Anda di halaman 1dari 48

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

NI PUTU RIPNA OKTAVIANI (111677714107)

PEMBIMBING:
dr. Abdul Faris, Sp.OG(K)
PENDAHULUAN

suatu kehamilan di mana sel telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium
cavum uteri1

KEHAMILA Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu


N EKTOPIK berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan
isthmus3. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus.

Wanita usia 20 - 40 Tahun sekitar 60%


KEHAMILAN NORMAL
DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/
nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar endometrium kavum
uterus, yakni di luar rongga cavum uterus2,4,7. Sedangkan yang
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu
kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding
tuba8.
EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun
sekitar 60%.
Cunningham dalam bukunya menyatakan bahwa lokasi
kehamilan ektopik terganggu paling banyak terjadi di tuba (90-
95%), khususnya di ampula tuba (78%) dan isthmus (2%). Pada
daerah fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%),
ovarium (1%), servikal (0,5%)5.
ETIOLOGI

Idiopatik • Penyebab pasti KE sampai saat ini belum diketahui secara pasti

• Salphingitis
• Adhesi peritubal
Faktor • Kelainan pertumbuhan tuba
mekanis • Tumor
• Penggunaan IUD

• Migrasi externa ovum yang abnormal


Faktor • Reflus menstruasi
fungsional •

Berubahnya motilitas tuba
Peningkatan daya penerima tuba
KLASIFIKASI
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing
dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik
berdasarkan lokasinya antara lain1,5:
• Tuba Fallopi : Pars-interstisialis, Isthmus, Ampula,
Infundibulum, Fimbrae
• Uterus : Kanalis servikalis, Divertikulum, Kornu,
Tanduk rudimenter
• Ovarium
• Intraligamenter
• Abdominal
• Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan
ektopik paling sering terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55%
muncul di pars ampullaris, 25% di isthmus, dan 17 % di fimbriae.
Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal, dan
intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus.1,5
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Trias klasik kehamilan ektopik :
1. Nyeri Perut
2. Amenorrhea
3. Perdarahan vaginal
Gambaran klinis dari kehamilan ektopik
terganggu tergantung pada lokasinya4. Tanda dan
gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur
atau tidaknya kehamilan tersebut14:
a. Keluhan gastrointestinal
b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
c. Amenore
d. Spotting atau perdarahan vaginal
GAMBARAN KLINIS
e. Perubahan Uterus
f. Hipovolemi
g. Penurunan suhu tubuh
DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN FISIK : Pada KET dapat ditemukan tanda-tanda
syok hipovolemik yaitu hipotensi, takikardi, pucat, anemis,
ekstremitas dingin, nyeri abdomen, perut tegang,nyeri tekan
dan nyeri lepas abdomen, serta bisa ditemukan pekak
samping yaitu pekak pindah pada perkusi abdomen.
C. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI :
1. Uterus yang membesar
2. Nyeri goyang serviks (+)
3. Kanan / kiri uterus : nyeri pada perabaan dan dapat teraba
massa tumor di daerah adneksa
4. Kavum Douglas bisa menonjol karena berisi darah dan ada
nyeri tekan.
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
E. TES KEHAMILAN
F. USG : Gambar USG kehamilan ektopik sangat
bervariasi, tergantung pada usia kehamilan, ada
tidaknya gangguan kehamilan ( ruptura, abortus),
serta banyak dan lamanya perdarahan
intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik
secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat
kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang
letaknya di luar kavum uteri, namun gambaran ini
hanya dijumpai pada 5-10% kasus
G. USG TRANSVAGINAL : Penelitian melaporkan bahwa
sensitifitas dan spesifisitas ultrasonografi vagina
untuk kehamilan ektopik masing-masing 96 dan 99
% melaporkan apakah ini kehamilan ektopik atau
kehamilan normal.
DIAGNOSIS BANDING
A. INFEKSI PELVIS
B. ABORTUS IMMINENS/ ABORTUS INKOMPLIT
C. TUMOR
D. APPENDICITIS
PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparotomi. Bedah tuba dianggap sebagai konservatif jika tuba
diselamatkan, contohnya adalah salpingostomi, salpingotomi, dan
ekspresi kehamilan ektopik melalui fimbria. Bedah radikal
didefinisikan sebagai salpingektomi. Bedah konservatif dapat
meningkatkan angka keberhasilan kehamilan uterus berikutnya
tetapi menyebabkan peningkatan angka persistensi fungsi
trofoblas.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat
dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi.
PROGNOSIS
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan
ektopik terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis
dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik
terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya bersifat bilateral.
Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)
setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga
mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada sisi tuba yang
lain4.
Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu,
mempunyai resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik
terganggu berulang. Ibu yang sudah mengalami kehamilan
ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50%
mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang16.
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. I
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Binangga
Tanggal Masuk RS : 10 Februari 2018
Dokter Yang Merawat : dr. Abdul Faris, Sp.OG
• Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Nyeri Perut Bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien wanita rujukan dari IGD umum dengan suspek
appendicitis perforasi. setelah dilakukan pemeriksaan plano test
positif dan USG didapatkan hasil KET, pasien hamil G3P1A1 hamil 8
minggu.
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah yang dialami
sejak semalam sebelum masuk rumah sakit, awalnya nyeri perut
dirasakan didaerah kanan bawah yang dialami sudah 2 minggu
namun sejak semalam nyeri dirasakan diseluruh perut, keluhan ini
disertai mual (+), muntah (+) ±5 x isi makanan, nyeri ulu hati (+),
sesak (+), pusing (+), pasien menyakal keluar darah dari jalan lahir,
demam (-), BAK lancar, BAB biasa.
.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal, DM dan hepatitis
disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan Asma.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak pernah dirawat sebelum.

RIWAYAT PERSALINAN
1. Anak pertama laki – laki, lahir normal diRS
2. Abortus
3. Hamil saat ini
RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid saat berusia 11 tahun, teratur, pasien menyangkal adanya
nyeri saat haid, durasi haid 7 hari, siklus 28 hari, HPHT 27 Februari 2018.

RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.

RIWAYAT OPERASI
Belum pernah operasi

RIWAYAT KB
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik 3 bulan, namun 2 tahun
terakhir sudah tidak menggunakannya lagi.
• Pemeriksaan Fisik
A. KEADAAN UMUM : Lemah
B. KESADARAN : Compos Mentis GCS : E3V4M6
C. TANDA VITAL :
Tekanan Darah : 80/50 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi : 34 x/menit
Suhu : 35,80C Axilla
D. STATUS GENERALISATA
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sclera : Ikterik (-/-)

Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :
Inspeksi : Perut membuncit (-), bekas operasi (-), striae
gravidarum (-)
Auskultasi : Pertistaltik (+), kesan normal
Perkusi : Timpani pada seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan seruluh abdomen (+), Defansmuskular (+)

Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
Inferior : akral hangat (+/+), edema (+/+), Tremor (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, pembesaran vena – vena (-)
Auskutasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Tympani pada 4 kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium, massa (-)

Extremitas :
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tremor halus (+/+), tidak ada
hambatan gerak
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tidak ada hambatan gerak
E. STATUS OBSTETRI
TFU : sulit dievaluasi
Leopold I : tidak teraba
Leopold II : tidak teraba
Leopold III : tidak teraba
Leopold IV : tidak teraba
VT : portio kenyal, ostium tertutup, nyeri goyang portio(+)
• Pemeriksaan Laboratorium
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 9.4 12-14 G%

Hematokrit 30.4 40-45 %

Leukosit 25.800 4000-11000 mm3

Trombosit 367.000 150 rb- 400 rb mm3

Eritrosit 3.1 4.7 – 6.1 106/uL

HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif

Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif

GDS 115 80 – 199 mg/dl

HCG Test + (Positif)


