Anda di halaman 1dari 27

KEDARURATAN

PSIKIATRI
Pembimbing : dr. Andi Soraya, M.Kes, Sp.KJ
LATAR BELAKANG

Tindakan bunuh diri, kekerasan dan penyalahgunaan zat


merupakan masalah yang serius yang perlu di intervensi
segera. Ketiga kondisi tersebut merupakan sebagian dari
berbagai kondisi kedaruratan psikiatrik. Pemahaman
kesehatan masyarakat bahwa kasus-kasus tersebut
merupakan keadaan yang perlu pertolongan segera,
menyebabkan dokter akan lebih banyak menemui kasus-
kasus kedaruratan psikiatrik tersebut. Hal ini juga sejalan
dengan peningkatan pemahaman bahwa perubahan status
mental seseorang dapat disebabkan oleh penyakit organik
(sesuai dengan konsep hierarki dalam pemehaman
diagnosis gangguan jiwa).
DEFINISI
Kedaruratan psikiatri adalah gangguan akut perilaku,
pikiran atau suasana hati pasien yang jika tidak diobati
dengan segera dapat merugikan, baik untuk dirinya atau
orang lain dalam lingkungan sekitarnya.
Kasus kedaruratan psikiatri meliputi gangguan pikiran,
perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi
terapeutik segera, antara lain :
Kondisi gaduh gelisah
Dampak tindakan kekerasan
Bunuh diri (Suicide)
Gejala ekstra pyramidal akibat penggunaan obat
Delirium
TINDAKAN KEKESARAN
(VIOLENCE)

Tindak kekerasan adalah suatu tindakan agresi fisik yang


dilakukan seseorang terhadap orang lain atau terhadap diri
sendiri. Suatu tindak kekerasan bila dilakukan pada diri
sendiri dengan melukai atau menyakiti diri sendiri disebut
mutilasi, sedangkan untuk mengakhiri hidup sendiri
disebut perilaku bunuh diri atau behavior suicide.
Penyebab tindak kekerasan bisa karena gangguan psikiatrik,
terutama yang berhalusinasi untuk membunuh merupakan
indikasi untuk rawat inap di Rumah Sakit Jiwa dan mendapat
pengobatan antipsikotik. Meskipun tindak kekerasan pasien
pskiatrik sulit diramalkan tapi dapat diprediksi bahwa pasien
sebelumnya mempunyai riwayat ;

Pengguna minuman beralkohol dan atau bahan narkotika.


Ada riwayat tindak kekerasan
Ada riwayat penyiksaan pada masa anak-anak
Tindakan kekerasan merupakan bagian dari kondisi gaduh
gelisah. Kondisi gaduh gelisah dapat bermanifestasi dalam
3 hal, yaitu :
Agitasi yaitu merupakan perilaku patologi dengan
menifestasi berupa aktivitas verbal atau motorik yang tidak
bertujuan.
Agresif dalam bentuk agresi verbal atau fisik terhadap
benda atau seseorang.
Kekerasan yaitu agresi fisik oleh seseorang yang bertujuan
melukai orang lain.
EVALUASI
Tidak melakukan wawancara dengan pasien bersenjata
Tidak melakukan wawancara pasien yang beringas
Tidak melakukan wawancara di ruang tertutup atau seorang diri,
harus terlihat oleh petugas ruang gawat darurat psikiatri
Pengikatan tidak dilkukan seorang diri, tapi serahkan ke petugas
yang memiliki ketrampilan khusus yang sudah terlatih
Wawancara tidak dilakukan di ruangan yang terdapat barang
yang dapat digunakan sebagai senjata
Tidak berdekatan dengan pasien, atau yang diduga paranoid
Duduk dekat pintu untuk keluar lebih cepat
Tidak menentang pendapat atau menantang pasien
Tidak membelakangi pasien
Jangan memakai dasi
Jumlah petugas ruang gawat darurat cukup untuk bertindak
secara serentak dan terkoordinir.
PENATALAKSANAAN

Terapi berdasarkan diagnosisnya. Biasanya untuk


menenangkan pasien diberikan obat anti-psikotik atau
benzodiazepine :
Flufenazin, Trifluoperazin atau Haloperidol 5 mg/IM
Olanzapin injeksi 2,5 10 mg/IM, maksimal 4 injeksi
sehari, dengan dosis rata-rata perhari 13 14 mg
Lorazepam 2 4 mg atau diazepam 5 10 mg/IV
(perlahan-lahan, 2 menit atau lebih)
BUNUH DIRI (SUICIDE)

Bunuh diri merupakan kematian yang ditimbulkan oleh


diri sendiri dan disengaja dimana bukan tindakan yang acak
dan tidak bertujuan. Sebaliknya, bunuh diri merupakan
jalan keluar dari masalah atau krisis yang hampir selalu
menyebabkan penderitaan yang kuat.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan
keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan dimana keadaan ini didahului
oleh respon maladaptif dan kemungkinan keputusan
terakhir individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
JENIS JENIS BUNUH DIRI

Bunuh diri terselubung (Masked Suicide) atau bunuh diri tak


langsung (Indirect Suicide) menurut Karin R. Andriolo.
Pelaku bunuh diri mengatur suatu kesempatan yang baik dengan
membiarkan dirinya sendiri terbunuh. Secara kultural kebudayaan
bunuh diri ini bisa diterima dan pada sekelompok orang justru
dihargai. Contohnya adalah hara-kiri, juntamendo, carok dan siri.
Bunuh Diri Kronik menurut Mininger
Pelaku bunuh diri kronik melakukan tindakan berpuasa atau bertapa
sehingga ia meninggal sebagai martir. Selain itu, pelaku
alkoholisme kronik, kelakuan anti sosial / dissosial, dan pelanggan
kecelakaan atau accident proneness juga termasuk ke dalam jenis
ini.
Bunuh Diri Fokal menurut Mininger
Pelaku bunuh diri fokal, berupaya untuk melukai diri sendiri (auto
mutilation), meminta untuk dioperasi berkali-kali (Sindroma
Munchaussen), hospital addiction, serta impotensi sexual dan
frigiditas.
Indirect Self Destruction menurut Kalle Achte
Pelaku bunuh diri berusaha untuk merusak dirinya sendiri
dengan cara makan terlalu banyak, mengabaikan kesehatan
fisik, minum alcohol berlebihan, mencari-cari stress, tidak
berobat bila sakit, meroko, dan memiliki hobi atau pekerjaan
berisiko tinggi.
Bunuh Diri Mikro menurut Scide and Firestone
Pelaku bunuh diri ini memiliki perilaku, komunikasi sikap, atau
gaya hidup yang menginduksi atau mengancam dirinya sendiri.
Perilakunya bertentangan dengan kesehatan pribadi,
kesejahteraan emosional, atau memiliki tujuan tertentu.
FAKTOR RESIKO
Jenis Kelamin
Laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri
dibandingkan wanita. Akan tetapi wanita adalah empat kali
lebih mungkin berusaha bunuh diri dibandingkan laki-laki.
Metode
Lebih tingginya angka bunuh diri yang berhasil pada
laki-laki adalah berhubungan dengan metode yang
digunakan dimana laki-laki menggunakan pistol,
menggantung diri, atau lompat dari tempat yang tinggi.
Sedangkan wanita lebih mungkin menggunakan zat
psikoaktif secara overdosis atau memotong pergelangan
tangannya, tetapi mereka mulai lebih sering menggunakan
pistol dibandingkan sebelumnya.
Usia
Angka bunuh diri meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki, puncak bunuh diri adalah usia 45 tahun; pada wanita,
jumlah terbesar bunuh diri yang berhasil adalah diatas 55 tahun.
Orang lanjut usia kurang sering melakukan usaha bunuh diri
dibandingkan orang muda tetapi lebih sering berhasil. Angka untuk
mereka yang berusia 75 tahun atau lebih adalah lebih dari tiga kali
dibandingkan angka untuk orang muda.
Ras
Angka bunuh diri diantara orang kulit putih adalah hampir dua kali
lebih besar dari angka bulan kulit putih, tetapi angka tersebut masih
diragukan, karena angka bunuh diri pada kulit hitam adalah
meninggi.
Status perkawinan
Perkawinan yang diperkuat oleh anak tampaknya secara bermakna
