Anda di halaman 1dari 39

Definisi

 Hemoptisis adalah mendahakkan


darah yang berasal dari bronkus atau
paru
1. Bercak (Streaking)
Darah bercampur dengan sputum hal
yang sering terjadi, paling umum pada
bronchitis. Volume darah kurang dari 15
– 20 mL per 24 jam.

2. Hemoptisis
Hemoptisis dipastikan ketika total
volume darah yang dibatukkan 20 – 600
mL per 24 jam.
3. Hemoptisis Massif
Darah yang dibatukkan dalam waktu 24 jam lebih
dari 600 mL

4. Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur
saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari
saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini
dapat berupa perdarahan buatan (factitious).
Anatomi dan vaskularisasi paru

Sistem sirkulasi pulmoner berfungsi untuk perturan


gas
Tekanan rendah berkisar 15 – 20 mmHg pada saat
sistolik dan 5-10 mmHg pada saat diatolik
Mensuplai darah untuk bronkiolus terminalis dan
alveolus
• Pemberi nutrisi
pada paru dan
saluran
pernapasan.
• Tekanan sesuai
dengan
tekanan darah
sistemik.
• Variasi sirkulasi
bronkial sangat
beragam.
• Cabang dari
aorta desenden
Sumber perdarahan pada batuk darah

◦ Sirkulasi bronkial ( 90%)


 Sistem sirkulasi bronkial memegang peranan
penting dalam patofisiologi batuk darah,
karena memperdarahi sebagian besar jalanan
napas
◦ Sirkulasi pulmoner sekitar 5 %
1. Infeksi
tuberkulosis,staphylococcus,klebsiella,legionella),
jamur, virus
2. Kelainan paru
bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis,
emfisema bulosa Neoplasma
3. kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis
4. Kelainan hematologi
disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascular coagulation (DIC)
5. Kelainan jantung
mitral stenosis, endokarditis tricuspid
6. Kelainan pembuluh darah
hipertensi pulmoner, malformasi arterivena,
aneurisma aorta
7. Trauma
jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak
8. Iatrogenik
akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi
swan-ganz, limfangiografi
9. Kelainan sistemik
sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary
hemosiderosis,systemic lupus erytematosus, vaskulitis
(granulomatosis wagener, purpura henoch schoenlein,
sindrom chrug-strauss)
10. Obat / toksin
aspirin, antikoagulan, penisilamin,kokain
11. Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula
bronkopleura, benda asing, hemoptisis kriptogenik, amiloidos
Patogenesis batuk darah

 Patogenesis batuk darah pada berbagai penyebab


batuk darah hampir sama
◦ Terjadi penyakit pada parenkim paru,
◦ Sistem sirkulasi bronkial dan pulmoner
◦ Kelainan pada pleura

 Sumber perdarahan berasal dari


kedua sistem sirkulasi tersebut
TUBERKULOSIS PARU

 Terjadinya pada penderita infeksi TB paru aktif atau pada


bekas penderita TB paru.
 Pada penderita TB terjadi rusaknya susunan parenkim paru
dan pembuluh darah paru
 Terjadi bronkiektasis dengan hipervaskularisasi

 Pelebaran pembuluh darah bronkial


 ,
 Pecahnya aneurisma Rasmussen penyebab batuk
darah masif pada penderita TB paru ataupun pada
bekas penderita TB.
BRONKIEKTASIS

 Destruksi tulang rawan bronkus akibat infeksi / fibrosis


alveolar.
 Perdarahan
 pecahnya pembuluh darah arteri bronkial karena
proses infeksi atau peradangan.
NEOPLASMA

Terjadi proses nekrosis dan peradangan


pembuluh darah pada jaringan tumor.

kejadian batuk darah pada penderita


karsinoma bronkogenik berkisar 7-10
%.
Kanker metastasis ke paru akibat
penyebaran sel tumor ke
trekobronkial.
INFEKSI JAMUR

 Fungus ball--- Aspergilloma.


 Batuk darah pada Fungus ball berkisar 50-90 %
dari penderita Fungus ball
 Fungus ball sering terbentuk pada penderita
penyakit paru berkavitas seperti TB paru,
 Terjadinya batuk darah adalah
◦ akibat trauma mekanis karena pergerakan fungus
ball di dalam kavitas
 Batuk darah juga dapat terjadi akibat angioinvasi
menyebabkan infark paru dan perdarahan,
ABSES PARU

 Nekrosis pada parenkim paru dan pembuluh


darah paru.
 Kejadian sekitar 11-15 % dari penderita abses
paru,
◦  20-50 % mengalami batuk darah masif.
Fibrosis Kistik

 Perdarahan yang terjadi berasal dari


percabangan arteri bronkial.

 Sistem arteri bronkial mengalami


hipervaskularisasi dan anastomosis
bronkopulmoner,

 Adanya hipertensi pulmonal


Diagnosis
 Memastikan Hemoptisis
 Bedakan dengan epistaksis atau hematemesis
 Menentukan derajat hemoptisis -- masif ?
 Memastikan etiologi

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama


untuk menentukan sumber perdarahan :
◦ saluran napas atas -- epistaksis
◦ saluran napas bawah -- hemoptisis
◦ saluran cerna. -- hematemesis
Hemoptisis Hematemesis

Berasal dari saluran Berasal dari saluran


nafas cerna
Dibatukkan Dimuntahkan
Darah biasanya warna Darah biasanya warna
merah muda atau merah kehitaman
segar Bersifat Asam
Bersifat basa Dapat bercampur
Tidak bercampur makanan
makanan Didahului rasa mual
Didahului perasaan
ingin batuk
Pemeriksaan fisik

• Stridor dapat memberikan petunjuk


Pemeriksaan tumor/benda asing di daerah
trakeolaring.
fisik dapat • perforasi septum dapat menunjukkan
membantu granulomatosis Wegener.
diagnosis • Jari tabuh (clubbing fiber)
memberikan petunjuk kemungkinan
penyebab keganasan intratorakal
hemoptisis • Supurasi intratorakal (abses paru,
bronkiektasis)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan sputum
◦ TB paru BTA +
◦ Jamur kultur jamur +
◦ Pneumonia pertumbuhan kuman +
◦ Ca Paru Sitologi sputum
 Pemeriksaan lab
◦ Menentukan Hb
◦ Waktu perdarahan dan pembekuan CT / BT
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan radiologi torak
◦ Plan foto torak
Gambaran sesuai penyakit yang mendasari terjadinya hemoptisis
seperti;
 Gambaran fungus ball pada jamur paru
 Gambaran kavitas/fibroinfiltrat pada Tb paru
 Gambaran masa tumor
◦ CT-Scan toraks
 Baik untuk bronkiektasis atau karsinoma bronkus berukuran kecil
 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum bronkoskopi, kecuali dalam
keadaan kegawat daruratan
 Bronkoskopi
◦ Bronkoskopi bisa di lakukan atas indikasi terapeutik
atau diagnostik
◦ Terapeutik untuk menghentikan perdarahan
◦ Diagnostik untuk;
 Menentukan sumber/lokasi perdarahan untuk rencana tindakan
bedah
 Mengambil bahan bilasan atau sikatan bronkus untuk
pemeriksaan lab
 Angiografi
◦ Pemeriksaan angiografi dilakukan apabila dengan
pemeriksaan lain tidak bisa menentukan penyebab
atau asal dari perdarahan.
◦ Angiografi
 Diagnostik
 terapeutik -- terapi embolisasi.
PENATATALAKSANAAN

 Prinsip penatalaksanaan hemoptisis :


◦ Menjaga jalan napas tetap terbuka dan stabilisasi
penderita
◦ Menentukan lokasi perdarahan
◦ Memberikan terapi sesuai etiolog
 Mencegah risiko berulangnya hemoptisis
 Penderita dengan hemoptisis masif harus
dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan
intensif
LANGKAH I : MENJAGA JALAN NAPAS
DAN STABILISASI PENDERITA

 Menenangkan dan mengistirahatkan


penderita
 Suplementasi oksigen
 Instruksi cara membatukkan darah
dengan benar sehingga pasien tidak
takut untuk membatukkannya
 Resusitasi cairan dan bila perlu
transfusi
 Penderita dengan keadaan umum berat dan
refleks batuk kurang adekuat, maka posisi
penderita Tredelenberg  mencegah aspirasi
darah ke sisi yang sehat
 Laxansia  mencegah mengedan
 Bronkoskopi serat optik lentur untuk evaluasi,
melokalisir perdarahan dan tindakan
pengisapan (suctioning).
 Intubasi dengan kateter
lumen ganda (double lumen
endotracheal tubes)
 Intubasi dilakukan jika dengan terapi konvensional
perdarahan tidak berhenti
 dilakukan intubasi untuk live saving

 dampak dari intubasi paru yang mengalami


perdarahan akan terjadi atelektasis total
LANGKAH II :
MENCARI SUMBER DAN PENYEBAB
PERDARAHAN

 Pemeriksaan radiologi (foto toraks, CT


Scan, USG, angiografi)

 Bronkoskopi (BSOL maupun bronkoskop


kaku)
LANGKAH III : PEMBERIAN TERAPI SPESIFIK

1. Bronkoskopi terapeutik
◦ Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis
dingin (iced saline lavage)
◦ Pemberian obat topikal ( Adrenalin dengan
konsentrasi 1 : 20 .000)
◦ Tamponade endobronkial
2. Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser) Neodymium-
yttrium - alumunium-garnet untuk terpi paliatif
perdaran endobronkial.
2. Terapi non-bronkoskopik

1. Pemberian terapi medikamentosa


 Vasopresin intravena
 Asam traneksamat (antifibrinolitik)
 Vitamin k
 Vitamin c
 Kortikosteroid sistemik  pd autoimun
 Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH)
atau danazol  hemoptisis katamenial
 Antitusif kontra indikasi
 Antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik

2. Radioterapi
 Terutama yang disebabkan oleh proses Tumor Paru
3. Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner
 Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan
penyakit bilateral, fungsi paru sisa yang minimal,
menolak operasi ataupun memiliki kontraindikasi
tindakan operasi

Embolisasi arteri pulmoner

Embolisasi arteri bronkialis


3. Bedah
 Terapi definitif
 Tindakan bedah dilakukan apabila
tindakan terapi diatas tidak berhasil
dan fungsi paru adekuat, tidak ada
konta indikasi bedah,

Anda mungkin juga menyukai