Anda di halaman 1dari 39

UROLITHIASIS

Kelompok 3
Presented by :
Septian Prananda
Shinta Maharani
Rizky Andika Suwardi
Riyan Saputra
Rizka Nuramalia
Rhahmi Aulia Primaswari
Riska Syahputri
Uli Astika Sinaga
Sutrisno
Dedi Efendi
Suci Maharani

1. slide tidak boleh lebih dari 8 baris

kecuali secondary survey dan


intervensi
2. Tidak ada di dalam power point yang
tidak jelas
3. Woc di word
4. Lengkapi dengan gambar

Pengertian
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk
oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine
pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari
kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%),
dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley
2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan
batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai dari
kaliks
sampai
dengan
uretra
anterior.(DR.
Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem
Perkemihan, hal. 76).

Lanjutan . . . . .
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya
batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007). Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan
ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian
turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang
terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli
ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal
dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering
terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).

Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
penghambat pembentuka batu yang normal (Sjabani,
2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin
dan mineral struvit (Sjabani, 2006). Batu struvit
(campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga
disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di
dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran
batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau
lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini
bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises
renalis

Lanjutan . . . . .
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina
(2008) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu saluran
kemih, yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria,
hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan,
infeksi dan kejenuhan mineral dalam air
minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi


pembentukan saluran kemih antara lain:
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran
kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
d. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih
memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding
dengan yang
tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara
banyak
minum
air
akan
mengurangi
kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.

h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan panas sehingga pengeluaran cairan
menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh
hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu
saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein
hewani, kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan
tinggi garam akan meningkatkan resiko pembentukan
batu karena mempengaruhi saturasi urine.

Klasifikasi
Teori pembentukan batu renal :
1.Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan
adanya substansi organik sebagai inti. Substansi
ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein
A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
2.Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu
dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya
batu.

3.Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin
dan garam urat, urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.
4.Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti
peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium,
asam
mukopolisakarida
akan
mempermudah terbentuknya Batu Saluran
Kencing.

Manifestasi Klinik
1. Ketika

batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,


menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal.
2.Batu di piala ginjal
a.Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b.Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
c.Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan
pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati testis.
d.Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
e. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.

Lanjutan . . . . .
3.Batu yang terjebak di ureter
a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar
biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha
dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit
urine yang keluar
c. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d.Biasanya batu bisa keluar secara spontan
dengan diameter batu 0,5-1 cm.

PATOFISIOLOGI . . . . . .
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih
atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor
lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah
menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin.
Masalah-masalah
dengan
metabolisme
purin
mempengaruhi
pembentukan batu asam urat.pH urin juga mendukung pembentukan
batu.Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin
yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat
dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah
cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan
atau
pengendapan
semakin
bertambah
dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Lanjutan . . . . .
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat
bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu
yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak
darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks
urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis
karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal
sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal.vMaka dapat
terjadi penyakitGGK yang dapat menyebabkan kematian.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara
umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah
putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta
serpihan,
mineral,
bakteri,
pus,
pH
urine
asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau
alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau
batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih
(stapilococus
aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium,
kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit.

Lanjutan . . . . .
5.BUN/kreatinin

serum dan urine : Abnormal ( tinggi


pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan
kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin
meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan)
atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

Lanjutan . . . . .
10.Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada
gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari
tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11.Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau
perubahan anatomikpada area ginjal dan sepanjang
ureter.
12.IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan
abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan
garis bentuk kalkuli.
13.Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih
dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi.

Lanjutan . . . .
14.Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan
kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
15.USG Ginjal : untuk menentukan perubahan
obstruksi, lokasi batu.

Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal
atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang
lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu ginjal

Penatalaksanaan
1.Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa.
Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan,
kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif
atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase
batu tersebut ke bawah.Masukan cairan sepanjang hari mengurangi
kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine
yang besar.
2.Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
3.Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk
batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas
sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.

Lanjutan . . . . . . . . . . . .
a.Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor
dalam diet dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih
lanjut.
b.Batu fosfat, diet rendahfosfor dapat diresepkan untuk pasien
yang memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli
aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini
bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran
intensial bukan ke system urinarius.
c.Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet
rendah purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
d.Batu oksalat, urine encerdipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup
sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
e.Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang
kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau
uteroroskopi.

4. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah


prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan
batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian
yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan
secara spontan
5.Metode
Endourologi
Pengangkatan
batu,
bidang
endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan
urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan
mayor.
6.Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan
memasukan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
7.Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan
batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk
pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak
metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah
larut (struvit).

Lanjutan . . . . . . .
8.
Pengangkatan
Bedah,sebelum
adanya
lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah
merupakan terapi utama. Jika batu terletak di
dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi
(Insisi
pada
ginjal
untuk
mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal
tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis.
Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan
batu
yang
diangkat
dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di
kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan
penjepit
alat
ini.
Prosedur
ini
disebut
sistolitolapaksi.

Pencegahan
1. Usahakan diuresis yang adekuat : minum air 2-3
liter per hari dapat dicapai diuresis 1,5 liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit
batu (rendah kalsium tinggi sisa asam, diet tinggi
sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk
batu struvit.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


PENGKAJIAN FOKUS
Brunner dan Sudarth (2003) menyebutkan
asuhan keperawatan pada batu saluran kemih
meliputi seperti berikut ini :
1. Riwayat atau adanya faktor resiko:
a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing (ISK)
sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

Identitas
Nama:
Umur: Paling sering 30 50
tahun
Jenis kelamin:3 x Lebih banyak pada
pria
Alamat:Tinggal di daerah panas
Pekerjaan: perkerja berat
2.Keluhan Utama
a.Nyeriyang luar biasa, akut/kronik.
b.Kolik yang menyebar ke paha dan
genetelia.

3.Riwayat Penyakit Dahulu


a.Pernah menderita infeksi saluran kemih.
b.Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
c.Bekerja di lingkungan panas.
d.Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan
kalsium.
e.Olahragawan.
4.Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri, Mual / Muntah, Hematuria, Diare, Oliguria, Demam,
Disururia
5.Riwayat Penyakit Keluarga
a.Pernah menderita urolitiasis
b.Riwayat ISK dalam keluarga

2. Pemeriksaan fisik pada survei umum


dapat menunjukkan :
a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan
nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral
menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang
timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih,
Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat
bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan
nyeri dan penurunan haluaran urine bila
masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat
obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila
terdapat kerusakan jaringan ginjal

3. Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik


a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : 1.Pekerjaan monoton, pekerjaan
dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi
2.Keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla
spinalis.
b. Sirkulasi
Tanda : 1. Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas,
gagal Ginjal)
2. Kulit kemerahan dan hanga; pucat.

c. Eliminasi
Gejala : 1. Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus)
2. Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.
3. Rasa terbakar, dorongan berkemih
4. Diare
Tanda : 1. Olisuria, hematuria, piuria
2. Perubahan pola berkemih
d. Makanan/cairan
Gejala : 1. Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
2. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
3. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air
dengan cukup
Tanda : 1. Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus
2. Muntah

e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : 1. Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi
tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul
di region sudut kostovertebral, dapat menyebar
kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat
paha/genetalia.
Nyeri
dongkal
konstan
menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus
ginjal.
2. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain
Ronda : 1. Melindungi ; perilaku distraksi
2. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
f. Keamanan
Gejala : 1. Penggunaan alcohol
2. Demam, menggigil

g. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : 1. Riwayat kalkulus dalam keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
2. Riwayat penyakit usus halus, bedah
abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme
3.Penggunaan antibiotic,antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner dan Sudarth (2003) dan NANDA
(2012) pada pasien dengan batu saluran kemih
sebelum penatalaksanaan operasi dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan seperti berikut ini:
Diagnosa Pra Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan,
pembentukan edema, iskemia selular.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.

Lanjutan . . . . .
3.
Resti
kekurangan
volume
cairan
berhubungan dengan mual/muntah (iritasi
sarah abdominal dan pelvic umum dari
ginjal atau kolik uretral), diuresis pasca
obstruksi.
4. Defisiensi pengetahuan kebutuhan belajar
tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat;
salah
interpretasi
informasi,
tidak
mengenal
sumber
informasi.

Lanjutan . . . . .
Diagnosa Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi
bedah
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif : alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih sering.
Trauma jaringan, insisi bedah.

Intervensi

TERIMA KASIH . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai