Anda di halaman 1dari 26

DIURETIKA

OLEH :
MUHIMMATUN NIMAH, S.Si., Apt.

DIURETIKA adalah : obat yg dapat menambah kecepatan


pembentukan & memperbanyak pengeluaran urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal.
Fungsi ginjal : (utama) memelihara kemurnian darah dg cara
mengeluarkan zat asing & sisa pertukaran zat dari dalam darah;
meregulasi kadar garam & cairan tubuh.
Proses diuresis (berkemih) : darah mengalir ke dalam
glomeruli di bagian luar ginjal, zat-zat seperti air, garam,
glukosa, disaring secara pasif oleh dinding glomeruli, dihasilkan
ultrafiltrat (air & elektrolit) yg ditampung dalam kapsul bowman
kemudian disalurkan ke tubuli proksimal & distal (keduanya
dihubungkan oleh lengkungan / Henles loop). Disini terjadi
reabsorpsi secara aktif terhadap air & glukosa, garam, ion Na+.
Zat tsb dikembalikan pd darah melalui kapiler, sisa yg tidak
penting (ureum) tidak diserap kembali. Filtrat dari tubuli
proksimal & distal ditampung di ductus colligens, air diserap
kembali, filtrat disalurkan ke kandung kemih & ditimbun sebagai
urin.

Ultrafiltrat yg dihasilkan orang dewasa 180 L


per hari dipekatkan menjadi 1L air kemih,
sisanya 99% direabsorpsi & dikembalikan pada
darah.
Suatu obat (diuretik) yg hanya sedikit
mengurangi reabsorpsi tubuler ( 1%) mampu
melipatgandakan volume kemih menjadi
2,6L.

Mekanisme kerja & tempat kerja diuretika


1. Diuretika osmotik
Tempat kerja :
a. tubuli proksimal
b. ansa Henle desendens
Mekanisme kerja :
a. penghambatan reabsorpsi Na+ & air
melalui daya osmotik.
b. penghambatan reabsorpsi Na+ & air oleh
karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
Contoh : manitol, sorbitol.

2. Diuretika kuat / diuretika lengkungan


Tempat kerja : ansa / lengkungan Henle bagian
asendens yg tebal, shg disebut Loop diuretics
Mekanisme kerja : menghambat transport Cl&
reabsorpsi Na+ shg ekskresi K+ & air diperbanyak.
Contoh : furosemida, etakrinat.
3. Diuretika thiazida
Tempat kerja : di bagian pertama tubuli distal
Mekanisme kerja : menghambat reabsorpsi NaCl.
Contoh : senyawa thiazida & klortalidon.

4. Diuretika Hemat Kalium


Tempat kerja : di bagian akhir tubuli distal & tubulus kolektivus
kortikal.
Mekanisme kerja : menghambat reabsorpsi Na+ & sekresi K+
dg jalan antagonis kompetitif dari aldosteron (contoh :
spironolakton) atau menghambat penukaran Na+ dg K+ dan
H+ , shg ekskresi Na bertambah sedangkan ekskresi Kalium
berkurang, (contoh : triamteren & amilorid).
5. Diuretika penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat kerja : tubuli proksimal
Mekanisme kerja : menghambat enzim karbonik anhidrase shg
karbonat, Na+ & K+ diekskresikan bersama air. Khasiat
diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachifilaxie
shg digunakan selang-seling (intermitten).
Contoh : asetazolamida.

Penggolongan diuretika (berdasarkan


kekuatan efeknya)

1. Diuretika lengkungan / kuat / loop diuretics


Contoh : furosemida, etakrinat.
Berefek kuat, cepat tapi agak singkat (4-6
jam).
Bila dosis dinaikkan, efek diuresisnya
bertambah.
Penggunaan : untuk udem otak & paru-paru;
hiperkalemia; gagal ginjal akut.
Cara pakai : per oral, pagi hari, post-coenam.

2. Diuretika thiazida
Contoh : derv. Thiazida (hidroklorotiazida =
HCT); klortalidon; indapamida.
Efeknya lebih lemah, lambat, tapi lebih lama (648 jam).
Bila dosis optimal dinaikkan lagi, efeknya
(diuresis & penurunan TD) tidak bertambah.
Penggunaan : terapi pemeliharaan hipertensi,
gagal jantung kongestif, diabetes insipidus
nefrogenik.

3. Diuretika hemat kalium


Contoh : antagonis aldosteron (spironolakton);
amilorida, triamteren.
Efeknya lemah, khusus digunakan sbg
kombinasi dg diuretika lain untuk menghemat
ekskresi kalium.
Penggunaan : gagal jantung kongestif, sindrom
nefrotik; dikombinasi dg diuretika kuat &
diuretika thiazida.

4. Diuretika osmotik (diuretika yg


meningkatkan ekskresi air).
Contoh : manitol, sorbitol.
Gol. Obat ini hanya direabsorpsi sedikit oleh
tubuli shg reabsorpsi air terbatas.
Efeknya adalah diuresis osmotis dg ekskresi air
tinggi & ekskresi Na+ sedikit.
Penggunaan : menaikkan volume urin (untuk
memperbaiki hemodinamika ginjal);
menurunkan tekanan intrakanial & menurunkan
tekanan intraokular sebelum operasi mata.

5. Diuretika penghambat enzim karbonik


anhidrase
Ketr lihat mek.kerja & tempat kerja
6. Diuretika tradisional (daun kumis kucing =
remukjung = orthosiphoni folium)
Daun Orthosiphon stamineus mengandung
glikosida : orthosiphonin, minyak atsiri, kalium.
Khasiat : diuretis & bakteriostatis, melarutkan
batu ginjal.
Sering dikombinasi dg daun meniran
(Phyllanthus urinaria) & daun keji beling
(Strabilonthus crispus), keduanya mengandung
kalium.

Penggunaan obat diuretika


1. Hipertensi
Penggunaan diuretik pd hipertensi untuk
mengurangi volume darah seluruhnya shg TD
menurun.
Mekanisme kerja diuretika sbg antihipertensiva :
mengurangi reabsorpsi Na+ shg pengeluaran Na+ &
air lewat ginjal (urin) ditingkatkan shg volume darah
& TD menurun.

Derv. Thiazida : pilihan utama pd hipertensi esensial


ringan; thiazida bekerja sbg vasodilator ringan.
Thiazid memperkuat efek obat hipertensi betablockers & ACE-inhibitors shg sering dikombinasi.
Penghentian penggunaan thiazid pd lansia tidak
boleh secara mendadak karena menimbulkan
kelemahan jantung & peningkatan TD.

Diuretik lengkungan / kuat / furosemid :


digunakan bila ada kontraindikasi dg thiazid
(misal : gangguan fungsi ginjal), atau bila
diperlukan efek diuretik yg segera. Pada jangka
lama, efek antihipertensiva diuretik kuat lebih
ringan karena tidak mempunyai efek
vasodilatasi arteriol secara langsung seperti
thiazid.
Diuretik hemat kalium : digunakan bersama
thiazid / diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia
Dosis diuretik untuk antihipertensi lebih rendah
daripada dosis untuk diuresis.

Penggunaan obat diuretika


2. Gagal jantung kongestif
Cirinya : peredaran darah tak sempurna & terdapat
cairan berlebihan di jaringan. Akibatnya air tertimbun
& terjadi udem (misal : di paru-paru).
Penggunaan diuretik untuk mengurangi akumulasi
udem (di paru-paru) shg terjadi penurunan kongesti
vaskular paru-paruyg akan memperbaiki oksigenasi &
fungsi miokard.
Diuretik yg digunakan : diuretik kuat (furosemid) jika
fungsi ginjal normal; kombinasi diuretik kuat dg thiazid
bila terjadi gangguan ginjal. Diuretik hemat kalium,
digunakan bersama thiazid atau diuretik kuat bila ada
bahaya hipokalemia.

3. Penyakit ginjal
cirinya : udem akibat proteinurea karena permeabilitas
membran glomeruli meningkat.
Pemilihan diuretik untuk penyakit ginjal harus
diperhatikan hal-hal sbb :
a. asetazolamid (diuretik penghambat enzim
karbonik anhidrase) & diuretik hemat kalium
dihindari karena menyebabkan asidosis &
hiperkalemia.
b. diuretik thiazid tidak efektif bila GFR turun < 30
ml/menit.
c. diuretik kuat (furosemid) merupakan obat
pilihan terbaik pd pengobatan udem penyakit
gagal ginjal.
d. Penggunaan diuretik berlebihan menyebabkan
fungsi ginjal menurun, konsekuensinya lebih
serius.

4. Sirosis hepatik
Adalah penyakit hati yg mengeras (sirosis hati),
diikuti dg udem & asites (busung perut, air
tertumpuk di rongga perut).
Sebaiknya digunakan dahulu diuretik hemat
kalium (spironolakton), kemudian diuretik kuat
atau thiazid.
5. Batu ginjal
Penyakit batu ginjal karena ada kebocoran
kalsium ginjal shg menyebabkan hiperkalsiuria.
Pemberian thiazid untuk meningkatkan
reabsorpsi kalsium di tubuli proksimal shg
menurunkan konsentrasi kalsium urin.

Resistensi diuretika
Adalah suatu komplikasi gagal jantung dg
pengobatan furosemid (p.o. sampai 250 mg /
hari) dg asupan garam terbatas tidak
menghasilkan efek shg secara potensial dapat
fatal & dapat diatasi dg menambah thiazid pada
furosemid.

Penyalahgunaan diuretika
Untuk melangsingkan tubuh bagi orang
gemuk (overweight) dg jalan
mengeluarkan cairan tubuh. Penyusutan
BB hanya sementara.
Penggunaan diuretika pada udem
kehamilan tidak dianjurkan karena
membahayakan penyaluran darah ke
janin.

Efek samping diuretik


1. Hipokalemia
Yaitu kekurangan kalium dalam darah karena kadar
kalium plasma turun.
Gejala : kelemahan otot, kejang, obstipasi, mualmuntah, kadang-kadang aritmia jantung.
Contoh : pengobatan gagal jantung dg furosemid
dosis tinggi & dikombinasi dg thiazid.
Thiazid dosis rendah untuk hipertensi (misal : HCT &
klortalidon 12,5 mg/hari), hanya sedikit menurunkan
kadar kalium shg tidak perlu ditambah kalium dari
luar, cukup dikombinasi dg diuretik penghemat
kalium.
Aritmia jantung yg diobati dg digitalis harus dimonitor
ketat, karena kekurangan kalium memperhebat
keluhan & menaikkan toksisitas digoksin serta
dikhawatirkan kematian mendadak.

2. Hiperurikemia
Hampir semua diuretik (kecuali amilorid)
menyebabkan peningkatan kadar asam urat
serum karena sekresi asam urat dipengaruhi
secara langsung oleh diuretik.
Diuretik thiazid (klortalidon) beresiko tinggi
untuk retensi asam urat & serangan encok pd
pasien yg sensitif.
Penggunaan diuretik dapat terjadi penyakit
gout (pd orang normal/sensitif), shg
hiperurikemia dapat diobati dg pemberian
allopurinol / probenesid.

3. Hiperglikemi
Dapat terjadi pd pasien DM, terutama dosis
tinggi thiazid & furosemid.
Mekanismenya diduga karena dikuranginya
sekresi insulin dari pakreas, meningkatkan
glikogenolisis & berkurangnya glikogenesis.
Bila hal ini terjadi maka penggunaan diuretik
dihentikan.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan terjadi dg peningkatan
kadar kolesterol total, LDL, VLDL, & trigliserida.
Klortalidon menurunkan kadar kolesterol HDL
(faktor pelindung PJP), kecuali indapamida
praktis tidak menaikkan kadar lipid tsb di atas.

5. Hiponatriemia
Diuretik kuat / lengkungan / furosemid dosis
besar atau diuretik lain yg bekerja di tubuli
distal menyebabkan diuresis yg terlalu cepat &
kuat menyebabkan kadar Na+ plasma menurun
drastis shg terjadi hiponatriemia.
Gejala : gelisah, kejang otot, haus, mengantuk,
kolaps.
Lansia peka dehidrasi shg pemberian diuretik
kuat diawali dg dosis rendah, berangsur-angsur
dinaikkan / obat diberikan berkala (misal : 3 4
kali seminggu).

6. Efek samping lainnya


Mual, muntah, diare, letih, nyeri kepala, pusing,
reaksi alergi (jarang).
Furosemid dosis besar menimbulkan
ototoksisitas (gangguan pendengaran yg erat
hubungannya dg dosis & reversibel). Biasanya
terjadi pada pasien gangguan ginjal / yg
mendapat obat-obat ototoksis lain (misal :
antibiotik aminoglikosid).

Interaksi obat

Kombinasi diuretika dg obat lain secara


bersama menimbulkan interaksi yg tak
dikehendaki, sbb :
1. ACE inhibitor vs diuretik (semua), terjadi
hipotensi mendadak, sebaiknya diberikan
setelah penggunaan diuretik dihentikan
selama 3 hari.
2. ACE inhibitor vs diuretik hemat kalium
(spironolakton, amilorida, triamteren),
mengurangi ekskresi kalium mengakibatkan
hiperkalemia.
3. Indometasin / NSAIDs vs diuretik hemat
kalium, menyebabkan nefrotoksisitas.

4. Antibiotik aminoglikosida vs diuretik kuat,


menambah ototoksisitas.
5. Antidiabetik oral vs thiazid / diuretik kuat,
mengurangi efek antidiabetik oral bila terjadi
hiperglikemi.
6. Digitalis vs thiazid / diuretik kuat,
meningkatkan intoksikasi digitalis, bila terjadi
hipokalemia.
7. Suplemen kalium vs diuretik hemat kalium,
mengakibatkan hiperkalemia.
8. Vitamin D & produk kalsium vs thiazid,
menimbulkan hiperkalsemia.

Kehamilan & laktasi


Thiazid & diuretik kuat dapat mengakibatkan
gangguan elektrolit pada janin & kelainan darah
pada neonatus.
Ibu hamil hanya dapat menggunakan diuretik
pada fase terakhir kehamilan atas indikasi ketat
& dg dosis serendah-rendahnya.
Spironolakton & amilorida, penggunaannya
pada ibu hamil dianggap aman di beberapa
negara (misal : swedia).
Furosemida, HCT, spironolakton dapat
mencapai ASI & menghambat laktasi.
========= THE END =================

Anda mungkin juga menyukai