Anda di halaman 1dari 80

SURVEILANS KIPI

KOMITE NASIONAL PP-KIPI


KOMITE NASIONAL PP-KIPI

Komite Nasional Pengkajian dan


Penanggulangan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (Komnas PP-KIPI) 
komite independen yang melakukan
pengkajian untuk penanggulangan
laporan kasus diduga KIPI di tingkat
nasional
KOMITE DAERAH PP-KIPI

Komite Daerah Pengkajian dan


Penanggulangan Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (
Komda PP-KIPI )  komite
independen yang melakukan
pengkajian untuk penanggulangan laporan
kasus diuga KIPI di tingkat daerah
provinsi
PENTINGNYA PROGRAM IMUNISASI

Vaksin:
–↗ Promosi kesehatan
–Jangkauan luas
–Dampak segera
–Efektif & menyelamatkan jiwa

Key point:
Dampak imunisasi pada status kesehatan masyarakat dunia tak
terbantahkan.
PRIORITAS VAKSIN: VAKSINASI YANG AMAN

VAKSIN  Orang sehat

Standar keamanan yang tinggi

Tanggung jawab NRA(BPOM)

Pra-registrasi: KIPI: KIPI:


Uji Klinis Monitor/ Pemantauan
Investigasi continyu
KEMATANGAN PROGRAM IMUNISASI

Sumber: WHO. Dasar-dasar Keamanan Vaksin, Modul 1: Introduksi Keamanan Vaksin. Dapat diakses pada:
http://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-safety-in-immunization-programmes.html
KEAMANAN VAKSIN
VACCINE SAFETY

Deteksi dan pelaporan


KIPI merupakan langkah
awal untuk memperkuat
monitoring keamanan
vaksin (vaccine safety).

Dengan meningkatnya
keamanan vaksin,
keamanan pasien (patient
safety) tentu akan
meningkat.
KEJADIAN IKUTAN VS REAKSI SIMPANG

Adverse reaction vs. adverse event Kejadian ikutan (adverse


event): kejadian yang tidak
Diseases Programmatic errors diharapkan yang dilihat tanpa
menilai apakah ada hubungan
Genetics
kausal (sebab-akibat) dengan
Diet
vaksin
Vaccine
Reaction Reaksi simpang (adverse
Other medication Other factors reaction): kejadian yang tidak
diharapkan yang diakibatkan
Environment
oleh vaksin / obat, dan ada
Compliance
bukti yang mendukung suatu
Event attributed to vaccine hubungan kausal
PENYEBAB KIPI: KOMPONEN DAN
CARA PEMBERIAN
Komponen Vaksin:
• Antigen: viral-bacteria (live-attenuated/ hidup dilemahkan,
inaktif), subunit, toxoid
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4
• Adjuvan: Al
• Antibiotik: neomycin
• Pengawet: thiomersal, formaldehyde, derivat phenol

Penanganan Rute pemberian:


Vaksin • Oral KIPI
• Intradermal
• Subkutan
• Intramuskular
DASAR PEMANTAUAN DAN
PENANGGULANGAN KIPI (PMK 12/2017)
 Pasal 45: setiap fasyankes yang menyelenggarakan imunisasi, wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan KIPI.
 Pasal 31: keamanan, mutu, khasiat vaksin dan safety injection  untuk
mencegah KIPI
 Pasal 32: KIE, skrining (sehat dan kontraindikasi)
 Pasal 40: pembentukan Komite Independen (Komnas, Komda, Pokja PP
KIPI)  Pemantauan dan Penanggulangan melalui:
 Surveilans KIPI dan laman (website) keamanan vaksin,
 Pengobatan dan perawatan
 Penelitian dan pengembangan
 Pasal 42: laporan dugaan KIPI bisa dilaporkan masyarakat/petugas
kesehatan, ditindaklanjuti dengan pengobatan/perawatan, investigasi
oleh program dan kajian oleh komite independen. Pembiayaan
pengobatan dan perawatan sesuai peraturan yang berlaku.
LATAR BELAKANG

 KIPI  semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi.


 Penanggulangan KIPI dengan perencanaan rinci dan terarah,
tanggapan cepat, akurat.
 Penggunaan dan pengelolaan Vaksin
 Tanggapan segera pada setiap laporan KIPI Serius
 Dianalisis Komite Independen
 KIPI karena kesalahan prosedur harus diperbaiki
 Hasil kajian oleh Komnas dan Komda PP-KIPI dilaporkan secara
berjenjang kepada Kepala Daerah dan Menteri Kesehatan.
PENGERTIAN KIPI

semua kejadian medik yang terjadi setelah


imunisasi, menjadi perhatian, dan diduga
berhubungan dengan imunisasi.
Reff.
 Permenkes Penyelenggaraan Imunisasi No. 12 Th. 2017
 Causality assessment of adverse event following immunization (AEFI): 2013
 Global manual on surveillance of adverse events following immunization, 2014
JENIS LAPORAN KIPI

• Laporan diduga KIPI yang


tunggal/berkelompok, sakit dengan
rawat inap, kecacatan yang
Serius/Berat
menetap, mengancam kehidupan
atau kematian, kekuatiran
masyarakat (rumor).

• Suatu peristiwa yang tidak "serius" dan


Ringan tidak menimbulkan risiko potensial
terhadap kesehatan penerima.
KIPI SERIUS VS KIPI BERAT

KIPI Serius KIPI Serius


(Serious AEFI) (Severe AEFI)
Kejadian medis yang tidakKIPI Serius Istilah asli dari reaksi berat KIPI:
KIPI Berat
diinginkan kan, pada(Serious
dosisAEFI) Tidak berhubungan dengan
(Severe AEFI)
berapapun, menyebabkan: masalah medis jangka panjang
 Kematian
Kejadiannya sendiri mungkin
 Mengancam jiwa hanya masalah medis minor
 Dirawat di RS (contoh: demam, tetapi
 Kecacatan serius/ permanen
berdasarkan keparahannya
digolongkan menjadi demam
 Kelainan kongenital ringan atau sedang)
 Membutuhkan tindakan guna
mencegah cacat atau kerusakan
permanen
 Menimbulkan keresahan di
masyarakat/ rumor/ masuk media
 Cluster
CARA PELAPORAN KIPI
Pelaporan KIPI Ringan dan Serius dapat dilakukan dengan cara:

Secara offline melalui email


komnasppkipi@gmail.com

Secara online melalui website


keamananvaksin.com

Pelaporan KIPI ringan dilaporkan setiap bulan, sedangkan pelaporan KIPI


serius dilaporkan setiap ada kejadian.
ALUR PELAPORAN KIPI RINGAN
Subdit Imunisasi Ditjen P2P
Kemenkes RI

Setiap tanggal 15

Dinas Kesehatan Provinsi

Setiap tanggal 10
Alur
pelaporan Dinas Kesehatan Kab./ Kota

Umpan
Setiap tanggal 5
balik

Puskesmas
FORM KIPI RINGAN

Perhatian, jika ditemukan hal-hal


sbb, ….
1. Tidak mau menetek/minum
2. Kejang
3. Pucat/biru
4. Sesak nafas
5. Muntah berlebihan
6. Demam tinggi (>39) lebih
1 hari
7. Menangis terus menerus
lebih dari 3 jam
8. Kesadaran menurun
9. Anafilaktik
10. Abses

Pencatatan Pelaporan dilanjutkan


ke Form KIPI Berat/Serius, ….
PELAPORAN KIPI RINGAN

 Saat kunjungan imunisasi bulan berikutnya:


 Ditanyakan apakah ada gejala yang timbul setelah imunisasi
sebelumnya?
 Bila ada, petugas puskesmas mengisi formulir KIPI ringan.

