Anda di halaman 1dari 12

ABU

Merupakan residu anorganik yang didapat


dengan pengabuan atau memanaskan pada suhu
tinggi > 450C
Atau
pendestruksian
komponen-komponen
organik dengan asam kuat.
Residu anorganik ini terdiri dari bermacammacam mineral yang komposisi dan jumlahnya
tergantung pada jenis bahan pangan dan metode
analisis yang digunakan

PRINSIP PENETAPAN ABU

Abu dalam bahan pangan ditetapkan


dengan menimbang sisa mineral sebagai
hasil pembakaran bahan organik pada
suhu sekitar 550 0C

PERALATAN
Cawan pengabuan terbuat dari platina, nikel, atau silika,
lengkap dengan tutupnya.
Fungsinya : untuk menempatkan sampel pada proses
penimbangan dalam analisis dan wadah dalam pemanasan
suhu tinggi.
Hot plate, Fungsinya : untuk mengatur suhu pada waterbath
dengan temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih
dari pelarut).
Tanur pengabuan, fungsinya : menguapkan air dan bahan
volatile lain danzat-zat organik yang ada didalam sampel
dibakar hingga menghasilkan CO2, H2O dan N2
Penjepit cawan, Fungsinya : untuk menjepit cawan pada saat
pemanasan

INDIKATOR PEMBAKARAN
Tahapan pembakaran dalam penetapan kadar abu bertujuan
untuk mengoksidasi semua bahan organik yang terkandung
dalam bahan yang akan ditentukan kadar abunnya karena
suatu bahan makanan bila dipanaskan pada suhu 600C maka
semua zat-zat organiknnya akan teroksidasi menjadi CO2H2O
dan gas-gas lain. Dan yang tertinggal (tersisa) adalah zat-zat
anorganiknya (mineral/abu).
Indikator Pembakaran Abu : Zat yang tertinggal dalam tanur
setelah pembakaran dengan suhu tinggi selama 6 jam yang
bewarna putih adalah zat anorganik(mineral/abu).

PENGABUAN KERING
KELEBIHAN
1. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan
bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relatif
banyak,
2. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam
air, serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
3. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak
menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
KELEMAHAN
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama,
2. Tanpa penambahan regensia,
3. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan
4. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi
(Apriantono, 1989)

Suhu Pengabuan Kalium Adalah 220 oC


480 0C

Mieneral

yang

tidak

dapat

dianalisa

dengan

pengabuan kering adalah merkuri dan arsen.

PENGABUAN BASAH
PRINSIP : Memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan

sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa


ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas
anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu
tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol
membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya
porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat
oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas
dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga
mempercepat proses penngabuan (Sudarmadji, 1996).

KELEBIHAN
1. Waktu yang diperlukan relatif singkat,
2. Suhu yang digunakan relatif rendah,
3. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relative
rendah,
4. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat
pengabuan, dan
5. Penetuan kadar abu lebih baik.
KELEMAHAN
1.
Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam
beracun.
2. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan
Memerlukan
3. koreksi terhadap regensia yang digunakan (Apriantono
(1989).

Suhu Pengabuan pada umumnya dilakukan


pada suhu
> 550 0C
Dan suhu pengabuan pada suhu rendah adalah
450 0C

3 Macam Pengabuan Basah


1.

Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2SO4.

2.

Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4, dan HClO4.

3.

Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4, dan H2O2.

PRINSIP PENETAPAN KALSIUM


Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat. Endapan
dilarutkan dalam H2SO4encer panas dan dititrasi dengan
KMnO4

Guna Ammonium Oksalat


Larutan untuk mengikat
suasana basa

kalsium dan

memberikan

Guna Asam Sulfat Encer


Untuk Mempercepat reaksi kimia senyawa-senyawa
organik.

PRINSIP PENETAPAN Mg
Di dalam larutan alkali yang telah dihilangkan kalsium dan
besinya, magnesium diendapkan sebagai magnesium
ammonium fosfat. Endapan dilarutkan didalam larutan asam
dan jumlah fosfor dapat ditentukan secara kalorimetrik,
dengan demikian jumlah magnesium juga dapat ditentukan.

PRINSIP PENETAPAN Fe
Kandungan besi di dalam bahan pangan dianalisa dengan mengkonversi besi
dari bentuk fero menjadi feri dengan menggunakan oksidator seperti K2S2O8
(Potasium persulfat) dan H2O2 (Hidrogen peroksida), kemudian direaksikan
dengan KSCN (Potasium tiosianat) sehingga membentuk feritiosianat yang
bewarna merah. Warna yang terbentuk dapat diukur absorbansinya pada
spektrofotometer dengan penjang gelombang 480 nm

Anda mungkin juga menyukai