menurunkan risiko bunuh diri. Orang yang hidup sendirian dan tidak
pernah menikah memiliki angka hampir dua kali lipat angka untuk
orang yang menikah. Tetapi, orang yang sebelumnya pernah
menikah menunjukan angka yang jelas lebih tinggi dibandingkan
orang yang tidak pernah menikah. Bunuh diri lebih sering pada
orang yang memiliki riwayat bunuh diri dalam keluarganya dan yang
terisolasi secara sosial. Yang disebut bunuh diri ulang tahun
(anniversary suicide) adalah bunuh diri yang dilakukan oleh orang
yang mencabut hidupnya pada hari yang sama seperti yang
dilakukan oleh anggota keluarganya.
Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin besar resiko
bunuh diri, tetapi penurunan status sosial juga meningkatkan
risiko. Pada umumnya, pekerjaan menghalangi bunuh diri. Bunuh
diri lebih tinggi pada orang yang pengangguran dibandingkan
orang yang bekerja. Selama resesi ekonomi dan depresi, angka
bunuh diri menjadi meningkat. Selama waktu tingginya pekerjaan
dan selama perang, angka bunuh diri menurun. Dokter secara
tradisional dianggap memiliki risiko terbesar untuk bunuh diri.
Dokter wanita dianggap memiliki risiko yang paling tinggi.
Populasi yang berada dalam risiko khusus adalah musisi, dokter
gigi, petugas hukum, pengacara dan agen asuransi.
Kesehatan Fisik
Hubungan antara kesehatan fisik dan bunuh diri sangat bermakna.
Penelitian postmortem menunjukan bahwa suatu penyakit fisik
ditemukan pada 25 sampai 75 persen dari semua korban bunuh
diri. 50% orang dengan kanker yang melakukan bunuh diri
melakukannya dalam satu tahun setelah mendapatkan diagnosis.
Tujuh penyakit sistem saraf pusat yang meningkatkan risiko bunuh
diri : epilepsi, sklerosis multipel, cedera kepala, penyakit
kardiovaskular, penyakit Huntington, demensia, dan AIDS. Semua
adalah penyakit dimana diketahui terjadi gangguan mood yang
menyertai.
Faktor yang berhubungan dengan penyakit dan terlibat
didalam bunuh diri dan usaha bunuh diri adalah hilangnya
mobilitas pada orang yang aktivitas fisiknya memiliki kepentingan
pekerjaan atau rekreasional; kecacatan, terutama pada wanita;
dan rasa sakit kronis yang tidak dapat diobati.
Kesehatan Mental
Faktor psikiatrik yang sangat penting dalam bunuh diri adalah
penyalahgunaan zat, gangguan depresif, skizofrenia, dan
gangguan mental lainnya. Hampir 95 persen dari semua pasien
yang melakukan bunuh diri atau berusaha bunuh diri memiliki
gangguan mental yang terdiagnosis. Pasien yang menderita
depresi delusional berada pada resiko tertinggi untuk bunuh diri
sebesar 80%. 20% dari semua pasien yang memiliki riwayat
perilaku impulsif atau tindakan kekerasan juga berada dalam
resiko untuk bunuh diri. Perawatan psikiatrik sebelumnya untuk
alasan apapun meningkatkan resiko bunuh diri.
Pasien Psikiatrik
Resiko pasien psikiatrik untuk melakukan bunuh diri adalah 3
sampai 12 kali lebih besar dibandingkan bukan pasien psikiatrik.
Derajat resikonya adalah bervariasi tergantung usia, jenis
kelamin, diagnosis, dan status rawat inap atau rawat jalan.
Diagnosis psikiatrik yang memiliki resiko tertinggi untuk bunuh
diri pada kedua jenis kelamin adalah gangguan mood.
Relatif mudanya korban bunuh diri sebagian disebabkan oleh
kenyataan bahwa dua gangguan mental kronis yang memiliki
onset awal, skizofrenia dan gangguan depresif yang berat rekuren
berjumlah lebih dari setengah dari semua bunuh diri tersebut.
TERAPI

Non - Psikofarmaka
Pada pasien percobaan bunuh diri terkait atau dieksarserbasi
oleh stres psikososial yang berat maka psikoterapi suportif
dapat memberikan pasien untuk memulihkan strategi
kopingnya dan melihat perspektif serta berbagai pilihan selain
bunuh diri. Berikan pernyataan yang bersifat empati. Terapis
harus menghindari pernyataan yang bersifat memojokan,
introgratif, serta menganggap persoalan pasien adalah suatu
hal yang ringan. Pasien dengan strategi maladaptif maka
dapat diberikan intervensi psikoterapi yang berfokus pada
pengembangan keterampilan dalam menyelesaikan masalah
seperti cognitive behavior therapy.
Psikofarmaka
Seseorang yang sedang dalam krisi karena baru ditinggal
mati atau baru mengalami suatu kejadian yang jangka
waktunya tak lama, biasanya akan berfungsi lebih baik
setelah mendapatkan tranquilizer ringan, terutama bila
tidurnya terganggu. Obat pilihannya adalah golongan
benzodiazepine misalnya lorazepam 3 x 1 mg sehari,
selama 2 minggu.
SINDROM NEUROLEPTIK
MALIGNA

Pasien sering datang ke gawat darurat karena keadaan


yang disebabkan oleh efek samping pemberian obat-obatan
antipsikotik seperti parkinsonism, distonia akut, akatisia
akut, diskinesia Tardif. Sindrom neuroleptik maligna adalah
suatu sindrom toksik yang berhubungan dengan
penggunaan obat antipsikotik. Perlu diwaspadai suatu
keadaan yang meskipun jarang terjadi namun sangat
berbahaya. Gejala meliputi : Kekakuan otot, distonia,
akinesia, mutisme dan agitasi.
GAMBARAN KLINIS

Sindroma neuroleptik maligna ditandai dengan demam tinggi


(dapat mencapai 41,5%), kekakuan otot yang nyata sampai
seperti pipa (lead-pipe rigidity), instabilitas otonomik
(takikardi,tekanan darah yang labil, berkeringan berlebihan) dan
gangguan kesadaran.
Kekakuan yang parah dapat menyebabkan rhabdomyalosis,
myoglobinuria dan akhirnya ggal ginjal. Penyulit lain dapat
berupa thrombosis vena, emboli paru, renjatan dan kematian.
Tingkat kematian dapat mencapai 20%.1,2
Sindroma neuroleptik maligna biasanya terjadi dalam hari-
hari pertama penggunaan antipsikotik pada saat dosis mulai
ditingkatkan, umumnya dalam sepuluh dari pertama pengobatan
antipsikotik. Sindroma neuroleptik maligna paling mungkin terjadi
pada pasien yang menggunakan antipsikotik potensi tinggi dan
dosis tinggi atau dosis yang meningkat cepat.
TERAPI

amantadine 200-400 mg PO/hari dalam dosis terbagi


bromocriptine 2,5 mg PO 2 atau 3 kali/hari, dapat
dinaikkan sampai 45 mg/hari
levodopa 50-100 mg/hari IV dalam infuse terus menerus
dantrolene 1 mg/kg/hari IV selama 8 hari, kemudian
dilanjutkan PO selama 7 hari setelah itu
benzodiazepine atau ECT dapat diberikan apabila obat-
obatan lain tidak berhasil.
DELIRIUM

Delirium merupakan sindrom mental organik akut yang


berakibat hendaya kognitif menyeluruh, yang dapat
disebabkan oleh penyakit fisik ( delirium akibat kondisi
medis umum ), obat-obatan ( intoksikasi zat atau delirium
putus zat ), beberapa penyebab bersamaan ( delirium
akibat etiologi multiple ), atau oleh kondisi organik yang
tidak diketahui.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan
delirium sangat beragam diantaranya :2
Prodromal
Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan, menjadi irritable,
gangguan tidur
Gangguan kesadaran
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran terhadap lingkungan
(kesadaran berkabut)
Kewaspadaan
Terdiri dari hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Dimana
hiperaktivitas kaitannya dengan sindrom putus zat, misalnya
flushing, berkeringat, takikardi, nausea, hipertermia. Sedangkan
hipoaktivitas, seluruh aktivitas menurun sehingga sering
dikatakan sebagai depresi.
Gangguan pemusatan perhatian
Ditandai oleh adanya kesulitan mempertahankan, memusatkan dan
mengalihkan perhatian.
Orientasi
Gangguan orientasi waktu sering terjadi (pada delirium ringan), bila delirium
berat akan mencakup orientasi tempat dan orang.
Bahasa dan kognitif
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa dan terjadi inkoherensi. Daya
ingat dan fungsi kognitif umum mungkin terganggu.
Persepsi
Halusinasi visual dan auditori sering ditemukan.
Mood
Gejala yang sering nampak adalah marah, mengamuk, ketakutan yang tidak
beralasan. Perubahan mood dapat befluktuasi sepanjang hari.
Gangguan tidur bangun
Individu sering menunjukan agitasi pada malam hari dan masalah prilaku
pada saat waktu tidur keadaan ini disebut Sundowing.
Gejala neurologis
Meliputi disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan inkonensia urine.
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan kriteria diagnosik Delirium yang berhubungan
dengan kondisi medik umum menurut DSM IV :1, 2
A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran
terhadap lingkungan dalam bentuk memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
B. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera
dan jangka pendek namun daya ingat jangka panjang tetap
utuh, distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi terutama visual,
hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit
inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).
C. Awitannya tiba tiba (dalam beberapa jam atau hari),
perjalanan penyakitnya singkat da nada kecenderungan
berfluktuasi sepanjang hari.
D. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
atau laboratorium untuk menentukan penyebab ini.
TERAPI

Dalam mengobati delirium hal yang paling utama adalah


obati penyebabnya. Bila penyebabnya akibat toksisitas
antikolinergik, maka pisostigmin salisilat 1 2 mg IV atau
IM dan dapat diulangi 15 30 menit bila diperlukan.2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai