VAKSINOLOGI DASAR
SATGAS IMUNISASI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
Modul 5
VACCINE SAFETY
KEAMANAN VAKSIN
CURRICULLUM VITAE
RIWAYAT PENDIDIKAN
198
S1 Kedokteran
FK Universitas Diponegoro (S1) 2
199
Sp.1 Ilmu Kesehatan Anak
Spesialis Anak FK UNDIP 4
200
S2
Magister Bimbingan Konseling Universitas Negeri Semarang 2
Kolegium Kesehatan Anak Indonesia / 200
Sp.2 SpA(K)
Pediatric Endocrinologi Konsultan (Sp2)
Pendidikan Lanjutan Klinik di Klinik Tumbuh Kembang Khusus 7 dan Genetika 1995
1 S3 univesitas Negeri Semarang
S3 Klinis (dismorfologi) RSAB Harapan Kita Tempat di Jakarta 201 DR
4
2 Kursus Genetika Klinis NUH Singapore Tempat di Singapore 1996
3 Orientasi di Sub Bidang Endokrinologi Anak FKUI Tempat di Jakarta 2005
4 Fellowship APPES Pediatric Endocrinologi Tempat di Wuhan, Cina 2005
Khusus
1. Mengetahui pentingnya keamanan vaksin
2. Mampu mengenali dan menentukan klasifikasi
lapangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
3. Mampu melakukan penanganan awal KIPI
4. Mengetahui alur pelaporan KIPI
5. Mengetahui kausalitas KIPI
Pentingnya
Program Imunisasi
Vaksin:
promosi kesehatan
Jangkauan luas
Dampak segera
Efektif & menyelamatkan jiwa
Key point:
Dampak imunisasi pada status kesehatan masyarakat dunia tak
terbantahkan. Kecuali kesediaan air bersih, tidak ada yang lain, bahkan
antibiotik, memiliki dampak besar dalam penurunan angka kematian dan
kesakitan (kecacatan) dan pertumbuhan populasi
Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman
Sumber: WHO. Dasar-dasar Keamanan Vaksin, Modul 1: Introduksi Keamanan Vaksin. Dapat diakses pada:
http://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-safety-in-immunization-programmes.html
Vaccine Safety
Deteksi dan pelaporan
KIPI merupakan
langkah awal untuk
memperkuat
monitoring keamanan
vaksin (vaccine safety).
Dengan meningkatnya
keamanan vaksin,
keamanan pasien
(patient safety) tentu
akan meningkat.
Definisi KIPI (WHO)
KIPI adalah setiap kejadian medis yang
tidak diinginkan yang terjadi setelah
pemberian imunisasi, kejadian ikutan ini
tidaklah harus memiliki hubungan sebab
akibat dengan vaksin.
dapat berupa gejala yang membuat tidak
nyaman atau tanda klinis penyakit tertentu,
atau hasil laboratorium yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-
training.org/
Kejadian Ikutan vs
Reaksi Simpang
Kejadian ikutan (adverse
Adverse reaction vs. adverse event event): kejadian yang tidak
diharapkan yang dilihat
Diseases Programmatic errors tanpa menilai apakah ada
hubungan kausal (sebab-
Genetics Diet akibat) dengan vaksin
Vaccine
Reaction
Reaksi simpang (adverse
Other factors
Other medication
reaction): kejadian yang
tidak diharapkan yang
Compliance Environment
diakibatkan oleh vaksin /
Event attributed to vaccine obat, dan ada bukti yang
mendukung suatu
hubungan kausal
FREKUENSI REAKSI VAKSIN
Source: Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS), 1995
Kejadian simpang diantara
Frekue orang-orang yang
nsi diimunisasi (dalam Tingkatan reaksi
presentase berat ringannya
gejala)
Sangat 10% Sering terjadi dan umumnya dengan gejala
sering ringan :
sebagai bagian dari respons imunitas
terhadap vaksin,
biasanya hilang sendiri,
Sering 1% and < 10% contohnya :
o demam,
o lemah badan.
Tidak 0,1% and < 1%
sering Jarang, biasanya gejalanya lebih berat:
Jarang 0,01% and < 0,1% Biasanya membutuhkan keterangan medis,
Contohnya :
o Reaksi alergi berat (syok anafilaksis),
ini termasuk reaksi berlebihan
terhadap antigen atau komponen
Sangat < 0,01% vaksin,
jarang o Reaksi spesifik terhadap vaksin
tertentu misalnya osteitis yang
disebabkan pemberian BCG.
Uji Klinis dan Penilaian
Keamanan Vaksin
Deteksi Kejadian
Perkiraan Reaksi Vaksin
Kegiatan Jumlah
Vaksin Jarang
Kegiatan terjadi
Introduksi Introduksi vaksin baru artinya melibatkan berbagai kegiatan sampai vaksin
tersebut mendapat ijin edar di pasaran untuk digunakan.
Pada fase I dilakukan uji keamanan dan
imunogenisitas vaksin pada beberapa orang
Uji Klinis yang risiko rendah (umumnya orang dewasa 10 100 +/-
Fase I muda yang sehat) untuk menguji tolerabilitas
terhadap vaksin.
Pada uji klinis fase II dimaksudkan untuk
memantau keamanan vaksin, potensi
Uji Klinis munculnya efek simpang, respons imun, 100 1000 +
Fase II menentukan dosis optimal dan jadwal
pemberian vaksinasi.
Pada uji klinis fase III ini dimaksudkan untuk
melihat efikasi vaksin, dalam mencegah
penyakit yang ditargetkan dan pengamatan 1000 +
Uji Klinis lebih jauh tentang keamanan vaksin dengan 10 000
Fase III melibatkan populasi yang lebih beragam dan
jangka waktu yang lebih panjang.
Submissio Setelah uji klinis fase III selesai maka dibuat Surat permohonan ijin edar dari
n vaksin ini kepada Badan POM dengan melengkapi seluruh persyaratan yang
diminta oleh Badan POM.
KEAMANAN VAKSIN
PASCA-LISENSI
menggunakan sistem pelaporan yang spontan,
cara ini relatif mudah untuk mendeteksi kejadian reaksi
vaksin yang tidak diharapkan muncul.
Beberapa jenis pilihan memantau keamanan vaksin dan
imunisasi pasca-lisensi.:
Sistem surveilans pasif
Sistem surveilans aktif
Uji klinis pasca lisensi dan studi surveilans fase IV
Large Linked Data Base (LLDBs)
Di Amerika Serikat dikenal adanya Clinical center,
didalamnya termasuk Clinical Immunization Safety
Assessment (CISA) center
PERBANDINGAN ANTARA EFIKASI
VAKSIN DAN KEAMANAN VAKSIN
Risiko terjadinya penyakit setelah infeksi
dibandingkan risiko kejadian ikutan paska
imunisasi
a
Ensefalomieliti
0,5/1000 1/100 000 sejuta
s paska infeksi
Contoh vaksin
polisakarida
Niseria meningitidis
group A, C, W135 dan Y
pneumokokus.
.
4. Toksoid ( toksin yang
diinaktivasi)
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
untuk petugas kesehatan di lapangan
Klasifikasi Kausalitas KIPI
untuk telaah komnas dan komda KIPI
Kausalitas WHO 2009
Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan KIPI
Tujuan penentuan klasifikasi lapangan: agar
petugas di puskesmas /layanan primer dapat
segera melakukan penanganan dan tindakan
preventif lainnya
Misalnya jika ditemukan adanya kesalahan
prosedur akibat kurang sempurnanya tindakan
a/antisepsis maka harus segera dilakukan
perbaikan
KIPI yang diklasifikasikan sebagai koinsidens
dapat membantu mengurangi kekhawatiran
masyarakat tentang keamanan vaksin
Klasifikasi Lapangan KIPI,
WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (Koinsidens)
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI
Kategori Penilaian
Kausalitas WHO
Very likely / Certain
Kejadian klinis yang awitannya waktunya terhadap saat
vaksinasi dapat diterima kebenarannya; dan yang tidak dapat
dijelaskan oleh penyakit penyerta / obat / zat kimia yang ada
pada saat yang sama
Probable
Kejadian klinis yang awitan waktunya terhadap pemberian
vaksin masuk akal ; tidak tepat untuk dihubungkan dengan
penyakit penyerta / obat / zat kimia yang ada pada saat yang
sama
Possible
Kejadian klinis yang awitan waktunya terhadap pemberian
vaksin masuk akal; namun dapat dijelaskan adanya hubungan
dengan penyakit penyerta / obat / zat kimia yang ada pada
saat yang sama
Kategori Penilaian
Kausalitas WHO
Unlikely
Kejadian klinis yang awitan waktunya terhadap pemberian
vaksin tidak mungkin akan menyebabkan hubungan kausal;
namun dapat dijelaskan dengan benar adanya penyakit yang
menyertai / obat-obatan / zat-zat kimia
Unrelated
Kejadian klinis yang awitan waktunya dengan pemberian
vaksinasi sama sekali tidak tepat; dan mungkin dapat
dijelaskan oleh penyakit yang diderita / obat-obatan / zat-zat
kimia
Unclassifiable
Kejadian klinis dengan informasi yang tidak cukup untuk
dilakukan penilaian dan identifikasi penyebab.
Hubungan vaksin dengan KIPI
berdasarkan bukti kausalitas (1)
DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B Hib
Kategori 1 : Tidak terdapat bukti hubungan kausal
- - Mielitis (IPV) Autisme - -
Trombositopenia
anafilaksis (IPV)
Sindr GB
Ya
Penjelasan alternatif
POSSIBLE UNLIKELY
Mung-
kin
PROBABLE POSSIBLE
BCG 90 95 % - -
Hib 5 15 % 2 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 16 %
Measles/ ~10 % 5 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
(pertusis)
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang Sangat jarang sekali
(waktu, tempat)
(Hubungan temporal;
Kuatnya hubungan)
Kausalitas
Kualitas Data
Dapat diulang
Terpercaya (reliable)
(Konsistensi temuan)
Efek farmakologis
Pengetahuan sebelumnya Kemungkinan / eksklusi
(Kesesuaian dengan teori) penyebab lain
Misal: Rx, Faktor risiko, Kerentanan,
Kesalahan program (Spesifisitas)
Meyboom et al , 1992
Kausalitas KIPI
Penetapan kausalitas :
analisis secara sistematis terhadap data KIPI,
yang bertujuan untuk menentukan hubungan
kausalitas antara kejadian medis tersebut
dengan vaksin yang diberikan
Setiap kasus harus dianalisis berdasarkan
data klinis dengan melihat kesesuaian
berdasarkan waktu dan jenis vaksin yang
diberikan
Kausalitas KIPI (2)
Kualitas analisis kausalitas KIPI tergantung
pada:
Kualitas pelaporan KIPI dalam hal responsif,
efektivitas dan kualitas investigasi KIPI
Ketersediaan data medis dan laboratoris serta
akses terhadap informasi atau data dasar
Kualitas proses melakukan analisis kausalitas
Kausalitas KIPI (3)
Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
Contoh: ekstremitas bengkak setelah penyuntikan vaksin DTP
Reaksi KIPI yang terkait cacat mutu vaksin
Contoh: kegagalan pabrik meng-inaktifkan vaksin-vaksin polio
sehingga terjadi polio paralisis
Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
Contoh: transmisi infeksi akibat vial multidosis yang
terkontaminasi (jarum yang ditusukkan berulang tidak steril
Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
Contoh: vasovagal syncope pada remaja saat/sesudah vaksinasi
Kejadian koinsiden
Contoh: demam saat vaksinasi, sebenarnya demam akibat
malaria
Kausalitas KIPI 2013
C. Hubungan kausal
A. Hubungan kausal
B. Inderterminate tidak konsisten
konsisten
dengan imunisasi
B1. Hubungan
A1. Reaksi terkait temporal. Konsisten
Informas produk vaksin tetapi tidak cukup bukti.
Hal ini perlu penelitian
i A2. Reaksi terkait
lebih lanjut Koinsidental
kualitas vaksin
lengkap/ A3. Reaksi terkait
B2. Dari berbagai faktor disebabkan karena
terdapat konsistensi kejadian di luar vaksin
adekuat kesalahan prosedur
vakin
dan inkonsistensi
kausalitas dengan
A4. Reaksi terkait imunisasi, mungkin
kecemasan berhubungan dengan
kejadian koinsiden
Tidak terklasifikasi
Informas
i tidak Jelaskan informasi
lengkap tambahan yang dibutuhkan
untuk klasifikasi:
Definisi KIPI berdasarkan
kausal (WHO,2014)
1 2 3
4
Reaksi yang Reaksi yang Reaksi yang
Reaksi yang 5
berhubungan berhubungan berhubungan
berhubungan
dengan dengan defek dengan Koinsiden
dengan
produk kualitas kesalahan
kecemasan
vaksin vaksin prosedur
CONTOH
CONTOH
Kegagalan CONTOH
CONTOH Demam
pabrik vaksin
CONTOH Transmisi Vasovagal setelah
untuk
Trombositope infeksi syncope imunisasi
menginaktiva
-nia pasca melalui vial pada (hubungan
si secara
pemberian multidosis seorang sementara)
komplit suatu
vaksin yang dewasa dan parasit
lot vaksin IPV
campak terkontami- muda malaria
yang
nasi setelah yang
menyebabka
imunisasi. diisolasi
n polio
dari darah.
paralitik
Pertimbangan untuk
Penilaian Kausalitas KIPI
Asosiasi temporal: apakah pasti kejadian ikutan didahului oleh
vaksinasi?
Penjelasan lain: mungkinkah kejadiannya hanya kebetulan,
misalnya akibat hal lain di luar produk vaksin, kesalahan imunisasi
atau kecemasan saat diimunisasi?
Bukti adanya hubungan: adakah bukti klinis atau laboratorium?
Bukti sebelumnya: adakah KIPI serupa yang pernah dilaporkan
dalam studi/ literatur atau sumber lainnya?
Population-based evidence: apakah jumlah kejadian yang
terjadi melampaui jumlah perkiraan kejadian dalam sebuah populasi?
(merujuk dari lembar informasi WHO)
Dapat diterima secara biologis: dapat dijelaskan sesuai
perjalanan alamiah, patofisiologi penyakit tersebut, bukti laboratorium
atau pada hewan percobaan
Penanganan Awal KIPI
oleh Petugas Medis
Penanganan KIPI Ringan
yang Sering Terjadi
Syok Anafilaksis
0.01 ml/kg/dosis, IM
PELAPORAN KIPI
KIPI Seperti Apa
yang Harus Dilaporkan?
KIPI serius
Kejadian yang berkaitan dengan vaksin baru
KIPI yang terjadi mungkin akibat kesalahan
prosedur
Kejadian signifikan tanpa penyebab jelas yang
terjadi dalam 30 hari pasca vaksinasi
Kejadian yang menyita perhatian orang tua atau
komunitas
Bengkak, kemerahan, nyeri pada lokasi
penyuntikkan yang terjadi lebih dari 3 hari atau
bengkak menjalar sampai ke sendi terdekat
Investigasi
Laporan KIPI
Tidak seluruh laporan KIPI dilakukan
investigasi. Laporan KIPI yang perlu
dilakukan investigasi, antara lain:
KIPI serius (serious AEFI)
Kumpulan KIPI ringan
Sinyal dan kejadian yang berhubungan
dengan vaksin baru
Investigasi
Laporan KIPI
Laporan KIPI yang perlu dilakukan
investigasi, antara lain:
KIPI yang mungkin disebabkan oleh
immunization-error (abses bakteri, reaksi lokal
berat, demam tinggi atau sepsis, BCG
limfadenitis, toxic shock syndrome, kumpulan
KIPI)
Kejadian signifikan tanpa sebab yang jelas,
terjadi dalam 30 hari pasca imunisasi
Kejadian yang membuat khawatir orang tua
atau komunitas
Deteksi dan
Pelaporan KIPI
Orang yang bisa mengenal / mendeteksi
KIPI
orang tua, petugas kesehatan baik di fasilitas
imunisasi maupun di ruangan gawat darurat di RS
Kejadian yang harus dideteksi
Kejadian yang sesuai dengan definisi dan kriteria
kasus
Kejadian yang berkaitan dengan definisi kasus
Semua kejadian lain yang dipercaya akibat imunisasi
Pelaporan Kasus
Diduga KIPI
Dokter praktek swasta dan Rumah Sakit :
- Harus melapor kasus diduga KIPI ke Dinas
Kesehatan dan atau Komda PP-KIPI
setempat
- Harus melengkapi formulir pelaporan
- Bila perlu bisa meminta bantuan ke
Dinas Kesehatan / Komda PP-KIPI
setempat
Isi Laporan KIPI
Identitas
Jenis vaksin
Penanggung jawab
Gejala klinis & pengobatan
Saat imunisasi : jam, hari, tanggal.
Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tgl.
Riwayat imunisasi terdahulu
Pemeriksaan penunjang
Prognosis
Aspek hukum
Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Pelaporan &
Investigasi KIPI
MOH
Komite
Peninjau
KIPI NIP NRA
Komite IP Provinsi
Provinsi
IP Layanan Kesehatan
Primer
Pelaporan
Komunitas
Investigasi
Formulir Pelaporan KIPI
Form Laporan KIPI
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI Kolom ini hanya diisi oleh Komnas PP KIPI
Kode sumber data : ..........................................
(KIPI) 2005 Tgl. terima : ././..
Identitas pasien Tanggal lahir : ...../...../
Nama : ......................................... Penanggung jawab (dokter)
Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin ..........................................................................
Alamat : .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Perempuan Alamat (RS, Puskesmas, Klinik)
.......................................................... ............................................................................
RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur (WUS) RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
Kec. : .......................................................... 1. Hamil; 2. Tidak Hamil Kec. : ...........................................................
Kab/Kota : .......................................................... Kab/Kota: ...........................................................
Prop. : .......................................................... Keadaan umum : Prop. : ...........................................................
Telp. : .......................................................... ............................................. Telp. : ...........................................................
Kode Pos : Kode Pos :
Pemberi Imunisasi : Dokter / Bidan / Perawat / Jurim
Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No. Jenis Vaksin Pabrik No. Batch Oral / intrakutan / Lokasi Jumlah
Tanggal Jam
subkutan / i.m penyuntikan dosis
1
2
3
4
Tempat pemberian imunisasi : 1. RS; 2. RB; 3. Puskesmas; 4. Dokter Praktek; 5. Bidan Praktek; 6. BP; 7. Posyandu; 8. Sekolah;
9. Balai Imunisasi; 10. Bidan Desa (Polindes); 11. Rumah; 12. Pustu ; 13. Pos PIN
Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)
Waktu gejala timbul Lama gejala Perawatan / tindakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tanggal Jam Mnt Mnt Jam Hari Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat inap
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan lain ..................................................
Gatal Kondisi akhir pasien
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh
Bentol disertai gatal Tidak sembuh
Muntah Gejala sisa
Diare Meninggal
Pingsan (sinkop) ( tgl. ...........................)
Kejang Tidak ada keterangan
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai Diagnosis : lain ?
Kesadaran menurun
Menangis menjerit terus menerus > 3 jam
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
Diagnosis
Ensefalitis Meningitis Neuritis brankhialis Purpura trombositopenia Limfadenitis BCG
Ensefalopati Abses Syok anafilaksis Kejang demam Hemofilia
Sindrom Guillain Barre Abses dingin Urtikaria Sepsis APCD
Hipotonik hiporesponsif Selulitis Poliomielitis paralitik BCGitis Eritema multiform
Berita KIPI diperoleh dari : (kader, keluarga, masyarakat, .............................. ) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan petugas
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(........................................................)
Data KIPI Indonesia
Laporan KIPI 2008-2010 dari Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur
544 laporan KIPI
86 KIPI serius 49 DKPD/APCD
(acquired prothrombine complex
deficiency)
Prediktor terjadinya KIPI serius: usia bayi,
pelaksana perawat, imunisasi di rumah
dan diagnosis DKPD Satari HI. 2012
Distribusi Klasifikasi Vaksinator dan Pemberian
Imunisasi, KIPI (n=345), KIPI serius (86), dan APCD (49)
di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Klasifikasi Vaksinator Pemberian Imunisasi