Berdasarkan tingkat keparahannya/kuantitas darah hemoptisis dibagi menjadi:
1. Hemoptisis non massif (<200ml dalam 24 jam) 2. Hemoptisis masif (200-1000ml dalam 24 jam) Definisi hemoptisis masif berdasarkan kriteria busroh yaitu : 1. Hemoptisis dengan volume sedikitnya 600ml dalam 24 jam 2. Hemomptisis dengan volume antara 250-600 dalam 24 jam pada pasien yang kadar Hb <10g/dl dan dalam pengamatan masih terus berlangsung. 3. Hemomptisis dengan volume antara 250-600 dalam 24 jam pada pasien yang kadar Hb >10g/dl sedangkan dalam waktu 48 jam masih belum berhenti. Adapun kriteria mengancam jiwa hemoptisis masif yakni : 1. Batuk darah > 100 ml dalam 24 jam. 2. Batuk darah menyebabkan abnormalitas pertukaran gas dan/atau terjadi obstruksi saluran napas. 3. Batuk darah menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik. Diagnosis Anamnesis Diagnosis hemoptisis ditegakkan melalui anamnesis Riwayat dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Untuk menyingkirkan sebab non-bronkopulmonar pada ekspektorasi darah denganmemperhatikan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting dalam menentukan etiologi. 1. Batuk dan ekspektorasi sputum mukopurulen atau purulen dicurigai terjadi infeksi akutseperti bronkitis, pneumonia dan abses paru atau infeksi kronik seperti pada bronkiektasis terinfeksi. 2. Riwayat penyakit katup jantung memperkuat kemungkinan stenosis mitral, pada keadaanini darah kadang-kadang terang karena berasal dari pecahnya anastomosis vena bronkopulmonar. 3. Hemoptisis pada trauma dada mugkin disebabkan oleh ruptur trakeobronkial atau kista paru traumatik 4. Perdarahan simultan dari tempat-tempat lain merupakan indikasi terdapatnya diatesis perdarahan umum atau blood dyscrasia. Pada beberapa kasus dapat terjadi pada terapiantikoagulasi 5. Perokok berat dan berkepanjangan dapat dihubungkan dengan hemoptisis karenakarsinoma bronkogenik. 6. Nyeri tungkai, pembengkakan tungkai dan nyeri dada pleuritik mencurigakan infark paru pada penderita dengan faktor resiko sebagai berikut: Tromboflebitis Tirah baring lama Kehamilan Baru melahirkan Infark miokard Menjalani pembedaha Kegemukan Gagal jantung kongesti Insufisiensi vena Imobilisasi karena fraktur Hematuria yang menyertai hemoptisis merupakan gejala pada granulomatosis Wegener,sindrom Goodpasture dan Lupus Eritematosus. Pemeriksaan fisik Perdarahan dari pembuluh darah bronkus atau kapiler paru dapat dinilai dengan adanyarhonki basah atau rhonki kering lokal. Pemeriksaan penunjang 1. Foto thoraxFoto thorax dengan kualitas yang baik (postero-anterior dan lateral) harus dilakukan padasemua keadaan hemoptisis. Pemeriksaan foto oblik dan lordotik dilakukan berdasarkan kecurigaan klinis individual. 2. Evaluasi sputumBila kecurigaan pada etiologi infeksi, sputum harus dipulas dan dikultur untuk bakteri piogenik dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) serial atausputum collecting . 3. Analisis Gas Darah ArteriPemeriksaan ini dilakukan untuk menilai pertukaran gas dan juga membantu diagnosis pirau kanan ke kiri pada aneurisma arteriovenosus. 4. Pemeriksaan lainnyaUrinalisa, hemoglobin dan hematokrit, lekosit dan trombosit, profil pembekuan darahharus dilakukan. Bronkoskopi, tomografi paru dan angiografi pulmonar diperlukan pada beberapa kasus untuk membantu menegakan diagnosis dan etiologi hemoptisis. Ibrahim WH. Massive hemoptysis: the definition should be revised. ERJ 2008. Pramahdi S. Batuk darah. Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan paru dalam praktek sehari‐hari. 2008 Ong ZYT, Chai HZ, How CH, Koh J, Low TB. A simplified approach to haemoptysis. Singapore Med J. 2016. Swidarmoko B, Susanto AD. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta:Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia; 2010. Bidwell JL, Pachner RW. Hemoptysis: diagnosis and management. Am Fam Physician. 2005;72:1253-60