Anda di halaman 1dari 47

FRAKTUR TERTUTUP DAN

FRAKTUR TERBUKA SERTA


PENATALAKSANAANYA

Ami Citraning Ayu

Pembimbing : dr. H. Risa Indrawan, Sp.OT


Definisi Fraktur
Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh :
 Cedera / injury
 Stres yang berulang
 Lemahnya tulang yang abnormal
Tipe Fraktur
Tipe fraktur terbagi menjadi 2 :
 Complete frakture
 Incomplete fraktur
Complete Fraktur
Tulang terbagi menjadi dua atau lebih
fragmen. Complete fraktur terdiri dari :
 Transversa
 Segmental
 Spiral
Incomplete Fraktur
Terputusnya tulang tidak lengkap dan
sebagian masih tetap dalam kontinuitas.
Contohnya adalah greenstick fracture
Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan hubungan tulang dengan
jaringan disekitar Fraktur dapat dibagi
menjadi :
 Fraktur tertutup (closed),bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
 Fraktur terbuka (open/compound), bila
terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengandunia luar karena adanya perlukaan
di kulit.
Fraktur Tertutup
Klasifikasikan fraktur menurut Tscherne (1984)
 Grade 0 : fraktur ringan tanpa kerusakan
jaringan lunak
 Grade 1 : fraktur dengan abrasi superfisial
atau memar pada kulit dan jaringan subkutan
 Grade 2 : fraktur yang lebih berat dengan
kontusio di jaringan lunak bagian dalam dan
terdapat pembengkakan
 Grade 3 : fraktur tertutup terberat dengan
ancaman terdapat sindrom kompartemen.
 Fraktur terbuka
 Klasifikasi (Gustilo, Merkow, Templeman,
1990):
 Tipe I : luka kecil, luka tusuk bersih pada
tempat tulang menonjol keluar. Terdapat
sedikit kerusakan pada jaringan lunak, tanpa
penghancuran dan fraktur tidak kominutif.
 Tipe II : luka lebih dari 1 cm, tetapi tidak ada
penutup kulit. Tidak banyak terdapat
kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih
kehancuran atau kominusi faraktur tingkat
sedang.
 Tipe III : Terdapat kerusakan yang luas
pada kulit, jaringan lunak dan struktur
neurovascular, disertai kontaminasi luka.
 Tipe IIIA : tulang yang fraktur tertutup
jaringan lunak
 Tipe IIIB : terdapat pelepasan periosteum,
selain fraktur kominutif berat
 Tipe IIIC : Terdapat cedera arteri yang
perlu diperbaiki, tidak pedul berapa
banyak kerusakan jaringan lunak lain
Gejala Klinis
Menurut Blach (1989) manifestasi klinik
fraktur :
1. Nyeri continue
2. Gangguan fungsi setelah fraktur
3. Deformitas
4. Pemendekan tulang
5. Krepitasi
6. Bengkak
Diagnosa
 Look
 Bengkak
 Memar
 Deformitas
 Adanya kerusakan kulit (fraktur terbuka)
 Perhatikan bagian distal dari cedera apakah ada
perubahan warna pada kulit (sebagai tanda adanya
kerusakan saraf dan pembuluh darah)
Feel
 Adanya nyeri saat di raba atau ditekan
 Saat dipalpasi bagian yang cedera akan
melemah
 Bagian yang cedera teraba lebih hangat
atau dingin dari sekitarnya
 Perhatikan bagian distal yang cedera
apakah masih dapat dipalpasi dan
bagaimana suhunya
Move
 Krepitasi
 Pergerakan abnormal pad bagian yang
cedera
 Perhatikan bagian distal yang cedera
apakah masih bisa digerakan secara aktif
atau terbatas
Pemeriksaan Penunjang
Lakukan pemeriksaan foto X-ray dengan
metode “rule of two” :
1. Two views
2. Two joints
3. Two limbs
4. Two injuries
5. Two occasions
Penatalaksanaan Fraktur tertutup
Secara umum, komponen tatalaksana
untuk fraktur tertutup meliputi :
 Reduce / reduksi
 Hold / mempertahankan
 Exercise / latihan
REDUCE
Reduksi terdiri dari 2 metode :
 Closed reduction
 Open reduction
Closed Reduction
Tiga tahap manuver yaitu :
 bagian distal ditarik ke garis tulang,
 sementara fragmen terlepas, fragmen
tersebut direposisi (dengan membalikkan
arah kekuatan asal kalau ini dapat
diperkirakan)
 penjajaran disesuaikan di setiap bidang.
Open Reduction
Reduksi terbuka pada fraktur dilakukan atas
indikasi :
 Bila reduksi tertutup gagal, baik karena
kesukaran mengendalikan fragmen atau
karena terdapat jaringan lunak di antara
fragmen-fragmen itu
 Bila terdapat fragmen artikular yang cukup
besar yang perlu ditempatkan secara tepat.
 Bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya
terpisah
Hold Reduction
Metode untuk mempertahankan reduksi :
1) Continuous traction
2) Cast splintage
3) Fungsional bracing
4) Fiksasi Internal
5) Fiksasi Eksternal
 Continuous traction
Traction by grafity

Skin traction
 Traksi Bucks (digunakan pada fraktur
femur, pelvis, dan lutut)
 Traksi Bryants (untuk dislokasi sendi
panggul pada anak)
 Traksi Russells (untuk fraktur femur)
Fixed traction

Balanced traction
Komplikasi traksi :
 Dapat menghambat sirkulasi darah
terutama pada anak
 Pada orang dewasa dapat menyebabkan
cedera saraf peroneus communis yang
menyebabkan drop-foot.
 Sindroma kompartmen yang terjadi akibat
traksi berlebihan melalui pen kalkaneus.
Cast splintage
Penggunaan gips (plaster of paris)
sebagai bebat imobilisasi yang cukup
mudah dan murah untuk dilakukan,
dimana pasien juga dapat pulang lebih
cepat.
Teknik Pemasangan gips
Komplikasi pemakaian gips
 Cetakan gips yang kuat
Nyeri dan ekstremitas biasanya membengkak.
Tungkai harus ditinggikan untuk mengurangi
keluhan. Jika nyeri masih ada, maka gips harus
dilepas
 Luka akibat tekanan
Nyeri lokal diatas tempat tekanan.
 Abrasi kulit
Terjadi bila pelepasan gips tidak dilakukan
dengan benar
Fungsional bracing
Syarat penggunaan alat ini:
 Fraktur dapat dipertahankan dengan baik
 Sendi dapat digerakkan
 Fraktur menyatu dengan kecepatan
normal
 Memastikan metode yang dipakai itu aman
Tehnik pemasangannya :
menstabilkan frakturnya terlebih dahulu
(dalam gips atau traksi), lalu dipasang alat
ini yang dapat menahan fraktur tapi
memungkinkan gerakan sendi, dan selalu
dianjurkan melakukan aktivitas fisik
fungsional termasuk penahanan beban
Fiksasi internal
indikasi :
 Fraktur yang terjadi tidak dapat direduksi
kecuali dengan operasi
 Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan
cenderung akan bergeser setelah direduksi.
 Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan
perlahan, terutama fraktur leher femur
 Fraktur patologis dimana penyakit yang
mendasarinya mencegah penyembuhan
 Fraktur multipel
 Fraktur pada pasien yang sulit
perawatannya (pasien lanjut usia, pasien
paraplegia)
Komplikasi fiksasi internal
 Infeksi
 Non-Union
 Implant-failure
 Refracture
 External fiksasion
indikasi :
 Fraktur disertai kerusakan pembuluh
darah atau saraf
 Fraktur disertai kerusakan jaringan lunak
yang hebat
 Fraktur dengan keadaan sangat kominutif
dan sangat tidak stabil
 Fraktur disertai dengan keadaan infeksi
Menstabilisasi patah tulang sementara sampai
keadaan umum dan soft tissue pasien membaik

Rekonstruksi tungkai menggunakan gangguan osteogenesis


Komplikasi eksternal fiksasi :
 Kerusakan struktur soft tissue
 Overdistraction fragmen sehingga tidak
menyatu
 Infeksi di tempat pen
EXERCISE
Tindakan rehabilitatif guna memperbaiki
pergerakan sendi dan kekuatan otot agar
bisa kembali menjalankan fungsi seperti
sedia kala
Metode
 Mencegah atau mengurangi edema yang
terjadi akibat fraktur.
 Tungkai yang cedera perlu ditinggikan
untuk pengaturan peredaran darah.
 Latihan rehabilitatif ,mencegah terjadinya
adhesi jaringan lunak, dan mempercepat
penyembuhan fraktur.
 Aktivitas fungsional, dimana pasien
diajarkan kembali bagaimana melakukan
kegiatan sehari-hari
Penatalaksanaan fraktur Terbuka
Empat prinsip penanganan fraktur terbuka,
yaitu :
 Antibiotik prophylaxis
 Debridement fraktur dan luka yang gawat
 Stabilisasi fraktur
 Menutup luka sedini mungkin
Antibiotik yang digunakan
Debridment
Debridement bertujuan untuk membuat
luka bebas dari material asing dan jaringan
mati dengan pasokan darah yang baik
Stabilisasi Fraktur
Menstabilkan fraktur untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi dan
membantu pemulihan soft tissue
Tutup perdarahan sedini mungkin
Penutup antibiotik dilanjutkan namun
hanya untuk maksimal 72 jam dalam lebih
parah nilai dari cedera
KOMPLIKASI FRAKTUR
Early komplikasi
Terjadi beberapa hari atau beberapa
minggu pasca trauma.
 Visceral injury
 Vasculary injury
 Nerve injury
 Closed nerve injury
 Open nerve injury
 Acute nerve compression
 Compartment syndrome Tanda klasik
pada kompartment syndrome adalah 5P :
 Pain
 Parasthesia
 Pallor
 Paralysis
 Pulseness
Late complication
 Delayed union
 Non-union
 Malunion
 Avasculer necrosis
 Muscle contracture
 Joint stifness
 Osteoarthritis

Anda mungkin juga menyukai