Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

TEORI KASUS DAN ASUHAN


KEPERAWATAN
PADA FRAKTUR
KEPERAWATAN IV A
ELLA DESVIRA (1814201043)
RUSY HEPITRIANI (1814201061 )
SANDRA DEWI (1814201073 )
FAKRIZA VALEVY (1814201084)
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI FRAKTUR

 Anatomi tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intraseluler. Tulang berasal dari embrionic
hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium.
 Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-
rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum,
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).
 Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan.
 Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium di tulang
tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan.
 Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat
di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan
memudahkan fagositosis
 Fisiologi Tulang
 Fungsi tulang :
a) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paruparu) dan jaringan lunak.
c) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
d) Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
e) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
*Defenisi
-Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
-Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar (Soedarman, 2000).

*Etiologi
Trauma langsung:Trauma langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
Trauma tidak langsung: menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan dan yang
patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
 Kondisi patologi :kekurangan mineral sampai batas  tertentu pada tulang dapat menyebabkan patah tulang.
Mekanisme Cedera:Pada cedera tulang belakang mekanisme cedera yang mungkin
Mekanisme cedera

 Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi).


  Fleksi Trauma
 Fleksi dan kompresi
 Pergeseran aksial (kompresi).
 Rotasi-fleksi.
 Translasi Horizontal Kolumna vertebralis teriris dan segmen .
 Patofisiologi
-Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang.
Manifestasi Klinis

 Nyeri
 Bengkak /edema
 Memar / ekimosis
 Spasme otot
 Penurunan sensasi.
 Gangguan fungsi
 Mobilitas abnormal
 Krepitasi
 Deformitas
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/luasnyatrauma, skan
tulang, temogram, scan CI: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
 Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple, atau cederah hati.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis:
empat prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur ( disebut empat R ) yaitu:
 Rekognisi (Pengenalan riwayat kecelakaan )
 Reduksi (Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.)
 Cara pengobatan fatur reduksi .
 Retensi Reduksi(Mempertahankan reduksi seperti melalui pemasangan gips atau traksi)
 Rehabilitasi(Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan ke fungsi normal.)
Komplikasi

 Komplikasi Awal:
 Kerusakan Arteri
 Kompartement Syndrom
 Fat Embolism Syndrom
 Infeksi

 Avaskuler Nekrosis

 Shock

Komplikasi waktu lama


 Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung.
 Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil
setelah 6-9 bulan.
 Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas).
Kasus fraktur

Seorang perempuan berusia 29 tahun dirawat dirumah sakit dengan keluhan 1 hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas jatuh kesisi
kiri dan tertimpa oleh sepeda motor yang dikendarainya. Pada kaki kiri: nyeri (+) dengan skala 5-6, tidak dapat digerakan (+), luka (-). Di kirim ke
IGD dan dilakukan rontgen femur didapatkan fraktur tertutup shaft femur. Rencana akan dilakukan pemasangan skin traksi 5 kg untuk immobilisasi
fraktur. Jalan napas bersih, bernapas spontan, respiratory rate 18 x/menit, Retraksi dinding dada (- ), penggunaan otot bantu napas (-), ekspansi dada
maximal dan simetris, Bunyi napas vesikuler (+)/(+), ronchi (-)/(-), wheezing (-)/(-), batuk(-), sesak(-), sianosis(-), nyeri dada, Turgor kulit baik,
tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan, Minum peroral 1500-2000 cc/24 jam, Edema (-), TD: 110/80 mmHg; N: 80x/mnt; P: 20x/mnt; S: 37 ˚C,
Mual (-), muntah (-), Makan peroral dengan diet bebas (TKTP), Meyakini bila ada luka dilarang makan daging karena menyebabkan luka bertambah
berat dan lama sembuh, Kembung(-), bising usus (+) normoaktif, Selera makan baik, menghabiskan 2/3 porsi yang di sajikan, Mengaku makan
makanan tambahan dari luar rumah sakit (bubur ayam, bubur kacang hijau, susu, makanman ringan lain), Stomatitis (-), kebersihan mulut baik (+),
Hb 12,4 gl/dl, BB 54 kg, TB 151 cm, IMT 17,9. BAK: spontan 3–4x/hari, kesulitan bak (-), nyeri saat/setelah bak (-). BAB: spontan 1x/hari, nyeri
(-), konstipasi (-), konsistensi feses lunak, berbentuk. Kekuatan otot Aktivitas terbatas di tempat tidur. Miring kiri/kanan dilakukan dengan bantuan
trapezium bar, Direncanakan akan dipasang skin traksi, Nyeri meningkat saat digerakkan, skala 5-6, Hygiene kulit baik, Tidur malam 7-8 jam/hari,
tidur siang 1-2 jam, kualitas tidur baik. Pasien dan keluarga belum mengetahui potensi bahaya dan pencegahannya. Pasien/keluarga mencemaskan
kondisinya, dan menanyakan apakah dapat kembali normal, dan dapat bekerja seperti semula. Pasien tidak melakukan aktivitas di tempat tidur
karena rasa takut dan nyeri yang meningkat jika bergerak. Pasien terpasang skin traksi dengan beban 5 kg. Mampu makan, minum, berpakaian dan
berhias sendiri dengan bantuan minimal. Keseluruhan aktivitas dilakukan di tempat tidur, termasuk personal hygiene dan eliminasi. Menanyakan
kepada perawat tentang rencana operasi dan kemungkinan hasilnya. Menayakan cara latihan, mobilisasi, cara jalan, perawatan luka setelah operasi.
Pasien/keluarga menyadari kondisi kesehatannya membutuhkan perhatian penuh. Terapi Ketorolac 2 x 30 mg, intravena, Skin traction dengan beban
5 kg, Rencana ORIF: interlocking nail. POST ORIF: Plate & Screw Pada saat dioperasi interlocking nail gagal di pasang, dan diganti dengan
modalitas lain yaitu Plate dan Screw.
 Pengkajian
Identitas klien
 
Nama                   : 
Umur                   : 29 tahun
Jenis kelamin        : Perempuan
Pendidikan            :  -
Pekerjaan              :  -
Tgl, masuk RS      : -
Alamat                :
 
 Riwayat kesehatan 
Keluhan utama  : nyeri kaki kiri
Riwayat  penyakit  sekarang       : dengan keluhan 1 hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas jatuh kesisi kiri dan tertimpa oleh sepeda motor yang dikendarainya. Pada kaki kiri: nyeri
(+) dengan skala 5-6, tidak dapat digerakan (+), luka (-). Di kirim ke IGD dan dilakukan rontgen
femur didapatkan fraktur tertutup shaft femur.
 Riwayat  penyakit  dahulu          : -
 Riwayat penyakit keluarga         : -
 Riwayat penyakit kebiasaan       : -
 Riwayat penyakit elergi             : -
 Riwayat penyakit kesehatan lain : -
 Pengkajian  berdasarkan  respons
Kesadaran             : Komposmentis.
Keadaan umum      :
TTV    
TD   : 110/80 mmHg
N     : 80x/mnt
RR   : 18 x/menit
S     : 37 ˚C
P : 20x/mnt;
 Oksigenisasi
 Cairan dan Elektrolit
 Aktivitas/Istirahat
Klien mengalami gangguan pada aktivitasnya. Kekuatan otot Aktivitas terbatas di tempat tidur.
 Nyeri/tidak nyaman
Klien mengatakan nyeri bagian kaki kiri.
 Neurosensorik
Kesadaran klien komposmentis
 Keamanan
Klien mengalami patah tulang dan nyeri bagian kaki kiri
 Pemeriksaan  penunjang
 pemeriksaan rontgen : rontgen femur
 pemeriksaan darah lengkap: hb 12,4 gl/dl
 kreatinin : -
 profil koagulasi: -
Analisa data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: 1. Nyeri akut 1. Agen pencedera fisik
Px mengatakan: 2. Gangguan mobilitas 2. Nyeri
-Nyeri kaki kiri dengan skala fisik 3. Keterbatasan kognitif
5-6
3. Defisit pengetahuan 4. Kurang terpapar
- Tidak dapat digerakan (+)
- Mual (-) Ansietas informasi
- muntah (-)
- Selera makan baik,
menghabiskan 2/3 porsi yang
di sajikan,
-Mengaku makan makanan
tambahan dari luar rumah sakit
(bubur ayam, bubur kacang
hijau, susu, makanman ringan
lain)
- BAK: spontan 3-4x/hari
- kesulitan bak (-)
- nyeri saat/setelah bak (-)
- BAB: spontan 1x/hari
- nyeri (-)
- Direncanakan akan dipasang skin traksi
- Nyeri meningkat saat digerakkan, skala
5-6
- Pasien dan keluarga belum mengetahui
potensi bahaya dan pencegahannya.
- Pasien/keluarga mencemaskan
kondisinya
- Klien menanyakan apakah dapat kembali
normal, dan dapat bekerja seperti semula.
-Pasien tidak melalukan aktivitas di
tempat tidur karena rasa takut dan nyeri
yang meningkat jika bergerak
- Mampu makan, minum, berpakaian dan
berhias sendiri dengan bantuan minimal.
Keseluruhan aktivitas dilakukan di
tempat tidur, termasuk personal
hygiene dan eliminasi.
- Menanyakan kepada perawat
tentang rencana operasi dan
kemungkinan hasilnya
- Menayakan cara latihan,
mobilisasi, cara jalan, perawatan
luka setelah operasi.
DO:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik:
- luka (-)
- Jalan napas bersih bernapas spontan,
respiratory rate 18 x/menit,
-Retraksi dinding dada (- )
- penggunaan otot bantu napas (-)
- ekspansi dada maximal dan simetris
- Bunyi napas vesikuler (+)/(+)
- ronchi (-)/(-)
-wheezing (-)/(-)
-batuk(-)
-sesak(-)
- sianosis(-)
- nyeri dada
- Turgor kulit baik
-tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan
- Minum peroral 1500-2000 cc/24 jam
- Edema (-)
- TD 110/80 mmHg
- N 80x/mnt
- P 20x/mnt
- S: 37 ˚C
- Makan peroral dengan diet bebas (TKTP)
- Kembung(-)
- bising usus (+) normoaktif
- Stomatitis (-)
-kebersihan mulut baik (+)
- BB 54 kg
- TB 151 cm
- IMT 17,9
-konstipasi (-),
-konsistensi feses lunak, berbentuk
- Kekuatan otot Aktivitas terbatas di tempat tidur
- Miring kiri/kanan dilakukan dengan bantuan
trapezium bar
-Hygiene kulit baik
- Tidur malam 7-8 jam/hari
- tidur siang 1-2 jam
- kualitas tidur baik.
- Pasien terpasang skin traksi dengan beban 5 kg
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
N DIAGNOSA TUJUAN/KH INTERVENSI
O
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
d.d selama 2x24 jam diharapkan 1. Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri klien menurun. 2. Identifikasi respon
DS: KH: nyeri non verbal
Pasien mengatakan : - kemampuan menuntaskan 3. Identifikasi factor
-Nyeri kaki kiri dengan skala 5-6 aktivitas 2(cukup menurun)- yang memperberat dan
- Tidak dapat digerakan (+) 4 (cukup meningkat) memperingan nyeri
- Mual (-)   4. Kontrol lingkungan
- muntah (-) -Keluhan nyeri yang memperberat rasa
- nyeri saat/setelah bak (-) 1(meningkat)-3(sedang) nyeri
- Direncanakan akan dipasang skin   5. Pertimbangkan jenis
traksi - Tekanan darah 3(sedang)– dan sumber nyeri dalam
- Nyeri meningkat saat digerakkan, (membaik) pemilihan strategi
skala 5-6. meredakan nyeri
- Pasien/keluarga mencemaskan
kondisinya
- Rencana ORIF: interlocking nail.
POST ORIF: Plate & Screw
- Pada saat dioperasi interlocking nail
gagal di pasang, dan diganti dengan
modalitas lain yaitu Plate dan Screw.
 
-Terapi Obat:
- Terapi Ketorolac 2 x 30 mg
intravena
 
-Pemeriksaan labor:
- Hb 12,4 gl/dl
- rongten femur
-Pasien tidak melakukan aktivitas di 6. Jelaskan strategi
tempat tidur karena rasa takut dan meredakan nyeri
nyeri yang meningkat jika bergerak 7. Anjurkan
- Menayakan cara latihan, mobilisasi,
menggunakan analgesik
cara jalan, perawatan luka setelah
operasi. secara tepat
8. Kolaborasi
DO: pemberian analgetik,jika
Setelah dilakukan pemeriksaan: perlu
- Px terlihat:
- luka (-)
- Bunyi napas vesikuler (+)/(+)

- TD 110/80 mmHg
- N 80x/mnt
- P 20x/mnt
- S: 37 ˚C
- BB 54 kg
- TB 151 cm
- IMT 17,9
-konstipasi (-),
- Kekuatan otot Aktivitas terbatas di
tempat tidur
- Miring kiri/kanan dilakukan dengan
bantuan trapezium bar
- Tidur malam 7-8 jam/hari
- tidur siang 1-2 jam
- kualitas tidur baik.
- Pasien terpasang skin traksi dengan
beban 5 kg

- Rencana ORIF: interlocking nail.


POST ORIF: Plate & Screw
- Pada saat dioperasi interlocking nail
gagal di pasang, dan diganti dengan
modalitas lain yaitu Plate dan Screw.
Terapi Obat:
- Terapi Ketorolac 2 x 30 mg intravena
-Pemeriksaan
labor:
- Hb 12,4 gl/dl
- rongten femur
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d Setelah dilakukan Tindakan Dukungan mobilisasi
DS: keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
Pasien mengatakan : diharapakan mobilitas fisik klien atau keluhan fisik lainnya
-Nyeri kaki kiri dengan skala 5-6 meningkat. 2. Iedntifikasi toleransi
- Tidak dapat digerakan (+) KH: fisik melakukan pergerakan
- Mual (-) - Rentang gerak 2(cukup 3. Monitor kondisi umum
- muntah (-) menurun)-3 (sedang) selama melakukan mobilisasi
- Direncanakan akan dipasang skin traksi - Nyeri 2(cukup meningkat)- 4. Fasilitas melakukan
- Nyeri meningkat saat digerakkan, skala 4 cukup menurun) pergerakan jika perlu
5-6 - Kecemasan 1(meningkat)- 5. Jelaskan tujuan dan
- Pasien/keluarga mencemaskan 3 (sedang) prosedur mobilasasi
kondisinya - Gerakan terbatas 2 (cukup 6. Ajarkan mobilisasi
-Pasien tidak melalukan aktivitas di meningkat)-3(sedang) sederhana yang harus
tempat tidur karena rasa takut dan nyeri dilakukan
yang meningkat jika bergerak
- Mampu makan, minum, berpakaian dan
berhias sendiri dengan bantuan minimal.
- Keseluruhan aktivitas dilakukan di
tempat tidur, termasuk personal hygiene
dan eliminasi.
- Menayakan cara latihan, mobilisasi,
cara jalan, perawatan luka setelah
operasi.
DO:
Setelah dilakukan pemeriksaan :
- luka (-)
- Jalan napas bersih bernapas spontan,
respiratory rate 18 x/menit,
-Retraksi dinding dada (- )
- penggunaan otot bantu napas (-)
- ekspansi dada maximal dan simetris
- Bunyi napas vesikuler (+)/(+)
- - ronchi (-)/(-)
- -wheezing (-)/(-)
- -batuk(-)
- -sesak(-)
- - sianosis(-)
- - nyeri dada
- - Turgor kulit baik
-tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan
- Minum peroral 1500-2000 cc/24 jam
- Edema (-)
- TD 110/80 mmHg
- N 80x/mnt
- P 20x/mnt
- S: 37 ˚C
- Makan peroral dengan diet bebas
(TKTP)
- Kembung(-)
- bising usus (+) normoaktif
- Stomatitis (-)
-kebersihan mulut baik (+)
- BB 54 kg
- TB 151 cm
- IMT 17,9
-konstipasi (-),
-konsistensi feses lunak, berbentuk
- Kekuatan otot Aktivitas terbatas di
tempat tidur
- Miring kiri/kanan dilakukan dengan
bantuan trapezium bar
-Hygiene kulit baik
- Tidur malam 7-8 jam/hari
- tidur siang 1-2 jam
- kualitas tidur baik.
- Pasien terpasang skin traksi dengan
beban 5 kg

- Rencana ORIF: interlocking nail.


POST ORIF: Plate & Screw
- Pada saat dioperasi interlocking nail
gagal di pasang, dan diganti dengan
modalitas lain yaitu Plate dan Screw.

-Terapi Obat:
- Terapi Ketorolac 2 x 30 mg
intravena

-Pemeriksaan labor:
- Hb 12,4 gl/dl
- rongten femur
3. Defisit pengetahuan b.d keterbatatasn Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan
kognitif d.d keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi kesiapan
DS: diharapkan tingkat dan kemampuan menerima
Px mengatakan: pengetahuan klien informasi
- Selera makan baik, menghabiskan meningkat 2. Sediakan materi dan
2/3 porsi yang di sajikan, KH: media pendidikan
-Mengaku makan makanan tambahan - Pertanyaan tentang Kesehatan
dari luar rumah sakit (bubur ayam, masalah 2 ( cukup 3. Berikan kesempatan
bubur kacang hijau, susu, makanman meningkat)-4 (cukup untuk bertanya
ringan lain) menurun) 4. Jelaskan factor risiko
- Pasien dan keluarga belum - Persepsi yang keliru yang dapat mempengaruhi
mengetahui potensi bahaya dan terhadap masalah kesehatan
pencegahannya. 1(meningkat)-3(sedang)
- Pasien/keluarga mencemaskan
kondisinya
- Klien menanyakan apakah dapat
kembali normal, dan dapat bekerja
seperti semula.
-Pasien tidak melalukan aktivitas di
tempat tidur karena rasa takut dan
nyeri yang meningkat jika bergerak
- Mampu makan, minum, berpakaian
dan berhias sendiri dengan bantuan
minimal.
- Menanyakan kepada perawat
tentang rencana operasi dan
kemungkinan hasilnya
- Menanyakan cara latihan,
mobilisasi, cara jalan, perawatan
luka setelah operasi.

DO:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik:
- luka (-)
- - Turgor kulit baik
- - TD 110/80 mmHg
- - N 80x/mnt
- - P 20x/mnt
- - S: 37 ˚C
- Makan peroral dengan diet bebas (TKTP)
- BB 54 kg
- TB 151 cm
- IMT 17,9
- Kekuatan otot Aktivitas terbatas di tempat
tidur
- Miring kiri/kanan dilakukan dengan
bantuan trapezium bar
-Hygiene kulit baik
- Pasien terpasang skin traksi dengan beban
5 kg

- Rencana ORIF: interlocking nail. POST


ORIF: Plate & Screw
- Pada saat dioperasi interlocking nail gagal
di pasang, dan diganti dengan modalitas lain
yaitu Plate dan Screw.

