Anda di halaman 1dari 24

PERAN KETAMINE SEBAGAI

ANALGETIK PADA DEWASA DAN


ANAK-ANAK

Oleh :
Ayu Azlina
Ghenta Ajuskri Pratama
Tiffany Adelina

Preseptor : dr. Rudi permady , Sp.An


ABSTRAK
Ketamine:
 agen N - metil - D - aspartat ( NMDA ) reseptor
blocker
 anestesi disosiatif

 efek samping stimulasi saraf

 analgesik kuat dosis intravena subanesthetic

 obat penenang

 sifat anti - toleransi , anti - hiperalgesia dan anti –


allodynia  komponen utama resistensi opioid dan
nyeri patologis
 dosis rendah  ketamine tidak memiliki efek samping
dysphoric yang besar dan juga memiliki efek
menguntungkan dengan mengurangi kejadian mual dan
muntah yang diinduksi opioid.
 Oleh karena itu , ketamin dapat menjadi terapi
tambahan yang berguna untuk mengontrol rasa sakit
setelah operasi
 Studi tambahan diperlukan untukmenentukan : peran
ketamine pada periode pasca operasi segera setelah
intervensi bedah yang dikenal menghasilkan rasa sakit
yang hebat dan dalam pencegahan dan pengobatan
nyeri kronis.
Pendahuluan
 Ada sekitar 25 juta pasien yang mendapatkan prosedur
bedah setiap tahunnya di Amerika Serikat.
 Perhatian dan tantangan utama untuk pasien dan
dokter adalah perawatan nyeri yang memadai
sebelum tindakan operasi.
 lebih dari 80 % dari pasien melaporkan kontrol nyeri
yang tidak memadai mengakibatkan nyeri pasca
operasi, masa rawatan di rumah sakit yang semakin
lama , dan gangguanrehabilitasi.
 Tindakan berlebihan dapat mengakibatkan efek
samping terkait dengan penggunaan analgetik yang
berlebihan termasuk peningkatan morbiditas dan
mortalitas ,
Farmakologi
 Ketamine  sifatnya yang menghasilkan analgetik,
amnesia, pingsan, dan akinesia yang bergantung
pada dosis nya.
 Dosis diberikan dalam bolus tunggal.
 Ketamine adalah antagonis nonkompetitif pada N
– metil D - aspartat ( NMDA ) reseptor dengan sifat
analgesik dan antihyperalgesic
 Blokade oleh ketamin pada reseptor NMDA
bergantung pada dosis dan pemulihan dari blokade
ditingkatkan dengan menggunakan NMDA agonis.
 Blokade NMDA terjadi melalui 2 mekanisme yang

berbeda.
Pertama, melalui pemblokiran saluran yang terbuka,
kemudian mengurangi rata-rata waktu pembukaan
saluran.
Kedua, melalui pengikatan ketamine dengan reseptor
tertutup, terjadilah pengurangan frekuensi
pembukaan saluran melalui mekanisme allosteric.
 Ketamine pada konsentrasi rendah menyebabkan
blokade pada saluran tertutup, sementara itu pada
 konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
blokade pada saluran terbuka dan tertutup
sekaligus.
 Perbedaan pada mekanisme blokade reseptor ini
berhubungan klinis dengan konsentrasi ketamine 
Pada konsentrasi rendah, sifat analgetik lah yang
jelas, sementara pada konsentrasi yang tinggi, sifat
anestetik lah yang jelas
Rute pemberian dan dosis ketamin
Ketamine dapat diberikan melalui rute yang berbeda, yaitu:
 oral ( PO ) ,

 subkutan ( SC ) ,

 SC infus kontinu ,

 per rektum ,

 intramuskular ( IM ) ,

 intravena ( IV ) dan

 transdermal .

 Larutan dan bubuk intranasal juga telah digunakan .

 Rute yang paling umum digunakan pasca operasi adalah


rute IV .
Perbedaan dosis berdasarkan pada
rute pemberian obat
 Dosis awal pemberian oral (PO) adalah 10-25 mg
q8h  Dosis dapat ditingkatkan menjadi 0,5-1
mg/kg q8h. Dosis maksimum yang dilaporkan
adalah 200 mg q 6 h.
 Untuk pemberian transdermal, gunakan 5-15%
pada Pluronic Lecithin Organogel; ini biasa di
kombinasi dengan ketoprofen 10% dan lidocaine
5%.
 Dosis SC adalah 10-25 mg (0,2 – 0,5 mg/kg) di
berikan secara intermiten seperlunya.
 Dosis analgetik tunggal ketamine berkisar dari 0,2
sampai 0,5 mg/kg IV dan 0,5-1,0 mg/kg IM
diberikan dalam 1-2 menit. Dosis yang lebih besar
dapat menyebabkan depresi nafas.[7]
 Infus IV kontinu bisanya berawal dengan dosis 0,1-
0,2 mg/kg/h. Dosis rendah dari antisialogogue
dibutuhkan untuk mencegah hipersalivasi.[15]
 Pada dosis yang lebih tinggi, keadaan dissosiasi
dapat tercetus karena tidak adanya hubungan
antara thalamoneocortical dan sistem limbik. [16]
Ketamin untuk terapi nyeri akut dan
kronik
 Penelitian correl dkk  melakukan review
retrospektif pada 33 pasien dengan sindrom nyeri
regional kronik yang dalam pengobatan
subanestetik ketamin infus.
 Studi ini memperihatkan beberapa bukti bahwa
dosis rendah ketamin infus mungkin aman dan
merupakan tatalaksana yang tepat bagi pasien
terseleksi dengan intoleransi sindrom nyeri regional
kronik.
 studi retrospektif oleh Bell dkk  keefektifan dan
toleransi dari ketamin untuk kontrol nyeri akut
perioperatif.
 Pengujian dari 37 percobaan menunjukan bahwa 27
dari 37 percobaan mengalami penurunan penurunan
intensitas nyeri atau peersyaratan pada tatalaksana
nyeri atau keduanya pada perioperatif.
 Analisis kuantitatif memperlihatkan bahwa ketamin
pada 24 jam pertama setelah pembedahan
mengurangi kebutuhan morfin dan menurunkan insiden
dari mual dan muntah post operasi.
Penggunaan ketamin terbaru
 Penggunaan ketamin, sebuah derivat penciclidin telah
diketahui sebagai analgetik yang potensial semenjak
awal tahun 1960.
 Pengobatan ketamin awalnya berfokus pada sifat
ketamin sebagai anestetik dan perannya sebagai
agen penginduksi.
 Efek analgetiknya dulu diabaikan sampai diluncurkan
kepasaran di tahun 1970 di saat mendapat
persetujuan dari FDA.
 Penelitian lebih lanjut menyarankan peran positif
dari ketamin untuk analgetik postoperatif, diberikan
tersendiri atau bersamaan dengan analgetik lain
untuk meringankan nyeri secara adekuat sambil
mempertahankan hemodinamik.
 Telah berhasil diterapkan pada nyeri nosiseptif
maupun neurogenik.
 Namun demikian ketamin dikenal meningkatkan
tekanan intrakranial, namun dapat ditoleransi
selama prosedur neurosurgikal dan pasien tidak
mengalami kerusakan neurologi karena
pembedahan kardiovaskular.
 Ketamine menawarkan sedasi dan analgetik yang
lebih baik dengen efek respirasi yang lebih sedikit
jika dibandingkan dengan midazolam ataupun
fentanil.
 Ditambah lagi ketamin memiliki efek anxiolitik
selama memelihara kestabilan kardiovaskuar.
 Oleh karena itu penelitian terbaru menyarankan
penggunaanya pada tatalaksana nyeri kronik,
depresi, dan sebagai analgetik pada kasus luka
bakar dan subpopulasi yang kompleks dan
menantang lainnya.
 Ketamin menghambat nitrit oksida, m opiod dan
MDMA reseptor  Sifat ketamin inilah yang
mendukung perannya dalam tatalaksana nyeri
kronik.
Ketamin sebagai Analgetik
 Analgetik pada umumnya memperbaiki skor nyeri dan
menurunkan komplikasi analgetik selain itu mempercepat
masa rehabilitasi dan mobilisasi.
 Meskipun laporan baru baru ini mengenai efek disosiasi
ketamin yang tidak diinginkan, namun banyak laopran
terbaru yang membuktikan bahwa ketamin memberikan
banyak keuntungan saat prosedur pembedahan.
 Penambahan ketamin sebagai adjuvan terhadap opioid
dalam menatalaksana nyeri postoperatif dengan
efisiennnya sebagai analgetik post operasi.
 Oleh karena itu ketamin atau berkombinasi dengan opioid
bisa menurunkan pemakaian opioid dan memanjangkan
efek analgetiknya.
Ketamine Epidural
 Sebuah studi pada 100 pasien oleh Sethi et al.
mempelajari peran ketamin melalui rute epidural untuk
analgesia pascaoperasi bila dikombinasikan dengan
bupivacainedan morfin dalam menjalani operasi perut
besar atas.
 Namun, ada kekhawatiran untuk terjadi neurotoksisitas
pada hewan dan laporan myelopathy tulang belakang
setelah injeksi intratekal ketamin dosis besar
 Ketamin bebas pengawet dalam konsentrasi 0,2 mg /
ml digunakan dalam penelitian mereka untuk
menghindari kemungkinan neurotoksisitas karena
ketamin epidural.
 Subramaniam et al. mempelajari penggunaan
ketamin melaluirute epidural dalam 46 status fisik
ASA I dan II pasien yang menjalani prosedur
abdominal atas mayor operasi abdominal atas
 Mereka menemukan bahwa pada pasien yang
menjalani operasi abdominal mayor epidural ada
peningkatan analgesia tanpa peningkatan efek
samping selama administrasi ketamin epidural
encer pada dosis 1 mg/kg dengan morfin50
ug/kg.
Kelemahan Ketamine
 Penggunaan ketamin nonmedis mulai menyebar setelah
sifat anestesidan psikostimulatornya diakui
 Penggunaan ketamin sebagai "club drug" naik dalam
popularitas selama1990-an  Ketamine juga dikenal
dengan nama jalan "K khusus", "Vitamin K" dan "LA
coke" dan digunakan untuk rekresi oleh generasi muda
tradisional untuk menghasilkan perubahan kesadaran,
delirium , danpersepsi waktu yang melambat.
 Obat ini murah dan mudah didapat dan dapat dihisap
melalui hidung dalam bentuk bubuk, dihisap ketika
ditambahkan ke rokok atau diberikan melalui IV atau
SC.
 Namun, ketamine juga sangat adiktif dan beberapa
penelitian telah menunjukkan efek jangka pendek dan jangka
panjang yang mendalam pada tubuh manusia.
 Bahkan penggunaan ketamin sesekali dapat mengganggu
memori kerja, episodik, dan semantik
 Perubahan dalam otak yang terdeteksi oleh Magnetic
resonance imaging dipelajari pada 21 pecandu ketamin untuk
mencatat berbagai daerah di otak manusia yang rentan
terhadap cedera ketamin kronis.
 Usia subyek yang terlibat berkisar antara 19 dan 48 tahun
dan mereka dengan riwaya ttumor otak atau penyakit
neurologis diekslusi daristudi.
 Subyek telah menggunakan ketamin dosis 0,2-3 g / hari
selama durasi 0,5-12 tahun.
 Atrofi tampak jelas pada lobus frontal, parietal,
korteks oksipital, lobus prefrontal,batang otak dan
corpus striatum pecandu dengan tingkat keparahanlesi
tergantung pada durasi kecanduan.
 Hal ini terutama mengkhawatirkan karena pengguna
dan penyalahguna ketamin cenderungremaja atau
dewasa muda.
 Dalam hal ini, ketaminedapat melewati plasenta ke
dalam sirkulasi janin, menyebabkan atrofiotak janin
 Kelemahan lain dari ketamine adalah efek merusaknya
pada kandung kemih dan sistem ginjal,
menyebabkanperdarahan dan inkontinensia.
Kesimpulan
 ketamine merupakan suatu analgesik kuat yang bekerja
dalam subanestetik tanpa adverse effects neuropsikiatri
mayor.
 Ketamin menurunkan intensitas nyeri selama periode
postoperatif, dan telah terlihat secara klinis dapat
menurunan penggunaan opioid, menurunkan efek samping
opioid dan meningkatkan waktu penyelamatan analgesik,
 semua ini merupakan hal menarik yang menyarankan peran
ketamine sebagai adjuvant yang berguna pada
pengobatan nyeri postoperatif.
 penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah
ketamine perioperatif berguna untuk pengobatan nyeri
setelah operasi yang diketahui menghasilkan nyeri berat
dan dalam pencegahan dan pengobatan nyeri kronik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai