TRAUMA KEPALA
Presentan :
M. Insan Kamil
Lely Nilam Sari
Dimas Apriyandika
Havrinila R. Habib
ANATOMI KEPALA
Kulit Kepala
Tulang Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang
disusun menjadi dua bagian yaitu kranium (kalvaria)
yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah
yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak
mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah
tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada
permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan
supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah.
Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai dasar
tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi
oleh banyak lubang supaya dapat dilalui oleh saraf dan
pembuluh darah
Meningia
TRAUMA KEPALA
Epidemiologi
Patofisiologi
Bila suatu benda bergerak memukul kepala atau bergerak mengenai suatu benda, maka
pada waktu kontak antara keduanya akan terbentuk energi yang besarnya bergantung
pada massa, densitas, bentuk dan kecepatan benda yang memukul. Sebagian dari energi
benda akan diserap oleh kepala dan menyebabkan terjadinya deformitas berupa
pelekukan ke dalam (inbending) tulang pada lokasi benturan (impak). Jika energi yang
terserap melewati suatu ambang tertentu maka terjadilah fraktur tengkorak.
PEMERIKSAAN KLINIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dicatat tandatanda vital: kesadaran, nadi, tensi darah,
frekuensi dan jenis pernapasan serta
suhu badan. Tingkat kesadaran dicatat
yaitu kompos mentis,apatis, somnolen,
spoor, soporokoma atau koma. Selain itu
ditentukan dengan menilai Skala Koma
Glasgow
Pemeriksaan Laboratorium
Glukosa
Hematokrit
Pemeriksaan Rotgen
Foto rotgen
CT scan
MRI
Skala yang asli terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut: (Leon-Carrion, 2006;
Capruso dan Levin, 1996)
Meninggal
Vegetative state : tanda dari vegetative state adalah ketiadaan fungsi kognitif
yang ditunjukkan oleh hilangnya komunikasi total; yang menyatakan bahwa
korteks serebri tidak berfungsi lagi. Tidak seperti pada pasien koma, pasien
pada vegetative state memiliki respon buka mata, gerakan bola mata, dan
siklus tidur/bangun. Meskipun pasien pada vegetative state dapat
menunjukkan berbagai aksi motorik yang refleksif, kebiasaan ini tidak dapat
menunjukkan kesadaran. Meskipun pasien bangun tetapi mereka tidak
waspada
Disabilitas berat : sadar tetapi pasien yang membutuhkan pertolongan
termasuk dalam kategori ini. Meskipun tingkat ketergantungan bervariasi,
yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien yang tergantung pada
seorang caregiver pada seluruh aktifitas sepanjang hari. Pada beberapa
pasien, fungsi kognitif dan fisik masih relatif utuh, tetapi pasien sangat
disinhibisi atau apatis sehingga mereka tidak meninggalkan perlengkapan
peribadi mereka. Pasien yang tidak dapat ditinggal sendiri dan merawat diri
mereka sendiri selama interval 24 jam termasuk dalam kategori ini.
Periksa
sirkulasi
Periksa singkat atas kesadaran, pupil, tanda fokal serebral
dan cedera organ lain. Fiksasi leher dan patah tulang
ekstrimitas
Foto kepala dan bila perlu bagiann tubuh lain
CT Scan kepala bila curiga adanya hematom intrakranial
Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil, defisit fokal serebral
Hiperventilasi
Drainase
Diuretik :
Streroid
Berguna untuk mengurangi edema serebri pada tumor
otak. Akan tetapi menfaatnya pada cedera kepala tidak
terbukti, oleh karena itu sekarang tidak digunakan lagi
pada kasus cedera kepala
Posisi Tidur
Nutrisi
Kejang
Pengobatan:
Kejang pertama: Fenitoin 200 mg, dilanjutkan 3-4 x 100
mg/hari
Status epilepsi: diazepam 10 mg/iv dapat diulang dalam 15
menit. Bila cendrung berulang 50-100 mg/ 500 ml NaCl 0,9%
dengan tetesan <40 mg/jam. Setiap 6 jam dibuat larutan
baru oleh karena tidak stabil. Bila setelah 400 mg tidak
berhasil, ganti obat lain misalnya Fenitoin.
Cara pemberian Fenitoin, bolus 18 mg/KgB/iv pelan-pelan
paling cepat 50 mg/menit. Dilanjutkan dengan 200-500
mg/hari/iv atau oral Profilaksis: diberikan pada pasien cedera
kepala berat dengan resiko kejang tinggi, seperti pada
fraktur impresi, hematom intrakranial dan penderita dengan
amnesia post traumatik panjang
Neuroproteksi
Komplikasi sistematik
TERIMA KASIH