PEMBIMBING:
dr. Abdul Faris, Sp.OG(K)
PENDAHULUAN
Idiopatik • Penyebab pasti KE sampai saat ini belum diketahui secara pasti
• Salphingitis
• Adhesi peritubal
Faktor • Kelainan pertumbuhan tuba
mekanis • Tumor
• Penggunaan IUD
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak pernah dirawat sebelum.
RIWAYAT PERSALINAN
1. Anak pertama laki – laki, lahir normal diRS
2. Abortus
3. Hamil saat ini
RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid saat berusia 11 tahun, teratur, pasien menyangkal adanya
nyeri saat haid, durasi haid 7 hari, siklus 28 hari, HPHT 27 Februari 2018.
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
RIWAYAT OPERASI
Belum pernah operasi
RIWAYAT KB
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik 3 bulan, namun 2 tahun
terakhir sudah tidak menggunakannya lagi.
• Pemeriksaan Fisik
A. KEADAAN UMUM : Lemah
B. KESADARAN : Compos Mentis GCS : E3V4M6
C. TANDA VITAL :
Tekanan Darah : 80/50 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 34 x/menit
Suhu : 35,80C Axilla
D. STATUS GENERALISATA
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sclera : Ikterik (-/-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut membuncit (-), bekas operasi (-), striae
gravidarum (-)
Auskultasi : Pertistaltik (+), kesan normal
Perkusi : Timpani pada seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan seruluh abdomen (+), Defansmuskular (+)
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
Inferior : akral hangat (+/+), edema (+/+), Tremor (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, pembesaran vena – vena (-)
Auskutasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Tympani pada 4 kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium, massa (-)
Extremitas :
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tremor halus (+/+), tidak ada
hambatan gerak
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tidak ada hambatan gerak
E. STATUS OBSTETRI
TFU : sulit dievaluasi
Leopold I : tidak teraba
Leopold II : tidak teraba
Leopold III : tidak teraba
Leopold IV : tidak teraba
VT : portio kenyal, ostium tertutup, nyeri goyang portio(+)
• Pemeriksaan Laboratorium
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Hasil USG :
• Uterus membesar, tidak tampak GS
didalamnya
• Tampak GS dengan fetal pole pada
adnexa kanan, DJJ (-), estimasi usia
kehamilan berdasarkan CRT 8 minggu
• Tampak echo cairan bebas didalam
cavum peritoneum
Kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu
F. DIAGNOSIS
G3P1A1 + Gravid 8 minggu + Kehamilan Ektopik
Terganggu
G. PENTALAKSANAAN
• Pemasangan O2 2 liter/menit
• Pasang 2 line : IVFD RL 28 tpm, IVFD Gelofusin 30 tpm
• Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
• Drips metronidazole 0.5 gram/8 jam/iv
• Inj. Gentamisin 1 amp/8 jam/iv
• Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Rencana laparatomi cito
Dilakukan operasi Salpingektomi Dextra pada Sabtu, 10 feb. 2018 jam 12.40 Wita
Operator : dr. Abdul Faris, Sp.OG(K)
Laporan operasi :
1. Pasien baring dengan posisi supine dimeja operasi dibawah pengaruh general
anesthesia
2. Desinfeksi dan draphing procedure dengan kasa steril dan betadine, pasang
dook steril
3. Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel, lapisan demi lapisan
4. Buka peritoneum tanpak darah segar bercampur stolsel dan tampak tuba kanan
rupture dibagian pars ampularis, kontrol perdarahan
5. Identifikasi sumber perdarahan pada tuba fallofi dextra
6. Dikakukan salphingektomi dextra, kontrol pendarahan
7. Identifikasi tuba sinistra, tampak normal
8. Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0,9%
9. Jahit peritoneum dengan benang Demersorb 1, kontrol perdarahan
10. Jahit fascia dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
11. Jahit subkutis dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
12. Jahit kutis secara subcutikuler chromic 2/0 kulit, kontrol perdarahan
13. Bersihkan lapangan operasi, tutup luka dengan kasa betadine
14. Operasi selesai
Instruksi post operasi :
• IVFD RL 28 tpm
• Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam/iv
• Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
• Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Ondancentrone 4 mg/8 jam/iv
• Transfusi WB 2 kantong
• Puasa sampai pasien flatus baru boleh makan
• Rawat ICU
FOLLOW UP
Hari/ Tanggal Follow Up
Minggu/11 februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-),
muntah (-), Flatus (-), BAK perkateter, BAB (-)
O : Keadaan Umum : Lemah
TD 135/67 mmHg S : 36 C
N 100x/menit P : 29x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax :Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
Urine : 100 cc
Hasil laboratorium tgl 10 februari 2018 :
Wbc : 16.3
Rbc : 4.26
HB : 7.9
HCT : 37.6
PLT : 166
A : Post op Salphingektomy dextra H1 a/I KET
P:
- 02 4-6 lpm
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
- Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Ondancentrone 4 mg/8 jam/iv
- Chana 3x1 caps
- Transfusi 2 kantong PRC/WB
- Diet bubur saring bila flatus
Senin/12 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-), muntah (-), Flatus (+), BAK perkateter,
BAB (-)
O : Keadaan Umum : Lemah
TD 112/64 mmHg S : 36,8 C
N 90x/menit P : 18x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax : Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
Urine : 50 cc
Hasil laboratorium tgl 11 februari 2018 :
Wbc : 10.5
Rbc : 4.54
HB : 10.4
HCT : 34.4
PLT : 186
A : Post op Salphingektomy dextra H2 a/I KET
Anemia ec perdarahan
P:
- IVFD RL 24 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
- Diet lunak
- Mobilisasi bertahap
- Pindah ruang perawatan
- Aff kateter
Selasa/13 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-),
muntah (-), Flatus (+), BAK (+), BAB (-)
O : Keadaan Umum : Baik
TD 120/80 mmHg S : 36,8 C
N 78x/menit P : 22 x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax :Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
A : Post op Salphingektomy dextra H3 a/I KET
Anemia ec perdarahan
P:
- Cefixime 2x100 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Meloxicam 2x7,5 mg
- Chana 3x1 caps
- Dulcolac spp
Rabu/ 14 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+)
berkurang, demam (-), mual (-), muntah (-),
BAB (+), BAK lancar
O : Keadaan Umum : baik
TD 120/70 mmHg S : 36,5 C
N 80x/menit P : 22x/menit
A : Post op Salphingektomy dextra H4 a/I KET
Anemia ec perdarahan
P :
- Cefixime 2x100 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Meloxicam 2x7,5 mg
- Chana 3x1 caps
- Pasien boleh pulang
RESUME
Pasien wanita rujukan dari IGD umum dengan
suspek appendicitis perforasi. setelah dilakukan
pemeriksaan plano test positif dan USG didapatkan hasil
KET, pasien hamil G3P1A1 hamil 8 minggu.
Pasien mengeluh nyeri abdomen regio suprapubik
yang dialami sejak semalam sebelum masuk rumah sakit,
awalnya nyeri abdomen dirasakan diregio hipocondrium
dextra yang dialami sudah 2 minggu namun sejak
semalam nyeri dirasakan diseluruh perut, keluhan ini
disertai nausea (+), vommiting (+) ±5 x isi makanan,
nyeri ulu hati (+), dyspneu (+), chepalgia (+), pasien
menyakal keluar darah dari jalan lahir, demam (-), BAK
lancar, BAB biasa.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum : lemah, kesadaran compos mentis, GCS : E3V4M6,
Tanda vital TD : 80/50 mmHg, Nadi : 79x/menit, Pernafasan :
34x/menit, Suhu : 35,8oC axilla, pada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan seluruh kuadran abdomen,
defansmuskular (+), pada pemeriksaan obstetric
didapatkan nyeri goyang portio (+), pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan HB 9,4 g/dl, leukosit 25.800mm3,
HCG Test : (+), USG : Uterus membesar, tidak tampak GS
didalamnya, Tampak GS dengan fetal pole pada adnexa
kanan, DJJ (-), estimasi usia kehamilan berdasarkan CRT 8
minggu, Tampak echo cairan bebas didalam cavum
peritoneum.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang diputuskan untuk dilakukan
tindakan laparatomi cito.
Setelah dilakukan pembedahan didapatkan bahwa
pasien ini benar mengalami kehamilan ektopik terganggu
berdasarkan laporan hasil pembedahan dimana ketika
dilakukan pembedahan didapatkan banyak darah dicavum
abdomen dan didapatkan ruptur pada tuba fallopi dextra
sehingga diputuskan dilakukan salphongectomy dextra.
Pasien dirawat diruang perawatan khusus (ICU)
pasien tersebut mengalami anemia akibat perdarahan yang
menyebabkan pasien juga didiagnosis anemia e.c
perdarahan sehingga dilakukan trasnfusi.
