id
BAB I
PENDAHULUAN
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu
ilmu pengetahuan dan kesenian (2008: 10). Lebih lanjut menurut Alo Liliweri
kesenian, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang
menggambarkan totalitas dari cipta, rasa, dan karsa pemiliknya (Sunarmi, Guntur,
intelektual, emosional dan spiritual mampu melahirkan berbagai karya seni dan
kearifan lokal dan kecerdasan lokal yang tidak hanya sebagai media bertahan
hidup akan tetapi sebagai pemicu dan pemacu gairah hidup (Sunarmi, Guntur,
kebudayaan yang memiliki keindahan struktur, tata ruang, tata letak dan tata
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Bangunan kompleks Pura Mangkunegaran tidak tampak jika dilihat dari luar
karena dikelilingi dinding tembok yang tebal dan tinggi, ada bagian tembok yang
Ronggowarsito pada bagian selatan atau bagian depan. Pada bagian barat
berbatasan dengan Jalan Kartini. Bagian belakang atau bagian utara berbatasan
dengan Jalan RM. Said. Sedangkan bagian timur Pura Mangkunegaran berbatasan
Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas Said yang dikenal dengan
membangun pendhapa ageng pada tahun 1815. KGPAA Mangkunegara III yang
membangun prangwedanan, pracima sana, purwa sana, bale peni, bale warni,
bale kencur, bangsal tosan, mandra sana, langen praja, reksa wahana, reksa
tembok. Pagar tembok yang tebal dan tinggi dibangun mengelililingi kompleks
taman seperti ujung puri dan pracima yasa. Sedangkan KGPAA Mangkunegara
1939: 5).
memadukan karya seni dan filsafat atau ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Kumudawati disalin oleh abdi dalem Kraton Surakarta yang bernama Raden
Kumudawati memiliki lima motif yaitu motif lidah api atau modhang, atribut
dewa mata angin, simbol watak hari, simbol watak tahun, dan warna-warna magis.
Kelima motif dalam batik kumudawati berisi nilai-nilai filosofis yang diambil dari
1999: 65).
Mangkunegaran dibangun melalui proses yang sangat panjang yaitu dari masa
Mangkunegara IX atau pada saat ini. Akan tetapi pada saat ini beberapa bangunan
di kompleks Pura Mangkunegaran telah mengalami kerusakan dan ada yang sudah
dibongkar.
ini masih utuh yaitu Bale kencur, Bale peni, Bale warni, Dalem ageng, Gedhong
Reksa pradipta, Reksa pura, Reksa pustaka, Reksa sunggata, Reksa wahana,
makna filosofis yang sangat menarik untuk diteliti agar nilai-nilai yang
arsitektur Eropa, akan tetapi struktur tata bangunan dan penggunaan istilah-istilah
1. Pringgitan [priŋgitan]
Pada data (1) terdapat kata pringgitan yang berbentuk polimorfemis yang
berasal dari kata dasar ringgit yang mendapat konfiks pa-/-an. Makna leksikal
dan untuk menerima tamu resmi kenegaraan. Adapun makna kultural dari
sehingga manusia dapat memilih jalan yang benar di dalam hidupnya. Seperti
kebenaran pasti suatu saat akan terlihat dan keburukan yang disembunyikan
Pada data (2) di atas terdapat satuan lingual dalem ageng yang berbentuk frasa
nomina karena intinya yaitu kata dalem termasuk dalam kategori nomina,
adjektif. Makna leksikal dari dalem menurut Prawiroatmojo (1993: 88) adalah
(1) dalam, (2) rumah, sedangkan ageng adalah besar (Prawiroatmojo, 1993:
4). Makna gramatikal dari dalem ageng adalah bangunan utama di kompleks
Pura Mangkunegaran yang berbentuk limasan yang sangat luas dan terletak di
belakang pringgitan. Makna kultural dari dalem ageng adalah seorang raja
dengan budaya di daerah lain. Penyebutan bahwa setiap daerah memiliki ciri khas
berasal dari kata etnologi dan linguistik. Etnologi berarti ilmu yang mempelajari
commit to user
tentang suku-suku tertentu dan linguistik berarti ilmu yang mengkaji seluk beluk
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
bahasa keseharian manusia atau disebut juga ilmu bahasa (Sudaryanto, 1993: 9)
yang lahir karena adanya penggabungan antara pendekatan yang biasa dilakukan
yang menaruh perhatian terhadap dimensi bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana,
unit-unit lingual lainnya) dalam dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual,
peristiwa budaya, foklor, dan lainnya) yang lebih luas untuk memajukan dan
makna istilah perlengkapan sesaji jamasan Nyi Setomi di Siti Hinggil Keraton
Surakarta Hadiningrat.
bentuk dan makna dari istilah alat-alat pertukangan mebel serta perkembangannya
Muh Taufik, 2010, dalam skripsi yang berjudul “Istilah-Istilah dalam Keris
membahas tentang istilah, makna dan bentuk dari istilah-istilah dalam keris sabuk
3. Ingin mengetahui bentuk, makna leksikal dan makna gramatikal serta makna
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
khususnya linguistik Jawa dan hubungan antara bahasa dengan budaya Jawa yang
Mangkunegaran.
2. Manfaat Praktis
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Mangkunegaran ?
polimorfemis).
(Masalah ini dikaji untuk menjelaskan makna leksikal dan makna gramatikal
Mangkunegaran ?
C. Tujuan Penelitian
Mangkunegaran.
D. Batasan Masalah
mengenai bentuk, makna leksikal dan makna gramatikal, serta makna kultural.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
E. Landasan Teori
Landasan teori adalah dasar atau landasan yang bersifat teoritis yang relevan
dengan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Landasan teori yang
1. Pengertian Etnolinguistik
yang merupakan kajian bahasa dan budaya sebagai sub bidang utama dari
antropologi (Duranti dalam Abdullah, 2013: 7). Lebih lanjut Subroto (dalam
commit
kata-kata, pelukisan-pelukisan dari to userpelukisan-pelukisan tentang tata
ciri-ciri,
bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi,
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
dimensi bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam
dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual, peristiwa budaya, foklor, dan
budaya dan struktur sosial masyarakat (Wakit Abdullah, 2013: 10). Dari beberapa
etnolinguistik adalah jenis linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan
kebudayaan masyarakat yang terkait dengan pola pikir dan pandangan hidup.
pandangan hidup, pandangan dunia, dan pola pikir masyarakat penuturnya yang
bertolak dari data empiris kebahasaan dan sangat bertumpu pada dimensi leksikon
tampak pada sistem tata bahasa dapat mencerminkan pikiran atau psikologi
penuturnya. Budaya dan pandangan hidup suatu masyarakat dapat tercermin dari
2. Pengertian Istilah
kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
adalah (1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna,
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu; (2) sebutan;
makna; (3) kata atau ungkapan khusus. Disamping itu, Prawiroatmaja (1993: 287)
kaanan, sipat, lan sapiturute kang mirunggan ing babagan tartamtu”„kata yang
mengandung makna, keadaan, sifat, dan sebagainya yang khususnya pada bagian
tertentu‟.
ungkapan khusus yang terdiri dari kata atau gabungan kata yang mengandung arti
tertentu dalam bidang tertentu. Istilah dapat dikatakan terlepas dari konteks karena
meskipun terdiri dari kata yang terlepas dari suatu kalimat tetap mempunyai
makna yang jelas. Dalam penelitian ini istilah-istilah nama bangunan di kompleks
makna leksikal dan makna gramatikal, serta makna kultural yang termuat di
dalamnya.
3. Pengertian Makna
pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku
dengan alam di luar bahasa/ antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, (4)
makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dll; makna leksikal
a. Makna Leksikal
adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain;
makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau
makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil
observasi panca indra kita atau makna apa adanya (2007: 289). Kamus-kamus
dasar biasanya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang
dasar, juga ada yang memuat selain makna leksikal, namun memuat makna kias
dan makna-makna yang terbentuk secara metaforis (Abdul Chaer, 2007: 289).
Makna leksikal merupakan makna suatu kata dari unsur-unsur bahasa sebagai
b. Makna Gramatikal
terbentuk akibat bergabungnya unsur yang satu dengan lainnya dalam pelbagai
tataran gramatikal, seperti hubungan antar kata satu dengan kata lain dalam frasa
hubungan antar unsur dalam pelbagai tataran gramatikal sehingga melalui unit
c. Makna kultural
hubungan dengan budaya tertentu (Wakit Abdullah, 1993: 3). Makna kultural
dimaksudkan untuk lebih dalam memahami makna ekspresi verbal maupun non
pola pikir, pandangan hidup, serta pandangan terhadap dunia suatu masyarakat.
Mangkunegaran.
4. Pengertian Bentuk
a. Monomorfemis
satu kata atau morfem, morfem merupakan satu bahasa terkecil yang maknanya
relative stabil dan tidak dibagi atas bagian lebih kecil misalnya (ter-) (di-).
Pendapat lain menurut Djoko Kentjono (1982: 44-45) satu atau lebih morfem
akan menyusun sebuah kata, mempunyai makna dan berkategori jelas, sedangkan
kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Penggolongan kata
Semua kata yang tergolong kata dasar pada istilah-istilah nama bangunan
dilekati imbuhan, dengan kata lain subjeknya belum mengalami proses morfologis
Senthong [sənTɔŋ]
Mangkunegaran terdapat dua bagian, yaitu senthong kiwa dan senthong tengen.
Senthong digunakan untuk upacara sesaji yang dipersembahkan untuk Dewi Sri.
b. Polimorfemis
tengah, di belakang, atau di depan dan belakang morfem dasar. Afiks yang
ditambahkan di depan disebut awalan atau prefiks, yang ditengah disebut sisipan
atau infiks, yang dibelakang disebut akhiran atau sufiks, yang di depan dan
belakang disebut sirkumfiks atau konfiks (2) pengulangan atau reduplikasi adalah
proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal
(Harimurti Kridalaksana, 2008: 186), dan (3) pemajemukan atau komposisi yaitu
proses morfologis yang membentuk satu kata dari dua (atau lebih dari dua)
morfem dasar atau proses pembentukan dua kata baru dengan jalan
menggabungkan dua kata yang telah ada sehingga melahirkan makna baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk
dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks,
dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan (Abdul Chaer, 2007: 177). Afiks adalah
sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah
dasar dalam proses pembentukan kata. Afiks yang ditambahkan di muka bentuk
dasar disebut prefiks, afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar dinamakan
infiks, dan afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar disebut sufiks
(Abdul Chaer, 2007: 178). Sedangkan konfiks adalah afiks yang berupa morfem
terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian kedua
berposisi pada akhir bentuk dasar (Abdul Chaer, 2007:179). Karena konfiks
merupakan morfem terbagi, maka kedua bagian dari afiks itu dianggap sebagai
satu kesatuan dan pengimbuhannya dilakukan sekaligus, tidak ada yang lebih
dahulu dan tidak ada yang lebih kemudian. Adapun contohnya adalah sebagai
berikut.
a. Kasatriyan [kasatriyan]
Kasatriyan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata
timur, difungsikan untuk abdi dalem yang mengelola silsilah keluarga besar Pura
Mangkunegaran.
b. Pacaosan [ pacaɔsan]
commit to user
Pa- + caos + -an pacaosan
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Pacaosan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata
kanan bale peni, digunakan untuk abdi dalem yang siap untuk dipanggil sewaktu-
waktu.
sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang
(Harimurti Kridalaksana, 2008: 99). Menurut Abdul Chaer kata majemuk adalah
sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna
unsur-unsurnya tidak dapat dipertukarkan tempatnya dan tidak dapat disisipi apa-
apa tanpa merusak komposisi itu (Abdul Chaer, 2007: 187). Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang
memiliki makna baru yang berbeda dari unsur-unsur pembentuknya dan unsur-
Contoh : Bale kencur, Bale warni, Gedhong wireng, Karti Pura, Langen praja,
Mandra pura, Pracima sana, Prangwedanan, Purwa sana, Reksa Busana, reksa
hastana, Reksa pradipta, Reksa pura, Reksa pustaka, Reksa sunggata, Reksa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
3. Frasa
lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang
(2008: 66). Pendapat tersebut sama seperti yang diuraikan dalam KBBI (2005:
281) bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif.
atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya
frasa selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu subjek, predikat, objek,
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua
kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa
(Djoko Kentjono, 1982: 57). Ciri-ciri frasa adalah terdiri dari dua kata atau lebih,
dapat diisi unsur apapun dan tidak mengubah makna, mempunyai makna yang
mempunyai unsur pusat inti pendhapa sebagai inti frasa, sedangkan ageng sebagai
5. Pura Mangkunegaran
pemerintahan Pakubuwana III. Raden Mas Said adalah putera dari Amangkurat
IV yang juga masih bersaudara dengan Pakubuwana II. Raden Mas Said
Pakubuwana II. Kemudian Raden Mas Said disingkirkan ke luar negeri oleh
Belanda dalam urusan pemerintah swapraja ini membuat Raden Mas Said
pemberontakan dari Raden Mas Said dan Martapura maka akan diberikan
Akan tetapi hadiah berupa tanah Sukawati yang dijanjikan Pakubuwana II tidak
Pakubuwana II dengan mengajak lima pangeran lain. Raden Mas Said pada
Raden Mas Said menghadapi pasukan Sunan dan Kompeni yang menuju ke
Setelah bertapa kurang lebih selama tiga bulan, Raden Mas Said memperoleh
pusaka berupa bendera dan genderang. Pusaka bendera dan genderang tersebut
diambil dari dahan pohon besar di tempat Raden Mas Said bertapa.
maka musuhnya akan menjadi tercerai berai dan jika genderangnya dipukul
maka musuh-musuhnya menjadi sakit perut. Menurut para ahli, pusaka tersebut
hanyalah sebagai simbol bahwa bendera dan genderang sebagai sarana untuk
mundur.
dengan Raden Mas Said semakin erat setelah Raden Mas Said diangkat
dengan putri dari Pangeran Mangkubumi yang bernama Raden Ajeng Inten.
Raden Ajeng Inten yang dikenal dengan sebutan Raden Bendara Putri Sulung
dari tahta kerajaan. Raden Mas Said pada kesempatan tersebut diangkat
commit to user
menjadi Senopati Gubernur (Yoseph Bayu Sunarman, 2010: 46).
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Pakubuwana II. Oleh karena itu diangkatlah Putera Mahkota yang pada saat itu
baru berumur 16 tahun menjadi raja yang bergelar Sunan Pakubuwana III. Pada
kepada Kompeni (Belanda) sebagai hak milik yang sah atas kehendak sendiri,
anugerah belaka dari Belanda. Sejak saat itulah raja-raja Mataram hanyalah
dengan sebutan Sunan Kabanaran. Pada saat itu terjadilah pertentangan antara
karena putri tanduk hasil dari Ponorogo tidak diserahkan kepada Pangeran
Mangkubumi, tetapi diambil sendiri oleh Raden Mas Said (Yoseph Bayu
Belanda meminta agar Raden Mas Said mau berdamai dengan Pangeran
Mangkubumi. Akan tetapi Raden Mas Said mau berdamai apabila dirinya
1757, Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji (pangeran yang
upacara kerajaan dan tunjangan berupa tanah lungguh sebesar 4000 karya.
antara lain Keduwung, Larah, Matesih, Pacitan dan Gunung Kidul. Pura
mulat sarira hangrasa wani, melu handarbeni, dan hanggondeli praja. Mulat
sarira hangrasa warni yang berarti kenalilah dirimu sendiri dan jadikanlah
kuat dan pandai. Melu handarbeni yang berarti merasa memiliki dan menjaga,
Mangkunegaran dijadikan sebagai cagar budaya dan sebagai objek wisata bagi
berbatasan dengan Jalan Kartini, sebelah utara atau bagian belakang berbatasan
dengan Jalan R.M Said dan disebelah timur berbatasan dengan Jalan Teuku
selatan yaitu pamedan, pamedan merupakan lapangan yang luas yang pada
panti putri, reksa pustaka, mandara pura, pacaosan, kasatriyan, reksa busana,
reksa warastra, dan reksa wilapa. Sedangkan bangunan yang ada di bagian
pura, langen praja, pracima sana, reksa pradipta, reksa sunggata. Bangunan
pakretan, pringgitan, dalem ageng, senthong, petanen, bale peni, dan bale
tertentu seperti bangsal witana. Selain itu, Mangkunegara juga dilarang untuk
1. Mangkunegara I
Surakarta. Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa
Kemudian Raden Mas Said bertahta sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
1757-1759. Raden Mas Said merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Ayah Raden Mas Said bernama Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura dan
ibunya bernama R.A Wulan. Raden Mas Said membangun Pura Mangkunegaran
antaranya adalah prajurit wanita. Prajurit wanita terdiri dari satu peleton prajurit
bersenjata kerabijn (senapan ringan), satu peleton bersenjata penuh, dan satu
sebagai raja Jawa yang pertama melibatkan wanita di dalam angkatan perang.
Prajurit wanita itu bahkan sudah diikutkan dalam pertempuran ketika Raden Mas
Said melawan Sunan, Sultan, dan VOC. Teknik yang digunakan oleh Raden Mas
Said adalah dhedhemitan dan weweludan. Selama 16 tahun berperang, Raden Mas
Said mengajari wanita desa untuk mengangkat senjata dan menunggang kuda di
2. Mangkunegara II
dari Mangkunegara I yang meninggal dalam usia muda, sedangkan ibunya adalah
commit to user
Ratu Alit, cucu dari Pakubuwana III.
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
pendhapa ageng pada tahun 1815 (S. Ilmi Albiladiyah, 1999: 33).
3. Mangkunegara III
Nama kecilnya adalah Raden Mas Sarengat dan gelarnya yaitu Pangeran Arya
Mangkunegara III adalah cucu dari Mangkunegara II yang dilahirkan oleh putrid
pracima sana, purwa sana, bale peni, bale warni, bale kencur, bangsal tosan,
mandra sana, langen praja, reksa wahana, dan reksa pradipta (Moh. Dalyana,
1939: 5).
4. Mangkunegara IV
yang lahir pada tanggal 3 Maret 1811 dengan nama kecil Raden Mas Sudira.
Ayahnya yaitu KPH Adiwijaya I dan ibunya adalah putri Mangkunegara II yang
5. Mangkunegara V
kesenian Jawa mulai mengalami kemunduran karena kecilnya dana yang mengalir
ke Pura Mangkunegaran. Pada saat itu produksi gula di pasaran Eropa mengalami
Surakarta dengan nama Wayang Wong Sriwedari (S. Ilmi Albiladiyah, 1999: 37).
6. Mangkunegara VI
lahir pada tanggal 1 Maret 1857, ayahnya adalah Mangkunegara IV dan ibunya
ekonomi sehingga kas kerajaan yang hampir kosong mulai ditingkatkan kembali.
1939: 5).
7. Mangkunegara VII
bangunan yang rusak dan menambah hiasan pada langit-langit pendhapa ageng
karya seni dan filsafat atau ajaran-ajaran yang terkandung di dalam serat-serat
disalin oleh abdi dalem Kraton Surakarta yang bernama Raden Ngabei
kain putih, lalu diletakkan di langit-langit pendhapa ageng (S. Ilmi Albiladiyah,
1999: 38).
8. Mangkunegara VIII
dalam menggali kembali Tari Bedaya Anglir Mendung, sebuah tarian ciptaan
Anglir Mendung, beliau juga menciptakan tarian kerakyatan yang disebut Tari
9. Mangkunegara IX
kedua dari Mangkunegara VIII yang memerintah pada saat ini. Pada masa
6. Masyarakat Bahasa
suatu sistem adat-istiadat yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas
disuatu tempat dengan ikatan-ikatan atau aturan tertentu. Dapat dikatakan bahwa
dalam suatu masyarakat itu, dapat dikatakan dengan masyarakat bahasa. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
yang merasa memiliki bahasa bersama atau yang merasa termasuk dalam
kelompok itu, atau yang berpegang pada bahasa standar yang sama. Dengan
1. Data Penelitian
Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto, 1993: 3). Data adalah bahan
penelitian yang bisa berupa dokumen pribadi, data tulis, catatan lapangan, tuturan,
dokumen, dan lain-lain. Data dalam penelitian ini berupa data lisan dan data tulis.
Data lisan sebagai data primer yaitu berupa tuturan dari informan tentang istilah-
sebagai data sekunder yaitu buku-buku yang berkaitan dengan penelitian sebagai
data pendukung. Data lisan istilah-istilah yang ditemukan pada nama bangunan di
7. Kasatriyan [kasatriyan]
2. Sumber Data
commit to
Sumber data adalah si penghasil user
atau si pencipta bahasa yang sekaligus
tentu saja si penghasil atau pencipta data yang dimaksud, biasanya disebut dengan
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Informan dalam penelitian ini ada dua, yaitu informan inti dan informan
Pujihastono dan R.Ay. Ng. Th. Amani Pudjiastuti , (2) informan pendukung yaitu
abdi dalem Pura Mangkunegaran yaitu R.Ngt.Ng. Dra. Darweni, M.Hum. dan KP.
Widijatmo Sontodipura.
Pustaka Mangkunegaran.
1. Bentuk Penelitian
kualitatif data yang dikumpulkan berbentuk kata bukan angka, yang selanjutnya
deskriptif diartikan memberi gejala bahasa secara cermat dan teliti berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
penelitian ini adalah teknik pancing dan teknik lanjutannya adalah teknik cakap
semuka, teknik rekam dan teknik catat yang akan diuraikan di bawah ini :
1) Teknik Pancing
Mangkunegaran.
bersemuka atau tatap muka secara langsung. Dalam hal ini percakapan
3) Teknik Rekam
penutur bahasa Jawa dengan menggunakan alat rekam dengan tujuan agar
transkripsi fonetisnya lebih tepat. Teknik ini untuk menjaga apabila terjadi
kesalahan pada waktu mendengarkan, teknik rekam ini juga bisa diputar
4) Teknik Catat
dari suatu peristiwa yang terjadi. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu
agar hal-hal yang penting sehubungan dengan peristiwa tutur yang sedang
ditribusional dan metode padan. Kedua metode ini digunakan dalam upaya
1) Metode distribusional
ini adalah metode analisis data yang penentunya unsur dari bahasa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
2) Metode Padan
terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan
ii. Metode fonetis artikulatoris dengan alat penentu organ pembentuk bahasa
iii. Metode translational dengan alat penentunya bahasa lain atau langue lain.
iv. Metode ortografis yaitu metode dengan alat penentunya perekam dan
v. Metode pragmatis yaitu metode yang alat penentunya orang yang menjadi
mitra wicara.
makna leksikal dan makna gramatikal serta makna kultural dari istilah-
berikut :
a) Pringgitan [priŋgitan]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
ageng dan dalem ageng. Makna kultural dari pringgitan adalah manusia harus
jalan yang benar di dalam hidupnya. Seperti dalam ungkapan “becik ketitik
ala ketara”. Ungkapan tersebut berarti kebenaran pasti suatu saat akan terlihat
dan keburukan yang disembunyikan sekalipun suatu saat juga pasti akan
Makna leksikal dari bale menurut Prawiroatmojo (1993: 24) adalah balai,
sedangkan peni adalah (1) indah, (2) bagus, (3) cantik (Purwadi, 2004: 110).
Mangkunegara dan putra laki-lakinya. Makna kultural dari balai peni adalah
yaitu informal dan formal. Metode deskriptif merupakan metode yang semata-
mata hanya berdasarkan pada fakta dan atau fenomena-fenomena secara empiris
H. Sistematika Penulisan
penelitian, batasan masalah, teori, data dan sumber data, metode dan teknik, dan
sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, bab ini merupakan analisis dari pembahasan bentuk, makna
leksikal dan makna gramatikal, serta makna kultural dari istilah-istilah nama
commit to user