Anda di halaman 1dari 59

BIODATA

NAMA

: JUNIOR TUMILAAR S.IP.

PANGKAT: KOLONEL CZI/NRP.31704 AKMIL-1988


JABATAN : DOSEN UTAMA SESKOAD
STATUS

: K-4

ALAMAT : JLN.GATOT SUBROTO NO.96 SESKOAD


DI JLN.BUKIT
BARISAN NO.20 BANDUNG.
MK.
.

:MK.PENDIDIKAN PANCASILA.

SELAMAT BERTEMU DI
PERKULIAHAN
MK.PENDIDIKAN PANCASILA.
.

PERTEMUAN
KE-1 (kesatu)

KOMPETENSI
MK.PENDIDIKAN
Mahasiswa PANCASILA
mampu
membangun
paradigma baru dalam dirinya sendiri
berdasar nilai-nilai Pancasila melalui
kemampuan
menjelaskan
sejarah,
kedudukan
dan
hakekat
sila-sila
Pancasila, merespon persoalan aktual
bangsa dan negara, dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.

PANCASILA
Pancasilaadalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dariSanskerta:pacaberarti lima
danlaberarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan)Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa
perumusan Pancasilapada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati
sebagai hari lahirnya Pancasila.

Kemampuan akhir yang diharapkan dalam


pertemuan Minggu kesatu dan kedua (bobot
10%)

Mahasiswa mampu menjelaskan dan


memahami,dengan bahan kajian berupa
Pancasila dalam kajian Sejarah Bangsa
Indonesia, yaitu terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.

Era Pra Kemerdekaan.


Era Kemerdekaan.
Era Orde Lama.
Era Orde Baru.
Era-Reformasi.

Rumusan-rumusan Pancasila
(di download di situs Wikipedia pd Minggu,20 September 2015 di Gerlong Bandung pada jam 17.30 Wib.).

Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan


Republik Indonesia telah diterima secara luas dan telah
bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan
MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
II/MPR/1978
tentang
Pedoman
Penghayatan
dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara jo Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sementara
dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain
itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil
kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang
kemudian sering disebut sebagai sebuah Perjanjian
Luhur bangsa Indonesia.

Rumusan-rumusan Pancasila
download di situs Wikipedia pd Minggu,20 September 2015 di Gerlong Bandung pada jam 17.30 Wib.).

Lanjutan

Namun di balik itu terdapat sejarah panjang perumusan


sila-sila Pancasila dalam perjalanan ketatanegaraan
Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa
mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi
yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa
pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah
Pancasila. Artikel ini sedapat mungkin menghindari
polemik dan kontroversi tersebut. Oleh karena itu artikel
ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan
"pertandingan") antara rumusan satu dengan yang lain
yang terdapat dalam dokumen-dokumen yang berbeda.
Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi
kedudukan rumusan yang lebih akhir.

Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan


Pancasila yang telah atau pernah muncul. Rumusan
Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang
berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut
turut akan dikemukakan rumusan dari Muh Yamin,

(di

Daftar isi

1 Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.


1.1 Rumusan Pidato
1.2 Rumusan Tertulis
2 Rumusan II: Soekarno, Ir.
2.1 Rumusan Pancasila [5]
2.2 Rumusan Trisila [6]
2.3 Rumusan Ekasila [7]
3 Rumusan III: Piagam Jakarta
3.1 Rumusan kalimat [8]
3.2 Alternatif pembacaan
3.3 Rumusan dengan penomoran
3.4 Rumusan populer
4 Rumusan IV: BPUPKI
4.1 Rumusan kalimat [10]
4.2 Rumusan dengan penomoran
5 Rumusan V: PPKI
5.1 Rumusan kalimat [11]
5.2 Rumusan dengan penomoran
6 Rumusan VI: Konstitusi RIS
6.1 Rumusan kalimat [12]
6.2 Rumusan dengan penomoran

(utuh)

(utuh)

(utuh)

(utuh)

Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.


Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei 1 Juni 1945 beberapa
anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan
rancangan blue print Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei
1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI
baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.
Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan
lima calon dasar negara yaitu[1]:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri ke-Tuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara.
Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan
sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu [2]:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kebangsaan Persatuan Indonesia
Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan II: Soekarno, Ir.


Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar negara, di
antaranya adalah Ir Sukarno [3]. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal
sebagai hari lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada yang tidak setuju
mengenai pancasila yaitu Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam bagi pemelukpemeluknya.Lalu diganti bunyinya menjadi Ketuhanan Yg Maha Esa. Usul Sukarno sebenarnya
tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga
prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah
Pancasila (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli
bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno
di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila [4].
Rumusan Pancasila

[5]

Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
Mufakat,-atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan
Rumusan Trisila

[6]

Sosio-nasionalisme
Sosio-demokratis
ke-Tuhanan
Rumusan Ekasila
Gotong-Royong

[7]

Rumusan III: Piagam Jakarta

Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota


BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses
antara 2 Juni 9 Juli 1945, 9 orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia
kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota
BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan
pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut
memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal
dengan sebutan "Panitia Sembilan") yang bertugas untuk menyelaraskan
mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah
antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan
golongan Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler di mana
negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan
di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam
sebuah dokumen Rancangan Pembukaan Hukum Dasar. Dokumen ini pula
yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun
rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari
dokumen Rancangan Pembukaan Hukum Dasar (paragraf 1-3 berisi
rancangan pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence).
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para
"Pendiri Bangsa".
Rumusan kalimat [8]
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang

Rumusan III: Piagam Jakarta-lanjutan..

Alternatif pembacaan
Alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan
dasar negara pada Piagam Jakarta dimaksudkan
untuk memperjelas persetujuan kedua golongan
dalam BPUPKI sebagaimana terekam dalam dokumen
itu dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam
paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub anak
kalimat.
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
[A] dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar[:]
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan[;]
serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan III: Piagam Jakarta-lanjutan-2..


Rumusan dengan penomoran (utuh)
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta
yang beredar di masyarakat adalah:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan IV: BPUPKI


Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang
berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen
Rancangan Pembukaan Hukum Dasar (baca Piagam
Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat
pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945. Dokumen
Rancangan Pembukaan Hukum Dasar tersebut
dipecah dan diperluas menjadi dua buah dokumen
berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal
dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf)
dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa
perluasan sedikitpun). Rumusan yang diterima oleh
rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit
berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu
dengan menghilangkan kata serta dalam sub anak
kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara
hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi
pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas [9].

Rumusan IV: BPUPKI


lanjutan.

Rumusan kalimat [10]


dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan dengan penomoran (utuh)
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan V: PPKI

Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh
Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula dengan Tentara
Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus
segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari
Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kalimantan), di antaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Sukarno
menyatakan
keberatan
dengan
rumusan
dengan
kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya untuk ikut
disahkan menjadi bagian dasar negara. Untuk menjaga integrasi bangsa
yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta dan
berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan
Islam, di antaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki
Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah
diadakan
konsultasi
mendalam
akhirnya
mereka
menyetujui
penggantian rumusan Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dengan rumusan Ketuhanan
Yang Maha Esa demi keutuhan Indonesia.

Rumusan V: PPKI Lanjutan


Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno
terdapat usulan untuk menghilangkan frasa menurut dasar dari Ki
Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi
kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD
inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
Rumusan kalimat [11]
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan dengan penomoran (utuh)
ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia
Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Rumusan VI: Konstitusi RIS

Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah


Republik Indonesi semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada
akhir 1949 Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta (RI
Yogyakarta) terpaksa menerima bentuk negara federal yang
disodorkan pemerintah kolonial Belanda dengan nama
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya menjadi sebuah
negara bagian saja. Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 tetap berlaku bagi RI Yogyakarta,
namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi Federal
(Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh negara
bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan dasar negara
terdapat dalam Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga.
Konstitusi RIS disetujui pada 14 Desember 1949 oleh enam
belas negara bagian dan satuan kenegaraan yang tergabung
dalam RIS.

Rumusan VI: Konstitusi RIS Lanjutan


Rumusan kalimat [12]
, berdasar pengakuan ke-Tuhanan
Yang Maha Esa, perikemanusiaan,
kebangsaan, kerakyatan dan keadilan
sosial.
Rumusan dengan penomoran (utuh)
ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan,
kebangsaan,
kerakyatan
dan keadilan sosial

Rumusan VII: UUD Sementara

Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan


kehancuran. Hanya dalam hitungan bulan negara bagian RIS
membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI
Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang
tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT[13], dan NST[14]. Setelah
melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS,
sebagai kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan
negara kesatuan dan mengadakan perubahan Konstitusi RIS
menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut dilakukan dengan
menerbitkan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi UndangUndang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No
37) yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar
negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari
Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.

Rumusan VII: UUD Sementara


Lanjutan

Rumusan kalimat[15]
, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang
Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial,
Rumusan dengan penomoran (utuh)
ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan,
kebangsaan,
kerakyatan
dan keadilan sosial

Rumusan VIII: UUD 1945


Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang
akan menggantikan UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus
1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah
pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno,
mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang
salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang
disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD
Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara. Dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi
rumusan resmi yang digunakan.
Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah
menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai
produk ketetapannya, di antaranya:
Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan
Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.

Rumusan VIII: UUD 1945 Lanjutan.


Rumusan kalimat [16]
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan dengan penomoran (utuh)
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia
Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan IX: Versi Berbeda[17]


Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945,
MPR pernah membuat rumusan yang agak sedikit berbeda.
Rumusan ini terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia.
Rumusan
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial.

Rumusan X: Versi Populer[18]

Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang


beredar dan diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan
Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara umum dan
diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar
negara. Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam
UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata dan serta frasa
serta dengan mewujudkan suatu pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
Rumusan
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Epilog
Pancasila sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah dasar negara dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia
harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara (Pasal 1
Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 jo
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 jo
Pasal I Aturan Tambahan UUD 1945).

Catatan kaki
^ Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945. Edisi kedua. Jakarta:
SetNeg RIselanjutnya disebut Risalah 2
^ Risalah 2
^ Sidang Sesi I BPUPKI tidak hanya membahas mengenai calon dasar negara namun juga membahas hal yang
lain. Tercatat dua anggota Moh. Hatta, Drs. dan Supomo, Mr. mendapat kesempatan berpidato yang agak
panjang. Hatta berpidato mengenai perekonomian Indonesia sedangkan Supomo yang kelak menjadi arsitek UUD
berbicara mengenai corak Negara Integralistik
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Risalah 2
^ Konstitusi Republik Indonesia Serikat
^ Negara Indonesia Timur, wilayahnya meliputi Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, Kepulauan Nusa Tenggara,
dan seluruh kepulauan Maluku
^ Negara Sumatera Timur, wilayahnya meliputi bagian timur provinsi Sumut (sekarang)
^ Undang-Undang Dasar Sementara
^ UUD 1945 (dekrit 1959), Tap MPR No XVIII/MPR/1998, Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
^ Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
^ Tap MPR No II/MPR/1978

Referensi

UUD 1945
Konstitusi RIS (1949)
UUD Sementara (1950)
Berbagai Ketetapan MPRS dan MPR RI
Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang
BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945.
Edisi kedua. Jakarta: SetNeg RI
Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan
Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka
Lihat pula

SELAMAT BERTEMU KEMBALI DI


PERKULIAHAN
MK.PENDIDIKAN PANCASILA.
.

PERTEMUAN
KE-2 (kedua)pada hari
Rabu, 16 September
2015 pada jam 12.0013.30 Wib.

Era Pra Kemerdekaan.


Era Kemerdekaan.
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi,
terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu:
Lima DasarolehMuhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal29 Mei
1945.Yaminmerumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar
pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah
lama berkembang diIndonesia.Mohammad Hattadalam memoarnya
meragukan pidato Yamin tersebut.[1]
Panca SilaolehSoekarnoyang dikemukakan pada tanggal1 Juni1945
dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "
Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai
berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan,
dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,
katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,

Era Pra Kemerdekaan.


Era Kemerdekaan.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara
secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah:
-Rumusan Pertama:Piagam Jakarta(Jakarta Charter) tanggal22 Juni1945
-Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar tanggal18 Agustus1945
-Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat - tanggal27 Desember1949
-Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar
Sementara - tanggal15 Agustus1950
-Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh
Rumusan Pertama (merujukDekrit Presiden 5 Juli 1959)

Era Orde Lama


(penjelasannya sama dengan di
era pra kemerdekaan dan era
kemerdekaan)

Orde
Lamadalam
sejarah
politikIndonesiamerujuk kepada masa
pemerintahanSoekarno(1945-1965).
Istilah ini tentu saja tidak digunakan
pada saat itu, dan baru dicetuskan pada
masa
pemerintahanSoehartoyang
disebut juga denganOrde Baru.

