Anda di halaman 1dari 33

PENGENDALIAN VEKTOR

FENVALERAT
Disusun Oleh :
Raras Sekti Pudyasari 25010113130395

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I (PENDAHULUAN)
I. 1 Latar Belakang

I.1 Latar Belakang


Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang menular
melalui hewan perantara (vektor) penyakit. Contohnya
antara lain malaria, dan demam semak (scrub typhus)
yang

hingga

kini

merupakan

masalah

kesehatan

masyarakat di Indonesia.
Penanggulangan

penyakit

tular

vektor

adalah

selain

dengan pengobata, juga dilakukan upaya mencegah Satu


di antaranya adalah dengan menggunakan insektisida

I.1 Latar Belakang


Insektisida adalah bahanbahan kimia bersifat racun
yang

dipakai

untuk

membunuh serangga.
Beberapa jenis golongan
dari

insektisida

salah

satunya yaitu fenvalerat.

I.1 Latar Belakang


Fenvalerat
untuk

merupakan

membasmi

insektisida

hama

serangga

yang

digunakan

ataupun

vektor

penyebab penyakit.
Penggunaan fenvalerat apabila tidak benar dan tepat
maka

akan

menimbulkan

efek

samping

terhadap

manusia dan lingkungan


Sehingga
fenvalerat

manfaat
ini

agar

mempelajari
dapat

lebih

insektisida
mengenal

jenis
dan

mengetahui apa itu fenvalerat sehingga kita dapat

I.2 Tujuan

Mengetahui

definisi

dan

Mengetahui

definisi

dan

Klasifikasi Pirenoid

Mengetahui

definisi

bahan

Mengetahui Cara Kerja bahan


aktif Fenvalerat

Mengetahui

Dosis

dan

Fenvalerat

Mengetahui Formulasi bahan


aktif Fenvalerat

Kimia

Serangga sasaran bahan aktif

aktif Fenvalerat

Susunan

bahan Aktif Fenvalerat

Klasifikasi Insektisida

Mengetahui

Mengetahui Efektifitas bahan


aktif Fenvalerat

Mengetahui

Efek

samping

bahan aktif Fenvalerat

1.3 Manfaat

Masyarakat
Memberikan
kepada

informasi

masyakarat

berhati-hati

dan

dalam

agar

bijaksana

penggunaan

insektisida

golongan

Fenvalerat

Disiplin Ilmu
Sebagai

wujud

pengaplikasian disiplin ilmu


yang

telah

dipelajari

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)


Insektisida

II. 1 Insektisida
Definisi
Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga pengganggu (hama serangga).
Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang
digunakan untuk pengendalian vektor penyakit dan hama
permukiman seperti nyamuk, serangga pengganggu lain lalat,
tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah permukiman
endemis, pelabuhan dan tempat-tempat umum lainnya

Jenis
Insektisida
Adapun Jenis Insektisida untuk pengendalian vektor
antara lain :
Organofosfat
Karbamat

Neonikotinoid

Piretroid

Fenilpirasol

Insect

Growth

Regulator (IGR).
Mikroba

Nabati
Repelan

II.2 Piretroid
Pirenoid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur
kimia (analog) dari piretrin (pyrethrine). Keunggulan dan
kelemahan :

Pirenoid memiliki beberapa keunggulan, di antaranya diaplikasikan


dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak
persisten, dan memiliki efek melumpuhkan (knock down effect) yang
sangat baik, masa terdegradasi dalam lingkungan juga singkat,
berkisar antara 10-12 hari.

Namun, karena sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak


piretroid yang tidak cocok untuk program PHT.

Jenis Piretroid dibedakan yang stabil dan tidak stabil


dengan sinar matahari :
Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari
adalah: deltametrin, permetrin,

fenvalerate.

yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat


beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin,
fluvalinate,

siflutrin,

sihalometrin, flusitrinate

fenpropatrin,

tralometrin,

II.3 Fenvalerat
1

11.3.1 Defisini Fenvalerat


Merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang bekerja
sebagai racun kontak dan racun perut. Keunggulan :
Mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, seperti kutu, ulat
maupun jenis hama lainnya.
Membunuh hama sasaran & aman terhadap hewan menyusui, burung
dan satwa lainnya.
Bekerja langsung pada sistem syaraf serangga hama dengan cepat,
sehingga tanaman terbebas dari hama.
Hanya memerlukan dosis rendah untuk membunuh hama sasaran.
Tidak mudah menguap ataupun rusak bila terpapar sinar matahari.

11.3.2 Formulasi
Fenvalerat
Adapun

formulasi

dalam

fenvalerat

meliputi

emulsifiable

concentrates (EC), ultra-low volume (ULV) concentrates, dust


powders, or wettable powders.
1.

Emulsifiable Concentrates (EC)


Formulasi EC dibuat dengan menambahkan emulsifier pada
campuran fenvalerat satu atau lebih pelarut agar dapat
bercampur dengan air

2.

Ultra Low Volume (ULV)


Formulasi ini adalah formulasi siap pakai yang digunakan
dengan alat semprot ULV dan umumnya digunakan untuk
pengendalian vektor atau serangga

11.3.2 Formulasi
Fenvalerat
3. Debu (Dust powder)
Formulasi ini mengandung bahan aktif dan bahan pembawa
yang

berbentuk

tepung/bubuk

dengan

ukuran

partikel

berkisar 250 350 mesh dan merupakan formulasi siap pakai


4. Wettable Powders (WP)
WP adalah formulasi kering dengan cara mencampurkan
bahan teknis dengan bubuk pembawa (seperti talkum, kapur)
dan suatu zat pembasah

II.3.3 Cara Kerja Fenvalerat


Bahan aktif fenvalerat
bekerja sebagai racun
kontak maupun racun
lambung yang cepat
mematikan
dengan

serangga
merusak

system syaraf.

Fenvalerat masuk
melalui daun yang
dimakan hama

Terjadi kontak langsung


serangga dengan
fenvalerat

Diserap oleh dinding


usus

RACUN KONTAK

Ditranslokasikan ke
sel syaraf pusat

Ditranslokasikan ke
sel syaraf pusat

Menghalangi jalur
keluar masuknya ion
dari saluran Na

Transmisi impuls
saraf menjadi
terganggu

(Konsentrasi Rendah)

(Konsetrasi Tinggi)

Serangga Hiperaktif

Lumpuh dan mati

RACUN LAMBUNG

Masuk lambung
masuk ke tubuh
hama menembus
kulit, mulut, atau
trachea hama
tersebut

II.3.4 SUSUNAN KIMIA


Fenvalerate

merupakan

piretroid

sintetis pertama yang tidak memiliki


siklopropana cincin dalam molekul.
Produk teknis adalah cairan kental
berwarna kuning atau coklat dengan
bau kimia ringan. Hal ini hampir
tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam kebanyakan pelarut organik.
Fenvalerate stabil terhadap cahaya,
panas, dan kelembaban, tetapi tidak
stabil pada media alkali.

Gambar Struktur Kimia Fenvalerat

Tabel 1. Susunan Kimia


Fenvalerat

NO
VARIABEL
1
NAMA KIMIA

KETERANGAN
1. IUPAC
RS)--cyani-3-phenoxybenzyl

(RS)-2-(4

chlorophenyl)-3-

methylbutyrate
2. CA
cyano(3-phenoxyphenyl)methy14-chloro--(12

NAMA ALTERNATIF

methylethyl)benzeneacetate
Agmatrin, Belmark, Ectrin, Fenkill, Phenvalerate, Pydrin, S5602, Sanmarton, SD 43775, Sumicidin, Sumifly, Sumipower,

3
4
5
6
7

CAS NOMOR
FORMULA KIMIA
MASA MOLAR
KEADAAN FISIK
TEKANAN

UAP

SUHU 250 C

Sumitox, WL 43 775
51630-58-1
C25H22ClNO3
419,92 .mol -1
Cairan kental berwarna kuning yang akan mencair pada suhu
230 C
PADA Merkuri dengan tekanan 1,1 x 10-8 mm

NO

KETERANGAN

VARIABEL

KEPADATAN

230 C
STABILITAS

PADA

SUHU 1,17 g/Ml


Stabil di sebagian besar pelarut alkohol kecuali di
temperatur kamar .Tidak stabil di media alkali.
Degradasi bertahan pada kisaran 150 3000 C

10
11
12
13

DEGRADASI

Rute

Utama

yaitu

dengan

FORMULASI

sambungan ester
konsentrat yang dapat diemulsikan, debu, butiran,

bubuk dapat dibasahi


LOG OCTANOL-WATER
6,2
KOEFISIEN PARTISI DI KELARUTAN 200 C
aseton
>450,0 g/L
Khloroform
>450,0 g/L
Metanol
>450,0 g/L
Heksana
77,0 g/L
Air Tawar
2,0 85,0 g/L
Air Laut
24,0 g/L ( Ronald, 2007)

pembelahan

pada

II.3.5 Dosis dan Serangga Sasaran


Fenvalerat
No
1

Tanaman
Bawang merah

Hama Sasaran
Ulat grayak

Dosis/ Konsentrasi
Formulasi
0,25 0,5 ml/l

(Spodoptera sp.)
2

Cabai

1. Ulat grayak
(Spodoptera sp.)

0,25 0,5 ml/l


0,25 0,5 ml/l

2. Hama trips
(Trips parvispinus)
3

Jeruk

Hama Diaphorina citri

0,25 0,5 ml/l

Kakao

Penghisap buah

0,25 0,5 ml/l

(Helopeltis sp.)
5

Kapas

Penggerek pucuk
(Helicoverpa armigera)

0,5 1,0 ml/l

Kedelai

1. Ulat grayak

1. 0,25 0,5 ml/l

(Spodoptera sp.)

2. 0,25 0,5 ml/l

2. Pengisap polong

3. 0,25 0,5 ml/l

(Nezara viridula)

4. 0,5 1,0 ml/l

3. Perusak polong
(Heliothis armigera)
4. Penggulung daun
(Lamprosema indicata)
7

Kelapa Sawit

Ulat api

0,25 0,5 ml/l

(Thosea asigna)
8

Kubis

Perusak daun

0,25 0,5 ml/l

(Plutella xylostella)
9

Teh

Penghisap daun

0,125 0,25 l/ha

(Helopeltis sp.)
10

Tembakau

Ulat grayak

0,25 0,5 ml/l

(Spodoptera litura)
11

Tomat

Penggerek buah
(Heliothis armigera)

0,25 0,5 ml/l

II.3.6 Efektivitas Felvalerat

Bengston (1979) menunjukkan bahwa potensi utama dari


insektisida fenvalerat sebagai pelindung gandum di Australia
untuk mengendalikan Rhyzopertha dominica.

Bengtson dan Desmarchelier (1979) menunjukkan bahwa,


saat Fenvalerate diterapkan pada tingkat 1 mg / kg, bersamasama dengan piperonil butoksida pada tingkat 10 mg / kg dan
insektisida organofosfat, akan memberikan perlindungan 9 bulan
terhadap semua spesies, termasuk tahan terhadap Rhyzopertha
dominica.

Chahal dan Ramzan (1982) mempelajari efisiensi relatif dari

Elliott dkk (1983) ditentukan selektivitas 20 insektisida


piretroid untuk Ephestia kuehniella dan parasit Venturia
canescens. Fenvalerate menduduki peringkat keempat belas
dari 20 untuk potensi terhadap Ephestia. Rasio toksisitas
pada host dan parasit paling tinggi diantara 18 senyawa lain
yag diuji
Joia (1983) dalam tesisnya menulis tentang efektivitas
cypermethrin dan Fenvalerate terhadap Tribolium castaneum
dan Cryptolestes ferrugineus dalam menyimpan gandum.
Dimana fenvalerat tersebut mampu mencegah produksi
keturunan Tribolium castaneum.

Hsieh dkk. (1983) bekerja di Taiwan mententukan toksisitas 26


insektisida untuk Sitophilus zeamais dan Rhyzopertha dominica
yang tercampuran dengan biji-bijian. Fenvalerate adalah salah
satu

dari

beberapa

senyawa

yang

paling

toksik

untuk

Rhyzopertha dominica daripada Sitophilus Zeamais.

Bengston et dari. (1983b) mengevaluasi beberapa organophosphorothioat dan sinergi piretroid sintetis sebagai pelindung
butir gandum di uji cobakan dilapangan yang dilakukan di silo
komersial di Queensland dan New South Wales. Dari hasil
penelitian menemukan kombinasi yang sama dari Fenvalerate
yang dapat mengendalikan malathion sehingga dapat resistant
terhadap Sitophilus oryzae, Rhyzopertha dominica, Tribolium
castaneum dan Ephestia cautella (ACIA, 2009)

II.3.7 Efek Felvalerat


Efek samping pada manusia

Manusia dapat terpapar Fenvalerate melalui residu


dalam

makanan

Fenvalerate

ini

ataupun

cukup

secara

beracun

untuk

langsung.
mamalia.

Adapuan Gejala akut dari paparan fenvalerat yaitu :


1)

Sensasi

terbakar;

2)Batuk;

3)Pusing;

4)sakit

kepala; 5)mual; 6)kemerahan; 7)kesemutan ; 8)gatal;


9)sakit perut; 10)kejang; 11)muntah.

Efek samping pada lingkungan


Pada tanaman, Fenvalerate memiliki waktu paruh sekitar
14 hari. Pembelahan ester adalah reaksi utama, diikuti oleh
oksidasi dan / atau konjugasi fragmen yang terbentuk.
Dekarboksilasi

yang

terjadi

menghasilkan

decarboxy-

Fenvalerate. Waktu paruh dari Fenvalerate bervariasi dari 6


minggu sampai 60 hari tergantung pada jenis tanah. Hal ini
sangat beracun bagi lebah madu dan ikan.

SIMPULAN
Fenvalerat merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang
bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fenvalerat berspektrum luas
untuk serangga hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Orthopthera,
Hemiptera, dan Coleoptera. Paparan untuk populasi dari Fenvalerate
menjadi sangat rendah dan bahkan tidak mungkin berbahaya bila
digunakan sesuai yang direkomendasikan.
Fenvalerate dapat menjadi toksik untuk manusia dan juga sangat beracun
bagi ikan, arthropoda air, dan lebah madu. Namun, jika digunakan sesuai
takaran, efek samping yang tidak mungkin terjadi ketika Fenvalerate
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
ACIAR

(Australia

Center

International

for

Agricultutral

Reasearch),

2009.

Fenvalerate.

http://

aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdf .Diakses pada tanggal 7 April 2016


Darmono., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan.,1990. Petunjuk Pemeriksaan Pestisida. Jakarta
Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT.Agromedia Pustaka, Jakarta
Eisler, Ronald. 2007. Eislers Encyclopedia Of Environmentally Hazardous Priority Chemicals. Netherland :
Elsevier.https://books.google.co.id/books?
id=B3qXQswP8zIC&pg=PA293&lpg=PA293&dq=formulasi+fenvalerat&source=bl&ots=jC-fCQhkvO&sig=-V_cJ2DA0A8dUYAbZqljVAzwBI&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=formulasi
%20fenvalerat&f=false. Diakses pada tanggal 6 April 2016

FAO. 1992. Fenvalerate. Roma : Food And Agriculture Organization Of The United
Nations.
http://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/
Old_specs/FENV.pdf
. Diakses pada tanggal 5 April 2016
IPCS Internatioal Programme on Chemical Safety, 1989. Fenvalerate Health and Safety
Guide. United Nations Environment Programme International Labour Organisation
WHO. http://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htm. Diakses pada tanggal 7
April 2016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida
(Pestisida) dalam Pengendalian Vektor. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%2
0INSEKTISIDA.pdf
. Diakses pada tanggal 8 April 2016

Marsono., 2008. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : Penebar swadaya.
MKD, 2011. FENVAL 200 EC ( fenvalerat 200 g/l ). Jakarta : PT MITRA
KREASIDHARMA.
http://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.html. Diakses pada
tanggal 7 April 2016
Palar H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rhika Cipta
Sartono., 2002. Racun Dan Keracunan. Jakarta : Widya Medika.
Toxipedia, 2014. Fenvalerate. http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvalerate.
Diakses pada tanggal 8 April 2016
Wudianto R., 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai