GENERAL FEATURES
Textbook : Robert B. Salter, MD
BAB 15
Terbagi 6 yaitu;
1. SITE (sisi tulang yang terkena)
2. EXTENT (Penyebaran)
3. CONFIGURATION (bentuk garis fraktur)
4. RELATIONSHIP OF THE FRACTURE FRAGMENTS TO EACH
OTHER (hubungan fraktur fragmen satu sama lain)
5. RELATIONSHIP OF THE FRACTURE TO THE EXTRENAL
ENVIRONTMENT (hubungan fraktur dengan lingkungan luar)
6. Complications (komplikasi)
1. SITE
Sisi/lokasi yang terkena;
• Diafisis,
• Metafisis,
• Epifisis,
• Intra-artikular,
• Fraktur-dislokasi.
2. EXTENT
Penyebaran:
• Complete (mengenai semua korteks
tulang )
• Incomplete (mengenai sebagian
korteks tulang, sehingga masih ada
bagian yang intak) crack/hairline
fracture, buckle, greenstick fracture.
3. CONFIGURATION
(bentuk garis fraktur) Terbagi 3;
• Transverse a) Low Energy ( Transversal, Oblique)
• Oblique b) Moderate Energy ( Spiral, Mild
comminuted)
• Spiral
c) High Energy ( Severe Comminuted,
• Comminuted (bersegmen) Segmental)
4. RELATIONSHIP OF THE FRACTURE FRAGMENTS TO
EACH OTHER (hubungan fraktur fragmen satu sama lain)
• Tidak sakit tapi garis fraktur masih terlihat pada x-ray (clinical union)
4. REMODELLING
1. MAL UNION
Waktu penyembuhan yang diharapkan normal, tetapi dalam posisi yang
tidak memuaskan dengan deformitas tulang sisa.(waktu penyembuhan
sesuai tapi tidak anatomis)
2. DELAYED UNION
Membutuhkan waktu lebih lama dari seharusnya untuk sembuh.
Pembentukan kalus dimulai pada minggu ke-4 setelah fraktur terjadi
3. NON UNION
Fail to heal completely tidak ada tanda penyembuhan dalam waktu lebih
dari 9 bulan dengan dibuktikan pemeriksaan x-ray 3 bulan berturut-turut.
Non union classification (judet muller and
weber)
KOMPLIKASI
1.Komplikasi lokal
a) Gejala sisa dari komplikasi “immediate” yaitu nekrosis jaringan
kulit, gangren, sindroma kompartment, trombosis vena dan
komplikasi kerusakan organ.
b) Komplikasi sendi, melipiuti infeksi (septik arthritis)
c) Komplikasi tulang, infeksi (osteomielitis)
2. Komplikasi jauh
a) Fat embolism
b) Emboli paru
c) Pneumonia
d) Tetanus
e) Delirium
3. Late
Terbagi 2 yaitu:
1. Komplikasi Lokal
2. Komplikasi Jauh
1.Komplikasi lokal • Posttraumatic osteoporosis
a) Kerusakan sendi • Sudeck’s post traumatic painful
• Kekakuan sendi yang persisten osteoporosis
• posttraumatic degenerative c) Kerusakan otot
arthtritis. • Posttraumatic myositis ossificans
b) Kerusakan tulang • Late rupture tendons
• Penyembuhan tulang abnormal d) Kerusakan sistem saraf
(malunion, delayed, nonunion) • Tardy nerve palsy
• Gangguan pertumbuhan
(epiphyseal plate injury)
• Infeksi persisten (osteomyelitis
kronik)
2. Komplikasi jauh
a) Renal calculi
b) Accident neurosis
PRINSIP TATALAKSANA FRAKTUR
Terbagi 6, yaitu;
1. First, Do No Harm
2. Base Treatment on an Accurate Diagnosis and Prognosis
3. Pemilihan treatment dengan tujuan;
4. Cooperate with the “Laws of Nature”
5. Make Treatment Realistic and Practical
6. Select Treatment for your patient as individual
1. First, Do No Harm
Masalah dan komplikasi fraktur dapat berasal dari kerusakan oleh karena fraktur itu sendiri
dan kerusakan yang diakibatkan oleh penatalaksanaan (iatrogenik). Sehingga dalam
penatalaksanaan fraktur perlu diterapkan prinsip first do No harm agar usaha dalam
menatalaksana fraktur tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
Contoh:
1. Kerusakan jaringan baik jaringan lunak maupun tulang oleh karena transportasi pasien yang
buruk
2. Immobilisasi yang terlalu kencang sehingga menyebabkansindroma kompartment
3. Penatalaksanaan ORIF yang tidak hati-hati sehingga menjadi sumber infeksi
2. Base Treatment on an Accurate Diagnosis and Prognosis
Pemilihan
1. Reduksi
2. Imobilisasi
3. Pemilihan treatment dengan tujuan;
1. Menghilangkan nyeri
2. Mempertahankan posisi dari fragmen fraktur
3. Mendukung penyatuan tulang
4. Mengembalikan fungdi optimal dari ekstremitas/anggota tubuh/tulang
belakang yang patah
4. Cooperate with the “Laws of Nature”
Tanyakan:
1. Apa tujuan spesifik dari penatalaksanaan ini?
2. Apakah modalitas tersebut dapat memenuhi tujuan?
3. Apakah tindakan tersebut memang pantas dan cocok untuk pasien?
6. Select Treatment for your patient as individual
Sesuaikan dengan:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Penyakit penyerta
Emergency life support
1.BLS, ATLS
• Airway dan cervical control = atasi obstruksi jalan nafas
• Breathing = airway clear, jika henti nafas resusitasi
• Circulation = penekanan manual pada luka terbuka
• Shock = control perdarahan agar minimal
• Fraktur dan dislokasi= splinting, traksi
• Transportasi = cervical collar
1. Undisplaced
2. Fraktur pada tulang panjang yang memiliki kontak permukaan baik antar
fraktur(sedikit bergeser) dan tanpa tanda deformitas yang signifikan.
Risiko:
Gravitasi yang kuat dapat menyebabkan tarikan otot berlebihan sehingga
perlu evaluasi radiologi
Pengaplikasian cast atau splint yang terlalu ketat dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
1. Skin traction
2. Skeletal traction
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
5. Closed Reduction Followed by Functional Fracture Bracing
Indikasi:
1. Fraktur shaft tibia, 1/3 distal femur,
humerus dan ulna pada orang dewasa.
Risiko:
Relatif aman namun ada kemungkinan
metode ini akan gagal.
Orthoplast splint
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
6. Closed Reduction by Manipulation
Followed by External Skletal Fixation
Indikasi:
1. Fraktur comminuted berat dan tidak
stabil shaft tibia/femur.
2. Fraktur terbuka grade 3 dengan
kerusakan luas pada jaringan lunak.
Risiko:
Infeksi
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
Indikasi:
1. Fraktur yang dapat dilakukan closed reduction namun
tidak dapat dilakukan external immobilization. Contoh
tersering: fraktur neck femur.
Risiko:
Infeksi
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
Indikasi:
1. Fraktur unstable berat
2. Fraktur intraartikular
3. Fraktur pada epiphyseal plate pada anak-anak
Risiko:
Infeksi
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
TERTUTUP
9. Excision of a Fracture
Fragment and replacement by
an Endoprosthesis
Indikasi:
1. Fraktur comminuted radial head
2. Fraktur comminuted berat
Risiko:
Infeksi
Fraktur terbuka – Gustilo anderson
Open fracture grade i
Luas luka :
<1 cm
Kontaminasi :
Bersih
Minimal
Fraktur :
Minimal (Simple)
Open fracture grade ii
Luas luka :
1 – 10 cm
Kontaminasi :
Sedang
Sedang
Fraktur :
Kominutif fraktur
Open fracture grade iii GRADE III
A
Luas luka :
>10 cm
Kontaminasi :
GRADE III
Kotor (Farmyard wound) B
1. Hentikan perdarahan
2. Bersihkan luka (Irigasi NACL dan aquadest)
3. Debridement
4. Tatalaksana Frakturmya
5. Tutup luka, setelah 4-7 hari tutup atau apabila soft tissue adekuat
maka bisa langsung dilakukan tutup luka
6. Terapi medikamentosa, Antibiotik dan analgetik. Tipe I dan II:
Sefalosporin(sefalosporin generasi 1) dan tipe III:
aminoglikosida+sefalosporin generasi1
7. Mencegah tetanus
Recognition and Treatment of Complications, from
Both the Initial Injury and Its Treatment
• Komplikasi Initial dan Early • Pneumonia
• Tetanus
• Lokal • Delirium Tremens
• Kulit (Abrasi (friction burn)
• Vaskuler • Late
• Arteri (kompresi, thrombosis,
divison,spasme)
• Lokal
• Vena (thrombosis) • Late Joint Complications (Joints
stiffness)
• Saraf (cedera otak, spinal cord, nervus
perifer) • Tulang
• Visceral (fraktur rib) • Otot
• Sendi ( Septic Arthtritis) • Saraf (Tardy nelve palsy)
• Tulang (OM) • Remote
• Remote • Renal Calculi
• Fat Embolism Syndrome • Accident Neurosis
• Emboli paru
• Compartment Syndromes
• Peningkatan tekanan edema yang progressive di dalam kompartemen osteofasial
yang kaku dan secara anatomis menganggu sirkulasi otot dan saraf-saraf
intrakompartemen.
• Gambaran klinis
• Pain, Pallor, paretesia, Paralisis, pullessness, puffines.
• Tatalaksana
• Singkirkan semua pembalut/bebat di ektremitas, elevasi tungkai
• Ukur tekanan intrakompartemen (Rorabeck) normal; 0-8 mmHg
• Indikasi fasiotomi : di atas 30-40 mmHg dari tekanan darah diastolik
Tipe-tipe Fraktur Spesial
• Fraktur akibat Tekanan (Stress / Fatigue
Fractures)
• Tekanan yang berulang dapat menyebabkan
retakan sehingga dapat menghambat proses
penyembuhan hipertrofi yang normal; contoh
aktivitas yang menimbulkan tekanan berulang
seperti kegiatan marching band, olahraga
atletik di lapangan, dan penari balet.
• Contohnya adalah fraktur pada peserta
marching band (Digiti metatarsal 2-4), fraktur
1/3 distal fibula pada atlit lari, fraktur 1/3 atas
tibia pada atlit lompat dan ballerina.
• Tatalaksana: Hentikan aktivitas sementara
(total), lalu dapat dilanjutkan kembali.
Fraktur Patologis
Muncul pada tulang yang abnormal (patologis,
lemah, dan lebih mudah terjadi fraktur
dibandingkan tulang normal)
Fraktur dapat terjadi bahkan saat tulang
digunakan pada aktivitas normal atau pada
trauma yang minimal.