Oleh :
Aditha Fitrina Andiani
122011101049
Pembimbing :
dr. Bagas Kumoro, Sp.M
dr. Iwan Dewanto, Sp.M
dr. Fredy,Sp.M
3
PENDAHULUAN
Luka bekas operasi katarak sangat rentan untuk
ruptur, terutama akibat trauma tumpul.
Mayoritas terjadi pada bekas insisi ECCE.
Ruptur akibat fakoemulsifikasi sedikit literatur.
Pasien pada penelitian ini telah mengalami
perbaikan tajam penglihatan setelah mendapat
terapi pada ruptur bekas luka operasi.
4
TUJUAN
Menentukan sifat kondisi klinis ruptur luka
bekas operasi katarak akibat trauma di
pusat rujukan trauma oftalmia.
5
METODE
Penelitian retrospektif 846 pasien dengan 848 kasus trauma mata
terbuka (open globe injury) di Massachusetts Eye and Ear Infirmary
mulai 1 Januari 2000-30 April 2009.
Pasien pada penelitian telah mendapat terapi trauma okuli, baik itu
kasus trauma mata terbuka terisolasi (hanya trauma mata terbuka
saja) atau trauma mata terbuka dengan trauma multipel (dengan
diikuti trauma di lokasi lain).
e. pemeriksaan awal,
a. usia,
Data yang
b. jenis dianalisis adalah, Jika dataf. spesifik
kelamin,
terapi spesifik traumadiperoleh,
tidak dapat mata
pasien harustentang
c. informasi dieksklusi dari
waktu danpenelitian
lokasi ini. terbuka,
g. pemeriksaan follow up,
trauma,
h. prosedur operasi dan hasil
d. mekanisme trauma,
terapi.
6
METODE
Pasien dievaluasi , anamnesis , pemeriksaan mata lengkap, CT scan
tanpa kontras dengan potongan tipis melalui orbita, terapi. Perbaikan
trauma mata terbuka dilakukan dalam 24 jam pertama pasca trauma
apabila tidak ada penyulit lain atau kondisi klinis pasien yang tidak
memadai.
Setelah operasi, pasien diobservasi 48 jam.
Sistem skoring (0 hingga 100, dengan nilai 100 adalah trauma yang
paling sedikit) membantu menentukan derajat keparahan trauma
dan memperkirakan tajam penglihatan pasca operasi dengan menilai
ketajaman penglihatan awal, defek pupil aferen, endoftalmitis,
pelepasan retina, dan mekanisme trauma.
Analisis statistik :
a.unpaired t test untuk membandingkan rata-rata antar kelompok
b.tes Mann-Whitney untuk data nonparametrik atau
c.2-tailed Fisher exact test untuk membandingkan data kategori.
Nilai p<0.005 menunjukkan hasil statistik yang signifikan.
7
HASIL
8
HASIL
Ruptur traumatik dari bekas luka operasi katarak, 63 kasus (7.4%) :
a. ECCE , 56/63 (89%)
b. Fakoemulsifikasi, 7 /63 (11%)
. Rata-rata waktu antara operasi katarak hingga terjadi ruptur luka bekas
operasi adalah 102 bulan (rentang antara 2 minggu hingga 24 tahun).
ECCE dibanding kelompok fakoemulsifikasi (p=0.0145);
a. waktu rata-rata antara operasi ECCE - trauma adalah 127 bulan (rentang
antara 2 minggu hingga 24 tahun)
b. Waktu rata-rata antara fakoemulsifikasi - ruptur luka operasi adalah 3.7
bulan (rentang antara 2 minggu hingga 1 tahun).
9
HASIL
Tajam penglihatan sebelum operasi lebih buruk pada kelompok ruptur luka
katarak.
1
4
PEMBAHASAN
Pasien dapat mengalami ruptur meski telah > 20 tahun pasca operasi
katarak.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat batas waktu kelemahan luka
bekas operasi.
Penelitian sebelumnya keamanan operasi katarak meski pada orang
yang sangat tua, menunjukkan prognosis buruk pada ruptur bekas operasi
katarak ECCE.
Informasi ini sangat penting disampaikan ketika konseling pasien dan
keluarga
Masih ada bukti bahwa ECCE merupakan metode yang tepat untuk
ekstraksi katarak.
Potensi terjadinya ruptur pasca operasi pada orang tua harus
dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi katarak, baik itu ECCE
atau fakoemulsifikasi.
1
5
KESIMPULAN
Meskipun kini terjadi perkembangan dalam bedah
katarak, ruptur bekas operasi masih menjadi penyebab
gangguan tajam penglihatan, terutama pada pasien
geriatri. Ruptur bekas operasi ECCE memiliki prognosis
tajam penglihatan yang buruk. Untungnya pasien
dengan ruptur bekas operasi fakoemulsifikasi
menunjukkan adanya perbaikan tajam penglihatan yang
pesat, bahkan bisa sampai seperti semula/ seperti
sebelum mengalami ruptur.
1
6
1
7
Terima Kasih