Anda di halaman 1dari 41

Fraktur

Naoly Lado (1108012047)

ANATOMI
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi
bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian
tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak, terutama
dalam tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka
penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson, 2006).

Nomber 2016

Stase Bedah

Nomber 2016

Stase Bedah

Potongan transversa tulang panjang


4

Nomber 2016

Stase Bedah

Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan
fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap
proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur
yang patologis (di tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,
deformitas, gangguan fungsi, pemendekan , dan krepitasi).

Nomber 2016

Stase Bedah

Derajat Faktur ( Gustillo )


luka kecil kurang dari 1 cm, bersih, terdapat sedikit
Derajat kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda trauma
yang hebat pada jaringam lunak
I
laserasi kulit melebihi 1 cm, tetapi tidak terdapat
Derajat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.fraktur
yang terjadi biasanya fraktur sederhana/ simpel
II
trauma tumpul yang hebat, fraktur hebat disertai kerusakan
jaringan yang luas disertai gangguan neurovaskular. Dibagi dalam 3
subtipe:

Derajat tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang
III
tidak dapat di tutup jaringan lunak
tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera.
6

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan letak

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan garis fraktur dan garis fraktur

10

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan Segmen fraktur

11

Nomber 2016

Stase Bedah

Berdasarkan hubungan fraktur tulang


displacement,
angulasi,
shortening,
rotasi,
avulsi/ amputasi
12

Nomber 2016

Stase Bedah

Klasifikasi Fraktur
Fraktur epifisis

13

Nomber 2016

Stase Bedah

Primary survey : airway, breathing, dan circulation.


Mekanisme of injury
Secondary survey : AMPLE
Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks,
abdomen, pelvis.

14

Nomber 2016

Stase Bedah

look: deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan),


bengkak.
feel (nyeri tekan, krepitasi).
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya.
Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri,
warna kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi.
moving dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan
sendi yang berdekatan dengan lokasi fraktur.

15

Nomber 2016

Stase Bedah

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis menurut rule of two
anteroposterior (AP) dan lateral,
memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur,
memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas
yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) dan
dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan
darah, cross-test, dan urinalisa.

16

Nomber 2016

Stase Bedah

Recognising
Reposision
Retaining

Prinsip penanganan fraktur


17

Nomber 2016

Stase Bedah

Rehabilitation

REPOSISI
Untuk : memberikan posisi yang adekuat dan alignment yang
normal dari fragmen tulang.
Tidak perlu reduksi :
1. Pergeseran sedikit atau tidak ada
2. Pergeseran tidak berarti ( Cf Clavicula )
3. Reduksi tampak tidak akan berhasil ( Cf compresi vertebra)

18

Nomber 2016

Stase Bedah

REDUKSI
Reduksi Terbuka

Reduksi Tertutup

Dilakukan pada fraktur terbuka

Dilakukan pada fraktur tertutup

Dilakukan pada fraktur yang tdk


stabil

Dilakukan pada fraktur yg stabil/


pergeseran minimal

Diusahakan seanatomis mungkin

Biasanya dilakukan pada anak2

Jika terdapat kerusakan


neurovaskular
Dilakukan pada fraktur sendi
Jika gagal dengan terpi konservatif
/ gagal dengan reduksi tertutup

19

Nomber 2016

Stase Bedah

TRAKSI
Diaplikasikan pada alat gerak distal dari lokasi fraktur .
+ : menarik tulang pada sumbu panjangnya dengan
lurus, msh bisa menggerakn sendi
- : rawat inap-> lama
sulit pertahankan reposisi
secara akurat.

20

Nomber 2016

Stase Bedah

Imobilisasi,
- Setelah fraktur direduksi,
fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran
yang benar sampai terjadi
penyatuan.
- Sasarannya adalah
mempertahankan reduksi di
tempatnya sampai terjadi
penyembuhan

21

Nomber 2016

- Metode untuk mempertahankan


imobilisasi adalah dengan alatalat eksternal bebat, brace,
case, pen dalam plester, fiksator
eksterna, traksi, balutan) dan
Stase Bedah

Cast Splintage = plaster of paris / gips


Untuk fiksasi agar fragmen-fragmen fraktur tidak bergeser
setelah dilakukan manipulasi / reposisi
pertolongan yang bersifat sementara agar tercapai imobilisasi
dan mencegah fragmen fraktur tidak merusak jaringan lunak
disekitarnya

