Anda di halaman 1dari 29

KETAMINE

Sri Gusfita

FK Trisakti
Ketamine

Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin,


merupakan rapid acting non barbiturat agent anesthetic yang
popular disebut sebagai Ketalar
Ketamin hidroklorid adalah molekul yang larut dalam air,
dengan berat molekul 238 dan pKa 7,5
kelarutannya dalam lemak sepuluh kali dibanding tiopenton,
sehingga dengan cepat didistribusi ke organ yang banyak
vaskularisasinya
Struktur Kimia

Keberadaan atom karbon asimetris


menghasilkan dua isomer optik
dari ketamin

S(+)-ketamine menghasilkan :
o Analgesia yang lebih kuat
o Metabolisme yang lebih cepat
o Sekresi salivasi lebih kurang
o Kejadian emergence reaction
atau mimpi buruk/halusinasi lebih
rendah
Farmakokinetik

ketamin menyerupai tiopental yaitu onset yang cepat, durasi yang relatif
singkat, dan kelarutan dalam lemak yang tinggi

mempunyai berat molekul yang kecil dan pKa yang mendekati pH


fisiologi cepat melewati sawar darah otak dan mempunyai onset 30
detik setelah pemberian intravena

Konsentrasi plasma puncak dari ketamin terjadi dalam 1 menit setelah


pemberian intravena dan bertahan selama 5-10 menit, dan 5 menit
setelah injeksi intramuskular, bertahan 12-25 menit
Farmakodinamik

1. Sistem Saraf Pusat


o ketamin bekerja di sistem proyeksi talamoneokortikal. Secara selektif
menekan fungsi saraf di korteks (khususnya area asosiasi) dan talamus
ketika secara terus menerus merangsang bagian dari sistem limbik,
termasuk hipokampus
o Ketamin juga dianggap menduduki reseptor opioid di otak dan spinal cord,
yang menyebabkan ketamin memiliki sifat analgetik.
o Ketamin menyebabkan reaksi psikis yang tidak disukai yang terjadi pada
saat bangun yang disebut emergence reaction. Manifestasi dari reaksi ini
yang bervariasi tingkat keparahannya adalah berupa mimpi buruk,
perasaan melayang, ataupun ilusi yang tampak dalam bentuk histeria,
bingung, euphoria dan rasa takut.
o Ada pendapat yang menyatakan bahwa emergence reaction ini disebabkan
depresi pada nukleus yang merelai sistem pendengaran dan penglihatan
sehingga terjadi mispersepsi dan misinterpretasi.
Farmakodinamik

2. Sistem Pernapasan
o Efek ketamin terhadap bronkus adalah relaksasi otot polos bronkus.
Ketika diberikan pada pasien dengan masalah pada jalan nafas dan
bronkospasme, komplians paru dapat ditingkatkan

3. Sistem Kardiovaskular
o Ketamin menstimulasi sistem kardiovaskuler menyebabkan
peningkatan tekanan darah, curah jantung, laju jantung, resistensi
pembuluh darah sistemik, tekanan arteri pulmonalis, dan resistensi
pembuluh darah pulmonal. Hal ini diakibatkan oleh karena
peningkatan kerja dan kebutuhan oksigen otot jantung.
Interaksi Obat

Kombinasi teofilin dengan ketamin Diazepam mengurangi efek


dapat mempredisposisi pasien stimulasi terhadap
terhadap kejang. kardiovaskular dan
memperpanjang waktu paruh
eliminasinya, sehingga waktu
Ketamin menyebabkan depresi otot pulih sadar ketamin menjadi
jantung ketika diberikan tertunda.
bersamaan dengan halotan.
Halotan memperlambat distribusi
dan menghambat metabolisme N2O mengurangi dosis ketamin
hepatik ketamin, sehingga dan memperpendek waktu pulih
memperpanjang efek ketamin sadar ketamin.
terhadap susunan saraf pusat
induksi

Dosis dan
Cara
pemberian
Pemeliharaan

Dosis dan
Cara
pemberian
Susunan saraf pusat

Ketamin dapat meningkatkan aliran darah cerebral. Ketamin juga menyebabkan efek
disosisainya menimbulkan halusinasi, mimpi buruk dan kadang-kadang terjadi gaduh
gelisah yang disebut Emergence Delirium (Psychelic Effects).
Pada respirasi, sering timbul spasme laring akibat rangsangan pada jalan nafas atas.
Pada kardiovaskuler, terjadi hipertensi dan takikardi.
Ada endokrin, terjadi peningkatan kadar gula darah.
Pada otot rangka terjadi rigiditas
Meningkatkan konsumsi oksigen jaringan.
Meningkatkan jumlah perdarahan pada luka operasi karena ketamin menghambat
agregasi dari tombosit
Efek Samping

Susunan saraf pusat Pada kardiovaskuler, terjadi


Ketamin dapat meningkatkan aliran hipertensi dan takikardi.
darah cerebral. Ketamin juga
menyebabkan efek disosisainya
Pada endokrin, terjadi
menimbulkan halusinasi, mimpi
buruk dan kadang-kadang terjadi peningkatan kadar gula darah.
gaduh gelisah yang disebut Pada otot rangka terjadi
Emergence Delirium (Psychelic rigiditas
Effects). Meningkatkan konsumsi
oksigen jaringan.
Pada respirasi, sering timbul Meningkatkan jumlah
spasme laring akibat rangsangan perdarahan pada luka operasi
pada jalan nafas atas. karena ketamin menghambat
agregasi dari tombosit
Kontra Indikasi

Tekanan intracranial meningkat, misalnya pada trauma kepala,


tumor otak dan operasi-operasi intracranial.

Tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma


dan pada operasi intra okuler

Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitive terhadap


obat-obat simpatomimetik, seperti hipertensi, tirotoksikosis, diabetes
mellitus danpenyakit jantung koroner
Peran Ketamine
sebagai Analgetik
ABSTRAK
Ketamine:
agen N - metil - D - aspartat ( NMDA ) reseptor blocker
anestesi disosiatif
efek samping stimulasi saraf
analgesik kuat dosis intravena subanesthetic
obat penenang
sifat anti - toleransi , anti - hiperalgesia dan anti allodynia
komponen utama resistensi opioid dan nyeri patologis
Pendahuluan
Ada sekitar 25 juta pasien yang mendapatkan prosedur
bedah setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Perhatian dan tantangan utama untuk pasien dan dokter
adalah perawatan nyeri yang memadai sebelum
tindakan operasi.
lebih dari 80 % dari pasien melaporkan kontrol nyeri yang
tidak memadai mengakibatkan nyeri pasca operasi, masa
rawatan di rumah sakit yang semakin lama , dan
gangguanrehabilitasi.
Tindakan berlebihan dapat mengakibatkan efek samping
terkait dengan penggunaan analgetik yang berlebihan
termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas ,
Farmakologi
Ketamine sifatnya yang menghasilkan analgetik,
amnesia, pingsan, dan akinesia yang bergantung pada
dosis nya.
Dosis diberikan dalam bolus tunggal.
Ketamine adalah antagonis nonkompetitif pada N metil D
- aspartat ( NMDA ) reseptor dengan sifat analgesik dan
antihyperalgesic
Ketamine pada konsentrasi rendah menyebabkan blokade
pada saluran tertutup, sementara itu pada
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan blokade pada
saluran terbuka dan tertutup sekaligus.
Perbedaan pada mekanisme blokade reseptor ini
berhubungan klinis dengan konsentrasi ketamine Pada
konsentrasi rendah, sifat analgetik lah yang jelas,
sementara pada konsentrasi yang tinggi, sifat anestetik lah
yang jelas
Rute pemberian dan dosis
ketamin
Ketamine dapat diberikan melalui rute yang berbeda, yaitu:
oral ( PO ) ,
subkutan ( SC ) ,
SC infus kontinu ,
per rektum ,
intramuskular ( IM ) ,
intravena ( IV ) dan
transdermal .
Larutan dan bubuk intranasal juga telah digunakan .
Rute yang paling umum digunakan pasca operasi adalah
rute IV .
Ketamin untuk terapi nyeri
akut dan kronik
Penelitian correl dkk melakukan review retrospektif pada
33 pasien dengan sindrom nyeri regional kronik yang
dalam pengobatan subanestetik ketamin infus.
Studi ini memperihatkan beberapa bukti bahwa dosis
rendah ketamin infus mungkin aman dan merupakan
tatalaksana yang tepat bagi pasien terseleksi dengan
intoleransi sindrom nyeri regional kronik.
studi retrospektif oleh Bell dkk keefektifan dan toleransi
dari ketamin untuk kontrol nyeri akut perioperatif.
Pengujian dari 37 percobaan menunjukan bahwa 27 dari 37
percobaan mengalami penurunan penurunan intensitas
nyeri atau peersyaratan pada tatalaksana nyeri atau
keduanya pada perioperatif.
Analisis kuantitatif memperlihatkan bahwa ketamin pada
24 jam pertama setelah pembedahan mengurangi
kebutuhan morfin dan menurunkan insiden dari mual dan
muntah post operasi.
Penggunaan ketamin
terbaru
Penggunaan ketamin, sebuah derivat penciclidin telah
diketahui sebagai analgetik yang potensial semenjak awal
tahun 1960.
Pengobatan ketamin awalnya berfokus pada sifat ketamin
sebagai anestetik dan perannya sebagai agen penginduksi.
Efek analgetiknya dulu diabaikan sampai diluncurkan
kepasaran di tahun 1970 di saat mendapat persetujuan dari
FDA.
Penelitian lebih lanjut menyarankan peran positif dari
ketamin untuk analgetik postoperatif, diberikan tersendiri
atau bersamaan dengan analgetik lain untuk meringankan
nyeri secara adekuat sambil mempertahankan
hemodinamik.
Telah berhasil diterapkan pada nyeri nosiseptif maupun
neurogenik.
Namun demikian ketamin dikenal meningkatkan tekanan
intrakranial, namun dapat ditoleransi selama prosedur
neurosurgikal dan pasien tidak mengalami kerusakan
neurologi karena pembedahan kardiovaskular.
Ketamine menawarkan sedasi dan analgetik yang lebih
baik dengen efek respirasi yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan midazolam ataupun fentanil.
Ditambah lagi ketamin memiliki efek anxiolitik selama
memelihara kestabilan kardiovaskuar.
Oleh karena itu penelitian terbaru menyarankan
penggunaanya pada tatalaksana nyeri kronik, depresi, dan
sebagai analgetik pada kasus luka bakar dan subpopulasi
yang kompleks dan menantang lainnya.
Ketamin menghambat nitrit oksida, m opiod dan MDMA
reseptor Sifat ketamin inilah yang mendukung perannya
dalam tatalaksana nyeri kronik.
Kelemahan Ketamine
Penggunaan ketamin nonmedis mulai menyebar setelah
sifat anestesidan psikostimulatornya diakui
Penggunaan ketamin sebagai "club drug" naik dalam
popularitas selama1990-an Ketamine juga dikenal
dengan nama jalan "K khusus", "Vitamin K" dan "LA coke"
dan digunakan untuk rekresi oleh generasi muda
tradisional untuk menghasilkan perubahan kesadaran,
delirium , danpersepsi waktu yang melambat.
Obat ini murah dan mudah didapat dan dapat dihisap
melalui hidung dalam bentuk bubuk, dihisap ketika
ditambahkan ke rokok atau diberikan melalui IV atau SC.
Namun, ketamine juga sangat adiktif dan beberapa penelitian
telah menunjukkan efek jangka pendek dan jangka panjang yang
mendalam pada tubuh manusia.
Bahkan penggunaan ketamin sesekali dapat mengganggu
memori kerja, episodik, dan semantik
Perubahan dalam otak yang terdeteksi oleh Magnetic resonance
imaging dipelajari pada 21 pecandu ketamin untuk mencatat
berbagai daerah di otak manusia yang rentan terhadap cedera
ketamin kronis.
Usia subyek yang terlibat berkisar antara 19 dan 48 tahun dan
mereka dengan riwaya ttumor otak atau penyakit neurologis
diekslusi daristudi.
Subyek telah menggunakan ketamin dosis 0,2-3 g / hari selama
durasi 0,5-12 tahun.
Kesimpulan
ketamine merupakan suatu analgesik kuat yang bekerja dalam
subanestetik tanpa adverse effects neuropsikiatri mayor.
Ketamin menurunkan intensitas nyeri selama periode
postoperatif, dan telah terlihat secara klinis dapat menurunan
penggunaan opioid, menurunkan efek samping opioid dan
meningkatkan waktu penyelamatan analgesik,
semua ini merupakan hal menarik yang menyarankan peran
ketamine sebagai adjuvant yang berguna pada pengobatan
nyeri postoperatif.
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah
ketamine perioperatif berguna untuk pengobatan nyeri
setelah operasi yang diketahui menghasilkan nyeri berat dan
dalam pencegahan dan pengobatan nyeri kronik.

Anda mungkin juga menyukai