 Orangtua/ masyarakat memberi informasi kepada


petugas kesehatan.
PELAPORAN KIPI SERIUS

Puskesmas (Pelayanan)
Segera

Dinkes Kab./Kota
24 jam

Dinkes Provinsi
24-72 jam

Komda & Komnas PP-KIPI


24-72 jam
Klasifikasi KIPI
Reaksi Vaksin Reaksi yang terkait
• Reaksi yang terkait produk
vaksin (Vaccine product-
kekeliruan prosedur
related reaction) imunisasi
• Reaksi yang terkait dengan
cacat mutu vaksin (Vaccine
(Immunization error-
quality defect-related reaction) related reaction)

Reaksi kecemasan
terkait imunisasi Kejadian koinsiden
(Immunization (Coincidental
anxiety-related event)
reaction)
Reaksi Vaksin
Terkait produk vaksin

• KIPI yang diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih


komponen yang terkandung di dalam produk vaksin
• Contoh: Pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi DTP.

Terkait cacat mutu vaksin

• KIPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih


cacat mutu produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin
yang disediakan oleh produsen.
• Contoh: Kegagalan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada
waktu melakukan inaktivasi lengkap virus polio saat proses
pembuatan vaksin IPV (inactivated polio vaccine) yang dapat
menyebabkan kelumpuhan.
Reaksi Vaksin (2)

Reaksi Ringan Reaksi Berat

• Terjadi beberapa jam setelah • Biasanya tidak menimbulkan


pemberian imunisasi masalah jangka panjang
• Biasanya reaksi hilang dalam • Dapat menimbulkan
waktu singkat dan tidak kecacatan
berbahaya
• Termasuk kejang dan reaksi
• Reaksi lokal: hanya terbatas alergi yang timbul sebagai
pada bagian tertentu akibat reaksi tubuh terhadap
(termasuk nyeri, bengkak atau komponen tertentu yang ada
kemerahan di lokasi suntikan)
didalam vaksin
• Reaksi sistemik: seperti demam,
nyeri otot seluruh tubuh, badan • Reaksi berat adalah istilah
lemah, pusing, nafsu makan yang termasuk KIPI serius dan
turun. reaksi berat lainnya
Reaksi Vaksin Ringan

Idealnya vaksin tidak menimbulkan efek


simpang, kalau pun ada sangat ringan.

Pemberian vaksin akan merangsang pembentukan


kekebalan dengan cara sistem kekebalan
penerima imunisasi bereaksi terhadap antigen yang
ada didalam vaksin.
Reaksi lokal:
Reaksi lokal dan sistemik seperti rasa sakit dan pembengkakan
demam bisa muncul setelah imunisasi sebagai atau kemerahan
bagian dari proses reaksi kekebalan.
di lokasi suntikan.
Reaksi Vaksin Ringan (2)
Komponen lain yang ada di dalam vaksin
seperti adjuvan, bahan penstabil, dan bahan
pengawet dapat menimbulkan reaksi vaksin.

Vaksin yang baik telah dibuat sedemikian rupa


sehingga reaksi efek simpang ringannya
sangat sedikit, sedangkan manfaatnya untuk
mencegah PD3I sangat besar.

Reaksi vaksin ini biasanya muncul sehari atau


dua hari setelah imunisasi (kecuali ruam
setelah imunisasi campak muncul pada hari
ke 6 – 12 pasca imunisasi) dan berlangsung
selama satu sampai beberapa hari.
Reaksi Vaksin Berat
Kejang, trombositopenia, Hypotonic
Hyporensponsive Episode, dan menangis
terus-menerus harus selalu dilaporkan.
Banyak reaksi vaksin berat yang tidak
menimbulkan masalah jangka panjang.
Syok anafilaktik, walaupun bisa fatal, apabila
tertangani dengan baik maka tidak
menimbulkan dampak jangka panjang.

VAPP (vaccine associated paralytic


poliomyelitis)
Reaksi terkait Kekeliruan Prosedur
Imunisasi
• Meliputi kesalahan dalam penyiapan, penanganan,
penyimpanan, dan cara pemberian vaksin.

• Dapat menimbulkan KIPI yang bersifat kluster (terjadinya dua atau


lebih KIPI yang sama yang terkait dengan waktu, tempat dan vaksin
yang sama).

• KIPI kluster ini sering juga terjadi pada petugas kesehatan, fasilitas
kesehatan, dan/atau vaksin dari vial serta batch yang sama, yang
dikelola tidak sesuai dengan SOP atau terkontaminasi.

• Dampaknya dapat terjadi pada jumlah vial vaksin yang besar,


misalnya vaksin membeku pada saat transportasi dapat
menyebabkan peningkatan reaksi lokal.
Kesalahan Prosedur Imunisasi

Kesalahan Perkiraan KIPI

Tidak steril Infeksi


 Pemakaian ulang alat suntik / • Abses lokal di daerah
jarum suntikan
 Sterilisasi tidak sempurna • Sepsis, sindrom syok toksik
 Vaksin / pelarut • Infeksi penyakit yg ditularkan
terkontaminasi lewat darah : hepatitis, HIV
 Pemakaian sisa vaksin utk • Abses lokal karena kurang
beberapa sesi vaksinasi kocok

Salah pakai pelarut vaksin • Efek negatif obat mis. insulin


 Pemakaian pelarut vaksin yg • Kematian
salah • Vaksin tidak efektif
 Memakai obat sbg vaksin atau
pelarut vaksin
Kesalahan Prosedur Imunisasi (2)

Kesalahan Prosedur Perkiraan KIPI


Penyuntikan salah tempat
 BCG subkutan  Reaksi lokal / abses
 DPT/DT/TT kurang dalam  Reaksi lokal / abses
 Suntikan di bokong  Kerusakan Nervus Isiadikus

 Reaksi lokal akibat vaksin


Transportasi / penyimpanan beku
vaksin tidak benar
 Vaksin tidak aktif (tidak
potent)

Mengabaikan indikasi kontra  Tidak terhindar dari reaksi


yg berat
Pentingnya Mengenal Indikasi Kontra

Mengabaikan indikasi kontra  muncul reaksi


vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi untuk
memperhatikan instruksi penggunaan vaksin yang benar
serta penanganan reaksi vaksin

Indikasi kontra yang tidak berdasarkan bukti 


dapat menurunkan cakupan dan mengurangi
kepercayaan masyarakat akan keamanan vaksin
Pernyataan perhatian pada label produksi terkadang
tidak sesuai apabila dipakai sebagai indikasi kontra
mutlak.
Contoh Indikasi Kontra
(WHO 2002)
Vaksin Indikasi kontra
SEMUA vaksin Reaksin anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya;
demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau terhadap
salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan
imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV tanpa
gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi neomycin,
gelatin. Hindari kehamilan meskipun belum ditemukan
adanya gangguan pada kehamilan.

Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya


Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
Reaksi Kecemasan terkait
Imunisasi
Immunization anxiety-related reaction

Hiper-
Fainting Muntah Kejang
ventilasi
Kejadian Koinsiden

Kejadian koinsiden terjadi setelah imunisasi tetapi


tidak disebabkan oleh vaksin atau cara
pemberian imunisasi.

Imunisasi umumnya dijadwalkan pada bayi dan anak-anak usia


muda. Pada usia ini berbagai penyakit, kelainan kongenital, kelainan
neurologis umum terjadi. Kejadian koinsiden tidak dapat dihindari bila
memberikan imunisasi pada kelompok usia ini, terutama pada saat
kampanye.
PEMILIHAN KASUS UNTUK
PENILAIAN KAUSALITAS FORMAL
KIPI Kematian, dirawat di RS, Kecacatan,
Serius mengancam jiwa, atau kelainan
kongenital atau kecacatan lahir

Clusters & events


above expected
rate/ severity

Evaluation of
suspected
Signals As decided by reviewing team / committee
If immunization error is suspected
Significant events of unexplained cause within 30
days of vaccination
KIPI lainnya* Events causing significant parental or community
concern (e.g. Hypotonic Hyporesponsive Episode
(HHE), febrile seizures)
ALUR PELAPORAN KIPI SERIUS
Menteri
Kesehatan

Ditjen P2P c.q.


Komnas PP-KIPI Badan POM RI
Subdit Imunisasi
Website Keamanan Vaksin
Produsen
Vaksin
Komda PP-KIPI Dinkes Provinsi Balai POM

Dinkes Kab./ Kota Rumah Sakit

Mengirimkan
laporan

Koordinasi Puskesmas

Memberikan
laporan

Pelacakan
Masyarakat
SISTEMATIKA KRONOLOGIS LAPORAN
KIPI SERIUS
Identitas
 Nama : .....
 Tgl. Lahir / Umur : .....
 Jenis kelamin : .....
 Nama orang tua : .....
 Vaksin yang diberikan : .....
 Kondisi Akhir : .....

Kronologis
 Waktu (hari, tanggal, dan jam) dan tempat pelayanan imunisasi.
 Waktu kejadian yang dialami (hari, tanggal, jam, dan menit) serta lama
kejadian (menin, jam, hari).
 Tindakan pengobatan dan perawatan yang dilakukan .

Tanggung Jawab Program


SISTEMATIKA TELAAH LAPORAN KIPI
SERIUS
Telaah Komda dan Komnas PP-KIPI
 Telaah medis:
 Telaah waktu: 2 jam setelah imunisasi timbul ... (contoh demam yang
diikuti oleh kejang pada satu hari setelah imunisasi … dapat
disebabkan oleh reaksi vaksin)
 Telaah kemungkinan penyebab lain:
 Telaah medikolegal: tidak ada tuntutan
 Kesimpulan:
 Diagnosa: kejang demam
 Klasifikasi lapangan:
 Klasifikasi kausalitas:

Tanggung Jawab
Komda dan Komnas
Form KIPI Serius
Form Investigasi KIPI
CONTOH PELAPORAN KIPI SERIUS
KIPI dalam Media Cetak
Kronologis
Identitas:
Nama : Bayi MAW
Usia : 2 bulan 3 minggu
Alamat : Tanjung Priuk
Provinsi : DKI Jakarta

27/9/2012, 10.00
Immunisasi: DPT/HB I, Polio 2

27/9/2012, 17.00 & 22.00


OS demam, diberi puyer

28/9/2012, 00.00 WIB


keluar busa dan darah dari hidung,
Penjelasan ibu: os seperti kejang (tidak
dapat digali lebih lanjut deskripsi kejang).
Kejadian singkat, bayi kemudian meninggal.
Tindakan apa yang harus
dilakukan ?

Pelaporan

Dilakukan oleh Petugas Kesehatan di lapangan


dan dilaporkan Dinkes Kabupaten/Kota,
kemudian diteruskan ke Dinkes Provinsi.
Pelaporan
28/9/2012, 08.15
Informasi pertama diterima dr. A (Sudinkes Jakut) dari
pendeta L via telepon melaporkan bayi meninggal dengan
riwayat imunisasi di Puskesmas TP

Informasi segera diteruskan ke Puskesmas TP ke


petugas program imunisasi (Ibu S)

28/9/2012, 09.00
Puskesmas dan Sudinkes Jakut melakukan investigasi ke
rumah pasien

28/9/2012, 15.00
Informasi diterima Dinas Kesehatan Prov. DKI
Jakarta dan diteruskan ke Subdit Imunisasi, Komnas
KIPI & Komda KIPI Prov. DKI Jakarta

29/9/2012
Dinas Kesehatan dan Sudinkes Jakut, melakukan
investigasi dan audit program imunisasi ke Puskesmas TP.
Apa yang harus dilakukan
setelah melakukan pelaporan?

Investigasi

Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi/ Kota/


Kabupaten dan Puskesmas. Hasil investigasi
dilaporkan ke Komda KIPI Provinsi, Komnas
KIPI, dan Subdit Imunisasi.
Hasil Investigasi di Puskesmas
Vaccine dalam keadaan baik:
- DPT HB; Biofarma; Batch No. 2712111, Exp. Date Nov
2013
- Polio; Biofarma; Batch No. 2012511; Exp. Date May
2013

Cold chain:
- Ruang penyimpanan vaksin di ruang program
imunisasi
- Susunan vaksin dalam cold chain sesuai
pedoman
- VVM vaksin kondisi baik (kelas A)

Tidak ada bayi lain yang mengalami masalah


kesehatan pasca menerima imunisasi DPT HB dan
Polio pada tanggal 27 / 9 / 2012. (48 bayi
menerima DPT HB & 59 anak menerima Polio
1/2/3)
Apa yang harus dilakukan setelah
melakukan investigasi?
Dilakukan audit kasus KIPI
AUDIT KIPI : oleh Komda KIPI provinsi.
Komda KIPI Prov Hasil audit dilaporkan ke
Komnas KIPI.

Hasil Audit Sementara Komda KIPI


Prov DKI:
 Penyebab Kematian:
Aspirasi (menunggu hasil otopsi)

 Klasifikasi Lapangan: Koinsiden

Tambahan keterangan dari Sudinkes Jakut:


◦ Ada masalah medikolegal !

 Sudinkes Jakarta Utara telah


menyampaikan surat permintaan hasil
otopsi kepada pihak kepolisian
Tindakan Selanjutnya?

Koordinasi
dengan Komnas
PP-KIPI

Hasil Sementara Audit Komnas KIPI:


 Demam bisa disebabkan oleh reaksi vaksin DPT.
Namun kematian diduga karena aspirasi (reaksi
anafilaktik dapat disingkirkan, karena kematian lebih
dari 4 jam)
 Kepastian penyebab kematian akan ditegakkan
setelah mendapat hasil otopsi dan hasil uji keamanan
vaksin oleh BPOM (uji toksisitas dan sterilitas yang
memerlukan waktu 3 minggu).
Peran BPOM dalam KIPI
Pengujian Sampel
Vaksin  Uji Sterilitas
dan Toksisitas

Kesimpulan: Toksisitas khas pertusis


contoh tersebut di atas memenuhi
syarat
Peran BPOM

Badan POM berperan dalam memastikan mutu


vaksin yang diduga penyebab Kasus KIPI
Program
Laporan Imunisasi SAMPLING
kasus KIPI berdasarkan dilakukan PENGUJIAN
diterima rekomendasi oleh Petugas dilakukan oleh
oleh Badan POM/ Pusat Pengujian
KOMNAS KIPI:
Balai POM Obat dan
Program meminta Makanan
setempat
Imunisasi/ BADAN POM berkoordinasi Nasional
KOMDA untuk dengan (PPOMN),
/KOMNAS SAMPLING dan Dinkes dan Badan POM
PP-KIPI PENGUJIAN KOMDA
Vaksin setempat
Tindak Lanjut ke
Produsen Vaksin
Uji Laboratorium Vaksin

 Badan POM  BBPOM  pengambilan sampel  koordinasi


dengan KOMNAS/KOMDA PP KIPI & DINKES setempat untuk
identifikasi lot/batch.

 Jenis KIPI yang perlu dilakukan pengujian sampel:


1. KIPI yang dicurigai berhubungan dengan reaksi vaksin berat
(SAE) dan KIPI serius dengan sebab yang tidak dapat dijelaskan.
2. KIPI berkelompok (cluster).
3. Proses pengambilan & pengiriman sampel sesuai ketentuan &
persyaratan ‘Cold Chain’ & dilengkapi dengan Berita Acara
pengambilan sampel vaksin.
Jumlah Sampel Vaksin
No Antigen Volume sampel Total sampel
(ml atau dosis)

1 Measles / MR 5 22 + diluent
2 DTP 5 32
3 DT 5 29
4 Td 5 29
5 TT 5 28
6 DTP-HB 2,5 32
7 Polio 10 dosis 40
8 Polio 20 dosis 20
10 Hepatitis B Uniject 0,5 56
11 BCG 1 50
Hasil Otopsi, 29/9/2012
(Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM-FKUI)

• Hasil otopsi ditemukan


perdarahan yang masif di
daerah pelipis, karena
trauma atau kekerasan
tumpul yang
menyebabkan edema
otak dan hipoksia, dan
kematian tidak
berhubungan dengan
imunisasi.

• Hasil histopatologi
terdapat sebaran dan
PMN limfosit (menunjukkan
kalau perdarahan diguga
telah terjadi ± 4 hari
sebelum kematian)
Audit Final oleh Komnas KIPI

Klasifikasi:
1. Lapangan 
Koinsiden
2. Kausalitas 
Unrelated

Penyebab Kematian:
 Berdasarkan hasil otopsi, anak
meninggal karena benturan
benda tumpul
Peran Media dalam Klarifikasi
KIPI

Tempo Kompas
KIPI Rate
Reaksi Vaksin Ringan dan Tata Laksana
Reaksi Lokal Reaksi Sistemik
Vaksin
Nyeri, bengkak, merah Demam > 38 oC Rewel, malaise,…
BCG 90-95 % _ _
Dewasa ~15 % _
Hepatitis B 1-6 %
Anak-anak ~ 5 %
Hib 5-15 % 2-10 % -
Campak/MR/MMR ~10 % 5-15 % 5 % (Ruam)
OPV Tidak ada <1% < 1 %**
~10%* ~10% ~25%
Pertusis (DTwP) ~ 50 % ~ 50 % ~ 55 %
PCV ~ 20 % ~ 20 % ~ 20 %
Tetanus/DT/aTd ~ 10 % ~ 10 % ~ 25 %

Berikan minum yang banyak


Berikan pakaian yang sejuk dan
Kompres dingin pada lokasi Berikan minum yang
Tatalaksana nyaman
suntikan, Parasetamol Berikan spons hangat
banyak
Parasetamol
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pada booster, bisa ~ 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat  Jarang sekali – Sangat jarang
sekali
Vaksin Reaksi Interval Rate per sejuta dosis
Awitan

BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000


BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2

Hib Tidak diketahui

Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2


Sindrom Guillain Barré 1-6 minggu 5

Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333


MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1

OPV Vaccine-associated paralytic 4-30 hari 0.76-1.3 (dosis pertama)


poliomyelitis (VAPP) 0.17 (dosis berikutnya)
Risiko meningkat pada dosis pertama, 0.15 (kontak)
dewasa, dan penderita imunokompromis
Reaksi Berat  Jarang sekali – Sangat jarang
sekali (2)
Vaksin Reaksi Interval Rate per sejuta
Awitan dosis

Tetanus Neuritis brakial 2-28 hari 5-10


Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses steril 1-6 minggu 6-10

Tetanus-difteri Seperti reaksi tetanus

DTP Persistent inconsolable 0-24 jam 1000-60 000


screaming (>3 jam)
Kejang 0-3 hari 570
Hypotonic,hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE)
Anafilaksis / renjatan 0-1 jam 20
Ensefalopati 0-3 hari 0-1
KIPI MR
REAKSI ONSET INTERVAL FREKUENSI KEJADIAN PERSENTASE
(PER JUMLAH DOSIS) REAKSI

Nyeri ringan di lokasi suntikan ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)

Demam ringan dan adenofati ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)


lokal
Demam > 39.4 C 7-12 hari 1 per 20 (5%)

Ruam atau rash 6-12 hari ~1 per 50 (~2%)

Kejang demam 7-10 hari 1 per 3,000 (~0.033%)

Trombositopeni Purpura 15-35 hari 1 per 30,000 (~0.0033%)

Reaksi anafilaksis 0-2 jam ~1 per 100,000 (~0.0001%)

Atralgia pada anak 7-21 hari ~1 per 33 0-3%


PENGENALAN SYOK ANAFILAKTIK

 Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius

 Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari


penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di
tempat kejadian, dan setelah stabil baru
dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.

 Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas


generalisata atau sistemik yang terjadi dengan
cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan)
serius dan mengancam jiwa.

 Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat


menimbulkan syok yang disebut sebagai syok
anafilaktik.
PENGENALAN SYOK ANAFILAKTIK

 Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema)


menyeluruh dan gatal (urtikaria) dengan obstruksi
jalan nafas atas dan/atau bawah.
 Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas,
pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.

 Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin


berat keadaan penderita.

 Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis)


tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak
pada keadaan anafilaktik.
GEJALA ANAFILAKTIK
Perjalanan Klinis Tanda dan gejala anafilaktik

Cepat, tanda peringatan awal  Gatal pada kulit, kemerahan (rash) dan bengkak sekitar lokasi
suntikan
 Pusing, rasa hangat
 Pembengkakan yang tidak sakit pada bagian tubuh seperti:
muka atau mulut.
 Muka kemerahan, kulit gatal, hidung tersumbat, bersin, mata
berair.
 Suara serak, mual, muntah
 Pembengkakan pada pada kerongkongan, sulit bernafas, nyeri
perut
Lambat, gejala mengancam jiwa  Nafas berbunyi mengi (wheezing), nafas berbunyi seperti
ngorok, sulit bernafas, pingsan, tekanan darah rendah, denyut
nadi lemah dan tidak teratur (irregular)
ISI KIT ANAFILAKTIK

Setiap tempat pelayanan imunisasi harus menyediakan


Kit Anafilaktik
Website Keamanan Vaksin
www.keamananvaksin.com
User interface
after login

To entry To entry non-


serious AEFI serious AEFI
cases cases
Serious AEFI cases menu
(DHO province account)

Home
Form: to
entry
Recap: to
view, edit,
delete

Graph of total cases


(by months)
Menu:
Form
Sub-
menu:
identity
Name,
year,
parents
name,
gender,
birt of
date,
age,
address,
district/
city,
subdistrict,
village, ...
Menu: Form
Sub-menu:
vaccine
Type of
vaccine,
manufacture,
batch no,
route of
administration
, doses, VVM,
site of
immunization,
site of
injection,
dates given,
ED
Menu: Form
Sub-menu: manifestation 1
Clinical signs and symptops, start date, duration
Menu: Form
Sub-menu: manifestation 2
Theraphy, AEFI history, medical reocord,
diagnose, final condition, others children
vaccinated and unvaccinated with same clinical
signs and symptops
Menu: Form
Sub-menu: chronology
Sub-menu 1-4 will automaticly shown here. You
could upload the photos as well.
Recapitulation menu
Consists of serious and non-serious AEFI cases
LAPORAN KE DIRJEN P2P
UJI SAMPEL VAKSIN OLEH BPOM

Conclusion: The typical


toxicity and sterility of Td from
the above example is eligible
Press Release KIPI
Serius

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20170907/3022887/kejadian-ikutan-pasca-imunisasi-
bukan-akibat-imunisasi-mr/
LAPORAN KIPI SERIUS, 1998 – 2019*
400
376

350

300 290
267

250
209

200 187 163


183
154
158
152
150
68
116
92
97
100

56 63
54
50 29 29
26 28 28

0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*

* Update 6 September 2019


LAPORAN KIPI, 2013 – 2019*
50000

45000 44972

40000

35000

30000 30393

26239
25000

20000
18621

15000
13710
11832
10000
7974
5000

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*

* Update 6 September 2019


REAKSI SISTEMIK (DEMAM)
Data PMS-PCV (Post Marketing Surveillance) di Kab Lobar dan Lotim
tahun 2018, Komnas PP KIPI (dalam %, n = 1.083)
5

4.5

3.5
Percentage of event

2.5

1.5

0.5

0
30 mins 1 day 2 days 3 days 4 days 5 days 6 days 7 days 8 days 9 days
Mild 0.55 4.43 1.75 0.46 0.37 0.18 0.46 0.09 0 0
Moderate 0.65 3.32 0.55 0.37 0.37 0.28 0.18 0.18 0.18 0
High 0.09 0.46 0.09 0.18 0.18 0.09 0.37 0.09 0 0
Time of observation
REAKSI LOKAL (NYERI DI LOKASI SUNTIKAN)
Data PMS-PCV (Post Marketing Surveillance) di Kab Lobar dan Lotim
tahun 2018, Komnas PP KIPI (dalam %, n = 1.083)
25

20
Percentage of event

15

10

0
30 mins 1 day 2 days 3 days 4 days 5 days 6 days 7 days 8 days 9 days 10 days
Mild 21.88 23.27 16 6.56 2.86 2.22 1.57 1.02 0.55 0.46 0
Moderate 13.48 18.74 4.62 1.48 0.74 0.28 0.18 0.09 0.09 0 0
Severe 12.74 21.24 8.49 1.57 0.74 0.18 0.09 0 0 0 0
Time of observation
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai