Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, Cagar budaya mengacu pada warisan budaya berupa benda materiil seperti artefak, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang memiliki nilai historis, ilmiah, pendidikan, keagamaan, dan kebudayaan yang signifikan. Cagar budaya ini, termasuk yang berada di daratan dan di perairan, harus dijaga dan dilestarikan melalui penetapan resmi. PENINGGALAN CAGAR BUDAYA Peninggalan cagar budaya merujuk pada artefak, bangunan, struktur, situs, atau kawasan yang memiliki nilai historis, ilmiah, pendidikan, keagamaan, atau kebudayaan yang signifikan bagi suatu masyarakat atau peradaban. Ini mencakup berbagai jenis warisan materiil seperti bangunan bersejarah, patung kuno, artefak arkeologis, dan struktur bersejarah lainnya. Selain itu, peninggalan cagar budaya juga termasuk situs- situs arkeologi, kompleks kuil, pemakaman kuno, dan kawasan lain yang memiliki nilai budaya yang tinggi. KRITERIA PENETAPAN CAGAR BUDAYA Sebuah objek harus melewati proses penetapan resmi untuk dianggap sebagai cagar budaya. Tanpa proses ini, sebuah warisan budaya yang bernilai tidak dapat diakui sebagai cagar budaya. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, penetapan ini melibatkan pemberian status cagar budaya terhadap artefak, bangunan, struktur, lokasi, atau wilayah geografis tertentu oleh pemerintah daerah setelah menerima rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya.
PURA TAMAN AYUN
DESKRIPSI DIDUGA CAGAR BUDAYA Nama Objek Pura Taman Ayun Lokasi Cagar Budaya Jl. Ayodya No.10, Mengwi, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung. Di Bangun pada abad ke-17 tepatnya dimulai tahun 1632. Dan selesai pada tahun 1634 oleh raja Kerajaan Mengwi Fungsi sebagai tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya serta memuja roh leluhur keluarga Kerajaan Mengwi. Bahan batu-bata, menjulang tinggi, semakin ke atas semakin mengecil dengan atapnya yang bertingkat,Kayu,Bambu,Batuan Alami,Logam,Pahat Dan Ukiran. Keunikan Pura Taman Ayun Arsitektur yang Megah: Pura Taman Ayun didesain dengan gaya arsitektur yang sangat indah dan megah. Bangunan-bangunannya terbuat dari batu-batu andesit yang dipahat dengan detail yang sangat halus Taman yang Indah: Pura ini dikelilingi oleh taman yang luas dan hijau dengan kolam-kolam air yang menambah keindahan alamnya. Taman ini memberikan suasana yang tenang dan damai bagi para pengunjungnya Keberadaan Meru: Di Pura Taman Ayun terdapat beberapa Meru, yakni bangunan kerucut multi tingkat yang digunakan untuk memuja dewa- dewi Hindu. Meru ini menjadi ciri khas pura dan menambah keistimewaan tempat ini. Sejarah dan Budaya: Pura Taman Ayun memiliki sejarah dan nilai budaya yang kaya. Pura ini dibangun pada abad ke-17 oleh raja-raja kerajaan Mengwi dan menjadi salah satu pura yang penting dalam perayaan agama Hindu di Bali. SK PENETAPAN No SK : 68/043/HK/2018 Tanggal SK : 2018-12-18 Sejarah Singkat Pura Taman Ayun merupakan pura peninggalan zaman Kerajaan Mengwi. Pura ini juga tercatat sebagai “Kerajaan Air” yang merupakan sumber pengairan bagi para petani di daerah ini (Subak Batan Badung dan Beringkit). Pura Taman Ayun dibangun pada tahun 1634,pendiri pura ini adalah raja pertama Mengwi: Cokorda Sakti Blambangan. Beliau dibantu oleh arsitek yang berasal dari Cina. Halaman pura ditata sedemikian indah dan dikelilingi oleh telaga. Yang kemudian dipugar pada tahun 1937 yang dihiasi oleh meru-meru yang menjulang tinggi dan megah diperuntukan baik bagi leluhur kerajaan maupun bagi para dewa yang berstana di pura-pura lain di Bali. Pura Taman Ayun adalah Pura Keluarga bagi Kerajaan Mengwi. Awalnya, pura ini didirikan karena pura-pura yang saat itu tersedia jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. Maka dari itu, Sang Raja mendirikan sebuah tempat pemujaan dengan beberapa bangunan sebagai penyawangan (simbol) daripada 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Ulundanu, Pura Batur, Pura Uluwatu, Pura Batukaru, dan pura utama lainnya yang ada di Bali. Dengan lokasi yang ada di satu areal, Beliau berharap rakyat kerajaan tidak usah jauh-jauh jika ingin melakukan persembahyangan.Dahulu Pura ini merupakan pura Paibon/Pedarman Keluarga Puri Mengwi, namun kemudian berkembang menjadi Pura Kahyangan Jagat. Piodalan di pura ini dilakukan setiap Anggara KAsih Medangsya atau setiap 210 hari (enam bulan sekali). Sebagai pengemong-nya adalah keluarga Puri Gede Mengwi yang dibantu seluruh masyarakat se-kecamatan Mengwi yang terdiri dari 38 desa adat dengan sebutan Mangu Kertha Mandala. Dahulunya bernama Pura Taman Ahyun. Taman Ahyun berasal dari kata Taman yang berarti kebun, dan kata Ahyun dari kata Hyun yang berarti keinginan Pura ini didirikan pada sebuah taman yang dikelilingi oleh kolam yang dapat memenuhi keinginan. Kata Hyun itulah yang berubah menjadi Ayun. Namun pengertian Ayun ini sedikit berbeda dari kata Hyun tersebut. Kata Ayun ini berarti indah, cantik. Jadi Taman Ayun berarti sebuah taman atau kebun yang indah dan cantik.