0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan30 halaman
Cerebral palsy adalah kelainan statis otak yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur permanen. Penyebabnya meliputi kerusakan jaringan otak selama pertumbuhan, seperti pada prematuritas. Gejalanya bervariasi dari kelainan gerak hingga topografi otot. Diagnosa didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tujuan penanganannya mencegah kontraktur dan deformitas serta memak
Cerebral palsy adalah kelainan statis otak yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur permanen. Penyebabnya meliputi kerusakan jaringan otak selama pertumbuhan, seperti pada prematuritas. Gejalanya bervariasi dari kelainan gerak hingga topografi otot. Diagnosa didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tujuan penanganannya mencegah kontraktur dan deformitas serta memak
Cerebral palsy adalah kelainan statis otak yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur permanen. Penyebabnya meliputi kerusakan jaringan otak selama pertumbuhan, seperti pada prematuritas. Gejalanya bervariasi dari kelainan gerak hingga topografi otot. Diagnosa didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tujuan penanganannya mencegah kontraktur dan deformitas serta memak
kerusakan jaringan otak yang sedang tumbuh yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur yang sifatnya permanen tetapi mengalami perubahan, atau Cerebral palsy adalah suatu kerusakan yang tidak progresif dari pada jaringan otak yang belum matur yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur sebagai akibat dari pada patologi museuloskeletal yang progresif 1. (1 - 3) per 1000 lahir hidup (developed countries) 2. Prematuritas : bayi lahir sebelum kehamilan 32 minggu dan berat badan kurang dari 1500 gr membuat kenaikan resiko bayi dengan cerebral palsy (90% per 100 prevalensi terjadi C.P.) Penyebab-penyebab dan faktor-faktor resiko daripada C.P ada bermacam-macam. Sekitar 35% tidak diketahui penyebabnya. Penyebab-penyebab dan faktor-faktor resiko dibedakan dalam 3 grup : prenatal, perinatal dan postnatal. Dari sudut muskuloskeletal, cerebral palsy dibagi atas 3 prinsip domain. I. Kelainan gerak (motor) II. Kelainan topografr (Anatomi) III. Gangguan fungsi (gross motor fuction = GMF) I. Kelainan Gerak (motor) a. Spastik (60%-80%) (Upper motor neuron lesion) Didefinisikan : "a ueloeity-d,epend,ent resistence to monement“ Dengan refleks-refleks tendon yang meningkat dan co-contraction. Kerusakan terjadi pada pyramidal tract disertai dengan kelemahan dan " selective motor controle” Clonus, reflex-reflex patologis Tindakan-tindakan operasi orthopedi bisa diprediksi keberhasilannya. b. Dyskinesia (10%-25%) kerusakan terdapat pada sistem ekstrapiramidal Gejala-gejala berupa gerakan yang involunter dari pada ektremitas seperti : dystonia, athetosis, chorea dan ballisme Dibandingkan dengan C.P. spastik, dyskinetic tidak memberikan deformitas. Tidak ada indikasi-operasi c. Mixed Movement Disorder Terjadi kerusakan otak yang difus, termasuk kerusakan sistem pyramidal dan ekstra pyramidal C.P.-quadriplegia hampir selalu memberikan gejala spastic-dystonia pada saat adolesen. Tindakan operasi tidak memberikan hasil yang diharapkan d. Ataksia (2%-5%) Kelainan yang jarang Kerusakan pada cerebellum, terjadi gangguan keseimbangan dan koordianasi Kelainan ini tampak pada saat berjalan. e. Hipotonia (2%-5%) Kelainan sering terjadi pada infant dan banyak yang mengalami perubahan menjadi hipertonik pada saat pertumbuhan. Hati-hati bisa terjadi dislokasi sendi-panggul II. Kelainan Topografi a. Monoplegia b. Hemiplegia c. Diplegia d. Triplegia e. Quadriplegia III. Ganguan Fungsi (Gross Motor Function – GMF) Klasifikasi dengan menggnakan Gross Motor Function Classification System (GMFCS) a. Pada GMFCS level I: Anak hanya mempunyai sedikit keterbatasan pada fungsi-fungsi yang lebih berat seperti lari. b. Pada GMFCS level II : Anak berjalan bebas dimuka umum. c. Pada GMFCS level III : Anak hanya bisa berjalan dengan bantuan seperti kruk atau walker. d. Pada GMFCS level fV: Anak mempunyai kemampuan terbatas untuk melangkah tetapi bisa berdiri untuk berpindah (transfer) e. Pada GMFCS level V: Anak tidak bisa mengontrol posisi kepala dan keseimbangan duduk. Tidak bisa berdiri atau jalan dan hanya bisa memakai kursi roda untuk mobilisasi di tempat umum. Patologi dalam sistem saraf, yaitu adanya kelainan pada : Kerusakan white matter (subtantia alba) pada prematuritas 43% Kerusakan basal ganglia 13% Kerusakan cortex/subcortical 9% Malformasi CNS 9% Focal infarcts 7% Kerusakan lain-lain 7% MRI normal CP adalah static encephalopathy, sedangkan patologi daripada musculoskeletal adalah progresif. Patologi muskuloskeletal pada CP adalah: 1. Kegagalan pertumbuhan memanjang otot- otot tulang 2. Serat-serat otot memendek (Iebih pendek) 3. Ekskursi otot berkurang 4. Sehingga ROM terbatas Inspeksi. 1. Kepala: a. fontanel apakah sudah menutup. b. lingkaran kepala grafik : lingkaran kepala dibawah - 2 SD : mental retardasi (hampir selalu). Lingkaran kepala dibawah - 4 SD : mental retardation yang serius. c. anak dengan gangguan pertumbuhan, tetapi intelgensi normal, mempunyai lingkaran kepala yang normal. 2. Posisi berdiri : dilihat dari lateral, posterior dan anterior. a. Lateral view : posisi kepala-leher, thorax kyphosis, lumbar lordosis, pelvic inlcination, posisi hip, lutut, ankle, kaki. b. Posterior view : scoliois c. Anterior view : dada asimetris (oleh karena scoliosis), tungkai asimetris, tungkai rotasi, internal, external, aduksi, abduksi. Lutut varus, valgus, medial atau lateral rotasi daripada kaki. Kaki: varus, valgus. Ankle: aquinus, calcaneus. Jari-jari kaki : hallux valgus, fleksi, clawing. 3. Reaksi keseimbangan (equilibrium) 4. Berialan (gait analysis) Macam kelainan gerakan bisa dibedakan:spastic gait, athetoid, ballisme (rotatory), dystonic, ataxia. Gait analysis 5. Posisi duduk Duduk tanpa atau dengan dibantu (propped), bagaimana bentuk punggung, posisi extremitas bawah saat duduk (pada total body:extended), Bila bantuan pegangan dilepaskan : apakah terjadi reaksi pada tangan untuk menahan badan agar tidak iatuh? Pemeriksaaan Fisik 1. Extremitas atas pemeriksaan : bahu, siku, pergelangan tangan dan jari-jari. Test menggenggam, pinch testing, spastis flexor pergelangan tangan, digitorum superficialis, dan flexor digiforum profundus. 2. Extremitas bawah ROM dan panjang ekstremitas 3. Hip ROM dan kontraktur fleksi : disebabkan kontraktur illiopsoas atau dari rectus femoris. Sering terjadi, diperiksa dengan cara: a. Thomas test, b. Staheli test, c. Ely test, d. Mengukur rotasi internal dan eksternal sendi panggul. Untuk menegakkan diagnose CP secara klinis penting. Sulit menegakkan diagnosis pada infant sebelum berumur I-2 bulan sampai tampak deformitas yaitu terjadinya maturitas daripada sistem syaraf pusat (CNS). 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan penunjang : MRI dan CT-scan Tujuan utama manajemen CP adalah : 1. Menghindari terjadinya fixed contracture 2. Menghindari Chronic muscle hypertonicity 3. Menghindari dynamic contracture 4. Menghindari static deformity 5. Fixed contracture harus dikoreksi sebelum terjadi dekompensasi yang kompleks 6. Kalau sudah terjadi complex decompensated joint pathology, indikasi operasi sangat terbatas, komplikasi terjadi lebih cepat, operasi sering tidak membawa hasil. Pathologi musculoskeletal memberikan kelainan gait yang berlangsung progresif pada anak-anak Setelah assesment yang lengkap, tahap-tahap penanganan disesuikan dengan umur, gangguan motorik penyebab handicap dan kondisi sosial. a. umur (0 - 3) tahun : Fisioterapi b. umur (4 - 6) tahun : Fisioterapi, tindakan operasi dengan indikasiyang tepat c. umur (7 - 18) tahun : sekolah dan perkembangan psikososial, beberapa macam operasi masih diperlukan. d. umur (18 tahun keatas): orientasi pekedaan, tempat kediaman dan perkawinan (independence).
Keterlibatan orang tua dalam memberikan latihan-latihan
yang tertentu sangat penting. Perkembangan motorik dan kognitif ditentukan oleh lokasi dan luasnya kerusakan jaringan otak Beberapa faktor yang mempengaruhi outcome dari anak dengan CP : Epilepsi yang dihentikan dari pengobatan anticonvulsants, retardasi mental, gangguan visus, nutrisi yang jelek dan kurangnya stimulasi adalah merupakan faktor-faktor yang negatif. Motor Prognosis: Walking prognosis test2 7 macam test: (1) asymmetrical tonic neck reflex : 1 poin (2) neek righting reflex : 1 poin (3) Moro feflex : 1 poin (4) Symmentrical tonic neck reflex : 1 poin (5) Extensor thrust : 1 poin (6) Parachute reaction (should be present): 1 poin (if absent) (7) Foot placement reaction (should be present) : 1poin (if absent) Prognosis untuk bisa berjalan adalah jelek bila skor 2 poin atau lebih. Prognosis mungkin bisa jalan atau berjalan dengan bantuan kruk atau walker bila skor 1poin. Prognosis baik, bisa jalan bila skor 0 poin.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis