Anda di halaman 1dari 60

Aspek legal dan etik di

keperawatan kritis
Sudiman
Tim gadar 2
Pusat pengobatan akan menjadi
tempat pelayanan bagi orang yang
kaya dan berkuasa, sementara si
miskin dan lemah hanya menonton
dan berdoa
(Allen Verhey in "MORAL MEDICINE)
INTENSIF CARE UNIT
ICU Ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi staff dan peralatan khusus untuk
merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan / disfungsi satu
organ atau ganda akibat penyakit, bencana
atau komplikasi yang masih ada harapan
hidup ( Standar pelayanan ICU, 2008 )
Pasien Kritis
Orang yang terancam jiwanya karena trauma
atau penyakit perlu perawatan intensif
Perawatan icu : monitor terus menerus oleh
tenaga kesehatan yang khusus

Pasien Kritis
Pasien Gawat
Diare Berujung Amputasi Jari
Kelingking
Apa legal? Apa etika ?
Aspek Legal / hukum
Legal = sah
Aspek legal dalam keperawatan kritis : sah
untuk melakukan pelayanan dan askep kritis
sesuai dengan rambu-rambu profesi
keperawatan
Perawat ICU mempunyai hak dan kekuasaan
untuk melakukan tindakan sesuai standar
yang berlaku
Aspek legal dalam praktek keperawatan :
melindungi pasien dan perawat.

Perawat mendapatkan ijin praktek / lisensi :


menyaring profesi agar dpt
mempertanggungjawabkan tindakan yang
dilakukan.

Ijin dari segi hukum : perawat yang berhak


melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan
setelah mereka mendapatkan ijin praktek
Regulasi dalam keperawatan
Kebijakan yang mengatur profesi perawat
dalam melaksanakan tugas yang terkait
dengan hak dan kewajiban
Undang-undang keperawatan
Permenkes 1239 tahun 2001
Registrasi, lesensi dan sertifikasi
Standar keperawatan
Bertujuan untuk kepuasan pasien dan perawat
serta pencegahan malpraktek
Praktek Keperawatan ( pasal 15
Kepmenkes 1239 th 2001)
Perawat dalam melaksanakan praktik berwenang
untuk:
Melaksanakan askep yg meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan
Tindakan keperawatan sbgmn dimaksud ayat (1)
meliputi: terapi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan
Tindakan medik sesuai permintaan tertulis dari dokter
(Berdasar Kepmenkes 1239 th 2001)
pasal 21
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana
dimaksud pasal 15 perawat berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak pasien.


b. Merujuk kasus yg tidak tepat ditangani;
c. Menyimpan rahasia sesuai dg peraturan;
perundangan yg berlaku.
d. Memberikan informasi;
e. Meminta persetujuan tindakan yg akan
dilakukan.
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik.
Standar keperawatan

Standar kompetensi

Standar asuhan keperawatan

Standar operating procedure


Kemampuan Teknis minimal Perawat ICU
( depkes RI 2004 )
1. RJP
2. Pengelolaan Jalan nafas ( termasuk intubasi trakeal,
penatalaksanaan ventilator
3. Terapi Oksigen
4. Pemantauan EKG
5. Pemasangan Pacemaker saat gawat
6. Penatalaksanaan Nutrisi ( enteral, parenteral)
7. Pemeriksaan & pembacaan Lab
8. Penatalaksanaan peralatan khusus : perfusor, dll
9. Melakukan tehnik khusus ICU
10. Bantuan fungsi fital saat transportasi (dng alat portabel)
SAK
SOP

Perawat Praktek
Praktek
keperawatan
general keperawatan
intensif

1. SIP Standar
2. SIPP Kompetensi
3. SIK Clinical
4. STR previllage
ETIKA

ADALAH SEGALA HAL YANG DILAKUKAN


DENGAN MEMPERHATIKAN KEBAIKAN
DAN MENGHINDARI YANG BURUK
( CONCERNED WITH DOING GOOD AND
AVOIDING HARM)

Etik merupakan prinsip yang menyangkut baik


dan buruk dalam hubungan dengan orang lain.
Etika :

Bagaimana seharusnya
manusia berperilaku.

Apa yang seharusnya dilakukan


seseorang terhadap orang lain.
Etika dan Keperawatan
Membedakan apa yg baik dg yg buruk, yg layak
dan tidak layak.
Adalah norma-norma yang di anut oleh perawat
dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga,
kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat
professional.

Hubungannya dg profesi keperawatan kode etik


keperawatan
Kode Etik Keperawatan

Kode etik keperawatan adalah pernyataan


komprehensif dari profesi yg memberikan
tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik hubnya dengan
pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri
sendiri dan tim kesehatan lain
Dasar dalam mengatur hubungan
antara perawat, pasien, tenaga
kesehatan lain, masyarakat dan
profesi keperawatan.
Dasar dalam menilai tindakan
Fungsi kode keperawatan
etik Membantu masyarakat untuk
keperawatan mengetahui pedoman dalam
melaksanakan praktek keperawatan.
Menjadi dasar dalam membuat
kurikulum pendidikan keperawatan
( Kozier & Erb, 1989 )
Prinsip Etik Dalam Praktek
Keperawatan
Autonomi
Kemampuan untuk menentukan / mengatur diri
sendiri. Seseorang mempunyai harga diri dan
martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi
dirinya.

Benefesience
Prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya
bagi pasien.
Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil
bagi semua individu, Tindakan yang sama tidak
selalu identik : berarti mempunyai kontribusi
yang relatif sama untuk kebaikan hidup
seseorang

Veracity
Mengatakan yang sebenarnya atau tidak
membohongi orang lain / pasien.
Avoiding Killing
Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban
perawat untuk menghargai kehidupan.

Fedelity
Kewajiban perawat untuk tetap setia pada
komitmennya, yaitu kewajiban
mempertahankan hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien. Kewajiban ini
meliputi menepati janji, menyimpan rahasia
dan caring
Karahasiaan (Confidentiality) : Aturan
dalam prinsip kerahasiaan adalah
informasi tentang pasien harus dijaga
privasi pasien.
Akuntabilitas (Accountability) : Mrp
standar yang pasti bahwa tindakan
seorang perawat dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
Persamaan etika dan hukum :
Alat untuk mengatur tertibnya hidup
bermasyarakat
Objeknya tingkah laku manusia
Mengandung hak dan kewajiban anggota
masyarakat agar tidak saling merugikan.
Menggugah kesadaran untuk
bersikap manusiawi
Sumbernya hasil pemikiran para pakar dan
pengalaman senior
Dilema Etik
Dilema etik : masalah yang melibatkan dua/lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya.

Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap


alternatif memiliki landasan moral atau prinsip.

Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,


pasien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif
sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan.
Menurut Thompson & Thompson
(1985 )
Dilema etik : masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding.

Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang


salah.

Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat


tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional.
Etik di ICU perlu pertimbangan
berbeda dengan etik di pelayanan
kesehatan atau bangsal lain.

Terkadang muncul kontroversi etik


dalam legalitas moral di ICU,
misalnya tentang euthanasia.
Penelitian di Turki terhadap 186 perawat yang
bekerja di unit perawatan intensif.
Sepertiga (33,9%) dari perawat mendukung
legalisasi eutanasia, sedangkan 39,8% tidak.

Perawat Unit perawatan intensif Turki sangat


tidak mendukung legalisasi eutanasia.
Mereka yang melakukan dukungan yang
cenderung setuju dengan pasif daripada
eutanasia aktif (P = 0,011). (Z. Nazan Alparslan,
2007)
LIMA MACAM MASALAH ETIKA
KEPERAWATAN
QUALITY OF LIFE vs QUANTITY
INDIVIDUAL FREEDOM vs CONTROL &
PREVENTION OF HARM
TRUTH TELLING vs DECEPTION OR LYING
KNOWLEDGE vs RELIGIOUS, POLITICAL,
ECONOMIC, & IDEOLOGICAL INTEREST.
SCIENTIFICALLY BASED THERAPY vs
ALTERNATIVE NONSCIENTIFIC THERAPIES
Masalah-Masalah Di Pelayanan Kesehatan
Menurut Pendapat Umum :
Perawat kurang banyak senyum

Pelayanan semakin mahal

Perawat tidak segera datang bila dipanggil

Komunikasi dg pasien dan disiplin lain kurang


Dg adanya SK Menkes 1239/2001 perawat bisa praktik,
sehingga dokter menjadi bertanya ???
Kualitas pelayanan keperawatan menurun, padahal
pendidikan perawat semakin tinggi, dll.
Kasus dalam lingkup keperawatan
kritis

Tidak menerima pasien yang dalam keadaan


terminal / kasus perawatan lama untuk
menekan mortaliry rate dan memelihara
nama baik rumah sakit atau pasien demikian
cepat-cepat dipindahkan dengan berbagai
dalih ke rumah sakit lain.
Misalnya alat ventilator yang tersedia
semuanya sedang dipasang pada
pasien, termasuk pasien yang sudah
tak ada harapan pulih kembali.
Bagaimana jika kemudian diperlukan
untuk pasien lain yang masih banyak
harapan?
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
ETIK Kozier et. al (2004)
Mengembangkan data dasar
Mengidentifikasi konflik
Membuat tindakan alternatif
Menentukan siapa yang terlibat dan siapa
pengambil keputusan
Mengidentifikasi kewajiabn perawat
Membuat keputusan
Kasus 1
http://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-2/masalah-etik
Wanita umur 50 th dgn Ca Mamae terminal dan metastase,
resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi.
Mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak
dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena.
ditunjukkan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri
bertambah hebat saat mengubah posisi.
Walapun pasien tampak bisa tidur namun ia sering meminta
diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta
untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat
analgesik.
Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa
penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian
pasien.
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar :
Orang yang terlibat : pasien, keluarga pasien,
dokter, dan perawat
Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti
keinginan pasien untuk memberikan
penambahan dosis morphin.
Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak
membahayakan diri pasien
Konsekuensi tindakan : pasien dan keluarganya
menyalahkan perawat dan apabila keluarga
pasien kecewa terhadap pelayanan di bangsal
mereka bisa menuntut ke rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik
Penderitaan pasien Ca Mamae dgn metastase
mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan
dosis morphin yang telah ditetapkan. pasien
meminta penambahan dosis pemberian untuk
mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga
mendukung keinginan pasien agar terbebas dari
keluhan nyeri.

Konflik yang terjadi adalah :


Penambahan dosis morphin dapat mempercepat
kematian pasien.
Tidak memenuhi keinginan pasien terkait dengan
pelanggaran hak pasien.
3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan
yang direncanakan dan konsekuensi tindakan
tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang
penambahan dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Keluhan nyeri pada pasien akan tetap berlangsung
3) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk
menentukan nasibnya sendiri
4) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi
tersebut
b. Tidak menuruti keinginan pasien, dan
perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) pasien dibawa pada kondisi untuk
beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan
ambang nyeri)
3) Keinginan pasien untuk menentukan
nasibnya sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan pasien untuk menambah dosis
morphin apabila diperlukan. Artinya penambahan
diberikan kadang-kadang pada saat tertentu
misalnya pada malam hari agar pasien bisa tidur
cukup.

Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian pasien tetap ada
2) pasien pada saat tertentu bisa merasakan
terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak pasien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada pasien dan keluarganya dapat
sedikit dikurangi.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
Pada kasus di atas dokter adalah yang membuat
keputusan, karena dokterlah yang secara legal dapat
memberikan ijin penambahan dosis
Perlu didiskusikan dengan pasien dan keluarganya
mengenai efek samping penambahan dosis
Perawat membantu pasien dan keluarga pasien
dalam membuat keputusan bagi dirinya.
Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat
langsung dalam askep yg dpt mengobservasi
mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping pasien, mengajarkan manajemen
nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
Memfasilitasi pasien dalam manajemen nyeri
Membantu proses adaptasi pasien terhadap nyeri
/ meningkatkan ambang nyeri
Mengoptimalkan sistem dukungan
Membantu pasien untuk menemukan mekanisme
koping yang adaptif terhadap masalah yang
sedang dihadapi
Membantu pasien untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang
memiliki risiko dan konsekuensi masing2 terhadap
pasien.
Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yg paling paling tepat untuk pasien.
Namun upaya alternatif tindakan lain perlu
dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen
nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau
meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya.
Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila
alternatif tindakan tidak efektif mk keputusan yg
sdh ditetapkan antara petugas kesehatan dan
pasien/ keluarganya akan dilaksanakan.
End of life

EOL dianggap sebagai periode


waktu ditandai dengan cacat
atau penyakit yang semakin
buruk sampai kematian.
http://dying.about.com/od/ho
spicecare/f/endoflife.htm
National Institutes of Health State-of-Science-isu sebagai
bagian dari Pernyataan Konferensi EOL Pada tahun 2004

Bukti-bukti tidak mendukung definisi yang tepat EOL.


Tidak ada definisi yang tepat dari akhir kehidupan,
namun penelitian mendukung komponen2 berikut:
Kehadiran penyakit kronis atau gejala atau ggn
fungsional yang ireversibel .
Gejala2 atau ggn akibat penyakit yg mendasari yg
ireversibel shg hanya memerlukan perawatan
profesional formal atau informal dan bisa
mengakibatkan kematian.
http://dying.about.com/od/hospicecare/f/endoflife.htm
Konsep ini sesuai dengan firman Allah swt dalam
surat Al-Mukmin : 67

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari


setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara
kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan
dan supaya kamu memahami (nya)
EOL
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/endoflifei
ssues.html
Kadang-kadang, meskipun dalam pengobatan,
kondisi atau penyakit akan menyebabkan
kematian.
Dalam kasus tersebut, pasien dapat
memutuskan apa yang mereka lakukan dan
tidak ingin dilakukan.
Mereka dapat memutuskan apakah mereka
ingin pengobatan agresif yg mungkin
memperpanjang hidup atau apakah mereka
lebih memilih untuk menghentikan
pengobatan, yang bisa berarti mati lebih cepat
tetapi lebih nyaman.
Mereka mungkin ingin merencanakan
pemakaman mereka sendiri.
Advance directives bisa membantu membuat
keinginan pasien jelas bagi keluarga dan
penyedia layanan kesehatan.
Perawatan di akhir kehidupan berfokus pada
membuat pasien nyaman.
Mereka masih menerima obat dan perawatan
untuk mengontrol nyeri dan gejala lainnya.
Beberapa pasien memilih untuk mati di
rumah. Lainnya masuk rumah sakit atau
rumah perawatan.
Dengan cara baik,pelayanan yang tersedia
diperuntukan membantu pasien dan keluarga
mereka menangani isu seputar kematian.
WHO (2005):
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan
terpadu
meningkatkan kualitas hidup
meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir
hidup,
dukungan terhadap keluarga yang merasa
kehilangan.
http://rumahkanker.com/katadokter/sunaryad
i/37-penanganan-kanker-stadium-lanjut
Perawatan paliatif

Studi menunjukkan perawatan paliatif pasien


memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dan
hidup lebih lama dibandingkan pasien yang
tidak menerima perawatan paliatif.
Apakah Perawatan Paliatif Itu?
Kebijakan perawatan paliatif ini baru
dicanangkan pemerintah, dalam hal ini
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
dengan diterbitkannya SK Menkes RI nomor
604/MENKES/SK/IX/1989.
http://rumahkanker.com/katadokter/sunaryad
i/37-penanganan-kanker-stadium-lanjut
Pola dasar pemikiran perawatan paliatif meliputi
Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap
bahwa kematian adalah proses yang normal.
Tidak mempercepat atau menunda kematian.
Mehilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu.
Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir
hayatnya
Berusaha membantu duka cita pada keluarga.
http://www.palliative-
surabaya.com/gambar/pdf/buku_pkb_vi-
bagian_408082008.pdf

Anda mungkin juga menyukai