Konsep Temperatur
Konsep Temperatur
KONSEP TEMPERATUR
1
L = Lo T , atau : L = Lo (1 + T )
A = Ao T
V = Vo T
Q = m c dT
Ti
Persamaan ini digunakan dalam prinsip kerja Kalorimeter. Kalorimeter
digunakan untuk mengukur jumlah kalor. Ada dua jenis kalorimeter yaitu
kalorimeter air dan kalorimeter arus kontinu.
Berdasarkan prinsip bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor
yang diterima, maka persamaan yang berlaku adalah :
b.Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas dari suatu tempat ketempat yang lain
yang dibawa oleh fluida panas itu. Jika fluida yang dipanaskan itu dipompa
/didorong oleh bahan lain disebut konveksi paksa, kalau fluida mengalir
karena perbedaan kerapatan disebabkan perbedaan temperatur disebut
konveksi alamiah/bebas
Laju aliran panas konveksi dinyatakan oleh :
H = hc A t hc ; koefisien konveksi
c.Radiasi
12
Radiasi adalah perpindahan energi melalui gelombang
elektromagnetik. Pemancaran energi ini tidak memerlukan media
material penghantar. Energi ini disebut energi radiasi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik, tetapi dengan intensitas berbeda. Benda
hitam (Black Body) adalah benda yang mampu menyerap hampir
seluruh energi radiasi yang menimpanya. Jumlah energi radiasi yang
dipancarkan persatuan waktu persatuan luas oleh benda hitam adalah
I = e A T4
dimana :
I : daya yang dipancarkan ke satu satuan luas = dP/dA
e : daya pancar permukaan bahan (emisivitas); 0<e<1
: Konstanta radiasi Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 Watt/ m2.K4 )
T : temperatur (Kelvin)
4. GAS IDEAL DAN TEORI KINETIK
4.1 Hukum-Hukum Gas
Hasil eksperimen Boyle menunjukan jika gas temperaturnya dibuat tetap
13
maka perubahan volume sistem akan diikuti dengan perubahan tekanan.
Sehingga hasil kali volume dan tekanannya tetap .
V1/P
PV = konstan, atau
P1V1 = P2V2 (Hukum Boyle)
Persamaan ini tepat untuk gas ideal yaitu gas yang energi ikat antar
molekulnya dapat diabaikan.
Charles melakukan pendekatan untuk tekanan yang konstan, maka volume
gas akan berbanding lurus terhadap temperatur absolut (273,15 oC). Hasil
yang didapat adalah
VT
Gay-Lussac mengukur koefisien muai ruang pada tekanan konstan. Hasil
percobaannya menunjukkan tekana gas berbanding lurus dengan
temperatur absolut:
PT
4.2. Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal
Tingkat keadaan sistem dinyatakan sebagai kondisi fisis sistem.
Keadaan sistem bermassa m ditunjukkan oleh besaran P, V, T
[Tekanan, Volume dan Temperatur]. Hubungan ketiga besaran ini
disebut Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal, yaitu
PV
konstan
T
14
Teori Kinetik Gas
15
V2 P3
V1
T V T
Padat uap
Uap cair-uap
T(oC ) padat-uap
V
Titik Tripel padat-cair
PA
dW = F . ds = P A ds = P dV
ds
dimana : A ds = dV
Pada umumnya tekanan tidak akan konstan selama pergeseran. vf
Jika tekanan berkurang dengan bertambahnya volume maka :W = dW = p dV
P 1
pi (W12 ) a tidak sama dengan (W12 ) b vi
a
Besar W12 = daerah di bawah kurva P-V,
dimana kerja bergantung pada tingkat keadaan
pf b 2
awal dan akhir, juga pada lintasan proses
W = + , bila berekspansi
vi vf V W = - , bila dikompresi
Proses isobaris : W = P (V2 - V1)
Proses isochoris :W=0 2
Proses isotermis : W = p dV = (mRT/V) dV = mRT ln (V2/V1) : untuk gas ideal
1
CONTOH
24
1. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2
liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isobarik hingga volumeya 3
liter.
a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
2. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2
liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isotermik hingga volumeya 3
liter.
a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
3. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2
liter. Gas tersebut mengalami proses pada volume tetap hingga
tekanannya 3 x 106 pacal.
a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
5. HUKUM KE-1 TERMODINAMIKA
Termodinamika mempelajari fenomena panas, energi dan kerja
yang dilakukan pada suatu proses termodinamika. Dalam hal ini
25
benda menjadi fokus perhatian disebut sistem, sedang yang lainnya
disekitarnya disebut lingkungan. Sistem dipisahkan dari lingkungan
oleh dinding pembatas (Boundary). Proses termodinamika terjadi
pada sistem yang bergerak dari suatu keadaan kesetimbangan ke
kesetimbangan lainnya, dengan berinteraksi dengan lingkungan.
Bila suatu zat diubah dari keadaan 1 ke 2 kemudian panas (Q)
dan kerja (W) yang dilakukan diukur, ternyata selisih Q-W sama
untuk semua lintasan yang menghubungkan 1 dengan 2,
Selisih Q-W menyatakan perubahan energi dalam zat tersebut. Jadi :
dQ = dU + dW W
Q = U + W Q
U
Q - W = U2 - U1
Besarnya harga Q dan W tergantung pada lintasan sedangkan U
26 tidak ter gantung pada lintasan (jenis proses) dan hanya
bergantung pada keadaan
awal dan akhir sistem.
28
Dengan mengganti T dengan PV/nR diperoleh :
U = U2 - U1 = 0 ; Q = W = p (V2 - V1)
Untuk Proses Isobarik
Proses yang terjadi pada suatu sistem dengan tekanan P
30
konstan
Dalam hal ini berlaku persamaan :
dQ = dW + dU
dimana : dQ = n cp dT
dW = P dV = nR dT
sehingga, n cp dT - nR dT = n cv dT
c p - R = cv
= cp / cv = tetapan Laplace
Untuk :
gas monoatomik, = 1,67
gas dwiatomik, = 1,4
SIKLUS
31 Siklus merupakan beberapa proses yang dialami oleh sejumlah gas
secara berulang-ulang. Suatu siklus dapat tersusun dari tiga langkah,
empat langkah, bahkan lebih dari itu.
Pentingnya siklus ini dibicarakan karena kita menginginkan terciptanya
suatu mesin yang dapat bekerja secara terus menerus.
Siklus-siklus berikut ini berturut-turut terdiri dari 3 langkah, 4 langkah
dan 4 langkah.
P P P
V V V
EFISIENSI MESIN KALOR
Jika suatu mesin kalor setiap siklusnya menyerap kalor sebesar Q dan
melakukan usaha sebesar W, maka Efisiensi mesin tersebut
didefinisukan sebagai :
W
Q
32
CONTOH
33
1. Sejumlah gas dalam ruang tertutup volumenya 1 liter. Gas tersebut
dipanaskan pada tenanan tepat hingga suku mutlaknya menjadi dua
kali semula. Berapa usaha yang dilakukan gas, kenaikan sergi
dalamnya, dan energi yang diperlukannya ? = 5/3
2. Seperti soal nomor-1 tetapi prosesnya berlangsung pada volume
tetap ?
3. Seperti soal nomor-1 untuk proses adiabatik ?
4. Tentukan efisiensi mesin kalor yang siklusnya sebagai berikut :
P(KPc)
20
10
V(liter)
2 4
6. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
Dari proses isotermis diperoleh bahwa seluruh kalor yang diserap menjadi
usaha. Tetapi karena ada keterbatasan harga volume, dimana proses harus
34 berhenti. Maka sistem harus dikembalikan kekeadaan semula agar kalor ber-
ubah kembali menjadi kerja. Hal ini sulit terjadi.
Untuk itu dibuat proses siklus, agar keadaan sistem kembali kekeadaan semula
dimana energi dalam sistem sama dengan semula.
P P T1
isotermik Q1 Siklus
- isotermik
Q3 - isobarik
Q+W - isokhorik
Q2
V V
A. Mesin Panas
Reservoir Panas Q=W
TH
QH - |QC| = W
QH W QH - |QC| |QC|
Efisiensi = = = 1 -
W
QH QH QH
QC
Reservoir Dingin
TC
B. Mesin Pendingin
Cara kerja mesin pendingin merupakan kebalikan proses kerja mesin panas
36
Pada proses ini kerja diberikan pada reservoir suhu rendah
Reservoir Panas
TH Q=W
|QH| = QC + W
QH
QC QC TC
Koefisien Kerja CP = = =
W W QH - QC TH - TC
QC
Reservoir Dingin
CP = Coefisien Performance
TC CP >> mesin makin baik
C. Mesin Carnot
Mesin Carnot mewakili ungkapan pertama hukum II termodinamika.
37 Dalam mesin ini bekerja dua proses yaitu isotermis dan adiabatik
Daya guna mesin ini dihitung sebagai berikut :
= W / QH P
= (QH - QC) / QH QH
= 1 - ( QC/QH )
TH
Atau : = 1 - ( TC /TH ) W
QC TC
V
7. ENTROPI
Entropi adalah property Fisis suatu sistem yang dapat diukur, dapat
dinyatakan dalam angka dan satuan.
38
Jika sebuah sistem yang terisolasi dari lingkungan dapat berada dalam dua
keadaan yang mempunyai energi yang sama. Bagaimana cara perpindahannya,
antara keadaan 1 dengan keadaan 2 dan dapat dijelaskan dengan Entropi.
Entropi (S) dapat diinterpretasikan sebagai ketidakteraturan sistem, dimana
entropi dapat bertambah atau tetap.
Apabila sistem menyerap kalor Q pada suhu mutlak T, maka perubahan Entropi
yang dialami sistem :
Q
dS =
T
Perubahan entropi dari keadaan 1 (awal) ke keadaan 2 (akhir) dalam proses
reversibel :
2 Q
S = S2 - S1 =
1 T
Dalam proses reversibel dan adiabatik : Q = 0 ; S = 0 [proses Isentropik]
Dalam proses reversibel dan isotermal : S = Q / T
39
Dalam proses reversibel dan siklus :
Q
S = =0
T
Dalam proses reversibel untuk gas ideal :
2 Q 2 dT 2 dV
S = = n cv + nR
1 T 1 T 1 V