• Pemeriksaan USG

Hasil USG :
• Uterus membesar, tidak tampak GS
didalamnya
• Tampak GS dengan fetal pole pada
adnexa kanan, DJJ (-), estimasi usia
kehamilan berdasarkan CRT 8 minggu
• Tampak echo cairan bebas didalam
cavum peritoneum
Kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu
F. DIAGNOSIS
G3P1A1 + Gravid 8 minggu + Kehamilan Ektopik
Terganggu

G. PENTALAKSANAAN
• Pemasangan O2 2 liter/menit
• Pasang 2 line : IVFD RL 28 tpm, IVFD Gelofusin 30 tpm
• Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
• Drips metronidazole 0.5 gram/8 jam/iv
• Inj. Gentamisin 1 amp/8 jam/iv
• Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Rencana laparatomi cito
Dilakukan operasi Salpingektomi Dextra pada Sabtu, 10 feb. 2018 jam 12.40 Wita
Operator : dr. Abdul Faris, Sp.OG(K)
Laporan operasi :
1. Pasien baring dengan posisi supine dimeja operasi dibawah pengaruh general
anesthesia
2. Desinfeksi dan draphing procedure dengan kasa steril dan betadine, pasang
dook steril
3. Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel, lapisan demi lapisan
4. Buka peritoneum tanpak darah segar bercampur stolsel dan tampak tuba kanan
rupture dibagian pars ampularis, kontrol perdarahan
5. Identifikasi sumber perdarahan pada tuba fallofi dextra
6. Dikakukan salphingektomi dextra, kontrol pendarahan
7. Identifikasi tuba sinistra, tampak normal
8. Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0,9%
9. Jahit peritoneum dengan benang Demersorb 1, kontrol perdarahan
10. Jahit fascia dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
11. Jahit subkutis dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
12. Jahit kutis secara subcutikuler chromic 2/0 kulit, kontrol perdarahan
13. Bersihkan lapangan operasi, tutup luka dengan kasa betadine
14. Operasi selesai
Instruksi post operasi :
• IVFD RL 28 tpm
• Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam/iv
• Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
• Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Ondancentrone 4 mg/8 jam/iv
• Transfusi WB 2 kantong
• Puasa sampai pasien flatus baru boleh makan
• Rawat ICU
FOLLOW UP
Hari/ Tanggal Follow Up
Minggu/11 februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-),
muntah (-), Flatus (-), BAK perkateter, BAB (-)
O : Keadaan Umum : Lemah
TD 135/67 mmHg S : 36 C
N 100x/menit P : 29x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax :Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
Urine : 100 cc
Hasil laboratorium tgl 10 februari 2018 :
Wbc : 16.3
Rbc : 4.26
HB : 7.9
HCT : 37.6
PLT : 166
A : Post op Salphingektomy dextra H1 a/I KET
P:
- 02 4-6 lpm
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
- Inj. Asam Traknesamat 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Ondancentrone 4 mg/8 jam/iv
- Chana 3x1 caps
- Transfusi 2 kantong PRC/WB
- Diet bubur saring bila flatus
Senin/12 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-), muntah (-), Flatus (+), BAK perkateter,
BAB (-)
O : Keadaan Umum : Lemah
TD 112/64 mmHg S : 36,8 C
N 90x/menit P : 18x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax : Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
Urine : 50 cc
Hasil laboratorium tgl 11 februari 2018 :
Wbc : 10.5
Rbc : 4.54
HB : 10.4
HCT : 34.4
PLT : 186
A : Post op Salphingektomy dextra H2 a/I KET
Anemia ec perdarahan
P:
- IVFD RL 24 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Inj. Gentamisin 4o mg/8 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
- Diet lunak
- Mobilisasi bertahap
- Pindah ruang perawatan
- Aff kateter
Selasa/13 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+), demam (-), mual (-),
muntah (-), Flatus (+), BAK (+), BAB (-)
O : Keadaan Umum : Baik
TD 120/80 mmHg S : 36,8 C
N 78x/menit P : 22 x/menit
Abdomen : Peristaltik +,
Thorax :Vesiculer, Rhonki -/-, Whezing -/-
A : Post op Salphingektomy dextra H3 a/I KET
Anemia ec perdarahan

P:
- Cefixime 2x100 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Meloxicam 2x7,5 mg
- Chana 3x1 caps
- Dulcolac spp
Rabu/ 14 Februari 2018 S : Nyeri pada daerah bekas operasi (+)
berkurang, demam (-), mual (-), muntah (-),
BAB (+), BAK lancar
O : Keadaan Umum : baik
TD 120/70 mmHg S : 36,5 C
N 80x/menit P : 22x/menit
A : Post op Salphingektomy dextra H4 a/I KET
Anemia ec perdarahan
P :
- Cefixime 2x100 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Meloxicam 2x7,5 mg
- Chana 3x1 caps
- Pasien boleh pulang
RESUME
Pasien wanita rujukan dari IGD umum dengan
suspek appendicitis perforasi. setelah dilakukan
pemeriksaan plano test positif dan USG didapatkan hasil
KET, pasien hamil G3P1A1 hamil 8 minggu.
Pasien mengeluh nyeri abdomen regio suprapubik
yang dialami sejak semalam sebelum masuk rumah sakit,
awalnya nyeri abdomen dirasakan diregio hipocondrium
dextra yang dialami sudah 2 minggu namun sejak
semalam nyeri dirasakan diseluruh perut, keluhan ini
disertai nausea (+), vommiting (+) ±5 x isi makanan,
nyeri ulu hati (+), dyspneu (+), chepalgia (+), pasien
menyakal keluar darah dari jalan lahir, demam (-), BAK
lancar, BAB biasa.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum : lemah, kesadaran compos mentis, GCS : E3V4M6,
Tanda vital TD : 80/50 mmHg, Nadi : 79x/menit, Pernafasan :
34x/menit, Suhu : 35,8oC axilla, pada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan seluruh kuadran abdomen,
defansmuskular (+), pada pemeriksaan obstetric
didapatkan nyeri goyang portio (+), pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan HB 9,4 g/dl, leukosit 25.800mm3,
HCG Test : (+), USG : Uterus membesar, tidak tampak GS
didalamnya, Tampak GS dengan fetal pole pada adnexa
kanan, DJJ (-), estimasi usia kehamilan berdasarkan CRT 8
minggu, Tampak echo cairan bebas didalam cavum
peritoneum.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang diputuskan untuk dilakukan
tindakan laparatomi cito.
Setelah dilakukan pembedahan didapatkan bahwa
pasien ini benar mengalami kehamilan ektopik terganggu
berdasarkan laporan hasil pembedahan dimana ketika
dilakukan pembedahan didapatkan banyak darah dicavum
abdomen dan didapatkan ruptur pada tuba fallopi dextra
sehingga diputuskan dilakukan salphongectomy dextra.
Pasien dirawat diruang perawatan khusus (ICU)
pasien tersebut mengalami anemia akibat perdarahan yang
menyebabkan pasien juga didiagnosis anemia e.c
perdarahan sehingga dilakukan trasnfusi.
Pasien tersebut dirawat selama 4 hari diruang
perawatan khusus dan ruang perawatan biasa pasien boleh
dipulangkan dengan diberikan obat pulang berupa
Cefixime 2x100 mg, Metronidazole 3x500 mg, Meloxicam
2x7,5 mg, Chana 3x1 caps dan diagnosis akhir pasien ini
Post op Salphingektomy dextra H4 a/I KET dan anemia e.c
perdarahan.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didiagnosis sebagai kehamilan
ektopik terganggu berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien
masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen regio
suprapubik yang dialami sejak semalam sebelum masuk
rumah sakit, awalnya nyeri abdomen dirasakan diregio
hipocondrium dextra yang dialami sudah 2 minggu namun
sejak semalam nyeri dirasakan diseluruh perut, keluhan ini
disertai nausea (+), vommiting (+) ±5 x isi makanan, nyeri
ulu hati (+), dyspneu (+), chepalgia (+), pasien menyakal
keluar darah dari jalan lahir, demam (-), BAK lancar, BAB
biasa.
Berdasarkan teori kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar
endometrium kavum uterus, yakni di luar rongga cavum uterus.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada
dinding tuba. Dimana gejala yang timbul pada kehamilan ektopik
terganggu adalah gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik
adalah trias nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam.
Hal ini sesuai dengan pasien ini memenuhi 2 gejala yang ada dimana
didapatkan nyeri abdomen dan amenorea.2,4,7,8
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum :
lemah, kesadaran compos mentis, GCS : E3V4M6, Tanda vital TD :
80/50 mmHg, Nadi : 79x/menit, Pernafasan : 34x/menit, Suhu : 35,8oC
axilla, pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan seluruh
kuadran abdomen, defansmuskular (+), pada pemeriksaan obstetric
didapatkan nyeri goyang portio (+).
Menurut teori hal ini sesuai dengan teori penderita tampak
kesakitan dan pucat. Didapatkan ada nyeri tekan. Pada KET dapat
ditemukan tanda-tanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, takikardi,
pucat, anemis, ekstremitas dingin, nyeri abdomen, perut tegang, nyeri
tekan dan nyeri lepas abdomen, serta bisa ditemukan pekak samping
yaitu pekak pindah pada perkusi abdomen dan didapatkan
didapatkan nyeri goyang portio (+).
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan HB 9,4 g/dl, leukosit 25.800mm3, HCG Test :
(+), USG : Uterus membesar, tidak tampak GS didalamnya, Tampak GS
dengan fetal pole pada adnexa kanan, DJJ (-), estimasi usia kehamilan
berdasarkan CRT 8 minggu, Tampak echo cairan bebas didalam
cavum peritoneum.
Berdasarkan teori pada KET Setelah terjadi perdarahan,
volume darah yang berkurang dipulihkan menjadi normal dengan
hemodilusi dalam waktu satu hari atau lebih. Oleh karena itu, setelah
perdarahan yang banyak sekalipun, pembacaan nilai hemoglobin
atau hematokrit pada awalnya mungkin hanya menunjukkan sedikit
penurunan. Untuk beberapa jam pertama perdarahan akut,penurunan
kadar hemoglobin atau hematokrit saat wanita tersebut sedang di
observasi merupakan petunjuk kekurangan darah yang lebih
bermanfaat daripada pembacaan awal. Derajat leukositosis sangat
bervariasi pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur. Pada
sekitar setengah dari para wanita ini, leukosit normal, tetapi pada
sisanya, dapat ditemukan leukosit dengan berbagai derajat sampai
30.000 / ul.
Pada USG sebagian besar kehamilan ektopik tidak
memberikan gambaran yang spesifik. Uterus mungkin besarnya
normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Endometrium menebal ekhogenik sebagai
akibat reaksi desidua, yang pada pemeriksaan terlihat sebagai
struktur cincin anekhoik yang disebut kantong gestasi palsu
(pseudogestational sac). Berbeda dengan kantong gestasi yang
sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di kavum uteri
dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda. Seringkali ditemukan
massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat
bervariasi. Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan
berisi mudigah, mungkin hanya berupa massa ekhogenik dengan
batas iregular, ataupun massa kompleks yang terdiri dari bagian
ekhogenik dan anekhoik.
Setelah ditegakkan diagnosis pada pasien ini, selanjutnya
pasien disiapkan untuk direncakan operasi laparatomi dengan
tindakan yang diambil adalah salphingektomy dimana reseksi tuba
dilakukan untuk kehamilan ektopik ruptur dan tak ruptur. Ketika
mengeluarkan tuba uterina, perlu melakukan eksisi baji di sepertiga
luar (atau kurang) bagian interstisium tuba. Tindakan yang disebut
sebagai resksi kornu dilakukan sebagai upaya untuk meminimalkan
angka kekambuhan kehamilan di puntung tuba. Namun, bahkan
dengan reseksi kornu, kehamilan interstisium berikutnya tidak selalu
dapat dicegah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai