Anda di halaman 1dari 17

Mata KuliahHukum Kesehatan

Kasus Malpraktek Kelompok 1


Ismal Wahyu 25010113120010
Hanifah Iskhia Dilla 25010113140286
Febrianto Pandapotan S. 25010113120015
Biyanda Eni Nurkhayatun Syifa Sakinah 25010113140308
25010113120073 Wiwid Novitaria
Desy Rahmawati 25010113120107 25010113140330

Dwi Daryanti 25010113120137 Fara Aulia Oktaviani 25010113140343


Viona Febya Pangestika 25010113120147 Rida Krita Imaroh 25010113140392
Manja Mania 25010113120148 Nova Listiana 25010113130396
Lilis Setyaningrum 25010113120149 Sri Widi Astuti 25010113130397
Ade Selvia Septiani 25010113140201 Indana Aziza Putri 25010113130406
Sicilia Trisnaningtyas 25010113130202 Dianita Pertiwi 25010113130411
Falentine Lidya Telussa 25010113140252
Melisa Nurfadani 24010113140428
Sabrilla Putri Gotama 25010113140278
Refiola Irmawati 25010113140440
Latar Belakang

_^ SAKIT SEMBUH SEHAT

PERLINDUNGA
N HUKUM

MALPRAKTE
K
Kasus
Liputan6.com, Jakarta - Randall Cafferty, terapis klinik Chiropractic
First, yang menangani Allya Sisca Nadya saat terapi tulang
belakang ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Remaja, Anak
dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum
_^
(Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Kamis dini hari (14/1/2016). Allya
tewas melalui metode terapinya, terlebih Randall tidak
mengantongi Surat Izin Praktik (SIP) sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2016 tentang Tenaga Kerja
Kesehatan dan menerapkan metode medis yang tidak sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pembahasan
Kasus
Dasar Hukum

UU No. 23 Tahun 1992 UU No. 8 Tahun


KUHP pasal Bab XX pasal 190
tentang Kesehatan 1999 tentang
359 dan 360 dan pasal 63 UU
pengganti UU No. 6 Perlindungan No. 36 Tahun
Tahun 1963 tentang Konsumen 2009 tentang
Tenaga Kesehatan
Kesehatan
Hak & Kewajiban Pasien
Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009, meliputi:
Hak menerima atau menolak sebagian atau
seluruhpertolongan (kecuali tak sadar, penyakit menular
berat, gangguan jiwa berat).
Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan,
ijin ybs, kepentinganybs, kepentingan masyarakat).
Hak tuntut ganti rugi akibatsalah atau kelalaian (kecuali
tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat).
Hak-hak pasien dalam UU No 29 tahun 2004 pasal 52, meliputi:

Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.
Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
Menolak tindakan medis.
Mendapatkan isi rekam medis.
Hak dan Kewajiban
Dokter atau Dokter
Gigi

Pasal 50 dan 51 dalam UU No.


29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Perlindungan hukum bagi dokter mengingat
bahwa pekerjaan dokter dianggap sah
sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Jika terdapat dugaan malpraktik
harus melalui proses pembuktian hukum.
Analisis Kasus &
Solusi
Kasus ini merupakan salah satu bentuk
malpraktek, diketahui bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan saksi dari Dinas Kesehatan dan
Perizinan Terpadu Satu Atap (PTSP), Klinik
Chiropractic First beroperasi tanpa izin. Hal
ini tentunya tidak sesuai dengan Undang-
undang tentang Praktik Kedokteran Nomor 29
Tahun 2004
Randall selaku dokter yang menangani Alya
tidak mengantongi Surat Izin Praktik (SIP)
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
36 Tahun 2016 tentang Tenaga Kerja Kesehatan
dan menerapkan metode medis yang tidak sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP). Akibatnya
Randall terancam pidana penjara paling lama 5
tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta
Jadi, tindakan yang termasuk malpraktik
ditentukan oleh organisasi profesi atau badan
khusus yang dibentuk untuk mengawasi
tugas profesi berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kode etik masing-
masing profesi. Jika terbukti salah maka
dikenakan sanki.
Solusi

Berdasarkan Undang-undang tentang Praktik


Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004, apabila
mendirikan sebuah klinik harus sesuai dengan
persyaratan yang ada. Baik dari segi perijinan
pendirian maupun surat-surat registrasi dokter
dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di
klinik tersebut haruslah jelas
Pemerintah harus lebih tegas atas kewenangan
perijinan dalam menentukan kebijakan terkait
pendirian klinik dan pelaksaan praktik kedokteran
menyesuaikan dengan peraturan yang sudah ada
(Permenkes RI No.9 tahun 2014 tentang Klinik dan
Undang-Undang tentang praktik Kedokteran No.29
Tahun 2004)
Kesimpulan
1.Kasus Klinik Chiropractic First yang beroperasi tanpa izin hal ini
tidak sesuai dengan Undang-undang tentang Praktik Kedokteran
Nomor 29 Tahun 2004 serta tidak mengantongi Surat Izin Praktik
(SIP) sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun
2016 .
2.Klinik juga melanggar pasal 78 UU No.29 tahun 2004 bahwa
oknum tertentu seolah-olah menjadi petugas kesehatan yang
mendapatkan ijin akan tetapi memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
3.Ketaatan hukum pelaksana pelayanan kesehatan tidak dijalankan
dengan baik, sehingga diperlukan adanya pemikiran-pemikiran
untuk menemukan alternatif solusi dan penegakan hukum yang
tegas untuk hal ini khususnya pada perinjinan praktek.
_^

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai