DIURETIK
DIURETIK
OLEH :
MUHIMMATUN NIMAH, S.Si., Apt.
2. Diuretika thiazida
Contoh : derv. Thiazida (hidroklorotiazida =
HCT); klortalidon; indapamida.
Efeknya lebih lemah, lambat, tapi lebih lama (648 jam).
Bila dosis optimal dinaikkan lagi, efeknya
(diuresis & penurunan TD) tidak bertambah.
Penggunaan : terapi pemeliharaan hipertensi,
gagal jantung kongestif, diabetes insipidus
nefrogenik.
3. Penyakit ginjal
cirinya : udem akibat proteinurea karena permeabilitas
membran glomeruli meningkat.
Pemilihan diuretik untuk penyakit ginjal harus
diperhatikan hal-hal sbb :
a. asetazolamid (diuretik penghambat enzim
karbonik anhidrase) & diuretik hemat kalium
dihindari karena menyebabkan asidosis &
hiperkalemia.
b. diuretik thiazid tidak efektif bila GFR turun < 30
ml/menit.
c. diuretik kuat (furosemid) merupakan obat
pilihan terbaik pd pengobatan udem penyakit
gagal ginjal.
d. Penggunaan diuretik berlebihan menyebabkan
fungsi ginjal menurun, konsekuensinya lebih
serius.
4. Sirosis hepatik
Adalah penyakit hati yg mengeras (sirosis hati),
diikuti dg udem & asites (busung perut, air
tertumpuk di rongga perut).
Sebaiknya digunakan dahulu diuretik hemat
kalium (spironolakton), kemudian diuretik kuat
atau thiazid.
5. Batu ginjal
Penyakit batu ginjal karena ada kebocoran
kalsium ginjal shg menyebabkan hiperkalsiuria.
Pemberian thiazid untuk meningkatkan
reabsorpsi kalsium di tubuli proksimal shg
menurunkan konsentrasi kalsium urin.
Resistensi diuretika
Adalah suatu komplikasi gagal jantung dg
pengobatan furosemid (p.o. sampai 250 mg /
hari) dg asupan garam terbatas tidak
menghasilkan efek shg secara potensial dapat
fatal & dapat diatasi dg menambah thiazid pada
furosemid.
Penyalahgunaan diuretika
Untuk melangsingkan tubuh bagi orang
gemuk (overweight) dg jalan
mengeluarkan cairan tubuh. Penyusutan
BB hanya sementara.
Penggunaan diuretika pada udem
kehamilan tidak dianjurkan karena
membahayakan penyaluran darah ke
janin.
2. Hiperurikemia
Hampir semua diuretik (kecuali amilorid)
menyebabkan peningkatan kadar asam urat
serum karena sekresi asam urat dipengaruhi
secara langsung oleh diuretik.
Diuretik thiazid (klortalidon) beresiko tinggi
untuk retensi asam urat & serangan encok pd
pasien yg sensitif.
Penggunaan diuretik dapat terjadi penyakit
gout (pd orang normal/sensitif), shg
hiperurikemia dapat diobati dg pemberian
allopurinol / probenesid.
3. Hiperglikemi
Dapat terjadi pd pasien DM, terutama dosis
tinggi thiazid & furosemid.
Mekanismenya diduga karena dikuranginya
sekresi insulin dari pakreas, meningkatkan
glikogenolisis & berkurangnya glikogenesis.
Bila hal ini terjadi maka penggunaan diuretik
dihentikan.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan terjadi dg peningkatan
kadar kolesterol total, LDL, VLDL, & trigliserida.
Klortalidon menurunkan kadar kolesterol HDL
(faktor pelindung PJP), kecuali indapamida
praktis tidak menaikkan kadar lipid tsb di atas.
5. Hiponatriemia
Diuretik kuat / lengkungan / furosemid dosis
besar atau diuretik lain yg bekerja di tubuli
distal menyebabkan diuresis yg terlalu cepat &
kuat menyebabkan kadar Na+ plasma menurun
drastis shg terjadi hiponatriemia.
Gejala : gelisah, kejang otot, haus, mengantuk,
kolaps.
Lansia peka dehidrasi shg pemberian diuretik
kuat diawali dg dosis rendah, berangsur-angsur
dinaikkan / obat diberikan berkala (misal : 3 4
kali seminggu).
Interaksi obat