Anda di halaman 1dari 8

Bentuk atap cungkup Sunan Kalijaga di Kadilanggu, Demak yang mengerucut

(sumber: KITLV koleksi Islam Stichting Leiden, 1910)

Masjid Agung Demak.


Didirikan tahun 1479

Masjid Langgar Alit


Soko Tunggal
Kasepuhan Cirebon.
Didirikan tahun 1479

Masjid Astana Mantingan


Jepara. Didirikan tahun
1559

Masjid Sunan Gunung


Jati, Cirebon. Didirikan
tahun 1542

Dhapur tajug
Dhapur tajug merupakan salah satu ragam
dhapur pokok dan sering digunakan sebagai
masjid.
Ismunandar (1986: 152) menganggap bentuk
atap dhapur tajug berasal dari bentuk candi
yang ada di Indonesia.
Pendapat tersebut dilandasi keterkaitan fungsi
keduanya sebagai bangunan peribadatan, di
mana candi sebagai bangunan sakral pemeluk
agama Hindu dan Budha yang lebih dahulu
berkembang di Indonesia.
Prijotomo (1995: 11) mendefinisikan dhapur
tajug dengan menyadap pengetahuan Kawruh
Kambeng karya M.ng. Soetasoekarja (tahun Be
1864), yang mengungkap bila atap dhapur tajug
merupakan awal mula berbagai jenis dhapur
pokok lainnya.

Dhapur tajug
Wujud geometris atap dhapur tajug (Wibowo dkk., 1983;
Budihardjo, 1986; dan Reksodihardjo dkk., 1985) :
berbentuk limas persegi empat
berbidang alas bujursangkar
puncak meruncing yang merupakan titik
pertemuan empat bidang atap yang
kemudian ditutup dengan topengan

Irisan atap dhapur tajug bergeometri segitiga sama kaki. Wujud


geometri atap dhapur tajug yang sedemikian menyebabkan
bagian puncaknya tidak terdapat molo (atau balok bubungan),
tetapi dihiasi mustaka.

Masjid Agung Demak, berdenah bujursangkar dengan 4 saka guru. Didirikan tahun 1479.

Anda mungkin juga menyukai