1992-1997 2005-2011
Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata
Belanja Modal GDP Belanja Modal GDP
4.2
Sesudah Penerapan
4 UU 17/2003
3.6
3.4 3.4
3 3.1
3 2.7
2.6 2.5
2.1 2
2
1.6 1.6 1.5 1.6
1.4 1.3
1.2
1
0
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Belanja Modal/ GDP (%)
5
Lalu, seberapa besar sebenarnya investasi Arab Saudi di Indonesia selama ini? Dari
BKPM, sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu atau sekitar Rp
11,9 miliar. Investasi itu terwujud dalam 44 proyek.
Dengan angka realisasi investasi itu, Arab Saudi berada di posisi 57 dalam daftar Negara
investor di Indonesia. Posisi itu jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur
Tengah lainnya seperti Kuwait yang mencapai 3,6 juta dolar AS.
Investasi Baru
Bila layanan sangat dibutuhkan oleh publik dengan mempertimbangkan mengenai aspek
teknis, ekonomi, sosial budaya, dan aspek distribusi (pemerataan) layanan publik. Contohnya
pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) Jakarta, proyek reklamasi Jakarta
.
9
1) Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus
dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
2) Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara
adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal dan lingkungan.
3) Aspek Ekonomi dan Finansial
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang
diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam
menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan.
4) Aspek Distribusi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa yang
akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi.
10
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat
risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka
proyek tersebut harus ditolak.
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah
nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan (expected future returns) sehingga semakin tinggi tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan
sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko
investasi. Faktor-faktor tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat parah
dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan
demokrasi, terjaminnya property right dan contract right dapat menurunkari risiko investasi
Capital Rationing: keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran
investasi. Pada organisasi sektor publik, selain memperhatikan faktor-faktor di atas penilaian investasi publik juga
harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Tingkat utang pemerintah; (2) Tingkat kesempatan sosial yang
dikorbankan (social opportunity cost rate); (3) Social time preference rate
11 Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan
1 Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak altematif investasi untuk
mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi alternatif-alternatif yang
memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.
Benefit/Cost
Proyek Investasi Cash Inflow PV (10%) Gross Present Value
Ratio
A 16.000.000 19.200.000 th 1 0,909 17.563.636 1,09
B 24.000.000 7.200.000 th1-5 3,791 27.295.200 1,14
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA
(COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS)
4141
Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan manfaat
sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi penilaian terhadap biaya dan manfaat
yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang atas suatu
proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan, namun tidak dinilai.
1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula penentuan
biaya bangunan, peralatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya yang diperlukan oleh
sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang diharapkan dari
suatu proyek.
3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan melakukan
perbandingan.
6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat yang
tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.
Thank You
For Coming …