Gips sikuler : dibalut melingkari ekstremitas


Gips bidai : dipasang pada salah satu sisi ekstremitas
+ : murah dan mudah digunakan oleh setiap dokter,
non toksik, mudah digunakan, dapat dicetak sesuai
bentuk anggota gerak,bersifat radiolusen dan menjadi
terapi konservatif pilihan.
- : persendian dalam gips tdk dpt bergerak dan kaku
Komplikasi : terlalu kuat -> kompartemen sindrom
- Pressure sores : akibat tekanan pd kulit diatas tulang
yang menonjol
- Laserasi atau abrasi kulit

Functional bracing
Penggunaan biasanya dimulai setelah fraktur mengalami union
( setelah 3-6 minggu setelah pemakaian cast atau traksi )

Fiksasi Internal ( ORIF )


Teknik : wire , screw , plate dan srew , intramedullary nails.
Indikasi :
1. Tidak dapat direposisi kecuali operasi
2. Fraktur tidak stabil cenderung displaced setelah reposisi
3. Fraktur yang berlawanan posisi dng gerak otot ( f. transversal patella
dan olekranon)
4. Fraktur dgn wktu penyatuan yang lama dan sulit ( f. collum femoris )
5. Fraktur patologis
6. Fraktur multiple -> menurunkan resiko kom.umum
7. Fraktur dengan penderita asuhan keperawatan sulit ( paraplegia ,
geriatri )

Fiksasi Eksternal ( OREF )


Indikasi :
1. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang berat
sehingga harus dirawat luka terbuka
2. Fraktur disertai infeksi
3. Fraktur pada area persendian
4. Fraktur multiple berat terutama jika terdapat fraktur os femur
bilateral, fraktur pelvis dengan perdarahan masif

Rehabilitation
Prinsip : Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin

Antibiotik dan Anti tetanus


diberikan segera mungkin setelah terjadinya trauma
-> berspektrum luas, yaitu sefalosporin generasi I
(cefazolin 1-2 gram) dan + aminoglikosid (gentamisin
1-2 mg/kgBB tiap 8 jam) selama 5 hari.
anti tetanus diindikasikan : fraktur terbuka derajat III
berhubungan dengan kondisi luka yang dalam, luka
yang terkontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan
yang luas serta luka dengan kecurigaan sepsis.
Belum pernah mendapat imunisasi anti tetanus serum
-> gemaglobulin anti tetanus manusia dengan dosis
250 unit : diatas usia 10 tahun , dewasa 25 unit , usia
5-10 tahun dan 75 unit anak dibawah 5 tahun.
Jika telah mendapat imunisasi toksoid tetanus (TT)
maka hanya diberikan 1 dosis boster 0,5 ml secara
intramuskular.

Identitas
Nama
umur

: Mr. Melkianus Letuna


: 26 tahun

Jenis Kelamin : Male


Alamat
: Osmok

Anamnesis

KU : Luka dan patah tulang


Mekanisme trauma: Pasien diantar kerumah sakit setelah 15
menit sebelumnnya mengalami kecelakaan lalulintas. Pasien
dalam keadaan sadar saat tiba di RS. Pasien mengeluhkan nyeri
pada luka robekan di paha kirinya dan mengeluhkan nyeri pada
pergelangan kaki kiri. Keluhan pusing dan sakit kepala (-), mual
(-), muntah (-), mimisan (-).

PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4 V5 M6

Mata : anemis (-/-), RCL (+/+), ikterik (-/-), hematom (-)


Hidung : dalam batas normal , bleeding (-)
Leher : dalam batas normal
Thorax
Pengembangan dada simetris
Normal heart and lung sounds, no additional sound

Primary survey

Airway : Clear, patent


Breathing : spontan, RR =26 X /menit
Circulation : TD = 150/100 mmHg, Nadi=
88 X /menit
Dissabilitation : GCS= E4V5M6

Secondary Survey
Head : vulnus lacerasi di frontal region, hematom (-)
Eye : anemic conjungtiva -/-, icteric sclera -/-, edema (-), hematoma (-), vision : dalam batas normal
Mouth : dalam batas normal
Neck : dalam batas normal
Ear : dalam batas normal
Chest : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremity : fraktur terbuka cruris sinistra, vulnus lacerasi di cruris sinistra
Localize status : vulnus laceratum di frontal region , hematom (-/), vertical shape 3 cm, deep 0,5 cm
with straigh edge
Fraktur terbuka pada cruris sinistra ukuran 8 cm
vulnus laceratum cruris sinistra , tepi tidak rata, ukuran 10x7 cm,

Assesment
Fraktur terbuka 1/3 proximal tibia sinistra +
dislokasi ankle

Tatalaksana
IVFD RL 20 tpm
Reposisi dan imobilisasi fraktur
Reposisi dislokasi
Hecting
Inj ceftriakson
Inj ATS
Konsul Sp.OT

Thank you
KEEP FIGHTING AND GOD BLESS YOU

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai