PENGUJIAN TIDAK

MERUSAK KETEL UAP.

OLEH
ISWANTORO
 1. PENDAHULUAN.
A.PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF :
- UNTUK PENGENDALIAN MUTU
- PENJAMINAN MUTU UNTUK BAHAN BAKU, MESIN ATAU SUATU
STRUKTUR.
- YANG DILAKUKAN UNTUK MENGETAHUI ADANYA CACAT, CIRI
KHAS, KEADAAN STRUKTUR DALAM DARI BARANG YANG DIUJI,
TERHADAP SEGALA JENIS BAHAN BAKU, PRODUK ATAU
STRUKTUR, TANPA MENGGORES ATAU MEMISAHKAN ATAU
MERUSAK BARANG YANG DIUJI.
B. METODE PENGUJIAN : PEMERIKSAAN PENGLIHATAN LUAR,
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI, PEMERIKSAAN ULTRASONIK FLOW
DETECTING, PEMERIKSAAN PARTIKEL MAKNETIS,
PEMERIKSAAN PENETRASI, PEMERIKSAAN EDDY CURRENT /
ARUS KISAR SERTA PENGUKURAN REGANGAN / STRAIN.
C. DALAM PELAKSANAANNYA CARA YANG DITERAPKAN
TERGANTUNG UNTUK TUJUAN APA HASIL TUJUAN TERSEBUT
DIGUNAKAN.
 1.1. TUJUAN
PEMBELAJARAN UMUM.
DIHARAPKAN PESERTA OPERATOR
DAPAT MENGETAHUI PENGUJIAN-
PENGUJIAN YANG DILAKUKAN
PADA KETEL UAP.
 1.2. TUJUAN
PEMBELAJARAN KHUSUS.
DIHARAPKAN PESERTA OPERATOR
MAMPU UNTUK :
• MENGETAHUI SASARAN YANG
TEPAT UNTUK PENGUJIAN TIDAK
MERUSAK.
• MENGETAHUI JENIS-JENIS
PENGUJIAN TIDAK MERUSAK
• MENGENDALIKAN BAHAYA YANG
TIMBUL SELAMA PENGUJIAN TIDAK
MERUSAK BAIK UNTUK BAHAN UJI
MAUPUN MANUSIA.
 2. DEFINISI UJI TIDAK
MERUSAK( NDT ).
UJI TIDAK MERUSAK ADALAH SUATU
BENTUK PENGUJIAN YANG DILAKUKAN
UNTUK MENGETAHUI ADANYA SITUASI :
• CACAT.
• CIRI KHAS.
• KEADAAN STRUKTUR BAGIAN DALAM.
DARI SUATU BAHAN ATAU PERALATAN
YANG DIUJI TANPA :
• MERUSAK.
• MENGGORES ATAU
• MEMISAHKAN MATERIAL YANG DIUJI.
 3. MASALAH CACAT.
UNTUK PENGUJIAN NDT :
• MENGANTISIPASI JENIS CACAT YANG TERJADI PADA
BAHAN BAKU ATAU BAGIAN YANG DILAS.
• MENGETAHUI PENGETAHUAN YANG CUKUP.
• CACAT BIASANYA DITEMUKAN PADA WAKTU
PEMERIKSAAN BERKALA.
CACAT DIBAGI 3 BAGIAN :
1. CACAT UKURAN ( BENTUK TIDAK SESUAI, OVER
TOLERANSI )
2. CACAT STRUKTUR ( ROLLING, POURING/CASTING,
FORGING, WELDING ).
3. CACAT SIFAT-SIFAT KIMIA DAN SIFAT-SIFAT MEKANIS
( SIFAT KIMIA, KANDUNGAN BAHAN KIMIA, SIFAT
MEKANIS, KUAT TARIK, LENGKUNG, KEBESARAN DAN
LAIN-LAIN.
 3.1. CACAT PADA PELAT BAJA.

• CACAT KEDUA BAGIAN.

CACAT PADA BAGIAN YANG MEMBENTUK LAPISAN YANG
TIPIS KEARAH ROLLING. CACAT INI TIDAK MENJADI SATU
DENGAN DIBERI TEKANAN.

• BAHAN NON-LOGAM YANG TERCAMPUR.

DALAM PROSES PEMBUATAN INGOT, BAHAN YANG SANGAT
HALUS TERCAMPUR, SEPERTI BAHAN HASIL DEOKSIDASI (
Al2O3, MnO, SiO2, MnS )

• GORESAN PADA PERMUKAAN.

SWELLING, BINTIK-BINTIK ATAU GORETAN OLEH KARENA
KEMASUKAN BAHAN HASIL OKSIDASI.
 3.2. CACAT PADA BARANG
TUANGAN LOGAM.
1. RETAK DAPAT DIBAGI 2 JENIS YAITU DALAM
KEADAAN BENDA PANAS DAN DALAM KEADAAN
DINGIN.RETAK DALAM KEADAAN PANAS SETELAH
TERJADI PENGERASAN DAN INI DISEBABKAN
ADANYA BENDA ASING DI DALAM GRAIN BOUNDARY
YANG LEMAH SEHINGGA MENIMBULKAN REAKSI
GAYA TARIK ANTARA BUTIR-BUTIR KRISTAL. RETAK
DALAM KEADAAN DINGIN DISEBABKAN OLEH
KARENA KEKUATAN PENYUSUTAN YANG TERJADI
PADA PROSES PENDINGINAN.
2. CEKUNGAN PENYESUTAN/SHRINKAGE CAVITY.
JENIS CACAT YANG DISEBABKAN OLEH MASALAH
PERANCANGAN DENGAN PIPA NAIK /RISER,
CETAKAN TUANGAN, CHILLER YANG
MENGAKIBATKAN TIMBULNYA LUBANG
PENYUSUTAN DI DALAM BENDA TUANGAN.
3. TERCAMPURNYA PASIR / SAND
MELUSION ATAU BENDA LAIN.
• CACAT JENIS INI DISEBABKAN BUTIR PASIR YANG
TERCAMPUR PADA BENDA TUANGAN OLEH KARENA
CETAKAN PASIR / SAND MOLD TERLEPAS, ATAU BENDA
LAIN YANG MERUPAKAN SLAG / TERAK LOGAM YANG
MASUK DARI SPRUE DAN MUNCUL KE PERMUKAAN
SERTA DI DALAM BENDA TUANGAN.
4. KETIDAK LEBURAN.
INI DISEBABKAN KARENA KURANG TINGGINYA SUHU
WAKTU PENUANGAN.
5. BLOWHOLE.
JIKA DEOKSIDASI DAN DEHIDRASI DENGAN INGOT
LOGAM TIDAK CUKUP, JIKA PASIR TUANGAN
MENGANDUNG TERLALU BANYAK AIR, ATAU JIKA
CETAKAN TUANGAN BERMASALAH, CACAT INI
DISEBABKAN OLEH KARENA GAS YANG ADA DALAM
LOGAM TIDAK DAPAT DIKELUARKAN DENGAN
SEMPURNA DALAM PROSES PENGERASAN.
 3.3. CACAT DENGAN BENDA TEMPAAN.
a. QUENCHING CRACK / RETAK YANG TERJADI DALAM
PROSES PEMADAMAN. DALAM PROSES QUENCHING,
BENDA DIDINGINKAN SECARA MENDADAK, DENGAN
DEMIKIAN TERJADI PENYESUTAN MENDADAK PADA
PERMUKAAN LUAR SEDANGKAN PENYESUTAN
BAGIAN DALAM LEBIH TERLAMBAT. ATAU DENGAN
PERKATAAN LAIN TERJADI TRANSFORMASI
MARTENSITE DAN MENIMBULKAN EKSPANSI
VOLUME YANG CUKUP BESAR, SEHINGGA TERDAPAT
TENSILE STRESS YANG SANGAT KUAT TERUTAMA
BAGIAN SUDUT.
b. CACAT TERBUKA.
DI BAGIAN TENGAH INGOT LOGAM, TERDAPAT
BAGIAN DI MANA DAYA PENGIKAT MENJADI LEMAH
OLEH KARENA TERDAPAT INTER CRYSTALLINE
CRACK YANG HALUS.
c. TERCAMPURNYA BENDA NON-LOGAM.
BENDA NON-LOGAM YANG TERCAMPUR BIASANYA
TERDAPAT DIBAGIAN DALAM INGOT LOGAM DAN
SANGAT HALUS. BILA TERDAPAT BENDA NON-LOGAM
DALAM JUMLAH BANYAK ATAU PROSES PENGERASAN
PELAN, BENDA NON-LOGAM TERSEBUT TERKUMPUL
DAN MENJADI BESAR.
CACAT DENGAN PASIR DISEBABKAN OLEH KARENA
SEBAGIAN DARI CETAKAN TEMPAAN TERLEPAS DAN
MASUK KE DALAM INGOT.
CACAT-CACAT SEMACAM INI PADA UMUMNYA
BERBENTUK PANJANG DAN TIDAK LEBAR ATAU DALAM
BENTUK PELAT.
3.4. CACAT PADA BAGIAN DILAS.
a. RETAK.
RETAK YANG DISEBABKAN OLEH SUHU TINGGI DAN YANG
DISEBABKAN OLEH SUHU RENDAH. RETAK YANG
DISEBABKAN OLEH SUHU TINGGI DISEBABKAN OLEH
GAYA TARIK / TENSILE FORSE DALAM KEADAAN LOGAM
YANG DI LAS ATAU BAGIAN YANG MEMPEROLEH
PENGARUH SUHU PANAS BERSIFAT KURANG REGANG,
KARENA PENGARUH SUHU TINGGI DI DALAM PROSES
PENGERASAN.
RETAK YANG DISEBABKAN SUHU RENDAH ADALAH RETAK
YANG TERJADI BILA SUHU BAGIAN YANG DI LAS
MENJADI KURANG DARI 300ºC.
PENYEBABNYA ADALAH HIDROGEN YANG ADA DIBAGIAN
YANG DI LAS, GAYA REAKSI TARIK, PENGERASAN LOGAM
YANG DILAS SERTA PENURUNAN KAPASITAS REGANGAN.
UNTUK MENDETEKSI RETAKAN PERLU DILAKUKAN
PENGUJIAN NON-DESTRUKSI SETELAH LEBIH DARI 24
JAM DARI PENGELASAN.
b. KETIDAK SEMPURNAAN PELEBURAN .

CACAT INI ADALAH TERSISANYA BAGIAN AKAR / ROOT FACE YANG

TIDAK TERLEBUR.
c. KETIDAK SEMPURNAAN PELUMERAN.
KEADAAN YANG TIDAK TERLUMERNYA BAGIAN-BAGIAN SELAIN
BAGIAN AKAR / ROOT FACE PADA UMUMNYA.
d. SLAG INCLUSION / MASUKAN TERAK LOGAM.
SLAG INCLUSION TERJADI BILA SEBAGIAN DARI SLAG TIDAK
NAIK KE PERMUKAAN DAN TERSISA DI DALAM LOGAM YANG
DILAS
e. BLOWHOLE.
BLOWHOLE ( LUBANG UDARA ) SERTA LUBANG UDARA SEPERTI
PIPING DAN PIT DISEBABKAN OLEH KARENA LOGAM MENGERAS
SEBELUM GAS SEPERTI CO DAN H2 YANG ADA DI DALAM LOGAM
KELUAR SEMUANYA.
f. TUNGSTEN INCLUSION.
UNTUK MENGELAS BAJA STAINLES, LOGAM PADUAN ALUMINIUM
DAN TITAN, SERING DITERAPKAN METODE PENGELASAN
TUNGSTEN-INTERT GAS ARC/TIG WILDING. DALAM HAL INI
TUNGSTEN YANG MERUPAKAN ELEKTRODE TERLUMER DAN MASUK
KE DALAM LOGAM YANG DI LAS DAN INI DISEBUT CACAT
TUNGSTEN INCLUSION.
 3.5. CACAT YANG DAPAT DIDETEKSI
DENGAN PENGUJIAN KONVENSIONAL
1. FATIGUE CRACK / PATAH KARENA LELAH.
BILA TERDAPAT STRESS YANG BERULANG-ULANG.
2. STRESS CORROCION CRACK.
RETAK INI DISEBABKAN BILA PERMUKAAN BAHAN
LOGAM TERDAPAT TENSIL STRESS YANG SANGAT
BESAR .
3. CAVITATION.
KAVITASI ADALAH KOROSI YANG DISEBABKAN
BEBAN KEKUATAN PADA PERMUKAAN YANG TERJADI
BILA LUBANG AIR YANG MUNCUL DALAM CAIRAN
TERGENCET.
4. HEAT STRESS CRACK.
RETAK INI DISEBABKAN OLEH HEAT STRESS DALAM
1 ATAU SANGAT SEDIKIT PEMUTARAN PROSES
PENDINGINAN SETELAH DIPANASKAN.
 4. PENGUJIAN TIDAK MERUSAK.
4.1. PENGUJIAN RADIOGRAFIK.
4.1.1. DASAR PENGUJIAN RADIOGRAFIK.
SINAR RADIASI DIBAGI :
• SINAR X
• SINAR Y
• SINAR NEUTRON.
SINAR X DAN SINAR Y SECARA FISIK MEMILIKI SIFAT YANG
SAMA DAN MERUPAKAN GELOMBANG ELEKTROMANITIK YANG
PENDEK.
SINAR NEUTRON ADALAH ZAT-ZAT TERTENTU SEPERTI
HIDROGEN DAN BORON, SEHINGGA SERING DIGUNAKAN
UNTUK MENGUJI BAHAN YANG BANYAK MENGANDUNG
HIDROGEN SEPERTI PLASTIK.
PENGUJIAN RADIOGRAFIK YANG UMUMNYA DIMAKSUDKAN
UNTUK PENGUJIAN PENETRASI DENGAN SINAR X DAN Y.
TUJUAN DARI PENGUJIAN RADIOGRAFIK :
• MENDETEKSI CACAT YANG ADA DALAM BAHAN YANG DIUJI.

4.1.2. CONTOH PENERAPAN PENGUJIAN RADIOGRAFIK.

METODE INI DITERAPKAN SECARA LUAS YAITU : BAGIAN YANG
DILAS, BARANG TEMPAAN SEPERTI PRESSURE VESSEL/BEJANA
YANG BERTEKANAN TINGGI, BADAN KAPAL, PIPELINE/JARINGAN
PIPA SERTA STRUKTUR JENIS LAIN.
UNTUK BARANG YANG TEBAL DIGUNAKAN SINAR Y YANGMEMILIKI
ENERGI TINGGI SEDANGKAN UNTUK BARANG YANG TIPIS
DIPERGUNAKAN SINAR X YANG ENERGINYA RENDAH.
BATAS KEMAMPUAN PENGUJIAN : 300 mm UNTUK BAJA DAN BESI
SERTA 800 mm UNTUK ALUMINIUM.
4.1.3. PENGENDALIAN KESELAMATAN.
TELAH DIKETAHUI BAHWA RADIASI DAPAT MENGGANGGU
KESEHATAN MANUSIA.
PENGGUNAAN SINAR RADIASI DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG.
JUGA DIAWASI OLEH PETUGAS YANG BERIJAZAH.
LISTRIK YANG DIPERGUNAKAN JUGA TEGANGANNYA TINGGI.
 4.2. ULTRASONIK FLAW DETEKSION TEST/PENGUJIAN
DETEKSI CACAT DENGAN ULTRASONIK.
. GARIS BESAR PENGUJIAN DETEKSI CACAT DENGAN
ULTRASONIK.
• ULTRASONIK MERUPAKAN SUARA FREKWENSI YANG TINGGI.
• GELOMBANG ULTRASONIK BERJALAN LURUS.
• MEMPUNYAI SIFAT MEREFLEKSI BILA BERTEMU DENGAN
BAHAN ASING ATAU DI BATAS BAGIAN YANG KOSONG.
• SANGAT COCOK UNTUK MENDETEKSI ADANYA CACAT YANG
ADA DI DALAM BAHAN YANG DIUJI.

4.3. PENGUJIAN DENGAN PARTIKEL MAGNET.

 4.4. PENGUJIAN PENETRASI CAIRAN.
TUJUAN PENGUJIAN PENETRASI CAIRAN ADALAH MEMPERBESAR DAN
MENDETEKSI CACAT YANG HALUS YANG TERBUKA PADA
PERMUKAAN BAHAN YANG DIUJI.
METODE INI DAPAT DIGUNAKAN PADA LOGAM MAUPUN NON LOGAM,
KECUALI BAHAN YANG BERPORI SEPERTI KAYU DAN KERAMIK.
PENGUJIAN INI SANGAT COCOK UNTUK MENDETEKSI CACAT YANG
TERBUKA PADA PERMUKAAN.
KELEMAHANNYA PERLU ADANYA KETRAMPILAN DAN PENGALAMAN DARI
PENGUJI, SEHINGGA KREDIBILATAS HASIL PENGUJIAN
TERGANTUNG DARI
PROSES DASAR PENGUJIAN PENETRASI CAIRAN :

1. PROSES AWAL.
2. PROSES PENETRASI.
3. PROSES PENCUCIAN.
4. PROSES DEVELOPING.
5. PROSES OBSERVASI.
6. PROSES AKHIR.
 4.5. PEMERIKSAAN CACAT DENGAN ARUS KISAR.
DASAR PEMERIKSAAN CACAT DENGAN ARUS KISAR ADALAH JIKA
ARUS KISAR DIALIRKAN KE SPIRAL, MUNCUL MEDAN MAGNIT
ARUS TUKAR DAN JIKA SPIRAL TERSEBUT DIDEKATKATKAN KE
BENDA LOGAM, ARUS KISAR TIMBUL PADA LOGAM TERSEBUT.
ARUS KISAR BERUBAH BILA ADA BAGIAN YANG TIDAK TERSAMBUNG
DI DALAM LOGAM TERSEBUT. SEBAGAI AKIBAT MEDAN
MAGNET BERUBAH DAN MENIMBULKAN IMPEDENCE DARI
SPIRAL.
MELALUI PENGAMATAN MENGENAI PERUBAHAN IMPEDENCE DARI
SPIRAL DAPAT MENDETEKSI ADANYA KERETAKAN PADA
PERMUKAAN LOGAM.
KELEBIHAN PENGUJIAN DENGAN ARUS KISAR ADALAH :
1. SANGAT CEPAT.
2. TIDAK MENYENTUH BAHAN YANG DIUJI.
3. DENGAN MUDAH DAPAT MELAKUKAN OTOMATISASI PROSES
PENGUJIAN.
4. DAPAT MENDETEKSI CACAT DIBAGIAN YANG SULIT DIDEKATI
MANUSIA.
5. MUDAH MENCATAT DAN MEMELIHARA HASIL PENGUJIAN.
KEKURANGAN PENGUJIAN DENGAN ARUS KISAR ADALAH
1. HANYA BAHAN YANG BERSIFAT PENGHANTAR SAJA YANG
DAPAT DIUJI.
2. BENTUK BAHAN HARUS SEDERHANA.
3. YANG DAPAT DIDETEKSI HANYA CACAT DI PERMUKAAN.
4. BENTUK DAN KEDALAMAN CACAT SULIT DIKETAHUI
SECARA AKURAT.

4.6. PENGUKURAN DISTORSI.

PENGUKURAN DILAKUKAN PADA TAHAP PERANCANGAN MESIN
DAN SUATU STRUKTUR UNTUK MENILAI KECOCOKAN
UKURAN, BENTUK DAN MUTU BAHAN YANG DIGUNAKAN
SERTA UNTUK MENGAWASI AGAR PEMAKAIAN MESIN DAN
STRUKTUR TIDAK TERGANGGU DENGAN KERUSAKAN ATAU
PERUBAHAN BENTUK.
 5. PENERAPAN PENGUJIAN TIDAK MERUSAK.

PIPA(UT,ET) BAHAN BAKU PLAT(UT,MT)

PENGOLAHAN SUKU CADANG(PT) BAGIAN SUDUT(PT,MT).

KET. :
RT: PENG. RADIOGRAFIK.
MT:PENG.MAGNETIC.
ET: EDDY CURRENT. PRODUKSI
AE: ACAUSTIC MISSION .
UT:PENG.ULTRASONIK.
BAGIAN YANG DILAS(RT,UT,MT,PT)
PT:PENG.PENETRASI.
SM:PENG.DISTORSI.
STRUKTUR YANG DIHASILKAN

PENGAWASAN WAKTU PEMAKAIAN PEMELIHARAAN/SERVIS

(SM,AE.) (RT,UT,MT,PT.)
METODE PENGUJIAN NON-
DESTRUKTIF UNTUK TUJUAN
MENDETEKSI CACAT
METODE MAGNETIC PENETRASI EDDY RADIOGRAFIK ULTRASONIK.
PENGUJIAN PARTICLE CURRENT

MEKANISME REAKSI REAKSI REAKSI TRANSMISI METODE

UNTUK PENYERAPAN PENETRASI ELEKTROMAG DARI PULSE
MENDETEKSI MAGNIT CAIRAN NETIK JIKA PERBEDAAN REFLECTION
CACAT. TIMBUL PENETRASI ARUS JUMLAH DENGAN
MEDAN DISERAP LISTRIK TRANSMISI MENERIMA
MAGNET DAN KISAR DIANTARA GELOMBANG
BUBUK BERUBAH BAGIAN ULTRASONIK
MAGNET OUTPUT DARI TANPA CACAT YANG
MENEMPEL SPRIRAL DAN DENGAN DIREFLEKSI
PADA BAGIAN DETEKSI CACAT OLEH CACAT
YANG CACAT. BERUBAH. MENDETEKSI MENDETEKSI
ADANYA ADANYA
CACAT. CACAT.