Era Orde Baru

Orde Baruadalah sebutan bagi masa pemerintahan


PresidenSoehartodiIndonesia.
Orde
Baru
menggantikanOrde Lamayang merujuk kepada era
pemerintahanSoekarno. Lahirnya Orde Baru diawali
dengan dikeluarkannyaSurat Perintah 11 Maret 1966.
[1]Orde Baru berlangsung dari tahun1966hingga
1998.
Dalam
jangka
waktu
tersebut,
ekonomi Indonesiaberkembang pesat meskipun hal
ini terjadi bersamaan dengan praktikkorupsiyang
merajalela.

Era Orde Baru

Bagaimana dengan Pancasila ?


Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujukDekrit Presiden
5 Juli 1959)
Hari Kesaktian Pancasila[sunting|sunting sumber]
Pada tanggal30 September1965, terjadi insiden yang dinamakanGerakan 30 September
(G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai
siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok reliji
terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usahaPKImengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkanPartai Komunis Indonesiadan
membenarkan peristiwaPembantaian di Indonesia 19651966 .
Pada hari itu, enam Jendral dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknumoknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan30 Septembersebagai Hari Peringatan Gerakan 30 SeptemberG30Sdan
tanggal1 Oktoberditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Butir-butir pengamalan Pancasila [2][sunting|sunting sumber]
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam
Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Era Reformasi

Era Pasca SoehartoatauOrde


Reformasi
diIndonesiadimulai
pada pertengahan1998, tepatnya
saatPresidenSoeharto
mengundurkan diri pada21 Mei
1998dan digantikan wakil presiden
BJ Habibie.

Era Reformasi

BAGAIMANA DENGAN PANCASILA?


Mahasiswa bisa mengamati dan
menyimpulkan sendiri, karena era
ini adalah era para mahasiswa
dilahirkan
dan
mengalaminya
sendiri.

SELAMAT BERTEMU KEMBALI DI


PERKULIAHAN
MK.PENDIDIKAN PANCASILA.
.
PERTEMUAN
KE-3(ketiga)

1.Utk klas C & D pada hari


Rabu, 23 September 2015
pada jam 12.00-13.30 Wib.
2.Utk klas A & B pada hari
Sabtu, 26 September 2015
pada jam 07.00-08.30 Wib.

Kemampuan akhir yang diharapkan dalam


pertemuan Minggu ketiga dan keempat (bobot
15%)

Mahasiswa mampu menganalisis dan


mengevaluasi,dengan
bahan kajian
berupa Pancasila sebagai dasar
Indonesia, yaitu terdiri dari :
1.Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945.
2.Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945.
3.Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial
Budaya dan Hankam.

1.Bentuk pembelajaran-Ceramah & Case Study.


2.Kriteria penilaian (Indikator)-Kejelasan dalam mengkritisi/mengevaluasi
kebijakan pemerintah yang sesuai/tidak sesuai dengan Pancasila.

HUBUNGAN
PANCASILA
DENGAN PEMBUKAAN UUD
NRI TAHUN
1945
Periode UUD 1945
masa orde
baru (11
Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan
konsekuen.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat "sakral", di antaranya melalui sejumlah peraturan:
1.-Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa
MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
2.-Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.
3.-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum,
yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1983.

HUBUNGAN
PANCASILA
DENGAN PEMBUKAAN UUD
NRI TAHUN 1945
Periode
21 Mei
1998 - 19
Lanjutan
-1

Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak
Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan
lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya
perubahan (amendemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang
tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes"
(sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara
yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

HUBUNGAN
PANCASILA
DENGAN PEMBUKAAN UUD
NRI TAHUN
1945
Periode UUD 1945
masa orde
baru (11
Maret 1966Lanjutan
- 21 Mei2..
1998)
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di
antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD
1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
(staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensial.

HUBUNGAN
PANCASILA
DENGAN PEMBUKAAN UUD
NRI TAHUN 1945
Lanjutan
3.. orde baru (11
Periode UUD
1945 masa
Maret 1966 - 21 Mei 1998)
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amendemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum
dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999
Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000
Perubahan Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001
Perubahan Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002
Perubahan Keempat UUD 1945

Kesimpulannya
dari
pertanyaan
BAGAIMANA HUBUNGAN PANCASILA
DENGAN PEMBUKAAN UUD NRI
TAHUN
1945adalah
?
Jawaban
ringkasnya
sebagai berikut :

Kita ketahui bersama bahwa pada Pembukaan UUD


NRI Tahun 1945 di alinea empat tertulis rumusan
Pancasila. (Selanjutnya ditambah penjelasan) bahwa
Pancasilaadalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta
:pacaberarti lima danlaberarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf
ke-4 Preambule (Pembukaan)Undang-undang Dasar 1945.

Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD


NRI tahun 1945.
Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Pada tanggal12 April1976PresidenSoehartomengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan
Pancasila,
yang
terkenal
dengan
namaEkaprasatya
Pancakarsaatau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4).[butuh rujukan]Untuk mendukung pelaksanaanPancasila
danUndang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen,
maka sejak tahun1978pemerintah menyelenggarakan penataran
P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran
P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai
demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang
sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan
terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde
Baru.[butuh rujukan]

Penjabaran Pancasila dalam Batang


Tubuh UUD NRI tahun 1945 Lanjutan 1
Sehingga
sejak
tahun1985pemerintah
menjadikan
Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan
berorganisasi.
Semua
bentukorganisasitidak
boleh
menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila
sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari
sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial
masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi
tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua
prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai
dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan
industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya.
Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang
tidak boleh diperdebatkan.[butuh rujukan]

Butir-butir pengamalan Pancasila(36 BUTIR)

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978


tentang
Ekaprasetia
Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam
Pancasila
menjadi
36
butir
pengamalan
sebagai
pedoman
praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

SILA KESATU
BINTANG

Ketuhanan Yang Maha Esa

1.Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2.Hormat menghormati dan bekerjasama antar
pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
3.Saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4.Tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.

SILA KEDUA
RANTAI

Kemanusiaan yang adil dan beradab

1.Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan


persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2.Saling mencintai sesama manusia.
3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap
hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

SILA KETIGA
POHON BERINGIN

Persatuan Indonesia

1.Menempatkan kesatuan, persatuan,


kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
2.Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
3.Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4.Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah
Air Indonesia.
5.Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

SILA KEEMPAT
KEPALA BANTENG

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

1.Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat
kekeluargaan.
5.Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil musyawarah.
6.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
7.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

SILA KELIMA
PADI DAN KAPAS

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1.Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2.Bersikap adil.
3.Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.Menghormati hak-hak orang lain.
5.Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6.Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.Tidak bersifat boros.
8.Tidak bergaya hidup mewah.
9.Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.Suka bekerja keras.
11.Menghargai hasil karya orang lain.
12.Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

KETETAPAN MPR NO. I/MPR/2003


DENGAN 45 BUTIR PANCASILA.
Butir-butir
pengamalan
Pancasila
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang
Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima
asas dalam Pancasila menjadi 36 butir
pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
pelaksanaan
Pancasila.
Tetapi
kemudian
Ketetapan ini
dicabut dengan Tap MPR
No. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.

Sila pertama
Bintang
Ketuhanan Yang Maha Esa

1.Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
6.Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7.Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

Sila kedua
Rantai

Kemanusiaan yang adil dan beradab

1.Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3.Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

Sila ketiga
Pohon Beringin
Persatuan Indonesia

1.Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta


kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2.Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5.Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6.Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7.Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

Kepala Banteng Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

1.Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2.Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6.Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7.Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima
Padi Dan Kapas

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1.Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.Menghormati hak orang lain.
5.Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7.Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8.Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9.Suka bekerja keras.
10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

YAYASAN KARTIKA EKA PAKSI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI)
Sekretariat : JL. Terusan Jenderal Sudirman, P.O. Box 148, Telp. (022) 665 0465 Cimahi - 40533
Nama
:
Nim/Kelas
:
Fak./Jur/Semtr :
Tanda-Tangan :

LEMBAR PENUGASAN

Penugasan Merangkum Pertemuan Kesatu-Kedua dan Menjawab Pertanyaan Esai MK.


Pendidikan Pancasila kepada mahasiswa reguler Fakultas Farmasi S-1 semester I kelas A-B(tgl 26
Sep2015) dan kelas C-D(tgl 23 Sep15) pada pertemuan Ketiga September 2015.

I.Petunjuk penugasan :
A.Buatlah Rangkuman Pertemuan Kesatu-Kedua (jumlah kata minimal 300/tiga ratus kata atau
1,5 halaman folio) tulisan tangan dan Jawablah pertanyaan-pertanyaan MK. Pendidikan
Pancasila di bawah ini, sesuai topik. Adapun produk penugasan ditulis tangan pribadi
mahasiswa/mahasiswi di atas kertas folio bergaris.Selanjutnya Produk tulisan tersebut diserahkan pada
tanggal hari pertemuan itu juga ke jurusan/Prodi Farmasi Fakultas Farmasi. Dan jangan lupa saat
menyerahkan produk, mahasiswa mengabsensi diri dengan tanda-tangan di daftar absen.
B.Referensi jawaban bisa dari internet dan buku-buku serta catatan perkuliahan mahasiswa.
II.Buatlah rangkuman dari pertemuan kesatu-kedua dengan topik Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia yang dibagi dalam era-era sebagai berikut-(1)Era Pra Kemerdekaan;(2)Era
Kemerdekaan;(3)Era Orde Lama;(4)Era Orde Baru;(5)Era Reformasi.

III.Pertanyaan-pertanyaan Esai dengan topik Pancasila Sebagai Dasar Negara,yang merupakan


bahan perkuliahan dalam pertemuan ketiga-keempat.
1.Bagaimana hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI(Negara Republik Indonesia) tahun 1945?.
2.Bagaimana penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD NRI tahun 1945 ?.
3.Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara dalam bidang
Politik,Ekonomi,Sosial Budaya dan Hankam ?.
IV.Selamat mengerjakan ! Terima-kasih.
Bandung, 20 September 2015
Dosen Pengampu
Ttd
Junior Tumilaar, S.IP.,MM.
Kolonel Czi NRP 31704

YAYASAN KARTIKA EKA PAKSI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI)
Sekretariat : JL. Terusan Jenderal Sudirman, P.O. Box 148, Telp. (022) 665 0465 Cimahi - 40533
Nama
:
Nim/Kelas
:
Fak./Jur/Semtr :
Tanda-Tangan :

LEMBAR PENUGASAN

Penugasan Merangkum Pertemuan Kesatu-Kedua dan Menjawab Pertanyaan Esai MK. Pendidikan Pancasila
kepada mahasiswa reguler Fakultas Farmasi S-1 semester I kelas A-B(tgl 26 Sep2015) dan kelas C-D(tgl 23
Sep15) pada pertemuan Ketiga September 2015.

I.Petunjuk penugasan :
A.Buatlah Rangkuman Pertemuan Kesatu-Kedua (jumlah kata minimal 300/tiga ratus kata atau 1,5 halaman
folio) tulisan tangan dan Jawablah pertanyaan-pertanyaan MK. Pendidikan Pancasila di bawah ini, sesuai topik.
Adapun produk penugasan ditulis tangan pribadi mahasiswa/mahasiswi di atas kertas folio bergaris.Selanjutnya Produk tulisan
tersebut diserahkan pada tanggal hari pertemuan itu juga ke jurusan/Prodi Farmasi Fakultas Farmasi. Dan jangan lupa saat
menyerahkan produk, mahasiswa mengabsensi diri dengan tanda-tangan di daftar absen.
B.Referensi jawaban bisa dari internet dan buku-buku serta catatan perkuliahan mahasiswa.
II.Buatlah rangkuman dari pertemuan kesatu-kedua dengan topik Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia yang dibagi dalam era-era sebagai berikut-(1)Era Pra Kemerdekaan;(2)Era Kemerdekaan;(3)Era Orde Lama;(4)Era
Orde Baru;(5)Era Reformasi.

III.Pertanyaan-pertanyaan Esai dengan topik Pancasila Sebagai Dasar Negara,yang merupakan bahan
perkuliahan dalam pertemuan ketiga-keempat.
1.Bagaimana hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI(Negara Republik Indonesia) tahun 1945?.
2.Bagaimana penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD NRI tahun 1945 ?.
3.Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan Negara dalam bidang Politik,Ekonomi,Sosial Budaya dan
Hankam ?.
IV.Selamat mengerjakan ! Terima-kasih.
Bandung, 20 September 2015
Dosen Pengampu
Ttd
Junior Tumilaar, S.IP.,MM.
Kolonel Czi NRP 31704

Anda mungkin juga menyukai