-Terapi Obat:
- Terapi Ketorolac 2 x 30 mg intravena
-Pemeriksaan
labor:
- Hb 12,4 gl/dl
- rongten femur
4. Ansietas b.d kurang terpapar Setelah dilakukan Tindakan Reduksi ansietas
informasi d.d keperawatan selama 2x24 1. Monitor tanda-tanda
DS: jam diharap kecemasan klien ansietas
- Pasien dan keluarga belum menurun 2. Ciptakan suasana
mengetahui potensi bahaya dan KH” teraupetik untuk
pencegahannya. -Verbalisasi khwatir akibat menumbuhkan keperacayaan
- Pasien/keluarga mencemaskan kondisi yang dihadapi 3. Temani pasien untuk
kondisinya 1(meningkat)-4( cukup mengurangi kecemaasan
- Klien menanyakan apakah dapat menurun) 4. Dengarkan dengan
kembali normal, dan dapat bekerja -Tremor 2(cukup meningkat) penuh perhatian
seperti semula. 4(cukup menurun) 5. Motivasi
-Pasien tidak melalukan aktivitas di mengidentifikasi situasi yang
tempat tidur karena rasa takut dan memicu kecemasasa
nyeri yang meningkat jika bergerak 6. Informasikan secara
- Mampu makan, minum, factual mengenai
berpakaian dan berhias sendiri diagnosi,pengobatan ,dan
dengan bantuan minimal. prognosis
- Menanyakan kepada perawat 7. Kolaborasi pemberian
tentang rencana operasi dan obat antiansietas, jika perlu
kemungkinan hasilnya
- Menanyakan cara latihan,
mobilisasi, cara jalan, perawatan
luka setelah operasi.
DO:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik:
- luka (-)
- Turgor kulit baik
- TD 110/80 mmHg
- N 80x/mnt
- P 20x/mnt
- S: 37 ˚C
- Makan peroral dengan diet bebas
(TKTP)
- Kekuatan otot Aktivitas terbatas
di tempat tidur
- - Miring kiri/kanan dilakukan
dengan bantuan trapezium bar
- -Hygiene kulit baik
- - Pasien terpasang skin traksi
dengan beban 5 kg
- Rencana ORIF: interlocking nail.
POST ORIF: Plate & Screw
- Pada saat dioperasi interlocking nail
gagal di pasang, dan diganti dengan
modalitas lain yaitu Plate dan Screw.
Implementasi keperawatan
NO SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Nyeri akut b.d 1. Mengidentifikasi skala nyeri S: Px mengatakan
agen pencedera 2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal masih nyeri
fisik 3. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri O: Setelah dilakukan
4. Mengontrol lingkungan yang Tindakan keperawatan
memperberat rasa nyeri nyeri sudah mulai
5. Mempertimbangkan jenis dan sumber berkurang 3-4
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri A: Masalah teratasi
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri Sebagian
7. Menganjurkan menggunakan analgesik
secara tepat P: Intervensi
8. Mengkolaborasi pemberian analgetik,jika dilanjutkan 1,2,5
perlu
2. Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S: Px mengatakan
mobilitas fisik b.d keluhan fisik lainnya masih melakukan
nyeri 2. Mengidentifikasi toleransi fisik mobilisasi dengan
melakukan pergerakan terbatas
3. Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi O: setelah dilakukan
4. Menfasilitas melakukan pergerakan Tindakan keperawatan
jika perlu didapatkan pasien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur masih melakukan
mobilasasi pergerakan dengan
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana hati-hati
yang harus dilakukan
A: Masalah teratasi
Sebagian

P: intervensi
dilanjutkan 1,2,3,4
3. Defisit pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S: Px mengatakan sudah
b.d keterbatasan kemampuan menerima informasi tidak cemas lagi dan
kognitif 2. Menyediakan materi dan media sudah tau tentang
pendidikan Kesehatan kondisinya
3. Memberikan kesempatan untuk
bertanya O: Setelah dilakukan
4. Menjelaskan factor risiko yang tindakan keperawatan
dapat mempengaruhi kesehatan kecemasan klien sudah
teratasi

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
4. Ansietas b.d kurang 1. Memonitor tanda-tanda ansietas S: Px mengatakan sudah
terpapar informasi 2. Menciptakan suasana teraupetik tidak cemas lagi dan
untuk menumbuhkan keperacayaan sudah tau tentang
3. Menemani pasien untuk kondisinya
mengurangi kecemaasan
4. Mendengarkan dengan penuh O: Setelah dilakukan
perhatian tindakan keperawatan
5. Memotivasi mengidentifikasi kecemasan klien sudah
situasi yang memicu kecemasasa teratasi
6. Menginformasikan secara factual
mengenai diagnosi,pengobatan ,dan A: Masalah teratasi
prognosis
7. Mengkolaborasi pemberian obat P: Intervensi dihentikan
antiansietas, jika perlu
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai