MAKING SKILLS
Singgih Saptadi
Brav Deva Bernadhi
1. Problem Solving & Decision Making
Singgih Saptadi
Brav Deva Bernadhi
Keputusan adalah ...
3
Spiritual
Konsep/ Tujuan
Strategi/ taktik
•• While
While hard
hard data
data may
may inform
inform our
our intellect,
intellect, itit is
is largely
largely soft
soft data
data that
that generates
generates wisdom.
wisdom.
•• Hard information is often limited in scope, lacking richness, and often fails to
Hard information is often limited in scope, lacking richness, and often fails to encompass encompass
important
important non
non economic
economic andand non
non quantitative
quantitative factors.
factors.
Henry
Henry Mintzberg,
Mintzberg, The
The Rise
Rise and
and Fall
Fall of
of Strategic
Strategic Thinking
Thinking
Mengapa Menganalisis Keputusan?
8
Kelebihan Kekurangan
Metode yang teruji dan mapan Diasumsikan sudah ada
Fokus pada pengumpulan data dan pengetahuan yang akan dihasilkan
kriteria yang ditetapkan Model linier dan tidak dinamis
Mengurangi subyektifitas (mengikuti langkah-langkah
Efisien – tergantung teknologi yang keterkaitan)
diterapkan (pengumpulan dan Dimunculkan sebagai sebagai
pengolahan serta presentasi data) obyektif namun pengambilan
Yang umum digunakan konsep dasar keputusan oleh siapapun
BCR (Benefit-Cost Ratio) dan membutuhkan justifikasi pribadi
Probabilitas hasilnya ‘kepuasan’ (tidak bebas nilai)
atau ‘optimasi’/ ‘maksimasi’
“It is impossible to be purely rational”
- Herbert Simon, Nobel Prize Winner
Pengambilan Keputusan dan Manajer
Manajemen adalah suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki (SDM, dana, energi,
material, ruang dan waktu).
3. Peran Keputusan:
entrepreneur, menangani
kekacauan, pengatur alokasi
sumberdaya, negosiator.
Pengambilan
Pengambilan Keputusan
Keputusan Manajerial
Manajerial
Model Ekonomi-Rasional
Kerangka perspektif bagaimana suatu keputusan diambil dengan
asumsi bahwa pengambil keputusan memiliki informasi akurat yang
lengkap
Bounded
Rationality Intuition
Analisis yang tidak disadari
Mengenal keterbatasan manusia berdasarkan pengalaman (yang
oleh adanya pembatasan lalu)
organisasional, seperti waktu,
informasi, sumberdaya, dan juga
kapabilitas mentalnya
Satisficing Escalation of
Suatu pencarian sampai dengan Commitment
tingkat memuaskan dan tidak Kecenderungan untuk menambah komitmen
perlu sampai sempurna atau dari aksi (hasil keputusan) sebelumnya
optimal seperti yang diharapkan jika seorang
pimpinan jika mengikuti proses pengambilan
keputusan yang efektif
Hambatan dalam Membuat Keputusan
Influencing do’s
Try to understand the other person
Listen and show you are listening
Know yourself
Ask open questions
Create rapport
Let people find their own solutions
Stay open to being influenced yourself
Create common ground through your enthusiasm
Influencing don’ts
Start with a fixed position that you are
determined to defend
Interrupt the other person with your views
Talk more than you listen
Overly rely on facts, figures, logic, data
Make assumptions about the other person’s
motivation
Leave other people to guess what you want
Apa yang membuat keputusan berkualitas?
STRATEGI OPTIMUM
Memutuskan memilih alternatif solusi terbaik dari sejumlah alternatif
STRATEGI KEPUASAN
Memutuskan memilih solusi yang telah memenuhi persyaratan minimum
(tidak harus sempurna atau seluruh alternatif dikaji)
Problem
Objectives
Alternatives
PrOACT
Consequences
Tradeoffs
Kondisi dasar
(lingkungan) yang Uncertainty
menjadi perhatian Risk tolerance
utama pada setiap
penetapan elemen Linked Decision
PrOACT
Hammond, et.al., 1999. Smart Choices; A Practical Guide to Making Better Decisions
Problem
Langkah:
SMART Objectives… 1. Tulis seluruh hal yang menjadi
Specific perhatian untuk mengarahkan
pada Objectives
Measurable 2. Ubah perhatian2 tadi menjadi
Achievable Objectives
Reach 3. Bedakan antara hasil akhir dan
makna hasil, contoh atlit lari
Time-bound mencapai garis finis di Olimpiade
4. Klarifikasi makna tadi menjadi
Objectives
5. Uji alakah Objectives tadi masih
tercakup dalam perhatian2 di atas
The reason most people never reach their goals is that
they don’t define them… Winners can tell you where they
are going, what they plan to do along the way, and who
will be sharing the adventure with them.
– Denis Waitley
Alternative
Introductions
Purpose
Learning Objectives
Some Pointers
Time
Why change?
Usually don’t need to be creative
Habit
Routine
Haven’t been taught to be creative
AMBIGUITY
MENTAL BLOCK # 8
1. What if…?
2. How can we improve…?
3. How will the Optimist Member and/or the
community benefit?
4. Are we forgetting anything?
5. What’s the next step?
10 Questions To Encourage Ideas
BRAINSTORMING
Purpose:
To generate a large
number of ideas in a short
period of time.
BRAINSTORMING
Let’s
combine
ideas!!! 3. Combine items that are
similar and/or eliminate
duplicates.
Are we 4. Completion.
done yet?
TOOLS & TECHNIQUES - MULTIVOTING
Purpose:
To help a group of people make a decision with
which they are comfortable.
Definition:
A way to vote to select the most important or
popular items (alternatives) from a list.
MULTIVOTING
Steps
oting
Multiv
List 1. Generate a list of items and number
each item.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Purpose :
Unblock our thinking.
See an entire idea or several ideas on one
sheet of paper.
See how ideas relate to one another.
Look at things in a new and different way.
Look at an idea in depth.
Think
Mind Mapping Exercise freely!!
1. Initial
Over-sized blank sheet of paper.
Tumble of Select word, phrase or problem statement
Ideas. to serve as a focus for discussion.
Print it in the middle of the paper. Enclose
EXAMPLE
Mind Mapping Exercise
-- Helpful Hints
and or pictures.
Lingkungan
Dalam setiap pengambilan keputusan, kita akan selalu berhadapan
dengan lingkungan, di mana salah satu karakteristiknya yang paling
menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah:
Ketidakpastian
Kompleks
Dinamis
Keterbatasan
Kemampuan manusia
Menghadapi lingkungan yang bagaimanapun tak pastinya,
bagaimanapun kompleksnya, dan sebagainya, manusia memiliki ‘alat’
yang dapat dimanfaatkannya guna mengatasi rasa bingung dan cemas
yang pada awalnya akan melingkupi perasaannya, yaitu:
Kecerdasan
persepsi
Falsafah
Intuisi
Sebagian besar keputusan-keputusan yang dibuat dalam hidup kita ini
adalah berdasarkan intuisi. Kita mempertimbangkan pilihan-pilihan
yang kita dapati berdasarkan informasi yang telah kita miliki dan
sesuatu dengan preferensi kita, untuk kemudian dengan menggunakan
proses intuitif, dapat menuju suatu tindakan yang mencerminkan
keputusan terbaik yang kita pilih.
Ciri utama intuisi, yang amat mengganggu kita, adalah kenyataan
bahwa logika dari intuisi tidak dapat ditelusuri secara rasional. Bila
seorang direktur perusahaan mengambil keputusan berdasarkan
intuisi, mungkin ia akan berkata, “saudara-saudara sekalian, saya
telah membaca semua laporan yang masuk, dan setelah
mempertimbangkan masak-masak, saya kira sebaliknya kita
bergabung dengan perusahaan X”.
Keputusan vs Hasil
Kita memiliki kecenderungan untuk menilai suatu keputusan
berdasarkan hasilnya; bila hasilnya baik maka kita biasanya
mengatakan bahwa keputusan tersebut tepat, atau sebaliknya.
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa membuat keputusan
yang terbaik adalah memiliki pilihan yang terbaik yang akan dapat
memberikan kesempatan memperoleh hasil yang diinginkan.
Kecerdasan •Pilihann
•Tidak pasti
•Kompleks Persepsi Intuisi .
•Informasi Keputusan Hasil
•Dinamis Logika tidak
•Persaingan dapat diperiksa
•terbatas
Falsafah •preferensi
REAKSI
DIAGRAM 1
Pengambilan keputusan dengan intuisi
Analisa Keputusan
Analisa Keputusan pada dasarnya adalah suatu
prosedur logis dan kuantitatif, yang tidak hanya
menerangkan mengenai proses pengambilan
keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara
untuk membuat keputusan. Dengan kata lain, cara
untuk membuat model suatu keputusan yang
memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dan
pengujian
Analisa Keputusan
Formalisasi Analisa Keputusan
Sebenarnya apakah yang membedakan Analisa Keputusan dari pengambilan
keputusan dengan intuisi ?
Berkenaan dengan ini maka fokus perhatian terutama perlu diletakan pada
situasi lingkungan; dimana dalam lingkup ini maka situasinya adalah penuh
dengan ketidak pastian, kompleks, dinamis, persaingan dan adanya
keterbatasan sumber. Jadi untuk mengatasi hal itulah kita perlu menggunakan
‘alat’ yang kita miliki’ berupa kecerdasan, persepsi dan falsafah.
Pilihan
Dengan kecerdasan dan kemampuan kreatifitas yang kita miliki, maka kita bisa
mendapatkan alternatip-alternatip spesifik dari suatu persoalan keputusan.
Satu segi yang penting adalah bahwa alternatip tersebut harus dapat
dijabarkan secara kuantitatip, bukan hanya penjabaran secara umum saja.
Kodifikasi Informasi
Informasi di sini perlu dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, yang
berkenaan dengan sifat ketidak pastian yang ditetapkan dengan
besaran nilai kemungkinan (probability); dan kedua, yang berkenaan
dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam sistem, yang
dinyatakan sebagai model, ini menggambarkan struktur persoalan.
Secara singkat keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut.
Penyusunan Model
Penyusunan model keputusan adalah suatu cara untuk menggambarkan
hubungan-hubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam
suatu model matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi di antara
faktor-faktor yang terlibat.
Penetapan Nilai Kemungkinan
pada intinya, dalam menghadapi ketidakpastian yang pentig adalah bukannya
mencoba membuat lingkungan ini untuk berubah sehingga penuh dengan
kepastian. Melainkan hidup di dalam lingkungan ini sebagai mana adanya-
penuh dengan ketidak pastian-dan mampu berbuat yang terbaik dalam
keadaan tersebut, dalam hal ini adalah mengambil keputusan terbaik dalam
situasi tersebut.
Penetapan Preferensi
Dalam Analisa Keputusan, penetapan preferensi ini perlu dipisahkan
dari persoalan ketidakpastian. Karena untuk masalah ketidakpastian.
Kita perlu menetapkan nilai kemungkinannya berdasarkan informasi
yang dimiliki. Sedangkan masalah preferensi adalah masalah yang
secara benar mencerminkan kecenderungan kita dalam menghadapai
suatu hasil; ini merupakan pencerminan nilai dan pandangan hidup
kita.
Berkenaan dengan ini, preferensi perlu dibedakan atas tiga aspek,
yaitu:
Penetapan Nilai
Preferensi atas Waktu
Preferensi atas Risiko
Penetapan Preferensi
Penetapan Nilai
Yang dimaksud dengan nilai disini adalah suatu ukuran yang
dapat mencerminkan seberapa besar kita menghargai suatu
hasil.
Preferensi atas Waktu
Bagaimana kita menilai waktu, dengan kata lain bagaimana
preferensi kita terhadap waktu. Hal ini akan mempengaruhi
sikap kita dalam pengambilan keputusan.
Preferensi atas Risiko
Tiap orang mempunyai sikap sendiri dalam menghadapi risiko;
ada yang berani mengambil risiko, dan ada orang yang amat
menghindari risiko.
Keputusan yang Logis
Setelah kita menggunakan kecerdasan, persepsi dan
falsafah kita untuk membuat model, menentukan
nilai kemungkinan, menetapkan nilai pada hasil
yang diharapkan, dan menjajagi preferensi terhadap
waktu dan preferensi terhadap risiko, maka untuk
sampai pada suatu keputusan tertentu kita hanya
memerlukan logika. Ini berarti bahwa bila semula
kita mengatakan bahwa suatu hasil A lebih disukai
dari pada hasil B, maka sebagai konsekuensinya
kita akan memilih A dari pada B.
ANALISA KEPUTUSAN
LINGKUNGAN (normatif)
•Alternatif-alternatif
Kecerdasan
Pilihan
•Tidak pasti
Persepsi •Penetapan kemung
•Kompleks
kinan Logika Keputusan Hasil
•Dinamis Informasi •Struktur model
•Persaingan
•Penetapan nilai
•terbatas
Falsafah •Preferensi waktu
Preferensi •Preferensi Risiko
Sensitifitas
nilai informasi
REAKSI
DIAGRAM
Pengambilan keputusan dengan analisa keputusan
TAHAPAN ANALISA KEPUTUSAN
LANGKAH-LANGKAH DALAM ANALISA KEPUTUSAN
Informasi
Awal
Pengumpulan
Informasi Baru Pengumpulan informasi baru
Informasi
DIAGRAM
Siklus analisa keputusan
Tahap Deteministik
Dalam tahapan ini variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan
perlu didepinisikan dan disalinghubungkan, perlu dilakukan penetapan
nilai, dan selanjutnya tingkat kepentingan variabel diukur, tanpa
terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidakpastiannya.
Tahap Probabilistik
Ini merupakan tahapan besarnya ketidak pastian yang melingkupi
variabel-variabel yang penting, dan menyatakannya dalam bentuk nilai.
Dalam tahapan ini juga dilakukan penetapan preferensi atas risiko .
Tahap Informasional
Intinya adalah meninjau hasil dari dua tahap yang terdahulu guna
menentukan nilai ekonomisnya bila kita ingin mengurangi
ketidakpastian pada suatu variabel yang dirasakan penting.
DIAGRAM KEPUTUSAN
NOTASI DIAGRAM KEPUTUSAN
Diagram keputusan ini pada dasarnya merupakan suatu diagram
pokok yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam
statistika.Hanya saja dalam diagram keputusan ini perlu dibedakan
antara dimana saat kita mengambil keputusan, yaitu dimana kita
memilih salah satu diantara alternatif-alternatif yang tersedia; dan saat
kemunculan kejadian tak pasti yang akan menentukan hasil dari
alternatif-alternatif tersebut. Dalam hal ini, saat mengambil keputusan
adalah saat dimana kita sepenuhnya memiliki kendali dalam bertindak;
sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat dimana sesuatu diluar
diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi, dengan kata lain,
situasi dimana kendali berada diluar kemampuan kita.
PERMAINAN DADU
1 Rp. 100,-
Kejadian Penerimaan
2 -Rp. 100,-
mata 1 Rp. 100,-
main lotre 3 Rp. 100,-
mata 2 Rp. 0,-
dadu 4 -Rp. 100,-
mata 3 Rp. 100,-
5 -Rp. 100,-
mata 4 Rp. 0,-
6 Rp. 100,-
mata 5 Rp. 0,-
mata 6 Rp. 100,-
tidak main Rp. 0,-
Hentikan peroduksi
Positif
Proyek pengembangan
Negatif
Hentikan peroduksi
Penjualan nol
tinggi
Teruskan seperti biasa
adanya rendah
tinggi
teruskan
Seperti biasa rendah
tinggi
Rp. 40 juta
teruskan 0.3
Seperti biasa rendah - 15 juta
0.7
Berhasil
Produk B 80 juta
0.8
gagal
- 2 juta
0.2
gagal
- 2 juta
0.2
0 0 0,1 0,1
1000 0 0,2 0,3
2000 0,1 0,2 0,3
3000 0,1 0,4 0,2
4000 0,2 0,1 0,1
5000 0,6 0 0
Kontribusi (ribu)
Penjualan : 2000
Rp. 2000
0.1 3000
Produk A 3000
0.1 4000
4000
0.2 5000
5000
0.6
Penjualan : 0 0
0.1 3000
2000
0.2 4000
Produk B 4000
0.2 5000
6000
0.4 4000
8000
0.1
Penjualan : 0 0
0.1 1000
1500
Produk C 0.3 2000
3000
0.3 3000
4500
0.2 4000
6000
0.1
0,5
0,4
Kemungkinan
0,3
0,2
0,1
0
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Kontribusi total (ribu rupiah)
DIAGRAM 5.4 Distribusi kemungkinan kontribusi masing-masing produk
Produk A
1,0 Produk B
Produk C
Kemungkinan Kumulatif
0,8
P (kontr. ≥ K)
0,6
0,4
0,2
0
2000 4000 6000 8000
Kontribusi total (ribu rupiah)
Alternatif C Alternatif A
Ekivalen tetap
Alternatif A
Rp. 3,5 juta
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 ET
0 25.000 50.000 75.000 100.000
0.5
100.000 ↔ (1)
Alternatif A 0.4
40.000 ↔ (0,7)
0.1 0 ↔ (0)
0.8 80.000
↔ (0,95)
Alternatif B
0.2
20.000 ↔ (0,42)
6.800.000
800.000 Pesan 40 2.000.000
Gagal
Sub. Kontrak
0.5
0.4
I 0
Pesan 20
0.6
D 4.400.000 Pesan 40 14.000.000
Produksi 40 J 0.4
6.800.000 Pesan 20 -2.000.000
Proses 2 0.6
A E 8.000.000
Pesan 40
Produksi 20 0.4
K 6.000.000
6.800.000 Pesan 20
0.6
6.400.000 Pesan 40 16.000.000
Produksi 40 0.4
L 0
Pesan 20
Proses 2 8.800.000 0.6
F Pesan 40 10.00.000
Produksi 20
M 0.4
8.800.000 Pesan 20 8.000.000
0.6
12.000.000
Pesan 40
Sub kontrak sekarang 8.400.000 0.4
N 6.000.000
Pesan 20
0.6
0
Terima Kasih
Singgih Saptadi
Brav Deva Bernadhi
04 – Multi Criteria Decision Making with
The Analytic Hierarchy Process
SUPER DECISIONS
116
Analytic Hierarchy Process (AHP)
117
Analytic Hierarchy Process (AHP)
• Perangkat pendukung keputusan dikembangkan 1970an oleh
Thomas L Saaty (seorang profesor pionir Operations Research
dan penyusun textbook pertama dalam Mathematical
Methods of Operations Research dan sistem antrian
• 1960, Tom ditunjuk memimpin research projects for the Arms
Control and Disarmament Agency di Dephan AS.
• Masalah mis-komunikasi antara ilmuwan dan pengacara
dalam mengambil keputusan tentang nilai persenjataan AS
dan posisi AS di dunia.
• Tom merasa ada kebutuhan akan simple way dalam
pembuatan keputusan Lahirlah AHP.
118
Analytic Hierarchy Process (AHP)
• Sebuah teori dan metodologi untuk memodelkan
masalah ekonomi, sosial dan management science.
• Problem solving framework untuk:
– Memilih yang terbaik dari beberapa alternatif
– Menentukan prioritas
– Mengalokasikan sumberdaya
• Memungkinkan untuk Group Decision Making.
• Generalisasi model AHP adalah Analytic Network
Process.
Software AHP
• Expert Choice perangkat lunak komersial
berbasis AHP.
• TeamEC perangkat lunak komersial berbasis
AHP untuk pembuatan keputusan
berkelompok.
• Decision Lens perangkat lunak komersial
berbasis AHP.
• Super Decision freeware berbasis ANP
(generalisasi model AHP).
120
Prinsip AHP
• Decomposition, menstrukturkan masalah ke bentuk
hirarki clusters.
• Comparative judgments, perbandingan berpasangan
antar-elemen untuk mendapatkan prioritas elemen
dalam satu induk.
• Hierarchic composition or synthesis of priorities,
pengalian prioritas lokal dalam satu induk dengan
prioritas global elemen induknya.
121
Aksioma AHP
• Reciprocal, jika A : B = 9, maka B : A = 1/9.
• Homogenitas, elemen-elemen yang dibandingkan
tidak berbeda, sehingga bisa ditempatkan dalam
sebuah cluster.
• Sintesis, prioritas sebuah elemen tidak tergantung
pada elemen yang lebih rendah tingkatnya.
• Expectation, sebuah keputusan tidak lepas begitu
saja dari pengetahuan/pengalaman masa lalu.
122
Measurement in AHP
• Cognitive Psychologists menyatakan ada 2
macam perbandingan yang dilakukan
manusia:
– Absolute, perbandingan antara obyek dengan
sebuah standar dengan hasil berupa rating.
– Relative, perbandingan antara obyek dengan
obyek lain yang homogen (common property)
dengan hasil berupa relative importance.
123
AHP Rationality
• Focus on goal of solving problem.
• Knowing enough about a problem to develop a
structure of relations and influences.
• Having enough knowledge and experience and
access to knowledge and experience of others to
assess their priority of influence and dominance
among relations.
• Allowing for differences in opinion with an ability to
develop a best compromise.
124
Analytic Process
1. Hierarchical Decomposition of the Decision
2. Pairwise Comparison
3. Linear Algebra Process
4. Evaluation of Rating Consistency
125
Analytic Process
1. Hierarchical Decomposition of the Decision
• Langkah awal dalam AHP adalah membuat hirarki
dengan memecah masalah menjadi elemen-
elemennya.
– Elemen Goal, pernyataan tujuan.
– Elemen Objectives/Criteria, faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan.
– Elemen Alternatives, berbagai alternatif yang ada dan
mampu mencapai goal.
126
Analytic Process - The Hierarchy
Goal
Option 1 Option 2
127
Analytic Process
1. Pairwise Comparison
• Untuk menentukan prioritas. Ada 2 macam
perbandingan berpasangan:
– Antar kriteria.
– Antar alternatif.
128
Analytic Process - Scale in AHP
• 1 = equal importance 2 activities contribute equally to objective
• 2 = weak
• 3 = moderate slightly favor one activity over another
• 4 = moderate plus
• 5 = strong strongly favor one activity over another
• 6 = strong plus
• 7 = very strong dominance demonstrated in practice
• 8 = very, very strong
• 9 = extreme absolutely more Important
129
Analytic Process - Scale in AHP
• Berdasar Reciprocal Axiom, maka berlaku pula
scale 1, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan 1/2, 1/4, 1/6,
1/8.
• Skala ratio akan muncul dari skala tersebut,
sehingga muncullah kebutuhan akan
consistency index.
130
Analytic Process - Scale in AHP
• Jika A : B = 9 ; B : C = 3 ; A : C = 1/5 , maka inkonsisten.
• Jika A : B = 9 ; B : C = 3 ; A : C = 1 , sangat mungkin inkonsisten.
• Jika A : B = 9 ; B : C = 3 ; A : C = 3 , bisa jadi inkonsisten.
• Jika A : B = 9 ; B : C = 3 ; A : C = 9 , maka konsisten.
• Consistency index digunakan untuk menilai konsisten
perbandingan berpasangan dalam hirarki.
131
Analytic Process - Scale in AHP
• Scale 1 – 9 merepresentasikan preferensi terhadap
alternatif dalam mencapai tujuan.
132
Step by Step Example
Buy the Right Car
133
Buy the Right Car
• Determine the Criteria (factors)
– Price (lower price is better)
– Body Style
– Miles per Gallon (more MPG is better)
– Interior Quality
– Engine Size
• Design the Hierarchy
• Use an analytic process to help make a
decision
134
The Car Decision Hierarchy
Buy the
Right Car
135
My Preferences (My Judgements)
• Body style is more important than Price.
– I would pay more for the Body Style I want
• Price is more important than MPG.
– I would not pay extra for more MPG
• Interior Quality is more important than Price.
– I would pay more for better Interior Quality
• Engine Size is more important than Price.
• Body Style is more important than MPG.
• Etc. (see next )
136
Pair-wise Comparison of Criteria
137
Matrix Review
139
The Decision Candidates
The next step is to evaluate all three cars on each of the five criteria as
shown in the Hierarchy Chart on 7
140
Evaluate Price for Each Car
X-Treem = $25,000, Yaawhee = $27,000, Zoomer = $29,000
141
Evaluate Body Style for Each Car
X-Treem = Mid-sized, Yaawhee = Wagon, Zoomer = Full-sized
142
Evaluate MPG for Each Car
X-Treem = 19 MPG, Yaawhee = 22 MPG, Zoomer = 17 MPG
143
Evaluate Interior Quality
X-Treem = Standard, Yaawhee = Deluxe, Zoomer = Above Average
144
Evaluate Engine Size
X-Treem = 3.8 liter V-6, Yaawhee = 2.8 liter 4 Cyl, Zoomer = 5.0 liter V-8
145
Compute the Final Result
146
What Happened??
• This is not the result I expected from my original preferences!
– I would not buy a 4-cylinder sport wagon. Should I have given Engine Size a
wider separation in importance?
• I forgot to consider consistency.
– If A is bigger than B, and B is bigger than C, then A must be bigger than C.
– Perfect consistency would be if A is 2 times bigger than B, and B is 3 times
bigger than C, then A must be 6 times bigger than C.
– Or if Body Style is 4 times more important than Price, and Price is 3 times
more important than MPG, then Body Style must be 12 times more
important than MPG.
• Determining the Consistency Index and the Consistency Ratio should have been
done on the initial “pair-wise” comparisons. This was the very first matrix that
defined the relative priorities of the criteria ( 11).
147
Consistency Index and Consistency Ratio
• There are at least 2 methods to evaluate the weights for errors in judgment:
logarithmic least squares, and Saaty’s eigenvector method. Additionally there are
several techniques available to estimate Saaty’s eigenvector method.
• Important terms needed to understand Saaty’s method:
– Lambda max. = the maximum eigenvalue (Perron root) of the matrix = Lmax =
λmax
– C.I. = Consistency Index = (λmax – n) / (n – 1)
– R.I. = Random Index. For each matrix of size n, Saaty’s team generated
random matrices and computed their mean C.I. value and called it the
Random Index. These values are shown in the next .
– C.R. = Consistency Ratio = (C.I.) / (R.I.). A value less than or equal to 0.1 is
acceptable. Larger values require the decision maker to reduce the
inconsistencies by revising judgments.
148
Random Index
149
Step by Step on Original Matrix
• Add a new column (5th Root) and compute the 5th root of the product of the values
in each row.
• Sum this 5th Root column.
• Add another column (Priority Vector) and divide each value from Step 1 by the sum
in Step 2.
• Add a new row (Priority Row) under Column Sum row and multiply the Column
Sum vector by the Priority Vector.
• Lambda Max = the sum of the values computed in Step 4.
• C.I. = (Lambda Max – 5) / (4)
• C.R. = (C.I.) / (R.I.) = Step 6 divided by 1.12 from the Random Index Table for n = 5
150
Determine My Consistency
Back to my original “pair-wise” comparisons
151
Reconsider My Judgments
Engine Size is slightly more important to me than Interior Quality, not vice versa. This
was a mistake on my initial judgment matrix. After making this change my Consistency
Ratio moved from 0.383 to 0.145. Saaty states if this value is more than 10%, the
judgments may be somewhat random and should perhaps be revised.
Engine Size is strongly more important than MPG. I really just changed my mind here to
be more consistent. My Consistency Ratio then became 0.108.
152
Convert Revised Judgments to Matrix
Convert the pair-wise comparisons to a matrix. Shaded items are changes
from the original.
153
Re- Determine My Consistency
154
Re-Compute Using New Criteria Weights
Note the average scores comparing the criteria against each car remain
unchanged. Only the Criteria Weights have changed.
The winner is the X-Treem, the Mid-sized V-6. This is the result I really
expected.
155
Summary
1. Define the problem and specify the solution desired.
• Lay out the elements of a problem as a hierarchy.
• Structure the hierarchy from the top levels to the level at which
decisions to solve the problem is possible.
2. Do paired comparisons among the elements of a level as
required by the criteria of the next higher level.
• Give a judgment that indicates the dominance as a whole number.
• Enter that number and its reciprocal in the appropriate position in the
matrix.
• An element on the left is examined regarding its dominance over an
element at the top of the matrix.
3. These comparisons produce priorities and finally, through
synthesis, to overall priorities.
• Check for consistency.
4. Repeat steps 2 and 3 for all levels in the hierarchy.
156
DECISION MAKING TIPS &
COMMUNICATING YOUR
DECISIONS
Brav Deva Bernadhi
bravdevabernadhi@gmail.com
Group Decision Making
Kelebihan Kekurangan
Berbagi pengalaman dan Butuh waktu lebih banyak
keahlian dari beberapa individu Ada dominasi minoritas
Lebih banyak data, informasi, Ada kecenderungan kompromi
dan pengetahuan yang Ada kecenderungan anggota
terakumulasi grup lebih terkonsentrasi pada
Masalah dipandang dari kepentingan individual dari
berbagai sektor tujuan kelompok
Lebih banyak anggota yang Tidak terhindar dari tekanan
dapat memperoleh kepuasan sosial
Lebih banyak dapat diterima Ada kecenderungan lebih
dan sepakat dengan keputusan sebagai kelompok pemikir
yang diambil (bukan pengambil keputusan)
Haste - not to be confused with speed. A decision is made before the facts
are available or without taking the facts into account. Decide in haste -
regret at leisure.
Narrow perspective - often results in addressing the wrong issue because
the real issue has been pre-judged or confined within a framework of
analysis that is inappropriate.
Over-confidence - either in the decision itself or, more commonly, in the
understanding of the issue and facts.
Rules-of-thumb - relying on rough frameworks or shortcuts for important
decisions instead of carrying out adequate analysis.
Filtering - screening out unpleasant findings or those that do not support
pre-conceived notions or the decision you want to make.
Juggling - lack of analytical framework and, therefore, trying to manage
many variables or pieces of information in your head.
Thank You
Singgih Saptadi – singgihs@gmail.com
Brav Deva Bernadhi - bravdevabernadhi@gmail.com