Anda di halaman 1dari 34

Penanganan Cedera Akut

Tissue Response to Injury


INJURY PROCESS
• Primary Response:
Kerusakan jaringan berhubungan langsung dengan
kekuatan traumatis; Besarnya kerusakan jaringan
awal tidak dapat diubah

• Secondary Response:
terjadi akibat kematian sel yang disebabkan oleh
gangguan suplai O2; dapat dikurangi tingkat
kerusakannya agar tidak merusak jaringan lain
(intak)

Injury Response Cycle = pain-spasm-pain cycle


(Zat Kimia merangsang ujung saraf bebas & menyebabkan
nyeri yang menyebabkan kejang otot & memicu mekanisme
pertahanan tubuh)
Tanda RadangAkut

Redness Heat Swelling Pain Loss of


Function
Caused by Increased Caused by Direct injury Increased
dilation of chemical accumulation of nerve pain/ swelling
arterioles/ activity & of blood & fibers,
increased increased damaged tissue pressure of
blood flow blood flow to cells hematoma on n.
skin surface endings
Chemical
irritants –
bradykinin,
histamine,
prostaglandin
3 Fase Penyembuhan

Fase I: Inflamasi akut

Fase II: Regenerasi/Proliferasi

Phase III: Maturasi/Remodeling


Phase I: Fase Inflamasi Akut
• Dimulai segera setelah cedera, berlangsung 2-4 hari
• Tujuan
– Melindungi
– Melokalisir/meminimalisir
– Mengurangi agen cedera
– Persiapan untuk penyembuhan dan perbaikan

• Fase I adalah fase kritis pada proses penyembuhan -


Bila fase ini tidak ditangani dengan baik, penyembuhan
normal akan terganggu

• Membuang jaringan rusak dan membentuk kapiler baru


Respons Inflamasi Akut
• Cedera terjadi
• Perubahan vaskular
– Vasoconstriction – segera; aliran darah berkurang (5-10 mins.);
terbentuk sumbat platelet; koagulasi darah; anemia lokal

– Vasodilation – aliran darah meningkat; tekanan hidrostatik


kapiler meningkat ( permeabilitas kapiler, proteins plasma ke
jaringan; protein menarik H2O - edema)

• Perubahan selular – reaksi kimia segera terjadi


• Protein ke jaringan
– Perubahan tekanan osmotik  edema!
– Menetralisir / menghancurkan agen yang merusak, membatasi
kerusakan jaringan ke jaringan terkecil yang mungkin , &
mempersiapkan daerah untuk penyembuhan
Phase II: Fase Proliferasi/Fibroblastik
• Fase Repair/Regenerasi atau Fibroblastik

• Berlangsung mulai 48 jam hingga 3-6 minggu

• Membuang debris & temporary repair – terbentuk


SCAR (fibroplasia)

• Adenosine triphosphate (ATP) faktor terpenting yang


mengatur kecepatan & kualitas penyembuhan
- Sumber energi utama sel
- Meningkatkan metabolisme untuk perbaikan membran sel 
aktivasi pompa Na-K  pembentukan protein baru
Fase Proliferasi
Proses repair jaringan lunak terdiri dari
– Pembentukan fibroblas
– Tissue remodeling
– Pembentukan kolagen
– Tissue alignment

Dependent on levels of: debris removal,


endothelial production, production of fibroblasts
Fase Proliferasi
Repair berlangsung dalam 3 tahap
– Resolution
• Sel dan jaringan mati dibuang oleh sel fagosit

– Regeneration
• Penggantianjaringan rusak dengan sel yang tipenya sama
(struktur dan fungsi tetap)

– Repair
• Jaringan asli diganti dengan jaringan ikat (struktur &
fungsi berubah)
Phase III: Fase Remodeling/Regenerasi/
Maturasi
• Mulai minggu ke 3
• Tujuan  untuk meningkatkan kekuatan jaringanbaru
– 3-6 mgg pertama penempatan kolagen & penguatan fiber
– 3 bln-2 thn peningkatan kekuatan jaringan scar

• Menjaga keseimbangan antara sintesis & lisis


– Jumlah fibroblasts, myofibroblasts, & macrophages berkurang 
pre-injury state
– Jumlah kapiler & H2O menurun

• Mobilisasi segera

• Scars menghilang & kembali mendekati warna normal


– Kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III
Faktor-2 Penghambat Penyembuhan

• Luasnya cedera • Corticosteroids


• Edema • Keloids and
• Hemoragi Hypertrophic Scars
• Poor Vascular Supply • Infeksi
• Robekan jaringan total • Humidity, Climate,
• Muscle Spasm Oxygen Tension
• Atrofi • Health, Age, and
Nutrition
Penanganan Oedema

• Manajemen cedera awal dalam penanganan oedema


sangat penting

• Oedema menyebabkan peningkatan tekanan area


cedera  menimbulkan nyeri dan gangguan fungsi
neuromuskular

• Oedema memperlambat proses penyembuhan dan


mengganggu fungsi normal

• Prinsip RICE  upaya terbaik untuk mengurangi


oedema pada fase akut
RICE

• Rest
• Ice
• Compression
• Elevation
Pengendalian oedema
• Restricted Activity (Rest)
– Healing dimulai segera setelah cedera
– Tanpa rest, jaringan cedera tetap mendapat
stress eksternal, mengganggu healing process-
memperlambat recovery
– Controlled mobility lebih baik dibanding
immobilization
– Istirahat 24-48 jam sebelum rehabilitasi aktif –
tergantung beratnya cedera
– Rest hanya untuk jaringan cedera –
cardiovascular fitness, strengthening and
flexibility tetap dipertahankan
Pengendalian oedema
• Ice
– Aplikasi dingin dapat mengurangi kerusakan
jaringan akibat respon berlebih dari inflamasi

– Untuk mencegah iskemia lokal atau forstbite,


dianjurkan agar es dibungkus handuk basah
sebelum ditempatkan pada area cedera

– Kompres dingin tidak dianjurkan dilakukan pada


luka terbuka
Pengendalian oedema
• Ice
– Efek Dingin
• Mengurangi reaksi inflamasi,
• Mengurangi nyeri  mengurangi spasme otot
• Menurunkan panas  mengurangi kebutuhan
oksigen dan nutrisi  menurankan
metabolisme
• Menyebabkan vasokonstriksi  mengurangi
perdarahan
Ice (Cold)

Aplikasi dingin (es)


• 10-20 menit
• Setiap 2 jam
• Sebaiknya tidak menempelkan es langsung
pada kulit
– Gunakan handuk basah
Ice (Cold)

• Ice bag
• Ice pack
• Ice cube
Ice (Cold)

Ice wrapped with towel


• Es batu dihancurkan
• Bungkus dengan handuk
basah
• Letakkan pada area cedera
Ice (Cold)
• Kloretil spray
• Praktis
• Efek bertahan
sangat singkat
(10-15 detik
• Untuk cedera
ringan
(kontusio)
Pengendalian oedema
• Compression
– Faktor penting pengendalian oedema
– Secara mekanik mengurangi ruang untuk akumulasi
cairan
– Menggunakan elastic wrap, firm, dengan tekanan
yang pas
– Compression dilakukan selama 72 jam – depends on
severity
Compression
Pengendalian oedema
• Elevation
– Efek gravitasi untuk
mengurangi penumpukan
darah  area cedera di atas
jantung
– Dapat membantu
drainase/aliran darah dari
limfa dan vena untuk
meninggalkan area cedera
– Elevation dimulai secepat
mungkin pada 72 jam
pertama fase akut– depends
on severity
Do No H.A.R.M
• No HEAT
– Meningkatkan vasodilatasi &
oedema
• No ALCOHOL
– Meningkatkan vasodilatasi &
oedema
• No RUNNING
– Meningkatkan kebutuhan O2
jaringan
– Menambah trauma jaringan
• No MASSSAGE
– Menambah trauma 
meningkatkan oedema
Muscle Spasm (Kram)
• Biasanya otot betis
• Tentukan otot yang kram
– Otot keras & nyeri
– Nyeri tekan
• Lakukan peregangan pasif
– Dorsofleksi atau
plantarfleksi
Dehidrasi

• Tatalaksana
– Minum air mineral/sport drink
(10°C)
– IV fluid bila kesadaan turun
Heat Cramps

• Tatalaksana
– Bawa penderita ke tempat
dingin
– Lepaskan sepatu dan pakaian
ketat
– Minum air mineral/sport drink
(10°C)
– IV fluid bila kesadaan turun
Heat Exhaustion

• Tatalaksana
– Bawa penderita ke tempat
dingin
– Lepaskan sepatu dan pakaian
– Angkat tungkai
– Kompres dingin
– Hidrasi (oral atau IV)
Heat Stroke
• Tatalaksana
– Bawa penderita ke tempat dingin
– Lepaskan sepatu dan pakaian
– Angkat tungkai
– Kompres dingin seluruh tubuh
(bungkus dengan handuk basah
dan dingin
– Hidrasi intravena
– Rujuk
Pencegahan Cedera
• Kondisi Lapangan
– Lapangan (licin, basah, permukaan tidak rata)
– Indoor (cahaya)
– Outdoor (cuaca, suhu, kelembaban)
• Peralatan/Pakaian
– Sepatu yang sesuai (lapangan basah/kering,
sepatu lari)
– Ukuran peralatan yang sesuai
Pencegahan Cedera
• Pemanasan
– Minimal 10-15 menit
• Stretching/peregangan
– Sebagian besar otot
– @ 10-20 detik
• Support (bandage, tapping)
• Hidrasi

Anda mungkin juga menyukai