Pasien tersebut dirawat selama 4 hari diruang
perawatan khusus dan ruang perawatan biasa pasien boleh
dipulangkan dengan diberikan obat pulang berupa
Cefixime 2x100 mg, Metronidazole 3x500 mg, Meloxicam
2x7,5 mg, Chana 3x1 caps dan diagnosis akhir pasien ini
Post op Salphingektomy dextra H4 a/I KET dan anemia e.c
perdarahan.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didiagnosis sebagai kehamilan
ektopik terganggu berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien
masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen regio
suprapubik yang dialami sejak semalam sebelum masuk
rumah sakit, awalnya nyeri abdomen dirasakan diregio
hipocondrium dextra yang dialami sudah 2 minggu namun
sejak semalam nyeri dirasakan diseluruh perut, keluhan ini
disertai nausea (+), vommiting (+) ±5 x isi makanan, nyeri
ulu hati (+), dyspneu (+), chepalgia (+), pasien menyakal
keluar darah dari jalan lahir, demam (-), BAK lancar, BAB
biasa.
Berdasarkan teori kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar
endometrium kavum uterus, yakni di luar rongga cavum uterus.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada
dinding tuba. Dimana gejala yang timbul pada kehamilan ektopik
terganggu adalah gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik
adalah trias nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam.
Hal ini sesuai dengan pasien ini memenuhi 2 gejala yang ada dimana
didapatkan nyeri abdomen dan amenorea.2,4,7,8
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum :
lemah, kesadaran compos mentis, GCS : E3V4M6, Tanda vital TD :
80/50 mmHg, Nadi : 79x/menit, Pernafasan : 34x/menit, Suhu : 35,8oC
axilla, pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan seluruh
kuadran abdomen, defansmuskular (+), pada pemeriksaan obstetric
didapatkan nyeri goyang portio (+).
Menurut teori hal ini sesuai dengan teori penderita tampak
kesakitan dan pucat. Didapatkan ada nyeri tekan. Pada KET dapat
ditemukan tanda-tanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, takikardi,
pucat, anemis, ekstremitas dingin, nyeri abdomen, perut tegang, nyeri
tekan dan nyeri lepas abdomen, serta bisa ditemukan pekak samping
yaitu pekak pindah pada perkusi abdomen dan didapatkan
didapatkan nyeri goyang portio (+).
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan HB 9,4 g/dl, leukosit 25.800mm3, HCG Test :
(+), USG : Uterus membesar, tidak tampak GS didalamnya, Tampak GS
dengan fetal pole pada adnexa kanan, DJJ (-), estimasi usia kehamilan
berdasarkan CRT 8 minggu, Tampak echo cairan bebas didalam
cavum peritoneum.
Berdasarkan teori pada KET Setelah terjadi perdarahan,
volume darah yang berkurang dipulihkan menjadi normal dengan
hemodilusi dalam waktu satu hari atau lebih. Oleh karena itu, setelah
perdarahan yang banyak sekalipun, pembacaan nilai hemoglobin
atau hematokrit pada awalnya mungkin hanya menunjukkan sedikit
penurunan. Untuk beberapa jam pertama perdarahan akut,penurunan
kadar hemoglobin atau hematokrit saat wanita tersebut sedang di
observasi merupakan petunjuk kekurangan darah yang lebih
bermanfaat daripada pembacaan awal. Derajat leukositosis sangat
bervariasi pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur. Pada
sekitar setengah dari para wanita ini, leukosit normal, tetapi pada
sisanya, dapat ditemukan leukosit dengan berbagai derajat sampai
30.000 / ul.
Pada USG sebagian besar kehamilan ektopik tidak
memberikan gambaran yang spesifik. Uterus mungkin besarnya
normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekhogenik sebagai
akibat reaksi desidua, yang pada pemeriksaan terlihat sebagai
struktur cincin anekhoik yang disebut kantong gestasi palsu
(pseudogestational sac). Berbeda dengan kantong gestasi yang
sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di kavum uteri
dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda. Seringkali ditemukan
massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan
berisi mudigah, mungkin hanya berupa massa ekhogenik dengan
batas iregular, ataupun massa kompleks yang terdiri dari bagian
ekhogenik dan anekhoik.
Setelah ditegakkan diagnosis pada pasien ini, selanjutnya
pasien disiapkan untuk direncakan operasi laparatomi dengan
tindakan yang diambil adalah salphingektomy dimana reseksi tuba
dilakukan untuk kehamilan ektopik ruptur dan tak ruptur. Ketika
mengeluarkan tuba uterina, perlu melakukan eksisi baji di sepertiga
luar (atau kurang) bagian interstisium tuba. Tindakan yang disebut
sebagai resksi kornu dilakukan sebagai upaya untuk meminimalkan
angka kekambuhan kehamilan di puntung tuba. Namun, bahkan
dengan reseksi kornu, kehamilan interstisium berikutnya tidak selalu
dapat dicegah.
TERIMA KASIH