Anda di halaman 1dari 100

Pengetahuan dan keterampilan dasar

Dr. Ahmad Fawzy, SpBP-RE


RSUD Margono Soekarjo ~ Purwokerto

bedah-plastik.com
ahmadfawzy@hotmail.com
@bedahplastik

Luka

LUKA : terputusnya keutuhan


(discontinuity) dari jaringan lunak
Etiologi : trauma mekanik (tajam,
tumpul), trauma termal, trauma kimia,
trauma listrik, trauma kombinasi
(contoh : insect bite, blast injury),
proses degenerasi, sekuel komplikatif
dari infeksi dan keganasan

Terminologi Luka

Laserasi : akibat trauma mekanik bergesekan tumpul, terjadi


luka sobek dengan tepi ireguler dan kedalaman bervariasi
Ekskoriasi : akibat trauma mekanik bergesekan tumpul,
terjadi luka lecet dengan tepi ireguler dan dangkal sebatas
dermis
Vulnus punctum (puncture) : luka tusuk akibat benda
tajam runcing, tepi luka rata dan tampilan luar kecil namun
dalam
Vulnus penetratum (penetrating wound) : vulnus
punctum yang memembus dari eksternal ke dalam segmen
tubuh yang berongga (orbita, leher, toraks, abdomen)
Vulnus morsum (toothbite) : vulnus punctum akibat gigitan

Terminologi Luka

Vulnus scissum (incised wound) : luka sayat akibat


benda tajam, tepi luka rata dan licin, kedalaman
bervariasi
Vulnus sclopetorum (gunshot wound) : luka tembak,
tepi seringkali ireguler, khas adanya serbukan jelaga
(karbon) di tepi2 luka dan corpus alienum di dalam luka.
Luka perforasi (vulnus perforatum) : luka jebol pada
dinding organ berongga yang disebabkan proses pada
dinding tsb atau dari faktor internal dinding tersebut
Luka amputasi (vulnus amputatum) : luka
terpotong/terpancung, bentuknya lingkar baik sebagian
maupun seluruh penampang lingkar jaringan terkait

Terminologi Luka

Combustion : luka terbakar, disebabkan oleh api


Scald : luka yang disebabkan oleh kontak
dengan cairan bersuhu tinggi
Contussion : luka bentur, termasuk luka
tertutup di mana kerusakan terbatas pada
jaringan subkutan termasuk ruptura
mikrovaskular di bawah daerah kontak. Khas
berupa bengkak/sembab akibat ekstravasasi,
serta akumulasi seroma/hematoma

Deskripsi Luka

1. Lokasi anatomis
2. Bentuk : luka linier, luka elips, luka sirkuler, ulkus,
defek/tissue loss
3. Ukuran dimensi luar : panjang x lebar, diameter
4. Ukuran kedalaman luka
5. Tepi : rata, ireguler, compang-camping
6. Dinding : rata, bergaung
7. Dasar : lemak subkutis, fasia, otot, tulang
8. Isi : bersih, seroma, hematoma/clotting,
perdarahan aktif, kontaminasi debris, corpus
alienum
9. Daerah sekitar luka : tenang, inflamatif

Klasifikasi Penyembuhan

PRIMER : healing by primary intention, mengupayakan


suatu kondisi yang seideal mungkin untuk
memfasilitasi penyembuhan luka yang baik dan cepat
: debridement, hecting/sutures.
SEKUNDER : healing by natural process, membiarkan
luka menjalani fase-fase klasik penyembuhan luka
berupa cleansing by inflammatory process, fibroplasia
alami dengan dukungan neovaskularisasi (granulasi),
dan epitelialisasi.
TERTIER / DELAYED CLOSURE : pada luka yang kotor
atau sangat kontaminatif maka layak dilakukan
bantuan debridement, lalu didiamkan selama
beberapa waktu untuk menuntaskan proses inflamasi
dan merevitalisasi diri sebelum dilakukan bantuan
penutupan atau tetap dibiarkan per sekunder

Pengetahuan dan keterampilan dasar

Prinsip-Prinsip Bedah Secara Umum


Tindakan Antisepsis dan Asepsis
Penggunaan Anestesi lokal
Instrumen Dasar
Jarum dan Benang Bedah
Pengetahuan dan keterampilan
melakukan manuver prosedur
bedah dengan baik dan benar

Sayatan
Hemostasis bedah
Simpul dan Jahitan
Teknik menjahit

Prinsip bedah

Safe surgery
Keamanan pasien
Keamanan dan kenyamanan
operator, asisten dan tim
Kesalahan-kesalahan

Mengatur tinggi meja operasi

Tindakan Antisepsis dan Asepsis

Antisepsis
Membuat kondisi kontaminasi
menjadi suci hama
Asepsis
Mempertahankan kondisi suci
hama yang sudah dibuat

Tindakan Antisepsis dan Asepsis

Aspek Operator :
Antisepsis
Mencuci tangan
Asepsis
Penggunaan baju operasi, topi,
masker, kacamata pelindung
Menggunakan bahan dan alat
steril: sarung tangan, kain
penutup steril

1
2

Cara mencuci tangan

Jangan menggunakan sikat

TANGAN KANAN
Sarung tangan steril
standar selalu dalam
keadaan sedikit bagian
proksimalnya terlipat
keluar. INGAT bahwa sisi
luar lipatan merupakan sisi
non-asepsis sementara sisi
dalamnya adalah sisi
asepsis.
Hal ini memudahkan
prosedur di mana sisi nonasepsis boleh terpegang
dengan tangan kiri saat
menyarungkan tangan
kanan

TANGAN KIRI
Sarung tangan steril
standar selalu dalam
keadaan sedikit bagian
proksimalnya terlipat
keluar. INGAT bahwa sisi
luarnya merupakan sisi
non-asepsis sementara sisi
dalamnya adalah sisi
asepsis.
Tangan kanan yang sudah
bersarung tangan steril
menyelipkan jari-jarinya ke
dalam lipatan sisi dalam
sarung tangan (sisi
asepsis). Kemudian
perlahan-lahan jari-jari
tangan kiri didorong

Tindakan Antisepsis dan Asepsis

Aspek Pasien :
Antisepsis
Bercukur
Mencuci daerah lapang operasi
dengan antiseptik
Asepsis
Penggunaan baju operasi, kain
steril penutup lapang operasi

Tindakan Antisepsis Pada Instrumen

Tindakan antisepsis pada instrumen :


Sterilisasi : proses/prosedur
Sterilisasi basah
Sterilisasi kering
Antiseptikum : zat/substansi
Bakterisid vs. bakteriostatik
Alkohol, formalin, sublimat,
iodium, dsb

Rebus dalam air 100oC


30 menit

Sterilisasi basah

Autoclave 120oC
30 menit

Uap formalin
24 jam

Radiasi
30 menit

Sterilisasi kering

Zat antiseptik
Golongan

Sediaan

Alkohol

Larutan 70%

Formalin

Larutan 37% dalam


alkohol

Sublimat

Larutan

Iodin

Tinctura
Larutan 7.5-10%

Klorheksidin

Scrubb 1.5%
Larutan 4%

Ket.
> 24 jam

Anestesi lokal

Mengatasi nyeri pada prosedur


operatif
Jenis anestesi lokal:
Field infiltration
Terbatas pada lapangan operasi
Nerve block
Interupsi konduktivitas saraf
sensorik

Anestesi lokal

Anestesi topikal
Kulit utuh:
Euthetics Mixture Light Anesthesia
(EMLA), Topsy
Krim 1g (25mg Lidokain + 25 mg Prilokain)

Jarum suntik perlajan-lahan ditusuk-sisipkan ke bawah kulit


sampai ujungnya mencapai titik yang diharapkan.
Kemudian obat disemprotkan saat alat suntik ditarik
perlahan-lahan. Sebelum jarum suntik tercabut keluar,
dorong-sisipkan ke arah area lainnya, kemudian lakukan
penyemprotan dan penarikan serupa.

Field block anesthesia


Infiltration anesthesia

Nerve block anesthesia

Topical anesthesia

Anestesi lokal

Pengetahuan zat anestesi lokal


Mekanisme kerja Zat Anestetik
Lokal
Dosis
Onset of action
Durasi
Efek toksik
Vasokonstriktor

Ligan (Protein)

ZAL

Na+
Membran sel : Fosfolipid

intraselular

ZAL + Na+

Mekanisme kerja ZAL

Prinsip umum
Onset

Durasi

Infiltrasi

Cepat

Singkat

Block

Lambat

Panjang

Toksisitas
Dosis
dosis maksimal
Intravaskular

Penambahan vasokonstriktor

Penambahan vasokonstriktor:
1:80.000 100.000

Konstriksi pembuluh darah


Mengurangi perdarahan
Meningkatkan durasi ZAL
Mengurangi toksisitas

Instrumen Dasar

Alat pemotong
Pisau
Gunting
Pemegang jaringan
Hemostat
Pemegang jarum

Pisau
Disposable vs.
reusable
Kombinasi:
Gagang reusable
Bilah disposable

Pisau
Pengetahuan dan keterampilan:
Anatomi pisau
Cara memegang pisau
Cara menggunakan pisau

foto

Cara memasang bilah pisau

Kesalahan handling pisau

Gunting / Scissors

Pengetahuan dan
keterampilan:
Anatomi gunting
Macam-macam gunting
Cara memegang gunting
Cara menggunakan gunting

Gunting benang / suture


scissors

Set dasar (basic)


Lengan potong : lurus/lengkung, desain tegas
(tidak landai / smooth)
Ujung gunting : tumpul-tumpul / tumpul-tajam /
tajam-tajam
Ujung tumpul di sisi yang berkontak dengan kulit
Ujung tajam-tajam untuk bisa menyelipkan
diri pada jahitan yang sangat ketat/berhimpit
dengan kulit

Gunting benang (suture scissors) ujung lurus

Macam-macam gunting

Gunting benang (suture scissors) ujung lengkung

Macam-macam gunting

Gunting jaringan / dissecting


scissors

Set untuk operasi


Dulu stainless steel, sekarang titanium. Kuat,
non-korosif.
Lengan potong : lurus/lengkung, desain lebih
smooth untuk meminimalisir cedera jaringan
saat diseksi
Ujung gunting : lancip berujung landai
Ujung tidak tajam karena dimaksudkan untuk
diseksi tumpul, sementara untuk fungsi potong
dan diseksi tajam menggunakan sisi dalam
lengan yang sangat tajam.

Gunting jaringan (dissecting scissors)

Macam-macam gunting

Pinset / Forceps

Pengetahuan dan keterampilan:


Anatomi pinset
Macam-macam pinset
Cara memegang pinset
Cara menggunakan pinset

Pinset / Forceps

Pinset anatomi : ujungnya tidak bergigi,


tidak dimaksudkan untuk mencengkeram
hanya untuk menjepit ringan yang minimal
traumatik (misalnya untuk pembuluh darah,
serabut saraf) hemostatik elektrokauter
Pinset bedah : ujungnya bergigi 2-1,
sehingga mampu menjepit dan
mencengkeram jaringan, jarum, dll

Dalam hal menggunakan instrument bedah standar seperti pinset


anatomi dan pinset bedah, posisikan sumbu panjang instrument
seolah-olah sedang menggunakan pena (pen-handling).
Salah satu kaki pinset ditumpukan dan digerakkan aktif oleh ibu jari.
Kaki yang lain disandarkan di sisi jari tengah sebagai penggerak
pasif dan ditumpangkan ujung jari telunjuk sebagai penstabil posisi
dan gerakan instrumen selama digunakan di dalam prosedur
operasi.

Cara memegang-menggunakan pinset

Klem / Hemostat

Pengetahuan dan
keterampilan:
Anatomi hemostat
Macam-macam hemostat
Cara memegang hemostat
Cara menggunakan
hemostat

Macam-macam hemostat

Dalam hal menggunakan instrument


bedah standar seperti gunting, penjepit
pembuluh darah, pemegang jarum, dll,
kedua kaki instrument digerakkan oleh
ibu jari (1) dan jari manis (4). Ibu jari
berperan sebagai penggerak aktif
sedangkan jari manis sebagai
penggerak pasif.
Perhatikan bahwa ujung jari telunjuk
(2) difiksasi pada titik sumbu kaki-kaki
instrumen dengan tujuan menstabilkan
posisi dan gerakan instrumen selama
digunakan di dalam prosedur operasi.

Pemegang jarum /
Needle-holder
Pengetahuan dan keterampilan:
Anatomi pemegang jarum
Cara memegang pemegang jarum
Cara menggunakan pemegang
jarum

Cara menggunakan pemegang jarum

Jarum dan benang

Pengetahuan dan keterampilan:


Anatomi jarum
Cara memegang jarum
Cara menggunakan jarum

Bagian-bagian jarum

tip

eye

body

Anatomi jarum bedah

Profil jarum (tip & body)

cutting

Anatomi jarum bedah

Profil jarum (tip & body)

reverse cutting

Anatomi jarum bedah

Profil jarum (tip & body)

round / tapper

Anatomi jarum bedah


ROUND-BODIED

Eye needle :Traumatic & atraumatic

Closed eye

French eye

Anatomi jarum bedah

Swaged eye

Ukuran jarum

jarum 3/8

Jarum 1/2

Anatomi jarum bedah

Jarum 1/2

Cara memegang jarum bedah

Gerakan rotasi
Rotasi pergelangan tangan / lengan bawah

Cara menggunakan jarum bedah

Kesalahan handling jarum bedah

Jarum dan benang

Pengetahuan dan keterampilan:


Anatomi benang
Cara memegang /
menggunakan benang
Kesalahan-kesalahan

Macam-macam benang bedah


Materi

Organik : Silk, Catgut


Sintetik : Nylon, Polyglycolic acid

Struktur

Monofilamen
Multifilamen : braided

Penyerapan

Diserap (absorbable)
Tidak diserap (Non absorbable)

Reaksi
jaringan

Minimal
Maksimal

Macam-macam benang bedah

Monofilamen

Multifilamen - braided

Macam-macam benang bedah

Arah membuka kemasan


Ukuran benang
Jenis-struktur
benang

Profil jarum

Kode benang
Katalog

Exp.date

Panjang benang

Ukuran jarum
Metode sterilisasi

Persiapan benang bedah

Handling benang bedah

Handling benang bedah


Kesalahan

Sayatan dan diseksi

Macam-macam sayatan
Sayatan lurus
Sayatan elips

Sayatan lurus

Insisi

Insisi In~ = dalam


Membuat perlukaan /irisan pada
kulit untuk akses masuk ke lapang
operasi / jaringan yang berada di
dawah kulit

Sayatan elips

Eksisi

Eksisi Exo~ = ke luar


Membuat desain perlukaan /
desain irisan pada kulit untuk
membuang sebuah lesi dan
sebagian jaringan sehat
disekitarnya

Diseksi

Diseksi : mengurai, memilah-milah


jaringan
Diseksi tajam : menggunakan sisi
tajam gunting jaringan ataupun mata
pisau. Cepat VS cedera mikrovaskular
Diseksi tumpul : menggunakan sisi
luar/sisi tumpul gunting jaringan.
Telaten VS preservasi mikrovaskular

Hemostasis

Macam hemostasis
Penggunaan benang
Penggunaan klem hemostat
Penggunaan electrocauter

Prinsip dasar hemostasis

kendalikan ujung proksmal & ujung distal


(contoh menggunakan klem hemostat)

Surgeons knot

Simpul dan jahitan

Macam jahitan
Jahitan interrupted
Jahitan continuous
Matras vertikal
Matras horizontal
Jahitan subkutikular

Interrupted suture

X = kedalaman luka

Interrupted suture
Sayatan lurus

Interrupted suture
Sayatan elips
1

Continuous suture

Mattress suture
Matras vertikal

Untuk mendekatkan (aposisi) kulit tipis yang terlepas jauh


oleh luka yang lebar sehingga luka terjahit tidak tegang dan
tidak inversi (tepi luka melesak ke dalam)

Mattress suture
Matras horizontal

Subcuticular suture


Fungsi jahitan pada luka bukanlah sebagai
modalitas definitif penutup luka, melainkan
sekedar penaut/fiksasi dari 2 tepi luka yang
telah didekatkan (aposisi).
Fungsi penutup luka tetaplah proses
epitelialisasi dari sel-sel epitel yang
menyeberang dari jaringan di satu tepi luka
ke tepi yang berseberangan.


Segera setelah sel-sel epitel membentuk
jembatan jaringan penutup luka dan tercipta
jalinan-jalinan serat-serabut pengikat
(fibrosis) sebagai penguatnya, maka fungsi
jahitan selesai dan dapat dilepaskan
Kira-kira 1 minggu pascaprosedur penjahitan
luka, kekuatan pertautan jaringan sudah >
80% dan simpul jahitan yang tidak terserap
(non-absorbable) bisa dilepaskan saja


Luka dijahit bila bersih dari pencemar dan
jaringan mati, tidak ada perdarahan aktif, dan
setelah organ-organ bawah kulit yang rusak
dan perlu tindakan korektif sudah diperbaiki
Harus menghindari ruang rugi (dead space)
yaitu rongga-rongga yang terisiko terbentuk
akibat tidak ada aposisi jaringan dan potensial
terisi oleh kumpulan rembesan darah
(hematoma) atau serum (seroma) yang
melambatkan penyembuhan


Hematoma dan seroma yang terkumpul
secara alamiah akan diserap dahulu, semakin
besar koleksi hematoma/seroma maka
penyerapan semakin lama dan penyembuhan
juga semakin lama. Pada kondisi pencucian
luka yang kurang baik, keberadaan
hematoma/seroma ini memudahkan infeksi
susulan sehingga kelak terjadi nanah dan
abses bawah kulit.


Seringkali datang kepada kita penderita luka yang
sifatnya lebar dan dalam, yang mana perlu kita fikirkan
daya regangan dari tepi-tepi luka tersebut sangat kuat.
Risiko putus
Tegang jelek secara estetik karena berisiko terjadi
parut bekas luka yang hipertrofik bahkan menjadi keloid

Karena itu, untuk kasus-kasus seperti itu


perlu diberikan jahitan-jahitan bawah kulit
(subcutaneous sutures)

End of session

Anda mungkin juga menyukai