasaran (1.100x2) +3.000

5.200

Beban Administrasi (1.100x1) +2.000

3.100

Laba Operasi

7.100

Kesimpulan :
Terjadi penurunan laba operasi Rp. 400 yaitu ( Rp. 7.100- Rp. 6.700), maka order
khusus ditolak.
1. Penurunan laba Rp. 400 itu adalah dari persediaan akhir barang jadi 400 unit ( Rp.
15 Rp. 16 ) = - Rp. 400 dimana Rp 15 adalah Harga Pokok Produksi menurut
direct costing (Biaya Bahan Langsung + Biaya Upah Langsung + Biaya Overhead
Pabrik = 5+4_3) dan Rp 16 menurut Full Costing (Biaya Bahan langsung + Biaya
Upah Langsung + Biaya Overhead Variabel dan Biaya Overhead Tetap = 5+4+3+4)
2. Dengan menggunakan perhitungan full costing, maka keputusan; Menolak Order
khusus karena terjadi penurunan laba Rp. 400

Menerima Order Khusus 400 unit @ Rp. 15


Perhitungan Rugi-Laba: Direct Costing
Keterangan
Keterangan

Rp
Rp

Penjualan
Penjualan (1.100x30)
(1.100x30) ++ (400x15)
(400x15)

39.000
39.000

Harga
Harga Pokok
Pokok Penjualan
Penjualan (1.500
(1.500 x 12)
12)

18.000
18.000

Marjin
Marjin Kontribusi
Kontribusi Kotor
Kotor

21.000
21.000

Beban
Beban Pemasaran
Pemasaran (1.100
(1.100 xx 2)
2)

2.200
2.200

Beban
Beban Administrasi
Administrasi (1.100
(1.100 x 1)
1)

1.100
1.100

Marjin
Marjin Kontribusi
Kontribusi

17.700
17.700

Biaya
Biaya Tetap
Tetap

9.000
9.000

Laba
Laba Operasi

8.700
8.700

Menolak Order Khusus 400 unit @ Rp. 15


Perhitungan Rugi Laba : Direct Costing
Keterangan

Rp

Penjualan (1.100x30)

33.000

Harga Pokok Penjualan (1.100 x 12)

13.200

Marjin Kontribusi Kotor

19.800

Beban Pemasaran (1.100 x 2)

2.200

Beban Administrasi (1.100 x 1)

1.100

Marjin Kontribusi

16.500

Biaya Tetap

9.000

Laba Operasi

7.500

Kesimpulan :
Terjadi kenaikan laba operasi Rp 1.200 (Rp. 8.700 Rp. 7.500)
Dengan Menggunakan perhitungan Direct Costing, maka keputusan menerima order
khusus, karena terjadi kenaikan laba Rp. 1.200. Laba tersebut adalah dari 400 X (1512), dimana 12 adalah harga pokok produksi variabel.

B. KEBIJAKAN HARGA
Dalam dunia Marketing, kebijakan penetapan suatu harga produk diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Harga Produk Baru
2. Adaptasi Harga
3. Perubahan Harga
Khusus mengenai produk baru, kebijakan penetapan harga sangat penting, karena
menentukan pangsa pasarnya. Pada Umumnya kebijakan harga produk baru
adalah :
4. Skimming Pricing
5. Penetration Pricing

Dalam dunia akuntansi manajerial manajemen membuat kebijakan harga bertumpu


pada perilaku biaya, yang dituangkan dalam rumus : Cost + Mark Up.
Ada empat macam teknik penetapan harga yang lazim, yakni :
1. Biaya Produksi Variabel ditambah rencana laba.
2. Biaya Produksi Fungsional ditambah rencana laba
3. Biaya Variabel ditambah rencana laba.
4. Total Biaya ditambah rencana laba.

Ilustrasi Kebijakan Harga PT. Ahsan


Struktur Biaya PT. Ahsan
(Kapasitas Normal = 1.000 output
Keterangan

Biaya
Variabel
Per Unit
(Rp)

Total
Biaya
Tetap
(Rp)

Biaya
Tetap
Per Unit
(Rp)

Biaya Bahan :Langsung

Biaya Upah Langsung

Biaya Overhead Pabrik

4.000

Biaya Pemasaran

3.500

Biaya Administrasi

2.500

Jumlah

15

10.000

10

Berdasarkan struktur biaya tersebut atau perilaku biaya, maka dapat disusun penetapan biaya
sebagai berikut:
1. Harga = Biaya Produksi + Rencana Laba
Biaya Produksi Variabel adalah biaya bahan langsung ditambah biaya upah langsung ditambah
biaya overhead variabel = 5+4+3 = 12 atau Rp. 12 per unit. Jika rencana laba 50% , maka harga
yang akan diputuskan = 12 + 50%(12) = Rp. 16
2. Harga = Biaya Produksi Fungsional + Rencana Laba
Biaya Produksi Fungsional adalah biaya bahan langsung ditambah biaya upah langsung ditambah
biaya overhead variabel ditambah biaya overhead pabrik tetap = 5+4+3 +(4000/1.000) = 16 atau
Rp. 16 per unit. Jika rencana laba 40% , maka 16 + 40% (16) = Rp. 22,40
3. Biaya Variabel ditambah Rencana Laba
5+4+3+2+1 = 15 atau Rp. 15 per unit. Jika rencana laba 40% maka 15 + 40%(15) = Rp. 21,00
4. Total Biaya ditambah rencana laba
Total Biaya Rp 25. Jika rencana laba 10%, maka harga 25 + 10%(25) = Rp. 27,50

Anda mungkin juga menyukai