Anda di halaman 1dari 15

Sulaeman

HP. 0856 838 8920 & 0899 420 2909


E-mail. sulaeman79@gmail.com
2
1. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/
pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
mempunyai 4 (empat) tugas yaitu?
2. Dalam siklus penyusunan anggaran, tahap persiapan anggaran yang
menghasilkan RAPBN membahas asumsi makro ekonomi yang
terdiri dari?
3. Dalam rangka menanggulangi laju inflasi atau deflasi
apa yang dilakukan Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan
Gubernur BI selaku pengelola moneter?
4. Sebutkan 5 perbedaan penganggaran tradisional dengan
penganggaran modern (New Publik Management)?
5. Salah satu ciri anggaran pendekatan tradisional adalah
incrementalism, jelaskan maksud dari incremental budgeting dan
apa kelebihan dan kekurangannya?
3 Alokasi Belanja Modal semakin tidak efektif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi

Dalam periode 1992-1997 dengan


pertumbuhan Belanja Modal 7,6%;
dapat mendorong pertumbuhan Sementara periode 2005-2011 terdapat indikasi
ekonomi hingga 7,8%. pertumbuhan Belanja Modal yang semakin
tinggi tidak diiringi oleh Pertumbuhan Ekonomi
yang semakin tinggi.

1992-1997 2005-2011
Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata
Belanja Modal GDP Belanja Modal GDP

7,6 % 7,8 % 23,40 % 5,8 %

Sumber Data: NOTA KEUANGAN, KEMENKEU


Catatan:
Data belanja modal 1992-1997 merupakan data Pengeluaran Pembangunan setelah dikurangi 25%
Tahun 1992-1997 merupakan data tahun fiskal
4 Membandingkan Periode 2005-2012 dengan periode 1992 1999,
Prosentase Alokasi Belanja Modal makin menurun
 Porsi Pembangunan Kurang Menonjol
Perkembangan Belanja Modal/ GDP
6
5.5 5.6 Sebelum Penerapan
UU 17/2003
5
5

4.2
Sesudah Penerapan
4 UU 17/2003
3.6
3.4 3.4
3 3.1
3 2.7
2.6 2.5
2.1 2
2
1.6 1.6 1.5 1.6
1.4 1.3
1.2
1

0
1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Belanja Modal/ GDP (%)
5

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong


mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Raja
Salman akan membahas beberapa hal, termasuk rencana investasi di sektor energi. Tak
hanya melakukan negoasiasi, kedua pemimpin Negara akan menyaksikan
penandatanganan investasi Saudi Aramco dalam perluasan proyek kilang Cilacap senilai
US$ 6 miliar. Selain itu, akan ada beberapa kontrak lain dengan nilai mencapai US$ 1
miliar.

Lalu, seberapa besar sebenarnya investasi Arab Saudi di Indonesia selama ini? Dari
BKPM, sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu atau sekitar Rp
11,9 miliar. Investasi itu terwujud dalam 44 proyek.
Dengan angka realisasi investasi itu, Arab Saudi berada di posisi 57 dalam daftar Negara
investor di Indonesia. Posisi itu jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur
Tengah lainnya seperti Kuwait yang mencapai 3,6 juta dolar AS.

(sumber berita: http://katadata.co.id/berita/2017/02/27/peringkat-57-investasi-arab-


saudi-tahun-lalu-hanya-rp-119-miliar)
6
7
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran
modal/investasi. Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk
menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat
diakomodasi oleh anggaran modal/investasi

Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran


rutin dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan
kebijakan dengan pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat
permasalahan yang sulit diselesaikan, di antaranya adalah:
1. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan
program yang komprehensif.
2. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
3. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
4. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi
dan pengeluaran rutin.
8
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang
akan ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum
dilakukan investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan
masalah transparansi dan kewajaran anggaran. Ada beberapa cara dalam menggolongkan
asul-usul Investasi, antara lain:
Investasi Penggantian
Bila barang modal yang dimiliki baik umur ekonomi dan teknisnya telah habis namun barang
modal tersebut masih dibutuhkan, maka perlu pembelian barang modal baru sebagai
pengganti barang yang sudah usang. Contohnya program e-KTP

Investasi Penambahan Kapasitas


Bila barang modal sudah tidak efisien sementara terjadi tuntutan peningkatan cakupan
layanan maka barang modal tersebut perlu ditingkatkan kapasitas dan spesifikasinya.
Contohnya pembelian bis gandeng trans jakarta

Investasi Baru
Bila layanan sangat dibutuhkan oleh publik dengan mempertimbangkan mengenai aspek
teknis, ekonomi, sosial budaya, dan aspek distribusi (pemerataan) layanan publik. Contohnya
pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) Jakarta, proyek reklamasi Jakarta
.
9
1) Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus
dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
2) Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara
adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal dan lingkungan.
3) Aspek Ekonomi dan Finansial
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang
diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam
menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan.
4) Aspek Distribusi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa yang
akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi.
10
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat
risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka
proyek tersebut harus ditolak.

Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah
nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan (expected future returns) sehingga semakin tinggi tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.

Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan
sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko
investasi. Faktor-faktor tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat parah
dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan
demokrasi, terjaminnya property right dan contract right dapat menurunkari risiko investasi

Capital Rationing: keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran
investasi. Pada organisasi sektor publik, selain memperhatikan faktor-faktor di atas penilaian investasi publik juga
harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Tingkat utang pemerintah; (2) Tingkat kesempatan sosial yang
dikorbankan (social opportunity cost rate); (3) Social time preference rate
11 Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan
1 Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak altematif investasi untuk
mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi alternatif-alternatif yang
memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.

Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan


2
dilaksanakan (cost/benefit relationship).
Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukkan analisis manfaat dan biaya sosial
(social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik yang akan dilakukan Pada
organisasi sektor publik biaya dan manfaat seringkali tidak dapat secara langsung diukur
dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik analisis biaya manfaat sangat cocok untuk
diterapkan.
Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah
3 Kesulitan yang dihadapi adalah apabila biaya dan manfaat dari suatu proyek tidak dapat
diukur dalam bentuk rupiah.

Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas


4 biaya yang tinggi
Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan penerimaan
proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi perhitungan. Dapat
menggunakan analisis moneter., yang mungkin mengindikasi bahwa proyek akan
memberikan nilai uang terbaik.
2
a Net Present Value (NPV)=
12
CF1 CF2 CF3 CF4 CF5
CF0 +
(1+i) (1+i)2 (1+i)3 (1+i)4 (1+i)5
i = tingkat diskonto
1 n = 1,…,50th (umur proyek)
CF = cash inflow
Return on Capital Employed (ROCE)= pvf = present value factor
Laba Akuntansi (CF X pfv disebut Gross Present Value (GPV))
Jumlah Modal yang diinvestasikan NPV = GPV – I atau GPV = NPV+ I

b Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)


o Cost Benefit Analysis (Benefit/Cost
Ratio)= M1 M2 Mn
M0+ Manfaat
Gross Present Value (1+i) (1+i)2 (1+i)n
Investasi
C1 C2 Cn
C0 + Cost/Investasi
(1+i) (1+i)2 (1+i)n
13
Pemerintah mempunyai dua proposal proyek yang membutuhkan investasi.
Proyek pertama membutuhkan investasi sebesar Rp.16.000.000,- dengan aliran
kas masuk Rp.19.200.000,- satu tahun dari sekarang, sedangkan proyek kedua
membutuhkan investasi sebesar Rp.24.000.000,- dengan memberikan aliran
kas sebesar Rp.7.200.000,- pertahun selama 5 tahun. Jika tingkat keuntungan
disyaratkan sebesar 10%, maka carilah:

1. perhitungan benefit/cost ratio nya (analisis biaya manfaat)?


2. Investasi mana yang sebaiknya dipilih oleh pemerintah?

Benefit/Cost
Proyek Investasi Cash Inflow PV (10%) Gross Present Value
Ratio
A 16.000.000 19.200.000 th 1 0,909 17.563.636 1,09
B 24.000.000 7.200.000 th1-5 3,791 27.295.200 1,14
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA
(COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS)

4141

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan manfaat
sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi penilaian terhadap biaya dan manfaat
yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang atas suatu
proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan, namun tidak dinilai.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula penentuan
biaya bangunan, peralatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya yang diperlukan oleh
sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang diharapkan dari
suatu proyek.
3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan melakukan
perbandingan.
6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat yang
tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.
Thank You
For Coming …

Anda mungkin juga menyukai