Anda di halaman 1dari 86

UNDANG-UNDANG

NOMOR 52 TAHUN 2009


TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

Disampaikan oleh :
Direktorat Perkembangan Kependudukan
Ditjen Administrasi Kependudukan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI


I. PENDAHULUAN

1. Amanat UUD 1945 :


Pasal 26 ayat (3) : Hal-hal mengenai warga
negara dan penduduk diatur dengan Undang-
Undang.

2. UU ini menjadi landasan yang kokoh dalam


penyelenggaraan perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga
3. Proses
a. Amandemen UU No. 10 Tahun 1992 inisiatif
DPR-RI

1) Surat Mendagri kepada Presiden Nomor :


470/1970/Sj tertanggal 6 Agustus 2004, perihal
permohonan diterbitkan AMPRES Amandemen
UU Nomor 10 Tahun 1992.
2) Terjadi pergantian Presiden tidak terbit
AMPRES; Penarikan RUU dan pengusulan
kembali amandemen pada periode tahun
2005 2009
b. PERIODE 2005 -2009
1. Surat dari DPR-RI kepada Pemerintah Nomor :
RU.02/8719/DPR-RI/2006 tertanggal 14
November 2006, perihal penyampaian RUU
tentang Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga.
2. Surat Presiden kepada Pimpinan DPR-RI Nomor: R-
98/Pres/12/2006 tertanggal 19 Desember 2006,
perihal penunjukkan wakil Pemerintah utk
pembahasan RUU tentang Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
b. PERIODE 2005 -2009

3. Surat Mensekneg kepada Menteri Kesehatan,


Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM
Nomor B-637/M.Sesneg/12/2006 tertanggal 19
Desember 2006 perihal penunjukkan wakil
Pemerintah untuk melakukan pembahasan RUU
tentang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
dengan DPR-RI
5. KESEPAKATAN INTERDEP ATAS
AMANDEMEN UU 10 TH 1992

Posisioning UU sbg Grand Designed substansi


pembangunan kependudukan, agar semua sektor yg
menangani kependudukan hrs mengacu pada UU
tersebut.
Materi yg sdh diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2006
hrs dikeluarkan dari draft RUU.
Substansi yg sdh diatur dalam RUU Kesehatan yg sedang
dibahas bersamaan harus dikeluarkan dari draft RUU.
RUU ini harus memperhatikan dan menyikapi semangat
OTDA sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004.
6. Waktu Penyusunan dan
Pembahasan DIM Interdep

Tanggal 20 Maret 2007 Pemerintah


melalui Departemen Kesehatan
menyampaikan DIM kepada Komosi IX
DPR-RI
7. Pembahasan DIM antara Pemerintah
dengan DPR-RI
Pengesahan jadwal dan mekanisme pembahasan serta
Penjelasan Pemerintah terhadap RUU tentang Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, tgl 28 Februari 2007.
Pandangan dan pendapat Presiden yg disdampaikan Menteri
Kesehatan dan Tanggapan Ketua Komisi IX atas Pandangan dan
pendapat Presiden, tanggal 14 Maret 2007.
Pembahasan antara Pemerintah dengan DPR pada tanggal 21
Maret 2007, ditunda karena DPR blm mempelajari DIM.
Pembahasan antara Pemerintah dengan DPR pada tanggal 23 Mei
2007, ditunda karena hanya dihadiri oleh Menteri Hukum dan
HAM. Menurut pandangan Komisi IX hrs ada Menteri Teknis.
7. Pembahasan DIM antara Pemerintah
dengan DPR-RI

Pembahasan antara Pemerintah dengan DPR pada tanggal


13 Juni 2007, tidak terjadi kesepakatan masalah judul.
Yang diajukan DPR dengan judul RUU tentang
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, sedang
Pemerintah menghendaki judul RUU tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, mengingat muatan RUU hanya mencakup
Perkembangan Kependudukan, sedangkan substansi
Administrasi Kependudukan sudah tertampung di UU No.
23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Terjadi deadlock.
7. Pembahasan DIM antara Pemerintah
dengan DPR-RI

Tanggal 29 April 2009 pertemuan Interdep di Kantor Setneg


mempersiapkan bahan untuk pertemuan konsultasi pimpinan
DPR-RI dengan Presiden, sbg tindak lanjut surat dari DPR
kepada Presiden RI No. TU.03/2199/DPR RI/IV/2009 tertanggal
24 April 2009 perihal Pertemuan Konsultasi Pimpinan DPR-RI
dengan Presiden RI.
Menteri Dalam Negeri melalui surat No. 114.1/1829/SJ
tertanggal 27 Mei 2009 menyampaikan bahan kepada
Presiden pada acara pertemuan konsultasi Presiden dengan
Pimpinan DPR-RI yg dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2009 di
Istana Negara.
7. Pembahasan DIM antara Pemerintah
dengan DPR-RI
Tindak Lanjut pertemuan konsultasi Presiden dengan Pimpinan
DPR-RI yg dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2009 di Istana Negara,
disepakati pembahasan DIM antara Pemerintah dengan DPR-RI
dilanjutkan dan dimulai tanggal 24 September 2009 sampai dengan
28 September 2009, meliputi pembahasan dengan Panitia
Kerja/Panja, Tim Perumus/Timus, dan Tim Sinkronisasi/Timsin.
Proses Persetujuan :
a) Raker Tingkat I Komisi IX tanggal 28 September 2009
dengan agenda Pendapat Akhir Mini Fraksi terhadap RUU
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga.
b) Raker Tingkat II Paripurna DPR RI tanggal 29 September
2009
TANGGAPAN UMUM

1. Persoalan kependudukan di Indonesia sangat


kompleks dan memerlukan penanganan secara
komprehensif. Jumlah penduduk yg besar dengan
pertumbuhan penduduk tinggi, kualitas rendah
dan persebaran tidak merata.

2. Pembangunan kependudukan diarahkan kepada


penduduk sebagai subyek pembangunan (people
centered development). Penduduk berperan baik
sebagai pelaku maupun sebagai pemanfaat hasil
pembangunan.
TANGGAPAN UMUM

3. Isu kependudukan dan pembangunan keluarga sangat


luas; mencakup aspek kuantitas, kualitas dan mobilitas,
yang terkait dengan pembangunan ekonomi, kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, sosial, agama,
keamanan, tata ruang, kemampuan daya dukung alam
dan daya tampung lingkungan, eksploitasi SDA yang
menjamin kelestarian lingkungan dan peningkatan
kesejahteraan penduduk .
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

1. UU ini akan menjadi rancangan induk (grand


design) pembangunan kependudukan untuk
mewujudkan penduduk yang berkualitas,
manusia yang sehat, mandiri, beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
iptek, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan
berdisiplin.
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

2. UU ini harus mampu mengakomodir perubahan isu


strategis dari perubahan global di bid.
kependudukan dan pembangunan, yang telah
disepakati Indonesia dalam International
Conference on Population and Development (ICPD)
dan Millenium Development Goals (MDGs) yang
disesuaikan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tertuang di dalam Pancasila dan UUD45.
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN
3. Undang-undang KELUARGA
ini disesuaikan dengan perubahan sistem
pemerintahan di dalam negeri yaitu dari pemerintahan
sentralistik ke desentralisasi.dan dapat mereorientasi
pembangunan yang berwawasan kependudukan yang
menekankan pada kualitas SDM dalam pembangunan daerah
berbasis kompetensi.
4. Undang-undang ini diharapkan mampu menjawab masalah-
masalah yang lebih spesifik seperti pertumbuhan kota dan
urbanisasi, migrasi (internal dan internasional), pengangguran,
kemiskinan, degradasi lingkungan dan perubahan struktur
penduduk.
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TERDIRI DARI 12 BAB


DAN 63 PASAL SBB:
BAB I : Ketentuan Umum (Pasal 1)
BAB II : Asas, Prinsip dan Tujuan (Pasal 2 s/d Pasal 4)
BAB III : Hak dan Kewajiban Penduduk (Pasal 5 s/d Pasal 6)
BAB IV : Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah (Pasal 7 s/d Pasal 14)
BAB V : Pembiayaan (Pasal 15 s/d Pasal 16)
BAB VI : Perkembangan Kependudukan (Pasal 17 s/d Pasal 46)
* Bagian Kesatu : Umum (Ps 17)
* Bagian Kedua : Pengendalian Kuantitas Penduduk
** Paragraf 1 : Umum (Ps 18 s/d Ps 19)
** Paragraf 2 : Keluarga Berencana (Ps 20 s/d Ps 29)
* Bagian Ketiga : Penurunan Angka Kematian (Ps 30 s/d 32)
* Bagian Keempat : Mobilitas Penduduk (Ps 33 s/d Ps 37)
* Bagian Kelima : Pengembangan Kualitas Penduduk
** Paragraf 1 : Umum (Ps 38)
** Paragraf 2 : Penduduk Rentan (Ps 39 s/d Ps 43)
* Bagian Keenam : Perencanaan Kependudukan (Ps 44 s/d Ps 46)
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BAB VII : Pembangunan Keluarga (Pasal 47 s/d Ps 48)


BAB VIII : Data dan Informasi Kependudukan (Pasal 49 s/d Pasal 52)
BAB IX : Kelembagaan (Pasal 53 s/d Pasal 57)
* Bagian Kesatu : Nama dan Kedudukan (Ps 53 s/d Ps 55)
* Bagian Kedua : Tugas dan Fungsi (Ps 56 s/d Ps 57)
BAB X : Peranserta Masyarakat (Pasal 58)
BAB XI : Ketentuan Peralihan (Pasal 59)
BAB XII : Ketentuan Penutup (Pasal 60 s/d Pasal 63)
. POKOK PIKIRAN UU TENTANG PK & PK

Batang
Konsiderans Tubuh Konsiderans
Menimbang Mengingat
Penjelasan
Umum
Berisi aspek-aspek filosofis, yuridis dan sosiologis
yang melandasi lahirnya Undang-Undang

1. Pembangunan Nasional pd hakekatnya


pembangunan manusia dan seluruh masyarakat
Indonesia, mencakup semua dimensi dan aspek
kehidupan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan UUD 1945.
2. Penduduk sbg modal dasar dan faktor dominan
pembangunan, oleh krn itu pddk hrs menjadi titik
sentral dalam pembangunan berkelanjutan.

3.Upaya pengendalian angka kelahiran dan


penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas
pddk, pengembangan kualitas pddk pd seluruh
dimensinya, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, shg mjd SDM yg tangguh dan
mampu bersaing dgn bangsa lain.
KONSIDERAN MENGINGAT

1. Ps. 20, Pasal 26 ayat (2), Pasal 26 ayat (3), Pasal


28B ayat (1), Pasal 28B ayat (2), Pasal 28C ayat
(1), Pasal 28J ayat (1) UUD Negara RI Th 1945
ASAS (Ps 2)

norma agama
keseimbangan

PK dan PK

perikemanusiaan, manfaat
PRINSIP
Kependudukan sbg titik sentral kegiatan pembangunan;
Pengintegrasian kebijakan kependudukan kedalam
pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup;
Pertisipasi semua pihak dan gotong royong;
Perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga sbg unit
terkecil dlm masyarakat;
Kesamaan hak dan kewajiban antara pendatang dan
penduduk setempat;
Perlindungan terhadap budaya dan identitas penduduk lokal;
Keadilan dan kesetaraan gender.
TUJUAN

Perkembangan kependudukan :
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan
persebaran pddk dengan lingkungan hidup.

Pembangunan Keluarga :
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul
rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan
yg lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
HAK PENDUDUK

Membentuk keluarga -> keturunan melalui perkawinan yg sah;


Memenuhi kebutuhan dasar -> tumbuh & berkembang;
Memperoleh pendidikan -> meningkatkan kualitas;
Mendapat informasi, perlindungan dan bantuan untuk
mewujudkan hak-hak reproduksi sesuai dgn etika sosial dan
norma agama;
Berkomunikasi dan memperoleh informasi kependudukan dan
keluarga -> mengembangkan pribadi dan lingkungan sosial;
Mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi PK dan PK dgn menggunakan sarana
yg tersedia;
Mengembangkan dan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya tentang PK dan PK;
HAK PENDUDUK

Bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah


NKRI;
Mendapatkan perlindungan untuk mempertahankan keutuhan,
ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
Menetapkan keluarga ideal scr bertanggung jawab (jumlah, jarak,
umur melahirkan; mendidik, membimbing, mengarahkan anak;
mengangkat anak; hak reproduksinya);
Hak hidup; mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai adat;
Memperjuangkan pengembangkan dirinya (pribadi/kelompok) untuk
membangun bangsa dan negara;
Memperoleh dan mempertahankan ruang hidupnya;
Mendapatkan identitas kewarganegaraan, ataupun mengganti status
kewarganegaraan;
Memperoleh hak dasar kehidupannya.
KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 6

Menghormati hak-hak penduduk lain dlm kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
Berperanserta dalam pembangunan kependudukan;
Membantu mewujudkan perbandingan yg ideal antara
perkembangan kependudukan dan kualitas lingkungan, sosial
dan ekonomi;
Mengembangkan kualitas diri melalui peningkatan kesehatan,
pendidikan, ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
Memberikan data dan informasi kependudukan dan keluarga yg
diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk.
Pasal 7 KEWENANGAN PEMERINTAH

Menetapkan kebijakan dan program jangka menengah dan


jangka panjang (PK dan PK).
Mengintegrasikan PJM dan PJP dalam PJM dan PJP Nasional.
Diatur dlm PP

Pasal 8

Menetapkan kebijakan dan program jangka menengah dan


jangka panjang (PK dan PK) sesuai dgn kebutuhan daerah
masing-2.
Kebijakan PJM dan PJP hrs mengacu pada kebijakan Nasional.
Diatur dlm Perda
Pasal 9
Pelaksanaan Kebijakan Dan Program JM Dan JP
Pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, penelitian,
pengembangan, dan penyebarluasan informasi tentang PK dan PK;
Perkiraan scr berkelanjutan dan penetapan sasaran PK dan PK;
Pengendalian dampak pembangunan terhadap PK dan PK serta
lingkungan hidup.
Pasal 10
Kebijakan dan Program JM dan JP dilakukan melalui :
Menyusun rencana kerja tahunan meliputi :
Penggalangan peranserta (individu sampai penyandang dana
dalam PK dan PK);
Advokasi, dan KIE tentang PK dan PK kpd seluruh komponen
perencana dan pelaksana pembangunan serta seluruh
masyarakat;
Pelayanan cuma-cuma bagi keluarga miskin.
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

Pasal 11

Pemerintah bertanggung jawab dalam Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluraga

Pasal 12 PP

Menetapkan kebijakan nasional;


Menetapkan pedoman (NSPK);
Memberikan pembinaan, bimbingan, supervisi dan fasilitasi;
Sosialisasi, advokasi dan koordinasi.
TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH
Pasal 13 (Pemerintah Provinsi) Perda
Menetapkan kebijakan daerah;
Memfasilitasi terlaksananya pedoman (NSPK);
Memberikan pembinaan, bimbingan, dan supervisi;
Sosialisasi, advokasi dan koordinasi.
Sesuai dengan kebutuhan, aspirasi dan kemampuan
Masyarakat setempat

Pasal 14 (Pemerintah Kab/Kota) Perda


Menetapkan pelaksanaan PK dan PK di kab/kota;
Sosialisasi, advokasi dan koordinasi pelaksanaan PK dan PK sesuai
dgn kebutuhan, aspirasi dan kemampuan masyarakat setempat.
PEMBIAYAAN

Pasal 15
Pembiayaan scr nasional dibebankan pada APBN
Alokasi anggaran disediakan scr proporsional sesuai dgn
kebutuhan.

Pasal 16
Pembiayaan di daerah dibebankan pada APBD
Alokasi anggaran disediakan scr proporsional sesuai dgn
kebutuhan
Pengalokasian anggaran ditetapkan bersama oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD.
KETERKAITAN SUBSTANSI UU 23 Th 2006 DGN UU 52 Th 2009

DAFDUK OUTPUT
1. Pencatatan Biodata Penduduk
Per Keluarga DATABASE
2. Pencatatan atas Pelaporan INPUT
KEPENDUDUKAN
Peristiwa Kependudukan
3. Pendataan Penduduk Rentan
Kependudukan
MANFAAT
4. Pelaporan Penduduk yang tidak 1. Perumusan Kebijakan
dapat melapor sendiri Perkembangan
Kependudukan
INFODUK 2. Proyeksi kependudukan
3. Perencanaan
SIAK INPUT
Pembangunan
CAPIL

OUTPUT
berwawasan
1. Pencatatan Kelahiran kependudukan
2. Pencatatan Lahir Mati 4. Pembangunan sektor lain
3. Pencatatan Perkawianan 5. Pemilu kada dan Pemilu
4. Pencatatan Pembatalan Perkawinan 6. Verifikasi Jati Diri
5. Pencatatan Perceraian INPUT
Dokumen Penduduk dan Dokumen
6. Pencatatan Pembatalan Perceraian
7. Pencatatan Kematian Kependudukan Kependudukan
8. Pencatatan Pengangkatan Pengesahan (Biodata, KK, KTP, Surat 7. Bid. Pemerintahan dan
dan Pengakuan anak Keterangan pelayanan publik
9. Pencatatan Perubahan Nama & Perubahan Kependudukan,
Status Kewarganegaraan Akta/Kutipan Akta)
10. Pencatatan Peristiwa Penting
11. Pelaporan Penduduk yg Tdk dapat
melapor Sendiri
KETERKAITAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN

KUANTITAS
PENDUDUK
KUALITAS
PENDUDUK

DATA DAN
KO ADM
PENDUDUK

MOBILITAS/PERSEBARAN
PENDUDUK
Kebijakan
Perkembangan
Kependudukan
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN (Ps 17)

KUANTITAS KESERASIAN
DAYA DUKUNG ALAM KUALITAS KESELARASAN
DAN DAYA TAMPUNG PERSEBARAN PENDUDUK KESEIMBANGAN
LINGKUNGAN

PEMBANGUNAN NASIONAL
BERKELANJUTAN
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

PENGENDALIAN KUANTITAS PDDK (Ps 18)

LINGK HDP: KESERASIAN


DAYA DUKUNG ALAM JUMLAH PENDUDUK KESELARASAN
DAN DAYA TAMPUNG KESEIMBANGAN
LINGKUNGAN

PERKEMB. SOSIAL EKONOMI


DAN BUDAYA
PENGENDALIAN KUANTITAS PDDK Pasal 19

PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK

Jumlah, Struktur, dan


Komposisi Penduduk Pertumbuhan dan Persebaran

Lahir, Mati, Mobduk DADULING


PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK

PENGENDALIAN JUMLAH &


LAJU PERTUMB PDDK
PENGENDALIAN KELAHIRAN
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
PENGARAHAN MOBDUK

PDDK TUMBUH SEIMBANG


SESUAI DADULING
(TK NAS & DAERAH SCR BERKELANJUTAN)
KELUARGA BERENCANA
mewujudkan pddk tumbuh seimbang dan kel berkualitas, -> kebijakan
keluarga berencana -> melalui program KB (Ps 20)
membantu calon atau pasutri dlm mengambil keputusan dan mewujudkan
hak reproduksi scr bertanggung jawab (Ps 21)
* usia ideal perkawinan;
* usia ideal untuk melahirkan;
* jumlah ideal anak;
* jarak ideal kelahiran anak; dan
* penyuluhan kesehatan reproduksi.
bertujuan untuk :
mengatur kehamilan yg diinginkan;
menjaga kesehatan dan menurunkan AKB, AKA, AKI;
meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan KB dan Kespro;
meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dlm KB; dan
mempromosikan ASI -> menjarangkan jarak kelahiran.
Kebijakan KB melarang promosi aborsi sbg pengaturan kehamilan .
l 2 2 KELUARGA BERENCANA
sa
Pa

Kebijakan KB dilakukan melalui upaya :


peningkatan keterpaduan dan peranserta
masyarakat;
pembinaan keluarga; dan
pengaturan kehamilan (agama, sosial ekonomi dan
budaya serta tata nilai masyarakat).

KIE

diatur dlm PP
Pa
KELUARGA BERENCANA sa
l2
3
Pemerintah dan Pemda wajib meningkatkan akses dan kualitas
informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi dgn
cara :

menyediakan metode kontrasepsi sesuai dgn pilihan pasutri dgn


mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan
norma agama;
menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan;
menyediakan informasi yg lengkap, akurat dan mudah diperoleh tentang
efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk
pencegahan virus HIV dan infeksi menular karena hubungan seksual;
meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kerahasiaan, serta
ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yg bermutu tinggi;
KELUARGA BERENCANA Pasal
2 3
meningkatkan kualitas SDM petugas KB;
menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping
dan koplikasi pemakaian kontrasepsi;
menyediakan pelayanan kespro esensial di tingkat primer dan
komprehensif pada tingkat rujukan;
melakukan promosi pentingnya ASI serta menyusui eksklusif (6
bl) pasca kelahiran utk mencegah kehamilan; meningkatkan
derajat kesehatan ibu, bayi dan anak; dan
memberikan informasi tentang pencegahan terjadinya
ketidakmampuan pasutri untuk mempunyai anak setelah 12 bl
tanpa menggunakan alat pengatur kehamilan.

diatur dengan Permenkes


KELUARGA BERENCANA Pas
al 2
4

Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dgn tata cara yg


berdaya guna dan berhasil guna serta diterima dan
dilaksanakan scr bertanggung jawab oleh pasutri sesuai dgn
pilihan dan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami atau
istri.
Pelayanan kontrasepsi scr paksa kepada siapapun dan dalam
bentuk apapun bertentangan dengan HAM dan pelakunya
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dgn cara yg
dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya,
etika, serta segi kesehatan.
KELUARGA BERENCANA
2 5
a l
s
Pa

Suami dan/atau istri mempunyai kedudukan, hak,


dan kewajiban yg sama dalam melaksanakan KB.
Dalam menentukan cara KB; pemerintah wajib
menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi bagi
pasutri.
KELUARGA BERENCANA
Pasal 26

Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yg


menimbulkan resiko terhadap kesehatan dilakukan atas
persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan yg memiliki keahlian
dan kewenangan.
Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi,
dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dgn
ketentuan peraturan perundang-undangan.

diatur dgn Permenkes.


KELUARGA BERENCANA

Pasal 27
Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan
alat, obat, dan cara kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur
yg ditetapkan.

Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan
cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga lain yg terlatih serta dilaksanakan di
tempat dan dengan cara yg layak.
KELUARGA BERENCANA

Pasal 29

Pemerintah dan Pemda mengatur pengadaan dan


penyebaran alat dan obat kontrasepsi berdasarkan
keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan
pemerataan pelayanan sesuai dgn ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pemerintah dan Pemda wajib menyediakan alat dan
obat kontrasepsi bagi penduduk miskin.
Litbang teknologi alat, obat , dan cara kontrasepsi
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemda dan/atau
masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
0 PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
3
sal
Pa
Kebijakan penurunan angka kematian mewujudkan
pddk tumbuh seimbang dan berkualitas pd seluruh
dimensinya.
Penurunan angka kematian diprioritaskan pada :
MMR (wkt hamil, melahirkan, pasca persalinan)
AKB dan AKA
Penurunan MMR, AKB, AKA Pemerintah, Pemda, dan
masyarakat upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sesuai dgn peraturan perundang-undangan
dan norma agama.
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
31
sa l
Pa

Kebijakan penurunan MMR, AKB, AKA dgn memperhatikan :


kesamaan hak reproduksi pasutri
keseimbangan akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan kesehatan, khususnya kespro bagi
ibu, bayi dan anak.
pencagahan dan pengurangan resiko kesakitan dan
kematian.
partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN Pa
sa l
32

Pemerintah dan Pemda melakukan pengumpulan


data dan analisis tentang angka kematian sbg
bagian dari PK dan PK.
Pemerintah wajib melakukan penyusunan
pedoman dan pelaporan pemantauan tentang
pengumpulan data dan analisis angka kematian.
diatur dengan PP
MOBILITAS PENDUDUK

FISIK-HORISONTAL
WAKTU INTERNAL
PERMANEN KE PEMUKIMAN BARU
NON PERMANEN KE KOTA BESAR
PENINGKATAN
KE DAERAH PERBATASAN STATUS SOSIAL,
MOTIF KE DAERAH PENYANGGA. EKONOMI DAN
MOBILITAS BUDAYA
PENDUDUK EKONOMI PERTUMB EKONOMI BARU (KESEJAKTERAAN)
DAN KEAMANAN
SOSIAL PERUBAHAN DESA-
POLITIK KOTA
GERAK PENDUDUK SCR
KERUANGAN MELEWATI BUDAYA
BATAS ADMINISTRASI
KEAMANAN INTERNASIONAL

SOSEKBUD-VERTIKAL
MOBILITAS PENDUDUK

MOB PERMANEN/MIGRASI URBANISASI


VOL, ARAH/KECENDERUNGAN ANGKA URBANISASI

MIGRAN ARUS MIGRASI DR DESA KE KOTA


ANGKA MIGRASI MASUK PERUBAHAN STATUS PERDESAAN-
ANGKA MIGRASI KELUAR PERKOTAAN
ANGKA MIGRASI NETTO

MENGHITUNG PERTUMB
POLA MIGRASI POLA PERSEBARAN PDDK
KARAKTERISTIK MIGRAN MENGKAJI KARAKTERISTIK
PERSEBARAN PDDK (DEMOGRAFI, SOSIAL, EKONOMI,
BUDAYA, DASAL, DA TUJUAN)
MOBILITAS PENDUDUK Pa
sal
33

Kebijakan pengarahan mobduk dan/atau


penyebaran pddk utk mencapai persebaran pddk
yg optimal, didasarkan pada keseimbangan antara
jumlah pddk dgn DADULING.
Meliputi mobduk internal dan mobduk
internasional tingkat nasional dan daerah
serta ditetapkan scr berkelanjutan.
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 33

Pengarahan mobduk internal :


a.bersifat permanen dan non-permanen.

b.Pengarahan mobduk dan persebaran pddk ke daerah


penyangga, ke pusat pertumbuhan ekonomi baru ->
pemerataan pembangunan antarprovinsi.
c.Penataan persebaran pddk melalui kerjasama antardaerah.

d.Pengelolaan urbanisasi di perkotaan.

e.Penyebaran pddk ke daerah perbatasan antarnegara, daerah

tertinggal, pulau- pulau kecil terluar.


MOBILITAS PENDUDUK

Pasal 33

Pengarahan mobduk internasional, dilakukan melalui


kerjasama internasional dengan negara pengirim dan
penerima migran internasional ke dan dari Indonesia sesuai
dgn perjanjian internasional yg telah diterima dan disepakati
oleh Pemerintah.
diatur dalam PP
MOBILITAS PENDUDUK

Pasal 34
Kebijakan mobduk dilaksanakan dgn menghormati hak
pddk untuk bebas bergerak, berpindah, dan bertempat
tinggal dlm wilayah NKRI sesuai dgn ketentuan peraturan
perundang- undangan.

Pasal 35
Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan mobduk
sepanjang tdk bertentangan dgn kebijakan nasional.
MOBILITAS PENDUDUK

Pasal 36
Perencanaan pengarahan mobduk dan/atau
penyebaran pddk dilakukan dgn menggunakan data
dan informasi , persebaran pddk dgn memperhatikan
RTRW.
Pengembangan sistem informasi kesempatan kerja
yg memungkinkan pddk utk melakukan mobilitas ke
daerah tujuan sesuai dgn kemampuan yg dimilikinya.
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 37

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan


pengumpulan data, analisis, serta proyeksi angka
mobilitas dan persebaran pddk sbg bagian dari
pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Pemerintah wajib melakukan penyusunan pedoman dan
pelaporan pemantauan kegiatan pengumpulan data,
analisis, serta proyeksi angka mobilitas dan persebaran
pddk
Tata cara pengumpulan data, analisis, serta proyeksi
angka mobilitas dan persebaran pddk diatur dalam PP.
KUALITAS PENDUDUK

NON-FISIK FISIK

Nilai Agama Kesehatan, Pendidikan


Nilai Sosial budaya Ekonomi/Kemampuan
daya beli

Mental spiritual,
Ketaqwaan,
Kesantunan,
Berbudaya,
Berkepribadian, dll
PENGEMBANGAN KUALITAS PENDUDUK
Pasal 38

Untuk mewujudkan manusia yg sehat jasmani dan rohani,


cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan
memiliki etos kerja yg tinggi.
Dilakukan melalui peningkatan kesehatan, pendidikan,
perekonomian, nilai agama dan nilai sosial budaya.
Diselenggarakn oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bersama masyarakat -> pembinaan dan pemenuhan pelayanan
pddk dilakukan melalui KIE serta penyediaan prasarana dan
jasa.
diatur dgn PP.
PENDUDUK RENTAN

Pasal 39

Pemerintah memberikan kemudahan dan perlindungan


terhadap pddk rentan.
Kebijakan pengembangan potensi pddk rentan timbul
sbg akibat :
a. Perubahan struktur; komposisi penduduk;
b. Kondisi fisik/non fisik pddk rentan
c. Keadaan geografis pddk rentan sulit berkembang;
d. Dampak negatif proses pembangunan dan bencana
alam.
PENDUDUK RENTAN

Pasal 40
Pengembangan potensi pddk rentan dilaksanakan melalui
perawatan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
pelatihan atas biaya negara.

Pasal 41
Pemerintah menjamin kebutuhan dasar bagi pddk
miskin.
Ketentuan kriteria pddk miskin dan tata cara
perlindungan diatur dengan PP
TERUTAMA PENDUDUK MISKIN

Membebaskan penduduk dari kemiskinan


melalui upaya mengatasi ketidak-mampuan
memenuhi kebutuhan dasar dan akses
terhadap berbagai hak-hak dasar serta
meningkatkan partisipasinya dalam
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
PENGEMBANGAN WAWASAN
KEPENDUDUKAN

Pasal 42

Pengembangan wawasan kependudukan merupakan


upaya peningkatan pemahaman mengenai
pembangunan kependudukan yg berkelanjutan untuk
mewujudkan pddk yg berkualitas.
ASPEK PEMBANGUNAN
BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

EKONOM
I

SDM

SC SDA

People centered development


Sustainable development
PENGEMBANGAN WAWASAN KEPENDUDUKAN

Pendidik/Pelajar Melalui Jalur Sekolah


Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/LSM
Eksekutif, Legislatif, Politisi
Pengambil dan penyusun kebijakan
Perencana (pembangunan)
Dll
PENGEMBANGAN WAWASAN KEPENDUDUKAN

Pasal 43

Pengembangan wawasan kependudukan dpt


dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat baik
scr sendiri maupun bersama-sama.
Pelaksanaan pengembangan wawasan
kependudukan dilakukan melalui pemberian
informasi, pendidikan, dan penyediaan sarana
dan prasarana yg berkaitan dengan pembangunan
kependudukan.
PERENCANAAN KEPENDUDUKAN

Pasal 44

Perencanaan kependudukan merupakan proses penyiapan


seperangkat keputusan tentang perubahan kondisi kependudukan
yg diinginkan pd masa yang akan datang yg meliputi aspek
kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.

Pasal 45
Perencanaan kependudukan dilakukan dgn menetapkan sasaran
kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk beserta langkah
pengelolaan perkembangan kependudukan di suatu daerah pada
masa yg akan datang.
Pasa
PERENCANAAN KEPENDUDUKAN l 46
Perencanaan kependudukan dilakukan pada lingkup nasional,
provinsi, dan kab/kota dgn periode jangka menengah dan/atau
jangka panjang.
Perencanaan kependudukan diarahkan untuk menghasilkan
Renstra untuk pengelolaan kuantitas, kualitas dan mobilitas
penduduk.
Renstra wajib diintegrasikan dan diimplementasikan ke dalam
sistem perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan
daerah dan sektoral.
Waktu penyusunan perencanaan kependudukan dilaksanakan
selambat-lambatnya bersamaan dgn waktu perencanaan
pembangunan jangka menengah dan/atau jangka panjang.
diatur dengan Perpres.
PEMBANGUNAN KELUARGA

Pasal 47
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan
kebijakan pembangunan keluarga melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga
agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara
optimal.
PEMBANGUNAN KELUARGA

Pasal 48
Kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan dan
kesejahteraan keluarga, dilaksanakan dgn cara :
a. peningkatan kualitas anak dgn pemberian akses informasi,
pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan,
pengasuhan dan perkembangan anak;
b. peningkatan kualitas remaja dgn pemberian akses informasi,
pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan
berkeluarga;
c. peningkatan kualitashidup lansia agar tetap produktif dan berguna
bagi keluarga dan masyarakat dgn pemberian kesempatan untuk
berperan dlm kehidupan keluarga;
PEMBANGUNAN KELUARGA

Pasal 48
d. Pemberdayaan keluarga rentan dgn memberikan perlindungan dan
bantuan untuk mengembangkan diri agar setara dgn keluarga lain.
e. Peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
f. Peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan dan sumber
daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga.
g. Pengembangan cara inovatif untuk memberikan bantuan yg lebih
efektif bagi keluarga miskin.
h. Penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan terutama bagi
perempuan yg berperan sbg KK

diatur dgn Permen terkait sesuai kewenangan


DATA DAN INFORMASI KEPENDUDUKAN

Pasal 49
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai
kependudukan dan keluarga.
Upaya yg dilaksanakan melalui sensus, survei, dan
pendataan keluarga.
Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib
digunakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sbg
dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan
pembangunan.
DATA DAN INFORMASI KEPENDUDUKAN

Pasal 50
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan dan
mengembangkan sistem informasi kependudukan dan keluarga scr
berkelanjutan serta wajib mendukung terkumpulnya data dan
informasi yg diperlukan.
Pemerintah Daerah wajib melaporkan data dan informasi
kependudukan dan keluarga kepada Pemerintah.
Pemerintah wajib menyebarluaskan kembali data dan informasi yg
terkumpul pada tingkat nasional untuk dipisah-pisahkan dan dianalisis
untuk keperluan perbandingan pengelolaan kependudukan antardaerah
dalam bentuk laporan neraca kependudukan dan pembangunan.

diatur dengan PP.


DATA DAN INFORMASI KEPENDUDUKAN

Pasal 51
Dalam rangka meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender,
pengumpulan, analisis, dan penyebaran informasi tentang
kependudukan dan keluarga harus mempertimbangkan jenis
kelamin.

Pasal 52
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengumpulan
data, analisis, dan proyeksi angka kelahiran sebagai bagian dari
pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga.
KELEMBAGAAN

Pasal 53

Dalam rangka pengendalian penduduk dan


pembangunan keluarga, dengan UU ini Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).

BKKBN merupakan LPNK yg berkedudukan di bawah


Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
KELEMBAGAAN

Pasal 54
Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) di
tingkat provinsi dan kab/kota.
BKKBD dlm melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan
fungsional dengan BKKBN.

Pasal 55
BKKBN berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.
BKKBD berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Kab/Kota.
KELEMBAGAAN
Pasal 56 TUGAS DAN FUNGSI
BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan keluarga berencana.
Dalam melaksanakan tugas, BKKBN mempunyai fungsi :
perumusan kebijakan nasional;
penetapan NSPK;
pelaksanaan advokasi dan koordinasi;
penyelenggaraan KIE;
penyelenggaraan monev;
pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi.
Ketentuan tugas, fungsi dan susunan organisasi BKKBN,
diatur dengan PERPRES
KELEMBAGAAN

Pasal 57
BKKBD mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pengendalian penduduk dan menyelenggarakan
keluarga berencana di tingkat provinsi dan kab/kota.
Kewenangan BKKBD dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan tugas, fungsi dan susunan organisasi
BKKBD, diatur dengan PERDA.
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 58
Setiap pddk mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam
pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga individu,
LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swasta.

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 59
PP Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga sejahtera; PP Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan; PP Nomor 57 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas PP Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan masih tetap berlaku sepanjang tdk
bertentangan dengan UU ini.
KETENTUAN PENUTUP
Ps 60
UU Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga Sejahtera, DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK
BERLAKU.
Ps 61
BKKBN dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan wajib menyesuaikan
dengan ketentuan dalam UU ini.
Ps 62
Peraturan pelaksana dari UU ini ditetapkan paling lambat 1 tahun sejak
tanggal pengundangan UU ini.
Ps 63
UU ini berlaku pd tanggal diundangkan (29 Oktober 2009), dan agar setiap
orang mengetahiunya, memerintahkan pengundangan UU ini dengan
penempatannya dalam LNRI
PERATURAN PELAKSANAAN

I. Peraturan Pemerintah
1. Kebijakan dan Program Jangka Menengah dan Jangka Panjang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan dan pembangunan keluarga -> Ps 7 ayat (3)
2. Tanggung Jawab Pemerintah dlm Menetapkan Kebijakan Nasional, NSPK,
Pembinaan, Bimbingan, Supervisi dan Fasilitasi serta Sosialisasi, Advokasi
dan Koordinasi -> Ps 12 ayat (2)
3. Tata cara Penetapan Pengendalian Kuantitas Penduduk -> Ps 19 ayat (4)
4. Tata cara Pengumpulan Data dan Proyeksi Kependudukan tentang Angka
Kematian -> Ps 32 ayat (3)
5. Pengarahan Mobilitas Penduduk -> Ps 33 ayat (5)
a. Penataan dan Penyebaran Penduduk ke Daerah Perbatasan Antarnegara.
b. Kebijakan Mobduk non-permanen.
c. Penataan Persebaran Penduduk melalui Kerjasama Antardaerah.
d. Pengarahan Mobduk melalui Pengembangan Daerah Penyangga.
e. Pedoman Pengelolan Urbanisasi di Perkotaan.
f. Pedoman Pelayanan terhadap Penduduk Musiman.
PERATURAN PELAKSANAAN

I. Peraturan Pemerintah
6. Tatacara Pengumpulan Data, Analisis Mobilitas dan Persebaran
Penduduk -> Ps 37 ayat (3)
7. Pengembangan Kualitas Penduduk -> Ps 38 ayat (6)
8. Kriteria Penduduk Miskin dan Tatacara Perlindungannya -> Ps 41 ayat
(2)
9. Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga -> Ps 50 ayat (4)

II. Peraturan Presiden


1. Pedoman Perencanaan kependudukan -> Ps 46 ayat (5)
2. Tugas, Fungsi , dan Susunan Organisasi BKKBN -> Ps 56 ayat (3)
PERATURAN PELAKSANAAN

III.Peraturan Menteri
1. Akses, Kualitas, Informasi, Pendidikan, Konseling dan Pelayanan Alat Kontrasepsi
(Permenkes) -> Ps 23 ayat (2)
2. Tatacara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi (Permenkes) -> Ps 26 ayat (3)
3. Kebijakan Pembangunan Keluarga (Permen terkait) -> Ps 48 ayat (2)

IV. Peraturan Daerah


1. Kebijakan dan Program Jangka Menengah dan Jangka Panjang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga -> Ps 18 ayat (3)
2. Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi dalam Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga -> Ps 13 ayat (2)
3. Tanggung Jawab Pemerintah Kab/Kota dalam Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga -> Ps 14 ayat (2)
4. Kebijakan Mobilitas Penduduk -> Ps 35 ayat (1)
5. Tugas, Fungsi , dan Susunan Organisasi BKKBD -> Ps 57 ayat (3)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai