Anda di halaman 1dari 23


Etiologi
Klasifikasi
Perdarahan postpartum menurut terjadinya dibagi dua yaitu:
• Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
• Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya hari ke 5 sampai 15 post partum.
(Mochtar, 1998).

• Perdarahan postpartum primer biasanya disebabkan oleh : atonia uteri,


retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
• Perdarahan postpartum sekunder biasanya disebabkan oleh : robekan
jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. ( Manuaba, 2010)
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir. (Prawirohardjo, 2010)
Faktor predisposisi

Atonia Umur yang


terlalu muda paritas
uteri dan terlalu tua

Atonia Partus lama


atau partus
Obstetri
operatif dan
Uterus terlalu
renggang dan
uteri terlantar narkosa besar

Atonia Kelainan pada Faktor sosio


uterus ekonomi
uteri
Sisa plasenta dan selaput
ketuban
Retensio sisa plasenta adalah sisa plasenta dan
selaput ketuban yang masih tertinggal dalam rongga
rahim yang dapat menyebabkan perdarahan
postpartum dini dan perdarahan postpartum lambat.
Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta.
Jalan lahir : robekan perineum,
vagina serviks, forniks, dan rahim.

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan


pasca persalinan. Robekan dapat terjadi saat bersamaan dengan atonia
uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. (Saifuddin, 2002)
Penyakit darah
• Kelainan pembekuan darah misalnya a atau
hipofibrinogenemia yang sering dijumpai pada :
Retensio plasenta
• Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah
anak lahir disebut sebagai retensio plasenta.
• Plasenta yang sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga
bisa disebabkan oleh adhesi kuat antara plasenta dan uterus

plasenta plasenta plasenta


akreta inkreta perkreta
Inversio uteri
• Inversi uterus adalah keadaan dimana lapisan
dalam uterus (endometrium) turun dan keluar
lewat ostium uteri eksternum, yang dapat
bersifat inkomplit sampai komplit.

Di vulva terdapat
Perdarahan
syok banyak
endometrium
terbalik
Pembagian inversio uteri
Inversio uteri ringan

Inversio sedang

Inversio berat
Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari
apa penyebabnya. Secara ringkas membuat diagnosis
adalah seperti bagan di bawah ini :
1. Palpasi uterus : bagaimana
dan tinggi fundus uteri.
2. Memeriksa plasenta dan
ketuban : apakah lengkap atau
tidak. 1. Atonia uteri
3. Lakukan eksplorasi kavum 2. Sisa-sisa plasenta
uteri untuk mencari: 3. Robekan jalan lahir
Sisa plasenta 4. Penyakit darah (kelainan
Robekan rahim pembekuan darah).
Plasenta suksenturiata
1. Ispekulo : untuk melihat
robekan pada serviks, vagina,
dan varises yang pecah.
2. Pemeriksaan laboratorium :
periksa darah, Hb, clot
observation test (COT), dan
lain-lain.
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek  Syok
 Perdarahan segera setelah anak lahir  Bekuan darah pada serviks atau
Atonia uteri
(Perdarahan Pascapersalinan Primer atau P3) posisi telentang akan menghambat
aliran darah keluar

 Darah segar yang mengalir segera setelah Bayi  Pucat


lahir (P3)  Lemah
Robekan jalan lahir
 uterus berkontraksi baik dan keras  menggigil
 plasenta lengkap
 plasenta belum lahir setelah 30 menit  tali pusat putus akibat traksi
 perdarahan segera (P3) berlebihan
Retensio plasenta
 uterus berkontraksi baik dan keras  inversio uteri akibat tarikan
 perdarahan lanjutan
 plasenta atau sebagian selaput (mengandung  uterus berkontraksi tetapi tinggi
pembuluh darah) tidak lengkap fundus tidak berkurang Tertinggalnya sebagian plasenta
 perdarahan segera (P3)
 uterus tidak teraba  neurogenik syok
 lumen vagina terisi massa  pucat dan limbung Inversio uteri
 tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
 sub-involusi uterus  anemia Endometritis atau sisa plasenta
 nyeri tekan perut bawah dan pada uterus  demam (terinfeksi atau tidak)
 perdarahan > 24 jam setelah persalinan.
Perdarahan sekunder. Perdarahan bervariasi
(ringan atau berat, lokhia mukopurulenta dan
berbau (bila disertai infeksi).
Penanganan
• Dalam persalinan yang bersih dan aman, manajemen
aktif kala 3 seharusnya sudah merupakan prosedur
standar dalam upaya untuk pencegahan perdarahan
pascapersalinan.
Penanganan Umum
• Mintalah Bantuan
• Periksa TTV dan kesadaran ibu
• Pastikan kontraksi uterus baik
• Pasang infus cairan I.V.
• Lakukan katerisasi dan pantau cairan keluar masuk.
• Periksa kelengkapan plasenta.
• Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
• Jika perdarahan berlangsung, lakukan uji beku darah.
• Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti),
periksa kadar Hemoglobin :
• Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia
berat): Berilah sulfas ferrocus 600 mg atau ferro fumarat 120 mg di
tambah asam folat 400 mcg peroral sekali sehari selama 6 bulan.
• Jika Hb 7-11 g/dl : beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferro fumarat 60
mg ditambah BAH asam folat 400 mcg peroral sekali sehari selama 6
bulan.
• Atonia Uteri.pptx

Anda mungkin juga menyukai