Anda di halaman 1dari 9

Remediasi pada Kasus

Tumpahan Minyak
Montara
Sedikit tentang tumpahan minyak
Montara
 Peristiwa tumpahan minyak yang terjadi di ZEE Australia hingga
melewati ZEE Indonesia diawali pada tanggal 21 Agustus 2009
 Terjadi tumpahan minyak dengan estimasi tumpahan 2.000
barel/hari (318.000 liter/hari), yang berdampak pada kebocoran
minyak (light crude oil) dan gas hydrocarbon.
Dampak Tumpahan Minyak
Montara
 penurunan hasil perikanan tangkap
 terganggunya kenyamanan penduduk di pesisir
 terganggunya rumput laut (penurunan produksi dan kematian)
 terganggunya ekosistem (terumbu karang, mangrove, dan padang
lamun) yang merupakan tempat ikan dan biota laut
 terganggunya fungsi fisik mangrove dan terumbu karang yang
mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa lingkungan
 Penilaian kerugian lingkungan perairan dengan teknik EOP
terhadap nilai ekonomi ekologi sumberdaya perikanan, yaitu
dengan menilai kemungkinan kerugian produktivitas lingkungan
perairan akan sumberdaya ikan pelagis dan demersal. Potensi
kerugian nilai ekonomi yang didekati dengan perhitungan net
present value (NPV) sepanjang dua tahun terhitung sebesar Rp
11.443.455.251.939,10.
 Penilaian kerugian lingkungan pantai dengan teknik CVM terhadap
nilai ekonomi ekologi kawasan pantai, yaitu dengan menilai
kemungkinan kerugian atas nilai estetika keberadaan lingkungan
pantai. Potensi kerugian nilai ekonomi yang didekati dengan
perhitungan net present value (NPV) sepanjang satu tahun
mencapai Rp 32.808.043.730,00.
Langkah Remediasi

1. Fisik (skimming, boom)


 Booms digunakan untuk melokalisasi dan mengendalikan
pergerakan minyak.
 Skimmer digunakan untuk mengambil minyak.
 Kekurangan cara ini adalah prosesnya yang memakan waktu yang
lama, pekerja, dan peralatan yang lebih banyak juga.
2. Kimia (dispersant)
 Dispersants adalah kandungan surfaktan digunakan untuk
mendispersi minyak menjadi butiran dalam air.
 Kekurangan cara ini adalah polutan tidak berkurang, hanya
berubah bentuk dan berpindah tempat, serta mekanisme ini tidk
baik digunakan di wilayah yang di dalam lautnya terdapat terumbu
karang karena dapat mengakibatkan kerusakan.
3. Biologi (menggunakan mikroba)
 Perubahan fisik saat minyak terekspose ke lingkungan laut akan
menentukan proses bioremediasi, yang terutama adalah:
a. Evaporasi
b. Pelarutan
c. Dispersi
d. Emulsifikasi
 Keefektifan bioremediasi ditentukan oleh kondisi lingkungan. Kondisi
lingkungan ini digunakan untuk pengambilan keputusan tempat
bioremediasi, baik di tempat (in-situ) atau di luar tempat (ex-situ).
Kondisi lingkungan yang terutama adalah:
a. Temperatur
b. Oksigen
c. Nutrien
d. pH dan salinitas
4. Fitoremediasi
 Proses fitoremediasi secara umum dibedakan berdasarkan
mekanisme fungsi dan struktur tumbuhan. USEPA (1999, 2005) dan
ITRC (2001) secara umum membuat klasifikasi proses sebagai
berikut:
a. Fitostabilisasi
b. Fitoekstraksi
c. Rizofiltrasi
d. Fitoregradasi
e. Rizodegradasi
f. Fitovolatisasi
Kesimpulan

 Berdasarkan Jurnal, remediasi menggunakan fisik (booming dan


skimmer) dan kimia (dispersan) berhasil mengatasi tumpahan
minyak di Montara. Remediasi ini dianggap paling efektif untuk
mengatasi kasus tumpahan ini.

Anda mungkin juga menyukai